" Soerang pemburu dan targetnya takkan mungkin bersama
Apa itu benar?
Sebenarnya aku meragukan hal itu..
Tapi mungkin bukti yang ada selama ini..
akan membuktikan kalau hal itu benar adanya.. "
Jarum jam telah menunjukkan tepat pukul 12 malam di pusat
kehidupan masyarakat Korea Selatan, kota Seoul. Bulan tampak anggun menerangi
kelamnya malam, seolah menunjukkan kebolehannya.
Tak.. Tik.. Tuk.
Suara langkah kaki terdengar beraturan, yang tak lain dan
tak bukan berasal dari sepasang kaki seorang yeoja, terdengar amat jelas dan
merdu dalam sunyinya malam itu. Rambutnya yang panjang bergelombang terlihat
menawan, wajahnya pucat seputih salju, bibirnya merah merona layaknya mawar
merah, manik mungil yang ada pada matanya berwarna merah, sedangkan tubuhnya
yang sempurna berbalutkan mini dress hitam. Menonjolkan tiap lekuk tubuh indah
itu.
Manik merah pada matanya tertumbuk pada sesosok pria yang
berjalan tepat di depannya. Yeoja itu terus berjalan dengan santai dan
perlahan menyusuri sebuah gang yang sempit dan sunyi.
Tiba-Tiba..
BRUUUK!!!
“Gyaaa! “
Yeoja itu terjatuh begitu saja dan membuat sebuah jeritan
meluncur keluar dari bibirnya. Si Pria yang mendengar itupun sontak menoleh dan
mendekati yeoja tersebut.
“ Kau baik-baik saja, nona ? “ tanya pria itu lirih. Sembari
terus melangkahkan kedua kakinya kearah yeoja itu. Sedangkan ia hanya menunduk.
Seolah ketakutan.
“ Tenanglah nona.. aku bukan orang jahat “ si pria mencoba
menenangkan yeoja itu. Ia mengulurkan tangannya, bermaksud membantu sang yeoja
untuk berdiri. Namun, tiba-tiba atmosfer di tempat itu berubah drastis. Sebuah
seringai sadis tmpak menghiasi wajah sempurna sang yeoja. Menakutkan.
Pria tersebut menjadi tegang. Keringat dingin bercucuran
mengaliri pelipisnya. Sebersit pemikiran buruk melintas di otaknya. Tapi ia
masih belum percaya. Tidak. Tepatnya ia tidak ingin mempercayainya.
“ K-kau ? “ si pria mencoba bertanya. Namun suaranya lebih
terdengar bagaikan cicitan burung.
“ Hmmm… “ sang yeoja bergumam perlahan. Kemudian, dengan
kuatnya ia mencengkeram bahu mangsanya. Mata si pria membelalak kaget. Ia tidak
menyangka kekuatan ‘makhluk itu’ begitu besar. Ia memang kerap kali mendengar
tentang hal ini. Makhluk penghisap darah yang berkeliaran di malam hari.,
mengincar manusia-manusia lemah untuk menjadi makan malamnya.
“ Le-lepaskan aku!! “ si pria meronta-ronta mencoba
melepaskan diri dari cengkeraman makhluk itu. Namun percuma, tenaganya yang
seorang manusia biasa jelas kalah kuat. Sebuah sensasi dingin menembus kulitnya
ketika tangan makhluk itu beralih dari bahu ke lehernya.
“ Waeyo.. ? “ Sang yeoja berbisik pelan tepat di telinganya.
Terdengar sangat pelan, lebih mirip sebuah desisan. Membuat si pria merinding
hingga ke ujung jarinya. Kemudian, tanpa diduga sepasang ttaring mencuat keluar
dari gusi makhluk itu. Terlihat berkilauan ditempa sinar bulan yang anggun.
“ Ja-jangan bunuh aku! “
Pria itu semakin kuat meronta-ronta. Ia tidak ingin nyawanya
melayang begitu saja. Namun kini ia berada di ujung tanduk. Tak ada harapan
lagi baginya untuk lolos dari makhluk itu. Sepasang taring itu semakin dekat
dengan lehernya. Hembusan nafas sang penghisap darap membuat tubuhnya beku
mendadak. Dingin. Amat sangat dngin. Tak bernyawa.
JLEB!
Cairan kental berwarna merah membanjiri rongga mulut sang
penghisap darah. Ia tersenyum tipis sembari memandang mangsanya yang kini telah
tak bernyawa. Hambar. Tanpa perasaan.
***
@Kantor Kepala Kepolisian Seoul
“ Ada urusan apa memanggilku abeoji ? “
Seorang namja bertanya, tanpa sedikitpun basa-basi.
Sebaliknya, objek yang ditanyai hanya memasang ekspresi datar pada wajahnya
yang walaupun telah cukup berumur namun masih tetap terlihat segar bugar.
Orang yang dipanggil ‘abeoji’ itu menatap putra semata
wayangnya. Tak ada kata-kata keluar dari mulutnya. Tampaknya ia memilih untuk
diam sejenak.
“ Hyun-seung ah. Aku ingin kau menuntaskan misi kali ini “
akhirnya pria itu bersuara. Setelah sekian detik larut dalam keheningan.
“ Misi macam apa ? “ Hyunseung balas bertanya.
Menuntut sebuah penjelasan dari kalimat yang baru saja keluar dari mulut
abeojinya.
Pria itu melipat tangannya di depan dada, menunduk, dan
kemudian kembali menatap Hyunseung intens. Sifat tidak sabaran hyunseung mulai
tampak. Ia menarik nafas dalam. Ia paling benci menunggu.
“ Kau tentu tau Trouble Maker bukan ? “
Hyunseung mengangguk mengerti. Tanpa dijelaskan lebih lanjut
pun, ia sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh abeojinya ini.
“ Appa ingin aku menangkapnya ? “ tebak Hyunseung.
Dia tidak suka ketika seseorang menjelaskan sebuah misi
dengan bertele-tele. Karena hanya ada dua kemungkinan untuk hal tersebut : kau
akan menangkap atau membunuh. Dan jika Dewi keberuntungan sedang tak berpihak
padamu. Maka yang terjadi adalah sebaliknya. Kau akan tertangkap atau terbunuh.
“ Trouble maker tak bisa ditangkap. Dia hanya bisa dibunuh.
“
“ Abeoji tau aku tak bisa membunuh. Seberat apapun kesalahan
orang itu. Bagaimanapun juga ia manusia.. dan “
Tepat sebelum Hyunseung sanggup menyelesaikan perkataannya,
abeojinya itu segera menyela Hyunseung.
“ Dia BUKAN manusia.. “
Tubuh Hyunseung tegang seketika.
“ Ma-maksud abeoji ? “
“ Dia adalah makhluk yang sama yang telah membunuh ibumu “
Hyunseung mengepalkan tanganya dengan kuat. Entah apa yang
dirasakannya sekarang ini. Terkejut? Syok? Pastilah iya. Namun sebuah amarah
yang membakar emosinya kini menguasai dirinya. Keinginan untuk membalaskan
dendam 20 tahun yang lalu. Yah. Dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar