ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Senin, 28 Januari 2013

I'll Be Your Hearts



Tittle : I’ll be your Hearts  
Lenght :  Di banding oneshoot, ku rasa FF ini lebih tepatnya di bilang longshoot
Author : @echa_audria
Rating : PG-16
Genre : Romance
Main Cast :
             Lee Min hyuk (BtoB)
             Bae Suzy (Miss A)
             Yang yoseob (B2st)
Summary : 
 " Hatimu sungguh terlalu dingin dan aku tak bisa berada di sana "





“jadilah pacar ku.” Ucap seorang pria tampan pada gadis cantik yang sedang berdiri di hadapannya.

Suzy menatap pria didepannya itu tak berminat.

“aku tidak menyukaimu. Menjauhlah.” Ucap suzy sambil berlalu meninggalkan pria yang baru saja menyatakan perasaan padanya.

Baru beberapa langkah suzy berjalan, pria itu kembali membuka suaranya.

“aku akan membayar mu.” ucap pria itu lantang.

Suzy menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap si pria. Ditatapnya pria itu tajam.

“berapa banyak yang bisa kau berikan padaku ?.”

“minhyuk.” Ucap suzy akhirnya.

“berapa pun yang kau minta.” Sahut minhyuk penuh keyakinan.

“aku tak suka menyebutkan harga. Tapi ku sarankan kau menyiapkan banyak uang jika bersama ku.” Suzy tersenyum dingin, kemudian berbalik meninggalkan minhyuk.

®

Sekolahan bukan tempat yang begitu menarik bagi suzy, belakangan ini ia lebih suka berada di luar sekolah mencari pekerjaan-pekerjaan part time di toko- toko pinggir jalan atau pun café-café ramai pengunjung yang memerlukan tambahan pegawai. Sekolah baginya hanya selingan saja, ia tak terlalu suka rutinitasnya. Belajar, belajar, dan belajar terus.

‘ini sangat memuakkan.’ Pikir suzy.

Suzy tak terlalu suka belajar atau bergaul, jadi tak aneh jika ia sering terlihat duduk di dalam kelas sendiri sementara teman-temannya yang lain ribut dengan kelompok mereka masing-masing. Ia lebih suka duduk diam di kursinya sambil mendengarkan music atau sekedar duduk melamun menatap keluar jendela.

“suzy.”

Minhyuk menarik sebelah headset yang di kenakan suzy. Minhyuk tersenyum saat suzy menatapnya marah.

“ada apa ?” tanya suzy seolah ia tau apa yag di pikirkan pria yang duduk di sebelahnya itu.

“hari ini aku akan mengantar mu pulang.” Jawab minhyuk tersenyum.

“baiklah.” Sahut suzy singkat. Suzy memasang headsetnya lagi mengabaikan pria di sebelahnnya.

Para gadis-gadis yang memperhatikan suzy dan minhyuk mulai berbisik-bisik, jelas sekarang mereka sedang membicarakan suzy dan minhyuk. Tapi suzy tak menghiraukan hal itu. Ia tetap saja duduk tenang sambil mendengarkan alunan lembut music ballad yang menutup rapat telinganya.

Sepulang sekolah minhyuk menunggu suzy di depan pintu gerbang. Pria itu tampak gagah di atas motor hitam mengkilatnya. Ia melambaikan tangannya penuh semangat, saat di lihatnya suzy keluar dari gedung sekolah.

“suzy-ah…”

Suzy berjalan santai mendekati minhyuk. Ia menadahkan kedua tangannya tak bersemangat pada minhyuk, mungkin bahkan ia tak pernah bersemangat melakukan segala hal di hidupnya.

Tak punya reaksi, ekspresi dan juga perasaan. Itulah kira-kira kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sosok suzy selain kulit putih porselen atau pun wajah cantiknya.

“biar aku saja yang pasangkan.” Ucap minhyuk sambil memasangkan helm yang ada ditangannya pada suzy.

“wahh, kau masih terlihat sangat cantik walau pun tertutup kaca helm.” Puji minhyuk.

“aku tau.” Jawab suzy singkat. Ia menaiki motor minhyuk.

“sekarang cepat jalan.” Perintah suzy.

“kau melupakan sesuatu.” Tegur minhyuk. Ia melirik tangan suzy yang dilipatnya di dada.

Suzy menatap minhyuk tanpa ekspresi. Di lingkarkannya tangannya dengan malas di pinggang minhyuk, membuat pria itu tersenyum penuh kemenangan.

“nahh, itu baru benar.” Ucap minhyuk.

Minhyuk mengendarai motornya dengan lincah, menyelip beberapa mobil di depannya. Ia merasa memiliki kebanggan sendiri jika bisa menyelip di antara mobil-mobil di depannya, seolah ia tak memiliki rasa takut. Di pandanginya tangan suzy yang melingkar erat di pinggangnya. Ia tau kini kekasihnya itu mulai takut. Di turunkan sedikit laju motornya, berharap hal itu akan membuat wanita di belakangnya merasa nyaman.

*

“malam ini aku akan menjemput mu, pastikan kau memakai baju hangat dan juga jaket.” Ucap minhyuk saat suzy turun dari motornya.

“emm.” Guman suzy melepas helm yang dipakainya.

Minhyuk tersenyum.

“ini, cepat pulang sana !.” suzy memberikan helmnya ke tangan minhyuk dan mengusir pria itu.

“oh ya, satu lagi.” Minhyuk menarik lengan suzy dan mengecup kening gadis itu lembut.

Suzy menatap minhyuk datar saat pria itu melepaskannya.

“ku harap malam ini kau menyiapkan banyak uang.” Suzy berbalik meninggalkan minhyuk di belakang. Ia menghilang di balik gang sempit yang di lewatinya, tanpa melihat minhyuk lagi.

“issss.. kenapa sikapnya begitu dingin.” Gerutu minhyuk pelan.

**

Suzy pov__

Aku tak terlalu suka cara minhyuk memperlakukan ku, ia seolah benar-benar menganggap aku kekasihnya.

Apa yang di pikirkan otak kecilnya itu, semua hal yang ia lakukan atau pun kata kan membuat ku jijik.

Tak ada yang salah pada minhyuk, ia tampan, kaya, memiliki pergaulan luas dan juga jadi incaran para gadis di sekolah, kecuali aku. Sungguh, aku bahkan berani bersumpah aku tak pernah sedikit pun tertarik padanya atau pun memperhatikanya. Hingga akhirnya ia datang sendiri pada ku dan mengatakan ia menyukai ku .

Baikalah, mungkin gadis lain akan langsung mengangguk dengan cepat jika minhyuk mengatakan hal itu pada mereka, tapi tidak dengan ku. Aku lebih tertarik pada uang di banding pria tampan.

“aku akan membayarmu.”

Aku tak marah saat minhyuk mengatakannya, aku bukan gadis munafik yang tak butuh uang di kehidupan ku yang sulit ini. Aku bukan gadis yang gigih berkerja, jadi saat uang datang menyapa. Kenapa harus ku lewatkan ? aku sepakat untuk di bayar menjadi kekasih minhyuk. Memang terdengar murahan. Tapi aku punya banyak peraturan dalam kontrak pacaran kami.

Aku memasuki apartemen kecil ku yang tanpa kamar ini, ku letakkan tas ku tepat di atas meja samping tempat tidur. Di sini kau tak akan menemukan perabotan atau pun barang berharga. Ku lirik laptop putih yang baru di belikan minhyuk minggu lalu untuk ku.

“hidup ku akan membaik jika terus bersamanya.” Entah kenapa rasanya aku ingin sekali tersenyum, hal yang sungguh jarang ku lakukan.

Aku terhayut, tertidur tanpa berganti baju terlebih dahulu.

***

And who do you think you are ?

Running round leaving scars

Collecting your jar of hearts

And tearing love apart

You’re gonna catch a cold



Aku tersentak saat handphone ku berbunyi,

“arghhh…” sial ,serangan sakit kepala mendadak.

Aku masih memegangi kepala ku saat meraih handphone dan meletakkannya di telingaku.

“apa kau sudah siap ?” tanya minhyuk tanpa basa-basi.

Siap ?

Arghh, aku lupa, minhyuk akan menjemput ku. Jam berapa ini ?

“aku baru bangun.” Jawab ku tetap tenang.

Aku mulai berdiri menyambar handuk yang tergantung di kursi meja belajar ku. Kulirik sedikit kearah jam.

Omo, aku tertidur cukup lama. Ini sudah jam 7 malam.

“hahahahaa… baiklah, kau ku beri waktu untuk bersiap-siap. Tapi setidaknya buka pintu mu dulu.”

Bukakan pintu ? apa sekarang dia ada di balik pintu apartemen ku ?

“apa kau di depan pintu apartemen ku ?” aku berdiri menatap pintu dengan handuk menjuntai di bahu ku.

“ya, di luar sangat dingin. Tolong ijin kan aku masuk.” Ku dengar suara minhyuk memelas.

Kuraih kenop pintu,

“cepat lah bae suzy, aku sudah hampir jadi patung es di luar sini.” Ucap minhyuk di telpon.

Ku buka pintu. Benar saja, bisa ku lihat minhyuk tak berbohong. Jika ku biarkan ia menunggu di luar lebih lama lagi, bisa ku pastikan ia akan mati beku dalam beberapa jam.

“hahhh…kau lama sekali membukakan pintu.” Gerutunya.

“ohh, kau masih memakai seragam sekolah ?” minhyuk menunjuk baju ku.

“bukankah sudah ku bilang aku baru bangun.”

Aku berjalan duluan, ku dengar langkah kaki minhyuk mengikuti ku di belakang.

“tapi aku tak mengira kau masih memakai seragam sekolah.” Lanjutnya, aku tak mau melanjutkan pembicaraan tak penting ini. Jadi aku berjalan saja lurus menuju kamar mandi, sedangkan minhyuk duduk menyilangkan kaki di atas ranjang kecil ku.

Aku tak punya waktu memanaskan air untuk mandi, jadi ku pakai air yang mengalir dari keran.

‘dingin.’ Pikir ku.

Tapi tetap saja ku gunakan air itu untuk membasuh diri. Aku sudah terbiasa dengan air mandi yang dingin, ini tak ada apa-apanya.

Saat keluar dari kamar mandi, kulihat minhyuk berbaring dengan nyaman di ranjang sambil mengotak-atik handphone ku.

“apa yang kau lakukan ?” tanya ku sambil mengeringkan rambut ku yang basah.

“hanya ada nama ku di handphone mu.” ucapnya sambil memperlihatkan kontak di handphone padaku.

“apa kau ingin aku mengisinya dengan orang lain ?” tanya ku sedikit malas.

“tidak, cukup aku saja. Tapi orang tua mu juga boleh.” Minhyuk kembali mengotak-atik hanphone ku.

Handphone ku ? Ah tidak, itu handphonenya. Itu miliknya, ia memberikan kan pada ku di hari pertama kami pacaran. Katanya agar ia bisa menghubungi ku setiap saat ia merindukan ku. Jadi ku rasa itu masih miliknya.

Tak ada yang nomor orang lain lagi yang harus ada di sana, aku tak dekat dengan siapa pun selama ini kecuali minhyuk. Orang tua-ku ? jangan bercanda, untuk membeli daging saja orang tua ku tak sanggup. Apa lagi harus membeli handphone.

***

Minhyuk pov__

Kulihat kontak di handphone-nya hanya berisi namaku, apa dia sungguh tak punya teman ?

‘Minhyuk’ sungguh hanya nama, bukan panggilan sayang seperti namanya di kontak handphone ku.

‘my heart’ sedikit berlebihan memang, tapi ia sungguh-sungguh sudah jadi hati-ku, jantung-ku sekarang.

Aku sedikit bingung dengannya, ia gadis yang sedikit aneh. Tapi kenapa aku menyukainya ?

“hanya ada nama ku di handphone mu.” ucap ku padanya, berharap suzy akan memberi penjelasan tentangnya.

“apa kau ingin aku mengisinya dengan orang lain ?”

Ia tak menjawab, malah menanyakan hal yang pastinya akan ku jawab ‘tidak’. Ia tak pernah menjawab setiap pertanyaan ku sesuai harapan ku. Bahkan hanya suzy yang tak akan melakukan semua yang kuharap kan, tanpa uang tentunya.

Saat orang mengatakan uang tak bisa membeli segalanya, kurasa hal itu tak berlaku di kehidupa nyata.

Aku tak bermaksud merendahkan suzy, tapi ia salah satu contoh manusia nyata tanpa kebohongan seperti di drama yang di tonton ibu ku. Di mana si wanita tak akan menerima uang dari si ibu pria kaya yang di cintainya.

Suzy tak begitu, bahkan aku sedikit takut karnanya. Aku takut ia kan mengambil uangnya jika ibu ku memberikannya uang agar menjauh dari ku jika kami yang bermain di drama itu.

“rambut mu basah.” Ucap ku saat melihatnya sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Ia tak menjawab.

Ia terlihat berkilau saat mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Tapi itu akan memakan waktu lama untuk mengeringkan rambut panjang serta basahnya.

“apa kau tak punya pengering rambut ?”

“tidak, dan jangan sekali-sekali berfikir untuk membelikan ku hal tak penting itu.” Sahutnya langsung.

Sepertinya ia sungguh punya kemampuan membaca pikiran ku. Itu tak mengagetkan ku, ia selalu menatap mata ku tajam. Mungkin saat itulah ia membaca pikiran ku.

“kenapa ? kau membutuhkannya.” Ucapku.

“percayalah, aku sungguh tak membutuhkannya.” Ia menatap ku di pantulan cermin persegi panjang miliknya.

Aku berhenti memperdebatkan masalah pengering rambut, ku lihat setiap gerakannya. Ia bukan wanita yang lembut seperti miss korea, atau sesantun putri dari jepang. Tapi semua gerakannya sungguh membuat ku terpana. Ia tak memakai make-up seperti gadis-gadis di sekolah, atau memakai baju berlebihan bagai model di majalah-majalah. Entah kenapa ia tetap saja terlihat menyenangkan di pandang.

Karna hal itulah aku menyukainya di banding gadis-gadis cantik lainnya yang ada di sekolah. Suzy begitu alami, apa wajahnya dipahat malaikat ? ia selalu terlihat bersinar di banding yang lain di mata ku. Padahal di sekolah ia tak pernah lebih menonjol.

Aku membawanya berjalan-jalan ke mall, ia tak terlihat berminat dengan barang-barang yang di pajang di sana.

“ku rasa itu cocok untuk mu.” ku tunjuk baju yang terpajang di depan toko baju wanita yang kami lewati.

“benarkah ?” suzy menjawab tak bersemangat, lagi pula kapan ia pernah bersemangat ?.

Ku ajak suzy masuk kedalam toko itu, ku belikan ia beberapa baju yang menurut ku cocok untuknya tanpa memintanya untuk mencoba terlebih dahulu. Ia tak akan suka jika ku suruh mencoba setumpuk baju yang kupilihkan untuknya.

“apa kau lapar ?” tanya ku sambil meneteng tas-tas belanjaan berisi baju, tas dan juga sepatu untuk suzy.

“kenapa kau baru tanya sekarang ? aku sungguh hampir pingsan karna kelaparan.” Bentaknya.

“hahhahahaaa… maafkan aku. Seharusnya kau mengatakannya agar aku tau.”

Ku genggam tangan suzy lebih erat.

“seharusnya kau mengerti tanpa aku harus mengatakannya.” Sahutnya tak mau kalah.

Aku hanya tersenyum menanggapinya, ia memang sangat polos. Tak banyak omong atau menuntut. Ia juga tak meminta uang ku seperti yang terpikirkan oleh ku sebelumnya.

Ia hanya makan cukup banyak setiap kali kami makan bersama dan membeli banyak persedian makanan untuk di apartemennya, hanya itu.

**

“minhyuk, oper kearah ku.” Teriak sungjae teman di tim basket ku saat kami berlanding basket bebas di lapangan sekolah.

Seorang lawan ku menghadang tepat di depan ku, ku oper dengan cepat bola kearah sungjae dan berlari menghindar dari pria yang berdiri menghalangi ku.

Aku berlari hingga ke bawah ring,

“ini.” Teriak sungjae sambil mengoper bola kearah ku.

Ku tangkap bola itu dan segera memasukkannya kedalam ring.

“yes.” Ucap ku saat bola itu berhasil masuk kedalam ring.

Ku lirik kearah kursi penonton, banyak kelompok gadis-gadis yang berteriak tak jelas di sana. Tapi bukan itu yang ingin kulihat. Suzy, di mana dia ?

‘Ahh, itu dia’

Ku lihat ia duduk sendiri di deretan kursi bagian bawah penonton, ia duduk sambil menopang dagunya dengan tangan. Aku berlari kearahnya meninggalkan teman-teman ku yang masih melanjutkan permainan.

“minhyuk, kau mau kemana ?” tanya seorang teman pada ku.

“aku lelah, aku ingin beristirahat. Lanjutkan saja.” Jawab ku sambil terus menjauh dari lapangan basket.

Aku berlari penuh semangat kearah suzy, kulihat ia tak mengganti gerakannya. Tetap duduk seperti tadi, hingga aku sampai di depannya.

Ku condongkan badan ku kearahnya, menyisakan ruang beberapa senti diantar wajah kami. Kulihat suzy masih juga tak bergerak. Ada apa ini ? apa dia jadi sebuah patung sekarang ?

“aku haus.” Ucap ku.

Kulihat suzy melirik kearah tasnya, ia bergerak.

“ini.” Ia menyodorkan air mineral yang baru ia keluarkan dari dalam tasnya.

Tas itu, ia memakainya. Tas yang baru ku belikan, tas yang sama persis dengan milikku.

“aku lelah. Aku ingin berbaring di pangkuan mu ?” ucap ku tak ragu.

“disini ?” suzy mengangkat sebelah alisnya.

“ya. Kenapa ?”

Suzy tak bertanya lagi, ia duduk tegak membiarkan aku meletakkan kepala ku di atas pangkuannya. Ku perhatikan setiap detail wajahnya. Ia sangat manis walau tanpa make-up, apa dia sungguh manusia ? aku pernah menonton beberapa film yang menyatakan hanya vampire atau rubah ekor 9 yang memiliki wajah indah sempurna.

Apa suzy salah satu dari mereka ?

“apa kau seorang vampire bae suzy ?”

Suzy menundukkan kepalanya menatap ku yang ada di pangkuannya dengan aneh.

“apa hanya sebatas itu imajinasi mu lee minhyuk ?” Aku tersenyum mendengar perkataannya.

“kau tak mungkin malaikat.”

“apa dosamu hingga tuhan menjatuhkan mu ke bumi. Kau pasti seorang vampire atau sejenis siluman.”

Suzy tak menanggapi ucapan ku, ia memandang jauh kedepan.

Aku mengangkat sedikit tubuhku, keletakkan telingaku di dada sebelah kirinya. Mungkin aku tak sopan, aku sungguh ingin tau apa suzy memiliki jantung.

“apa yang kau lakukan ?” tanya-nya.

“aku sedang meneliti mu bae suzy. Aku ingin tau apa sebenarnya kau ini.” Telingaku masih menempel pada dada suzy.

Aku mencium aroma parfum-nya. Ada wangi segar bunga mawar disana, tapi kenapa ini ? mana detak jantungnya ?

“apa kau sungguh tak memiliki jantung suzy ?” aku melongokan kepala menatap wajah suzy.

“sepertinya begitu.” Jawabnya datar.

Aku kembali meletakkan telinga ku di dada suzy.

“hentikan minhyuk.” Ucapnya kesal.

“ssttt.”

Deg. Deg.. deg..

“Aku mendengarnya.”

“apa ?” tanya suzy bingung.

“jantung mu.” jawab ku.

Jantung suzy berdetak normal, tak seperti detak jantung ku saat bertemu dengannya. Jantungnya bahkan berdetak agak sedikit lambat dan pelan.

“jangtung mu tak normal.” Ucap ku sambil duduk menghadap kearahnya.

“mwoo ?” ia mengerutkan dahinya.

“kenapa jantung mu berdetak begitu pelan ?” tanya ku sedikit kesal saat tau jantung suzy tak berdetak cepat seperti ku.

“entahlah.” Jawabnya singkat.

Suzy menoleh kearah kolompok gadis yang sedari tadi memperhatikan kami lalu berbisik-bisik tak jelas. Ku pikir suzy akan berkomentar setelahnya. Tapi tidak, ia malah menyandang ranselnya dan berdiri.

“apa kau masih lelah ? aku ingin pulang.” Ucapnya kemudian.

“pulang ?” ku naikan sebelah alis ku.

“aku lapar.” Katanya lagi.

Aku tersenyum mendengar ucapannya.

“baiklah. Kita harus pulang dan segera mencari makanan enak.” Ucap ku sambil mengacak-acak rambut hitam berkilaunya.

***

Normal pov__

“apa kau selapar itu ?” minhyuk menatap 2 tumpukan mangkok yang ada di hadapannya dengan takjub.

“emmm.” Suzy melanjutkan makannya.

Minhyuk tersenyum geli melihat suzy menghirup habis sup dalam mangkuknya yang ke 3 ini.

“apa kau mau ku pesankan lagi ?”

“tidak.”

“aku sudah kenyang.” Jawab suzy mengakhiri makannya.

“kau sungguh akan jadi gemuk suzy.” Celetuk minhyuk.

“itu tak jadi masalah.” Suzy duduk menyandar, terlihat ia sungguh sangat kenyang sekarang.

“hari ini kau harus ikut aku ke apartement ku.” ucap suzy datar.

“memangnya ada apa.” Minhyuk memainkan gelas yang ada di hadapanya.

“ini sudah waktunya. Apa kau tak mau melakukannya ?” suzy melipat tangannya di dada.

Minhyuk terdiam sejenak, ditatapnya suzy yang ada di depannya dengan kaku.

“mwo ?”

“ahhh, suzy. Ku kira ini terlalu cepat.”

“terlalu cepat untuk apa ? ini sudah waktunya.” Balas suzy.

Minhyuk memegangi belakang lehernya sendiri seolah ada sesuatu disana.

“kau yakin ?” tanyanya dengan wajah memerah pada suzy.

Suzy mengerutkan dahinya meneliti minhyuk.

“ya, ini sudah tanggal 2. Kau harus membayarkan sewa apartement ku. hari ini waktu pembayarannya.”

“hahh ?” minhyuk melongo.

“apa yang kau pikirkan lee minhyuk ?” suzy menaikan sebelah alisnya.

“ah.. tidak.” Minhyuk tersenyum aneh lalu membuang muka menghindari tatapan suzy.

Suzy menatap minhyuk dengan malas, ia menggeleng pelan seperti telah menetahui pikiran aneh dari pria yang duduk di seberangnya itu. Beberapa kali minhyuk melirik suzy dengan takut hingga akhirnya suzy mengajaknya keluar dari rumah makan tempat mereka mengisi perut.

***

Minhyuk berbaring sambil menatap langit-langit kaca transparan kamar-nya. Melihat setiap butir salju yang jatuh tepat di atasnya.

‘Salju.’

Ia tersenyum manis lalu mulai meraih handphone yang ada di atas meja samping tempat tidurnya. Ia mulai mengetik sms untuk seseorang.

‘Aku merindukan mu’ tulisnya lalu mengirim pada seseorang dengan nama kontak My Heart.

Ia memainkan handphone-nya sambil menunggu balasan dari My Heart-nya. Tak beberapa lama handphonenya berdering. Ada balasan dari si my heart.

‘Lalu ?’

Minhyuk memutar bola matanya saat membaca pesan singkat itu.

‘Aku ingin tau apa kau juga merindukan ku.’ ketik minhyuk lagi lalu mengirimnya dengan cepat.

‘tidak.’ Balas si my heart.

“hahhh. Benar-benar.” Minhyuk tersenyum masam.

‘Kau sepertinya sungguh seorang vampire bae suzy, tak punya perasaan (>,<) ’ balas minhyuk.

‘lalu kenapa kau masih menyukai ku ?’ balas suzy.

Minhyuk menaikan alisnya, ia mulai mengetik balasan untuk suzy.

‘Entahlah, aku juga tak tau.’

‘Pikirkan lah jawabannya.’ Balas suzy.

Minhyuk menatap kelangit-langit kamarnya, kemudian tersenyum kembali.

‘Aku punya tes sederhana untuk mu.’ dikirimnya pesan singkat itu pada suzy.

‘Apa ?’ balas suzy singkat.

‘Jika aku dan uang sekoper jatuh ke laut, mana yang akan kau tolong lebih dulu.’ Minhyuk tersenyum jahil.

Tak beberapa lama balasan suzy masuk, ia bersemangat membukanya.

‘Tidak ada.’ Jawab suzy.

“mwo ?” minhyuk terperangah melihat balasan suzy.

Di helanya nafas panjang sebelum membalas sms dari suzy.

‘Kenapa ?’ ketiknya.

‘Aku tidak bisa berenang.’ Balas suzy, membuat minhyuk kembali mengukir senyum geli di wajah tampannya.

‘Baiklah, ku ganti. Jika seandainya aku dan uang sekoper jatuh kejurang. Siapa yang akan kau tolong.’ Balasnya.

Di tunggunya suzy membalas sms darinya.

1 menit..

2 menit..

6 menit..

Minhyuk menggaruk kepalanya.

“kenapa lama sekali ?”

Di lihatnya jam.

“masih jam 8, apa dia sudah tertidur.”

Di ceknya lagi handphonenya, tak berapa lama masuk balasan dari suzy.

‘Tidak ada, aku tak mau mati demi kau atau pun uang sekoper. jadi kusaran pada mu jangan sekali-kali mendekati jurang, karna jika kau terjatuh. Aku tak akan menolong mu. jadi berhati-hatilah.’ balas suzy.

Minhyuk tercengang membaca balasan suzy. Ia mendesis sambil mengetik balasan untuk suzy. Wajahnya cemberut saat mengirim pesan singkatnya sebelum akhirnya menyingkirkan handphone-nya jauh dari sisinya.

‘Baiklah, aku mengerti. aku mengantuk, aku mau tidur.’

***

Suzy pov__

Apa lagi sekarang yang di pikirkan minhyuk pabo ini ? Ia menyuruh ku memilih menyelamatkan antara dirinya dan uang sekoper yang jatuh ke lautan ?.

Saat ku bilang aku tak akan menyelamatkan siapa pun karna aku tak bisa berenang. Ia menyuruh ku lagi memilih antara dirinya dan uang sekoper yang akan jatuh kejurang.

Ayolah ! aku memang mencintai uang, tapi aku sungguh lebih mencintai nyawa ku. aku tak bodoh untuk mati tenggelam di laut atau hancur lebur di bawah jurang hanya demi uang sekoper. Nyawa ku lebih dari itu minhyuk !

Handphone ku berdering. Kulihat minhyuk membalas lagi sms ku.

‘Baikalah, aku mengerti. aku mengantuk, aku mau tidur.’

Rasanya aku ingin tertawa membacanya. Aku tau sekarang minhyuk pasti sedang cemberut dan membuang jauh handphone-nya. Aku bisa membayang wajahnya sekarang.

‘Baiklah, tidur yang nyenyak. Kita bertemu di sekolah besok.’ Balas ku.

Aku harus bersikap manis padanya, hari ini ia sudah membayarkan sewa apartemen ku. Tentunya aku tak boleh membuatnya tidur dengan hati yang marah kan ?

*

Hari ini minhyuk tak datang mengganggu ku seperti biasanya. Ia juga tak menjemput ku tadi pagi, untung paman tetangga sebelah dengan murah hati menawarkan ku tumpangan untuk ke sekolah.

Tapi ada apa dengan minhyuk ? Apa dia masih marah soal tadi malam ? ahh, bukan hal yang penting. Terserah apa maunya, yang jelas hari ini aku terbebas darinya.

“minhyuk sekarang menggandeng gadis baru.” Kata seorang gadis yang baru saja memasuki kelas.

“mwo ? benarkah ?” gadis satunya terlihat sangat terkejut. Ia kemudian melirik ku.

“bukannya minhyuk berpacaran dengan suzy.” Lanjutnya berbisik.

Walau mereka sudah mengecilkan volume suaranya, entah kenapa rasanya setiap kata-kata mereka bisa ku dengar dengan jelas.

Aku mulai menyibukkan diri ku dengan fokus mendengarkan lagu lalu menatap jauh keluar jendela, seolah ada yang menarik di luar sana.

Aku tak terlalu memusingkan apa yang dilakukan minhyuk, itu hak-nya.

“suzy-ah.” Sekelompok Gadis yang bergosib tadi mendekati ku.

“mwo ?” aku melepas headset ku.

“apa kau putus dengan minhyuk ?” tanya gadis berambut pendek tanpa basa-basi.

Aku mengerutkan dahi, kulihat mereka menunggu jawaban ku dengan penasaran.

“entahlah.” Jawab ku singkat, ku pasang lagi headset ku lalu kembali menatap keluar jendela.

Bisa kulihat bayangan mereka dari pantulan kaca jendela, mereka sedang berbisik-bisik tak jelas, saling menyikut dan masih terlihat sangat penasaran.

Baiklah, seharian ini minhyuk sungguh tak mendatangi ku atau menghubungi ku. ia juga tak masuk kelas, rasanya sungguh menenangkan tanpa minhyuk berkeliaran di dekat ku.

**

“oppa.” Seorang gadis menggandeng minhyuk dengan manja.

“hari ini kau akan mengantarku pulangkan ?” lanjutnya.

Ohh, inikah yang dimaksud kelompok gadis penggosib di kelas tadi ?. Minhyuk bersama seorang gadis ?

Hemm, entah kenapa aku merasa biasa saja. Tak ada yang perlu di ributkan disini. Aku melewati mereka dengan enteng, minhyuk juga tak menegur ku. dan aku sungguh sangat bersyukur untuk itu.

‘aku harus mencari pekerjaan lagi sekarang.’

Otak ku mulai berputar saat melewati mereka. sekarang minhyuk mungkin tak membutuhkan ku lagi, jadi aku harus segera mengantisipasi kemungkinan terburuknya.

Aku menaiki bus seperti dulu lagi. Ah, aku merindukan hal ini. Menunggu bus di halte, dan turun di halte berikunya.

‘Sudah berapa lama aku tak melakukannya ?’

Aku tak bisa mengingatnya dengan jelas. Mungkin sekitar 2 bulan, atau juga sudah 3 bulan. Entahlah, aku sungguh tak yakin kapan terakhir kalinya aku naik bus sebelum akhirnya minhyuk yang terus mengatar jemput ku ke sekolah.

“suzy ?” tegur seorang pria yang duduk tepat di belakang ku. aku membalikkan setengah tubuh melirik pria yang duduk sedikit maju di belakang ku.

Omo, dia.

***

Minhyuk pov__

Hari ini aku sengaja tak menemui suzy, tak masuk kelas atau pun menghubunginya. Aku harus membuatnya mencari ku.

Tapi tidak, suzy tak juga mencari ku.

“kenapa kau tak masuk kelas ?” tanya cangsub pada ku saat kami berkumpul di lapangan basket.

Ku tatap cangsub dengan malas.

“aku hanya sedang tak ingin masuk kelas saja.” Jawab ku enteng.

“apa terjadi sesuatu antara kau dan suzy ?” tanya ilhoon penasaran.

Seketika itu juga cangsub, sungjae, peniel, eunkwang dan hyunsik merapat mendekat kearah ku. ku tatap mereka satu persatu dengan kesal.

“yahh ! berhenti ingin tau. Kalian membuat ku tambah kesal.”

“isss, kau kesal begini pasti karna suzy.” Celetuk cangsub.

“ya, tidak di ragukan lagi.” Sambung sungjae.

“sudah ku bilang, kau menyukai orang yang salah. Tapi kau tetap saja mengejarnya. Sekarang lihat. Kau jadi kesal sendirikan.” Ucap hyunsik.

“sebenarnya kau ada masalah apa dengan suzy ? kalau kau cerita tentunya kami akan membantu memecahkan masalah mu.” eunkwang terlihat yakin dengan ucapannya.

Ku ceritakan hal apa yang membuat ku kesal hari ini pada sahabat-sahabat ku.

Namun apa ?. Yang ada mereka tertawa malah tertawa terbahak-bahak saat aku selesai menceritakan masalah ku.

Ya, bagus. Sekarang aku jadi bahan tertawaan mereka.

Peniel menepuk bahu ku. “kau hanya perlu membuatnya cemburu.” Ucapnya.

“cemburu ? apa maksud mu ?” ku tatap peniel bingung.

“ayolah, jangan bodoh. Kau bisa mendekati seorang gadis di sekolah ini hanya untuk sekedar membuatnya cemburu. Gosib tentang mu akan cepat tersebar di sekolahan ini.” Jelas peniel akhirnya.

Bukankah ini namanya selingkuh ? walau hanya untuk membuatnya cemburu, jika aku bersama dengan seorang gadis tentunya ini di namakan selingkuh kan ?

“ku rasa itu terlalu…” hyunsik memotong kalimat ku.

“itu ide yang bagus, kau harus perlihatkan padanya. Kalau kau lah pemimpinnya.” Ucap hyunsik membuat ku sedikit terpengaruh.

“kau harus mencobanya, kau pasti bisa.” Desak sungjae kemudian dengan wajah yang sangat meyakinkan kalau aku sungguh bisa melakukannya.

*

Aku berdiri di depan pintu gerbang, kulihat suzy baru keluar dari gedung sekolah.

Ah, suzy. Ia menggerai rambut panjangnya seperti biasa. Cantik !

Aku sungguh merindukannya, ingin rasanya aku berlari seperti anak kecil kearahnya. Kulihat ia menatap kearah ku. oke, aku harus menghindari tatapan itu.

“oppa, hari ini kau akan mengantarku pulangkan.” Rengek seorang gadis di sebelah ku.

Gadis itu menggandeng tangan ku. Yahh ! lepas kan tangan mu. aku sungguh tak suka dengan gadis ini. Ia menempel terus pada ku seperti lem. Dari mana peniel mendapatkan gadis seperti ini.

Ku lihat suzy lewat di hadapan ku begitu saja. Ia tak mendatangi ku, hanya lewat.

Kutepis tangan gadis yang sedari siang tadi terus menempel pada ku saat kulihat suzy sudah menghilang dari pandangan ku. Aku harus mengejarnya. Mungkin ia marah karna ada gadis lain di sisi ku, aku harus memberikan penjelasan.

“aku tak bisa mengantar mu. aku harus mengejar pacar ku.” ucapan ku, mungkin agak kasar.

Tapi aku tak perduli, ku tinggal kan gadis itu begitu saja. Pasti sekarang gadis itu sedang mengumpat ku dari belakang, terserah.

**

Aku berdiri menyandar berjam-jam pada pintu apartement suzy seperti orang bodoh. Berkali-kali ku ketuk pintu itu, namun tak ada respon. Aku juga sudah berusaha menelponnya, tapi sepertinya suzy me-non aktif-kan handphone-nya.

‘Kemana dia ? kenapa masih belum pulang juga ?’

Hah, ayolah suzy ! aku sungguh tak akan melakuan hal seperti hari ini lagi. Aku hampir setengah gila di buatnya. Aku tak suka suzy menghilang.

Ku dengar suara langkah kaki dari kejauhan.

‘ah, itu pasti suzy.’

Aku langsung berdiri dengan tegak menantinya sampai di depan pintu apartement-nya. Aku tersenyum saat bayangan suzy mulai terlihat. Tapi, siapa itu ?

Ada seorang namja berjalan di samping suzy-ku.

***

Suzy pov__

“suzy ?.”

“yoseob ?.” Aku terperangah saat berbalik menatap pria yang duduk di belakang ku.

“ah, ternyata benar.” Ucapnya, ia berpindah duduk kesebelah ku.

“lama tak bertemu, kau masih seperti dulu. Cantik.” Lanjutnya sambil tersenyum.

Aku tersenyum masam menatapnya. Berani-beraninya dia muncul lagi setelah sekian lama menghilang. Sungguh pria yang seenaknya.

“berhentilah membual.” Aku mengalihkan pandangan ku keluar jendela, menatap jalan lebih baik dari pada menatap wajah yoseob.

“kau masih marah pada ku ?” tanyanya. Aku tak menjawab pertanyaannya, ku rasa ia pasti sudah tau jawaban-nya.

“astaga suzy, kau masih dendam pada ku ?” ku lihat pantulan wajahnya dari kaca jendela bus.

“ya, aku memang salah meninggalkan mu. saat itu aku emosi.”

Ingin rasanya aku melempar sesuatu ke wajahnya, ia jelas ingin mati saat berani mengungkit tentang masalalu kami. Ku tatap yoseob tajam.

“bisakah kau berhenti mengungkit masalalu.”

Yoseob mengerjapkan matanya beberapa kali.

Ah, aku benci itu.

“hentikan itu.” Darah ku rasanya mulai panas sekarang.

“apa ?” ia mengerutkan keningnya.

“ah, lupakan lah.” Aku kembali menatap keluar jendela.

“apa hari ini kau punya waktu ?” tanyanya.

“tidak.” Jawab ku singkat.

“hah, masih seperti saja seperti dulu, dingin.” Gerutunya.

Saat bus mulai berhenti lagi, yoseob langsung menarik ku turun dari bus. Tentu saja aku terkejut dengan tingkahnya. Ia masih seperti dulu, bertindak semaunya.

“hei, hei. Kau mau membawa ku kemana ?” aku berusaha melepaskan tangan ku dari genggaman yoseob. Tapi itu percuma saja, yoseob lebih kuat dari pada aku.

“apa lagi ? tentu saja mengajak mu mengenang masalalu kita.” Ucapnya sambil tersenyum, senyum yang sungguh sangat ku benci.

“aku tidak mau, lepaskan.” Ku tarik lagi tangan ku.

“tidak.” Bentaknya.

“aku tak akan melepaskan mu lagi. Tidak seperti dulu lagi suzy.” Lanjutnya.

Sungguh aku ingin benar-benar menampar wajahnya sekarang. Apa dia bilang tadi ? tak akan melepaskan ku seperti dulu lagi ? kau bukannya melepaskan ku yoseob. Kau membuang ku.

“hahahh.” aku mulai tertawa, tawa yang tak wajar. Lebih tepatnya tawa mengejek setiap kalimat yang di ucapkan yoseob.

“kenapa kau ini ? apa masalah mu ? kenapa kau muncul lagi ?.”

“kenapa kau tak menghilang saja selamanya dari hidup ku ?.”

“yahh !, Yang yoseob aku sungguh tak mengharapkan mu kembali lagi. Sungguh.” Ucap ku tajam.

Yoseob menghentikan gerakannya, ku tarik tangan ku lepas dari genggaman tangannya. Ia menatap ku datar. Entah apa sekarang yang ia pikirkan, aku tak perduli. Yang jelas aku sungguh sangat ingin pulang sekarang.

Aku berbalik meninggalkan yoseob sendiri. Baru 5 langkah aku berjalan menjauh dari yoseob, tiba-tiba tubuh ku langsung tak bisa bergerak maju lagi. Ada apa ini ?

Ku rasakan tangan yoseob melingkar erat di tubuh ku. ia memelukku di tengah keramaian.

“yoseob, apa yang kau lakukan.”

Kulihat orang-orang menatap kami berdua dengan aneh, ini memalukan.

“yoseob lepaskan.” Perintah ku.

“tidak. Tidak akan lagi.” Balasnya.

Hah, ya ampun. Apa yang di pikirkannya ? ia memeluk ku di tengah orang banyak. Ini bukan waktunya berdrama ria. Ini sungguh sangat memalukan.

“lepaskan pelukan mu, atau aku tak akan pernah mau lagi bertemu dengan mu seumur hidup.” Ancam ku.

“aku akan melepaskan mu, asal kau mau pergi bersama ku.” bisiknya.

Apa sekarang ia sedang mengajak ku tawar menawar ?

“oke, baiklah.” Jawab ku cepat. Yoseob memang melepas kan pelukan-nya, tapi tidak dengan genggaman kuat tangannya di lengan ku.

Ia membawaku ketempat makan favorit kami dulu, ia juga membawa ku ke taman, toko bunga, toko roti, dan lain sebagainya. Tempat-tempat yang tak pernah ku kunjungi lagi setelah putus darinya. Semua tempat itu tak berubah, masih sama seperti 2 tahun lalu. Saat aku dan yoseob masih bersama.

Yoseob menggandeng tangan ku sangat erat, dan hal ini mengingat ku pada seseorang. Seseorang yang juga sering menggandeng tangan ku seerat itu, Minhyuk.

Hey, kenapa ini ? kenapa aku mengingatnya ?.

“aku mau pulang.” Ucap ku pada yoseob.

“pulang ? aku akan mengantar mu.” jawab yoseob penuh semangat.

Mengantar ku ? tak pernah ada orang lain lagi yang mengantar ku pulang kecuali minhyuk. Dan sekarang yoseob akan melakukannya. Lagi pula minhyuk mungkin tak akan lagi mengantar jemput ku seperti dulu.

*

“kau sungguh-sungguh tinggal di sini sekarang bae suzy ?” yoseob menatap apartement ku dengan tatapan aneh.

“ya.” Jawab ku singkat.

“apartement kita dulu jauh lebih baik dari ini. Aku yakin di dalam sangat sempit.” Yoseob mulai membanding-bandingkan lagi.

“bisakah kau tau usah mengungkit-ungkit masalalu ?” ku tatap ia dengan wajah marah.

“wow, baiklah. Sekarang aku akan tutup mulut.” Yoseob menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Aku sungguh tak suka yoseob menyinggung atau membanding-bandingkan saat sekarang dengan masa-masa saat kami bersama dulu. Apartement ku yang sekarang memang lebih kecil dan agak sedikit suram di banding dengan apertement ku dan yoseob dulu. Tapi bukan berarti yoseob boleh meremehkan apartement baru ku yang sekarang kan ?

“sekarang pulanglah.” Usir ku.

“tidak mau, aku juga akan ikut naik keatas. Aku harus melihat seperti apa tempat kau tidur.” Yoseob menggembungkan pipinya seperti anak kecil.

Ku hela nafas panjang. Yoseob tak akan mendengarkan ku, ia selalu bertingkah seenaknya. Jadi aku tak mau ribut lagi sekarang.

Aku berjalan menaiki anak tangga, apartement ku ada dilantai 2 paling ujung. Sangat mudah untuk di temukan.

Saat sampai di sana kulihat sosok seseorang yang ku kenal.

“Minhyuk ?” tegur ku sambil menyipitkan mata, sedikit tak yakin kalau di depan sana benar-benar ada minhyuk.

“mwo ?” yoseob menatap ku bingung, yoseob mengikuti arah mata ku.

“siapa dia ?” tanya yoseob.

Aku tak menjawab, aku bahkan tak tau jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan yoseob itu. Minhyuk berjalan mendekati ku, aku bisa melihat wajah marah di sana.

Omo, yoseob ?! ada yoseob di sebelah ku.

“kau dari mana saja ?” tanya minhyuk dengan nada suara yang tinggi.

Oh, baiklah. Dia marah.

“dan siapa dia ?” minhyuk memandang lurus kearah yoseob.

“yoseob.” Yoseob mengulurkan tangannya.

“aku Yang Yoseob, mantan kekasih suzy.” Lanjutnya.

Tak ada kata-kata yang tepat bagi untuk menggambarkan ekspresi minhyuk. Ia menatap ku dan yoseob bergantian. Dan yoseob, sekarang ia tersenyum licik.

“mwo ?”

“mantan kekasih ?” minhyuk tak menyambut uluran tangan dari yoseob, ia hanya menatap ku tajam.

***

Minhyuk pov__

Mantan kekasih ?

Apa kau ingin membalas ku suzy ? ini sungguh tidak lucu. Aku menunggu mu berjam-jam di depan pintu apartement mu, sedangkan kau menghabiskan waktu dengan mantan kekasih mu ? Oh bagus.

Aku sekarang sungguh seperti orang bodoh. Ingin rasanya ku berteriak dan memukul wajah pria yang berdiri dihadapan ku ini. Beraninya dia membawa kekasih ku, suzy milik ku. bukan milik mu lagi bung.

“aku bertemu dengannya di dalam bus.” Ucap suzy santai.

Kau benar-benar santai atau memang kau tak punya ekspresi bae suzy ?

“kenapa kau naik bus ? kenapa tak pulang dengan ku saja ?”

Suzy menatap ku datar.

“bukannya kau mengantar gadis itu pulang ?”

Deg….Aku lupa tentang gadis itu.

“aku tidak mengantarnya.” Ucap ku cepat.

“benarkah ?” suzy seperti tak yakin dengan jawaban ku.

Wajar jika ia tak yakin, aku berselingkuh di depan matanya. Tapi dia juga tak lebih baik dari ku. suzy bahkan membawa pria ini ke apartement-nya.

Kulirik pria yang bernama yoseob itu dengan malas.

“aku minhyuk, kekasih suzy.” Aku tak menyambut tangan si mantan ini. Dan aku tak akan pernah mau menyambutnya.

Tingkat ku lebih tinggi darinya, dia hanya seorang mantan dan aku kekasih. Berfikir begitu membuat ku sedikit merasa lebih baik.

“dia sungguh kekasih mu ?” pria itu bertanya pada suzy, mungkin ia tak percaya pada ku.

“ya.” Jawab suzy. Aku tersenyum bangga mendengar jawab itu.

Bagus, pasti sekarang jawab suzy bisa memukul mundur pria bernama yoseob ini.

“wahh, kebetulan sekali. kita bisa bertukar pendapat tentang suzy.” Ucap yoseob.

Ah ? apa tadi ? bertukar pendapat ?

Apa sekarang dia sedang membuat forum tentang suzy-ku ?

“ahh, iya. Jadi kalian berdua tinggal di sini ?” yaseob menatap ku dan suzy bergantian.

“tidak, aku tinggal sendiri.” Jawab suzy datar.

“kenapa ?” yoseob mengerutkan keningnya.

“ahh, pasti karna apartemen ini terlalu kecil ya ?” ia melirikku, ku rasa saat ini ia sedang meremehkan ku. aku bisa saja mencarikan apartemen yang lebih bagus dari ini untuk suzy. Tapi suzy menolaknya.

“seharusnya kau mencari tempat tinggal yang seluas apartemen kita dulu bae suzy.”

Mwo ? seluas apartemen kita dulu ? apa maksudnya ? apa suzy ku dan si mantan ini pernah tinggal bersama ?

“apa maksudnya ?” tanya ku pada suzy.

“aku dan suzy dulu tinggal bersama.” Jawab yoseob.

‘aku tak bertanya pada mu.’ teriak ku dalam hati.

“apa kau benar-benar pernah….” Aku sungguh tak mau melanjutkan kalimat ku, lebih tepatnya aku tak bisa mengucapkannya dengan benar.

“kami memang pernah tinggal bersama dulu.” Jawab suzy.

Deg… tubuh ku mulai terasa lemas sekarang.

“bersama-sama dengan 2 kakak wanita yoseob juga.” Lanjut suzy dingin. Yoseob hanya senyum aneh saat suzy menatapnya dan memberikan penjelasan pada ku.

Ah, aku tau. Sekarang si mantan sedang mengajak ku berperang. Oke, aku terima. Rasanya ada kilatan listrik keluar dari sorot mata ku saat ini, saat menatap yoseob yang berdiri di sebelah suzy-ku. benarkah pria ini mantan suzy ?

“ahh, kurasa aku harus pulang sekarang.” Yoseob melihat kearah jam tangannya dan mundur perlahan, lalu berjalan meninggal kan aku dan suzy. Kurasa ia merasakan tatapan penuh amarah ku.

Suzy tak berbalik melihat kepergian yoseob, dan aku sangat lega.

*

Suzy berjalan lurus kedepan melewati ku begitu saja, membuka pintu apartementnya. Ku ikuti ia dari belakang. Saat aku menginjakkan kaki kanan ku di ambang pintu…

“kau juga pulang.” Ucap suzy dingin.

“mwo ?” aku sedikit terkejut mendengar ucapannya.

“pulanglah.” Perintah suzy.

“tidak, aku tidak mau.” Ku rentangkan tangan ku pada pintu yang terbuka lebar itu, agar suzy tak bisa menutup pintunya.

Ku lihat suzy mendekat. Ia meletakkan tangannya di dada ku, ia juga mendekatkan wajahnya kesisi ku. Suzy terlihat sungguh seperti vampire yang kelaparan sekarang.

“pulanglah.” Bisiknya tepat di telinga ku.

Terhipnotis, itulah yang ku rasakan sekarang. Tak ku sangka Suzy memiliki sisi yang seperti ini, membuat bulu kuduk ku merinding. Aku mengelengkan kepala beberapa kali, memulihkan kesadaran ku.

“tidak.” Ucap ku tegas.

Suzy memutar bola matanya dan menghela nafas pelan, kurasa sekarang ia mulai kesal. tapi aku tak perduli. Aku tak akan pulang sekarang, apa pun yang terja…

Apa ini ? kurasakan sesuatu yang dingin menyentuh bibir ku, dingin seperti es batu. suzy mencium ku ? ya, dia memang sedang mencium ku sekarang. Bibir suzy dingin, apa cuaca di luar membuat bibirnya jadi sedingin ini ? Ia mendekatkan tubuhnya mendorong tubuh ku kebelakang. Ku rasa aku akan terjatuh sebentar lagi. Ku lihat suzy tersenyum licik saat ia menghentikan ciumannya.

“kau harus pulang sekarang.” Kata terakhirnya sebelum ia menutup pintu apartementnya.

Sial, aku tertipu.

Tak masalah, bisa ku terima. Ku raih dada sebelah kiri ku. jantung ku berdetak tak karuan sekarang, mungkin akan meledak dalam beberapa detik lagi. Aku berdiri mematung di depan pintu apartement suzy.

Dan, tunggu. Apa tadi aku bilang suzy tersenyum ?

**

Cantik. Kata itu yang selalu muncul saat aku melihat suzy.

Ia duduk diam di kursinya seperti biasa, matahari pagi menyinari setengah bagian wajahnya yang sempurna, hal itu membuatnya seperti patung manusia porselin sungguhan di mata ku. sepanjang pelajaran aku hanya menatapnya. Aku bahkan tak tau apa yang di ocehkan guru mook di depan sana.

‘tak penting.’ Pikir ku.

Saat pelajaran berakhir, aku langsung berjalan ke arah suzy. Ku lihat para gadis-gadis tukang gosib langsung berembuk di satu meja. Mereka berbisik-bisik saat melihat ku mendekati suzy.

“temani aku main basket.” Ucap ku sambil menariknya keluar kelas.

Suzy tak mengatakan apa-apa, ia langsung berdiri dan mengikuti ku. Suzy duduk di kursi penonton sambil menopang dagunya seperti biasa saat aku bermain bakset dengan teman-teman ku. aku suka berlari kearahnya saat mulai lelah bermain basket.

“malam ini makan malam di rumah ku ya ?.” ucap ku sambil berbaring di pangkuan suzy setelah lelah bermain basket.

Suzy tak menjawab, dia hanya diam menatap lurus kedepan.

“yahh, bae suzy. Kau dengar aku ?” ku angkat sedikit kepala hingga sejajar dengan wajah suzy.

“ya, aku dengar.” Ucapnya santai.

“kau kenapa ?, apa kau sakit ?” aku mulai merasa suzy agak aneh akhir-akhir ini. Lebih tepatnya sejak yoseob hadir di antara kami. Saat diam ia terlihat seperti memikirkan sesuatu, sebenarnya apa yang kau pikirkan bae suzy ?

“tidak.” Jawabnya singkat.

“lalu kenapa ?” kini ku putuskan untuk duduk dengan rapi di sebelah suzy.

“aku hanya merasa ini sudah tak menyenangkan lagi.” Suzy menatap ku dalam. Apa maksudnya ini ? apa dia berniat mengakhiri hubungan kami ?

Jantung ku mulai berdetak kencang dan semakin kencang lagi. Ayolah suzy, kita sedang baik-baik saja sekarang.

“tak menyenangkan lagi ? apa maksud mu ?” suara ku mulai bergetar saat mengucapkan setiap kata yang keluar dari mulut ku.

“bagaimana kalau kita akhiri saja ?” ucap suzy datar.

“kenapa ?” jantungku rasanya berhenti seketika sekarang.

“ku rasa yoseob lebih baik dari pada diri mu.” suzy menatap lurus kedepan.

Ku ikuti arah tatapan mata suzy. Aigoo, itu.

“suzy-ah” seorang pria melambai kan tangannya dengan riang pada suzy.

“yoseob. si mantan ?” baiklah, aku kena serangan jantung mendadak sekarang.

Ku pegangi dada ku yang sekarang terasa sangat sakit. Tapi, ada apa ini ? jantung ku tak berdetak. Mana jantung ku ? Aku meraba-raba seluruh tubuh ku.

Dan,

Tidak ada, jantung ku tidak ada. Ku tatap suzy yang sekarang sudah ada di dalam pelukan yoseob. Ia tersenyum, tersenyum seperti malam itu. Senyum licik. Kulihat suzy seperti menggenggam sesuatu. Apa itu ?

“kau mencari ini lee minhyuk ?” ia memperlihatkan batu kristal berwarna merah ruby yang memenuhi tangan putih porselinnya.

Apa itu jantung ku ?

Yoseob merebut jantung ku dari tangan suzy. Yahh, jauhkan tangan kotor mu dari jantung ku.

“kau tak memerlukan ini lagi chagiya.” Ucap yoseob pada suzy sambil menimang-nimang jantung ku. ia menatap ku dengan remeh lalu tersenyum sinis.

“suzy.” Ucap ku lirih. Suzy hanya menatap ku datar, sekarang suzy benar-benar terlihat seperti vampire. Kulit putih pucat, tatapan dingin menusuk, bibir merah semerah kelopak mawar. Tapi, sejak kapan bibir suzy jadi merah seperti itu ?

“ambil ini .” yoseob melempar jantung ku jauh sambil tertawa mengerikan.

Tidak, jangan lempar. Aku harus menangkapnya, kalau tidak jantung ku akan pecah hancur berantakan. Aku berlari sekencang-kencangnya mengejar jantung ku. tinggal beberapa senti lagi jantung ku membentur tanah. Aku jatuh terbaring menangkapnya, tapi….

PranggggggG….

Pecah, jantung ku jatuh ketanah, dan sekarang hancur berkeping-keping. Aku terdiam membatu sejenak. Ku tatap serpihan jantung ku.

“tidak.” Ku kumpulkan serpihan batu-batu berkilau itu di tangan ku.

“jangan begini. Jangan hancur begini.” Aku berusaha mengumpulakan seluruh pecahan jantung ku, berharap bisa membawanya pulang dan memperbaikinya di rumah. Namun entah kenapa, serpihan jantung ku semakin banyak dan mulai berjatuhan dari sela-sela jari ku.

“tidak, tidak, Tidakkkkkkk..” aku berteriak sekeras-kerasnya, berharap ada yang datang menolong ku.

“hyuk..” ku dengar sayup sayup seorang wanita memanggil ku dari kejauhan.

“minhyuk.” Siapa itu ? apa itu suzy ?

“lee minhyuk.” Ahh, bukan. Ini bukan suara suzy. Suara suzy tak seaneh dan setua ini.

“LEE MINHYUKkkkk….”

Seorang wanita paruh baya berdiri di hadapan ku sambil menggenggam buku di tangannya.

Aigoo, dia guru ku. Jadi aku tadi bermimpi? Syukurlah.

‘mimpi yang sungguh menyeramkan.’

Aku melirik kearah suzy, ia mengerutkan dahinya sambil menatap ku. ku balas tatapan suzy dengan senyum semanis yang aku bisa.

“kenapa kau senyum-senyum.” Guru mook memukul kepala ku dengan buku di tangannya, membuat ku kembali tersadar.

“berdiri di belakang.” Perintahnya. Orang tua ini sedang menghukumku ya ?

Aku berdiri di belakang meja teman-teman ku, sedangkan bu guru mook kembali kepelajarannya. Ku tatap suzy yang sedang duduk rapi menatap lurus kepapan tulis. Ku raba dada ku. ku rasakan jantung ku berdetak disana.

‘jantung ku masih ada.’ Pikirku, tanpa sadar aku tersenyum lagi sekarang.

***

Suzy pov__

“Tidakkkkkk…”

Semua orang di dalam kelas menatap aneh kearah minhyuk, dia sedang tertidur. Dan seperti juga sedang bermimpi buruk. Bu guru mook mendekatinya memanggilnya beberapa kali agar bangun dari tidurnya. Tapi itu tak berhasih sebelum bu guru mook meneriakkan namanya dengan nyaring.

“LEE MINHYUKkkk..” teriak guru mook.

“ahh.” Minhyuk tersentak kaget, ia melihat kesekelilingnya sebelum kemudian menatap guru mook.

Hampir seluruh orang dalam ruang kelas menertawakannya, kecuali aku.

‘pabo.’

Ia menatap ku sambil tersenyum, senyum yang akhirnya membawanya kearah hukuman berdiri di belakang kelas.

*

“malam ini makan malam di rumah ku ya ?” ucap minhyuk sambil berbaring di pangkuan ku.

“mwo ?” aku menundukkan kepala agar bisa melihat wajah minhyuk, apa sekarang ini dia sedang bercanda ?

“kenapa ?” minhyuk membulatkan matanya saat aku menatapnya tak percaya.

“kau mengajakku makan malam di rumah mu ?”

“emm.” Minhyuk mengerjapkan matanya.

“kau kan pacar ku.” lanjutnya santai.

“tapi aku cuma pacar bayaran mu, jadi tak usah seserius ini.” Balasku.

Minhyuk mengangkat kepalanya hingga sejajar dengan wajah ku.

“aku tak menganggap mu begitu.” Minhyuk merengutkan wajahnya.

“kau pacar ku, aku bahkan sudah memikirkan untuk menikahi mu setelah lulus sekolah.”

Oh, baiklah. Khayalan anak kecil, dan sekarang aku sedang terjebak didalamnya.

“sebelumnya aku harus memperkenalkan mu pada orang tua ku.” minhyuk terlihat serius dengan ucapannya. Aku hanya menatapnya dengan malas seperti biasa.

Aku harus bilang apa sekarang ? selain bodoh, idiot, dan seenaknya sendiri tak ada lagi kata-kata yang tepat untuknya. Bahkan kurasa minhyuk mulai mirip seperti seseorang, seperti yoseob.

**

“eomma, appa.”

“aku kan menikahi suzy setelah lulus sekolah ini.” Ucap minhyuk lantang di sela-sela makan malam.

“uhukkkk.”

Bisa kulihat ayah minhyuk terkaget-kaget, hingga memuntahkan makanan yang ada dalam mulutnya. Ibunya bahkan tak terlihat lebih baik. Sedok di tangannya bahkan sampai jatuh kelantai, ibunya sungguh terlihat shock mendengar ucapan minhyuk. Aku membelalakan mata menatap minhyuk tak percaya.

Hening, itulah yang terjadi saat makan malam di rumah minhyuk. Aku tak menyangka ia akan mengatakan hal mengerikankan itu kepada orang tuanya. Aku tak akan kaget jika setelah ini orang tuanya akan menculik ku dan menyingkirkan ku jauh dari anaknya yang idiot ini seperti drama-drama di tv.

Minhyuk menggenggam tangan ku dan tersenyum sangat aneh. Rasanya aku akan muntah setiap melihat senyumnya itu, mungkin bagi orang lain ia akan terlihat manis. Tapi tidak untuk ku, ia terlihat sungguh menjijikan.

“lalu, bagaimana dengan kuliah mu ?” ayah minhyuk mulai angkat bicara memecah keheningan yang aneh ini.

“aku akan tetap kuliah.” Jawab minhyuk riang.

“emm, tapi. Apa tidak terlalu terburu-buru untuk memikirkan pernikahan ?” ibunya menatap ku dan minhyuk bergantian. Ibu minhyuk sangat cantik, berwajah lembut dan juga terlihat sanggat baik. Tidak mungkinkan wajah seperti ini menyewa orang untuk menyingkirkan ku.

“ahh, tidak. Aku sudah memikirkannya matang-matang.” Minhyuk mengangguk-anggukan kepalanya tak jelas.

Sejak kapan kau memikirkan hal mengerikan ini lee minhyuk ? aku bahkan tak pernah selintas pun berfikir untuk menikah dengan mu.

“apa tidak sebaiknya bertunangan saja dulu, baru setelah itu menikah.” Saran ibunya.

‘Ayolah bi, kumohon. Kau jangan terpengaruh permintaan aneh putra mu ini. Bisakah salah satu dari orang tuanya menentang keras hubungan kami.’ Teriak ku dalam hati.

“ahh, itu ide yang bagus.” Timpal ayahnya.

“bagaimana kalau kalian bertunganan saja dulu. Setelah kau berkerja dan mulai mandiri baru kalian menikah.” Lanjut ayah minhyuk dengan bersemangat.

“wahh. Ku rasa itu lebih baik.” Ibu minhyuk juga terlihat tak kalah bersemangatnya.

Sebaiknya aku tak usah menceritakan bagaimana ekspresi minhyuk saat ini. Ku rasa sekarang aku sedang terjebak dalam sebuah keluarga yang tak terduga. Apa sekarang aku sedang masuk dalam drama komedi situasi ? jika benar, bisakah sutradaranya berteriak ‘cut’ sekarang. Aku perlu pemeran pengganti !

Diam kurasa adalah hal terbaik saat ini, kepala mulai pusing. Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini ? tak pernah ku bayangkan. Keluarga minhyuk menerima ku dengan baik.

Ibu minhyuk bahkan menanyakan pekerjaan orang tua ku. aku menjawabnya dengan jujur, aku tak berminat berbohong sekarang. Aku menjawab setiap pertanyan orang tua minhyuk dengan jujur. Dan terdiam lama saat ibu minhyuk bertanya sudah berapa lama aku dan minhyuk berpacaran. Oh, baiklah. Aku sungguh tak ingat, atau lebih tepatnya aku tak berminat mengingatnya.

Minhyuk,

Kurasa aku salah menilai mu, kau sama sekali tidak mirip yoseob. Kau lebih mengerikan darinya, sungguh. Ku pastikan aku tak akan tidur dengan nyenyak malam ini.

***

Normal pov__

Ting tong…

Bel apartemen suzy berbunyi. Gadis itu bergerak gontai ke arah pintu, di bukanya pintu dengan malas.

“tadaaa.”

Sebuah rangkaian bunga mawar merah menyapa suzy tepat di depan wajahnya. Suzy memiringkan kepalanya sedikit melihat siapa orang di balik rangkaian bunga mawar ini.

‘oh tentu saja.’ Batin suzy.

Yoseob tersenyum manis di balik rangkaian bunga itu.

“ini untuk mu.” ucapnya riang.

“bunga mawar merah segar dari toko bunga langganan kita dulu.” Lanjutnya.

Suzy melirik bunga mawar merah itu tak berminat.

“kau mulai lagi.” Ucap suzy datar.

Yoseob menggigit bibir bagian bawahnya masih menyodorkan rangkaian bunga mawar itu pada suzy.

“bawa pulang lagi bunga itu. Berikan pada kakak mu saja, aku tak punya vas untuknya.” Lanjut suzy.

“ahh, sudah ku duga kau akan mengatakan hal itu.” Yoseob mengeluarkan sebuah vas Kristal cantik dari dalam ranselnya.

“ini untuk mu.” yoseob memberikan vas itu pada suzy.

“tak ada alasan lagi untuk menolaknya.” Yoseob tersenyum manis pada suzy.

Suzy mengambil vas serta bunga mawar itu dari tangan yoseob.

“sekarang pulang lah.” Ucap suzy akhirnya.

“mwo ?”

“kau mengusir ku bae suzy ?” yoseob membulatkan matanya memandang suzy tak percaya.

“ya.” Jawab suzy singkat.

“isss, kau masih saja seperti dulu. Dingin.” Protes yoseob.

“lalu ? kenapa sampai sekarang kau masih saja mengganggu ku ?” suzy menatap yoseob dingin.

“hahahahaa.. itu karna aku suka kau yang seperti ini.” Ia tertawa ringan sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

“ayolah, ijin kan aku masuk. Aku hanya berkunjung, meminum segelas teh lalu pulang.” Lanjutnya.

Suzy hanya mengerutkan keningnya, terlihat suzy tak terlalu berminat dengan kedatangan yoseob. yoseob memasuki apartement suzy dengan semangat. Di ikuti suzy di belakangnya.

“wahh, kecil sekali.” yoseob menyebarkan pandangannya kesetiap sudut ruangan.

“kau yakin bisa bernafas di tempat sekecil ini bae suzy ?” ucap yoseob lagi.

Suzy tak menjawab, ia terlalu sibuk menempatkan bunga pemberian yoseob kedalam vas dan meletakkannya di atas meja tepat di samping jendela kamarnya.

“ahhh, nilai plus dari tempat ini hanya tempat tidur empuk ini.” Yoseob duduk menyilangkan kakinya ke atas ranjang suzy.

“itu baru.” Celetuk suzy.

“emm .” yoseob menaikan sebelah alisnya.

“baru ?” lanjutnya.

“ya, minhyuk baru membelikannya untuk ku.” Ucap suzy, ia terlihat tak terlalu ingin bercerita.

Yoseob membuat wajah jeleknya saat suzy menyinggung nama minhyuk di sela pembicaraan mereka.

“aku tak suka namja itu.” Yoseob melirik suzy yang masih berdiri mengatur peletakan vas bunga barunya.

“dia terlihat kekanak-kanakan dan menyebalkan.” Lanjutnya.

“apa bedanya dengan mu ? kalian berdua sama saja. Sama-sama menyebalkan dan kekanak-kanakan. Bahkan kurasa kau lebih kekanak-kanan dari pada dia.” Timpal suzy santai.

“yahh. Bae suzy, jangan sama kan aku dengan pacar baru mu itu. Aku jauh lebih baik darinya. Kau tau itu kan ?” yoseob mulai menyombongkan dirinya.

Suzy berbalik menatap yoseob nanar.

“kau bercanda ? kau bahkan lebih buruk darinya.”

“mwo ? yahh, bae suzy. Kau lupa kau pernah mencintai ku dulu ?” yoseob membalas tatapan suzy.

Suzy kembali ke vas bunganya, ia mengatur beberapa tangkai bunga.

“ya, itu dulu. Bahkan sekarang aku sudah lupa pernah menyukai mu kalau kau tak mengingatkannya.”

“issss, kau kejam sekali.” gerutu yoseob.

Ting tong….

Suara bel apartement suzy kembali berbunyi. Baru suzy mulai bergerak, yoseob dengan sigap langsung berdiri.

“biar aku saja.” Yoseob berlari kecil dan membuka pintu dengan semangat.

Dan…

“ohhh, kau ?” wajah yoseob seketika berubah jadi aneh saat melihat siapa yang datang.

“siapa itu ?” ucap suzy sambil menengok ke arah pintu.

“minhyuk ?” suzy berjalan dengan santai menghampiri yoseob dan minhyuk yang hanya terdiam saja dari tadi.

“dia, kenapa dia ada disini.” Ucap minhyuk, terdengar dari ucapannya ia tak suka ada yoseob di apartement suzy.

“dia ?” suzy melirik kearah yoseob.

“dia hanya berkunjung .” lanjutnya lagi.

*

Yoseob dan minhyuk duduk berseberangan terhalang meja kecil pendek di tengah ruang sempit apartemen suzy. Mereka saling menatap tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Suzy meletakkan dua gelas teh hangat di antara mereka sambil menatap dua pria itu bergantian.

“apa kalian sekarang sedang adu menatap ?” ucap suzy kesal melihat tingkah kekanak-kanakan yoseob dan minhyuk.

Minhyuk menolehkan kepalanya kepada suzy, tanpa sengaja di lihatnya bunga mawar segar di dalam vas baru suzy. Tentu saja benda itu bukan darinya.

“sejak kapan kau punya benda itu.” Minhyuk menunjuk vas Kristal bening yang bertengger manis di atas meja samping tempat tidur suzy.

Suzy menolehkan kepalanya ikut melihat kearah vas bunga barunya.

“baru saja. Tadi Yoseob membawakannya untuk ku.” jawab suzy ringan.

Minhyuk menaikkan sebelah alisnya.

“bunganya ?”

“dari yoseob juga.” Balas suzy.

Minhyuk menatap yoseob dengan kesal, di lihatnya yoseob menyeruput teh yang di sediakan suzy dengan sangat menikmati. Di balik cangkir, yoseob mengembangkan senyum kemenangannya.

“apa kau tak pernah membelikan suzy mawar ?” celetuk yoseob sambil meletakkan cangkir di tangannya kembali ketempat semula.

“dia sangat menyukai mawar. Bahkan aku yakin aroma parfumnya pasti masih wangi mawar segar. Iya kan ?” lanjutnya, membuat wajah minhyuk semakin tertekuk menahan kesal.

“hentikan itu yoseob.” Ucap suzy dingin.

“kenapa ? aku salah apa ?” yoseob membulatkan matanya, membuatnya terlihat lucu. Tapi hal itu tak berlaku bagi suzy apa lagi minhyuk.

“cepat habiskan teh mu dan segera pulang.” Tukas suzy yang mulai merasakan hawa berbeda dari minhyuk. Ia tau sekarang pria di sampingnya ini sedang memendam amarahnya. Dan suzy harus segera menyingkirkan sumber masalah sebelum amarah minhyuk benar-benar meledak.

“issss.. selalu saja mengusir ku.” gerutu yoseob.

“baiklah, aku pulang sekarang.” Yoseob meraih tasnya lalu segera berdiri dan berjalan keluar dengan wajah merengut.

Suzy menatap kepergian yoseob dengan datar, tanpa ada niat sedikit pun di dirinya untuk mengantar yoseob barang sampai depan pintu saja. Di tatapnya minhyuk yang duduk menyilangkan kaki tak beranjak dari tempatnya tadi, ia masih menekuk wajahnya walau yoseob sudah menghilang dari hadapannya. Beberapa menit sudah berlalu terhitung sejak yoseob pergi meninggalkan apartement suzy, dan minhyuk masih juga setia dalam diamnya.

“kau sungguh suka mawar ?” ucap minhyuk akhirnya memecah keheningan.

“ya.” Jawab suzy singkat.

Minhyuk berdiri berjalan menuju meja tempat suzy meletakkan vas serta mawar pemberian yoseob. di raihnya vas berisi mawar itu dan menjatuhkannya kedalam tempat sampah kecil di samping meja.

“apa yang kau lakukan.” Bentak suzy sambil berusaha memungut kembali vas serta mawar yang sudah di buang minhyuk.

Minhyuk menangkap tangan suzy dengan cepat sebelum suzy berhasil meraih vas yang sudah di buangnya itu.

“jangan pungut lagi, kalau sudah di buang jangan pernah kau memungutnya lagi.”ucap minhyuk dengan nada suara tinggi.

“kenapa ? kau yang membuangnya, bukan aku.” Balas suzy setengah berteriak.

Minhyuk menghela nafas singkat, memutar bola matanya sebelum akhirnya menatap suzy dingin.

“kau masih menyukainya ?” tanya minhyuk ketus.

“apa kau masih menyukainya bae suzy ?” suara minhyuk kini memenuhi ruangan meninggalkan gema di akhir kalimat. Suzy menatap minhyuk tak percaya, ini pertama kalinya minhyuk membentaknya selama mereka memutuskan bersama.

“hahh, sudahlah.”

Minhyuk melepaskan tangan suzy dari genggaman-nya. Ia berdiri tegak meremas rambutnya dan menatap ke sekeliling ruangan seolah berusaha mencari kesadarannya yang entah kemana menghilang. Suzy masih terduduk di depan tempat sampah kecilnya yang kini di penuhi oleh vas dan Bungan mawar dari yoseob.

“kau tau suzy ?” minhyuk kembali menatap kearah gadis yang sudah beberapa bulan ini menjadi kekasihnya.

“aku sekarang benar-benar merasa kalau kau tak pernah menyukai ku. Bahkan mungkin tak pernah terpikir oleh mu untuk mencoba menyukai ku.” ucap minhyuk lagi.

Suzy tak menjawab atau pun membalas tatapan minhyuk, tak ada yang harus di jawab. Minhyuk bisa dengan mudah menemukan jawabannya sendiri.

“ku pikir jika terus bersama, perlahan kau akan mulai menyukai ku.” minhyuk tersenyum kecut.

“tapi kurasa hal itu tak berlaku untuk mu bae suzy. Hati mu sungguh terlalu dingin, dan aku tak bisa berada disana.”

***

Suzy pov__

“ku pikir jika terus bersama, perlahan kau kan menyukai ku. tapi kurasa hal itu tak berlaku untuk mu bae suzy. Hati mu sungguh terlalu dingin dan aku tak bisa berada di sana.”

Deg…

Apa ini ? apa kejadian 2 tahun lalu sedang terulang kembali ?

Aku masih ingat kalimat terakhir itu.

‘hati mu sungguh terlalu dingin dan aku tak bisa berada disana.’

Kalimat itu pernah di ucap sebelumnya oleh seseorang. Seseorang yang memberikan ku mawar yang telah di buang minhyuk. Yoseob.

Saat kalimat itu berakhir, maka berakhirlah juga hubungan kami. Apa aku seburuk itu ?

“sekarang kau bebas memilih bae suzy.” Ucap minhyuk.

Memilih ? memilih apa ? kau tak sedang memberikan ku pilihan, jadi apa yang harus ku pilih.

Ku angkat wajah ku sedikit, berusaha melihat wajah minhyuk. Ia sedang marah, dan ini pertama kalinya ia marah pada ku. aku tak terbiasa di bentaknya, dan itu membuat ku sedikit takut. Wajahnya tak seramah kemarin-kemarin, eksperesi itu persis seperti ekspresi saat aku menatap cermin ‘Datar’. Dan minhyuk tak cocok dengan ekspresi itu.

“mwo ?” hanya kata itu yang berhasil keluar dari tenggorokan ku.

Minhyuk menggelengkan kepalanya seolah sedang kesusahan.

“entah lah, sebaiknya aku pulang.” Ucapnya. Minhyuk meraih tas serta mantelnya yang tergeletak di lantai. Ia tak kembali menatap ku, langsung keluar tanpa tersenyum aneh seperti biasanya. Sekarang aku terbiasa melihat senyum menjijikan-nya itu. Dan saat ia tak melakukannya lagi, hal itu terasa ganjil untuk ku.

Ada apa dengan ku ?

Aku tak biasa seperti ini. Ini persis seperti 2 tahun lalu, saat aku dan yoseob bersama. aku bukan gadis manis yang suka memautkan tangan pada sang kekasih.

Atau mengatakan ‘Aku mencintai mu.’

Oh sungguh, jangan pernah paksa aku mengatakannya. Bagi ku itu kalimat paling menjijikan di dunia. Tak salah mememang mengatakannya, jika memang begitu perasaan mu. tapi aku sungguh tak pernah bisa mengatakannya. Tidak dengan yoseob dulu atau dengan minhyuk sekarang.

Sepertinya selama ini aku sedang di kutuk. Aku selalu mencintai seseorang di akhir cerita, sungguh seperti drama. Tapi memang itulah yang terjadi, aku hanya kan mulai menyadari perasaan ku jika orang itu sudah meninggalkan ku. dan akhirnya hanya akan menyisakan benci di hati ku, karna aku merasa si pria tak cukup sabar menunggu ku memiliki perasaan yang sama sepertinya.

Tragis.

***

Minhyuk pov__

Aku menyalakan motor ku dan berkendara di tengah hawa dingin yang menusuk tulang-tulang ku. mantel tebal yang ku pakai bahkan tak bisa menghindarkan ku dari rasa dingin ini.

‘Dingin ?’

Ya, ini memang dingin. Sama seperti hati suzy.

Aku muak selama ini pura-pura menganggap suzy memiliki perasaan sepertiku, aku lelah menutup mata tentang segala hal yang kulihat saat suzy merasa tak nyaman atau sedang berakting saat memanjakan ku. suzy mememang pandai berakting, tapi itu tidak membuat ku tak bisa merasakan mana yang nyata dan mana yang tidak.

Lagi pula, apa lagi yang bisa ku lakukan ? uang memang bisa membuat suzy berada di sisi ku, tapi tidak dengan hatinya. Seandainya bisa, aku rela mengeluarkan berapa pun untuk bisa memiliki hatinya.

Mungkin yoseob memang lebih baik untuknya. Yoseob si mantan, pria yang pernah bersama suzy dulu. Mungkin ia lebih mengerti suzy.

Arghhh, memikirkannya saja sudah membuat ku sangat marah.

Tiba-tiba saja dada ku terasa sesak. Bukan karna kekurangan oksigen. Tapi sepertinya jantung ku membesar, mungkin bengkak.

Hahh, suzy. kau membuat ku sakit sekarang.

***

Yoseob pov__

Suzy mengusir ku lagi.

Padahal aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal.

Tak apa, aku sudah terbiasa. Aku senang bisa bertemu dengannya lagi.

Saat bertemu dengannya lagi di dalam bus, sejujurnya aku sedikit terkejut. Rambutnya sudah panjang sekarang, Dan itu membuatnya tambah cantik. Aku berharap ia masih sendiri saat itu.

Hingga akhirnya pria bernama minhyuk mengaku sebagai pacarnya saat kami tak sengaja bertemu di apartement kecil suzy.

Sial.

Jika boleh jujur aku sungguh tak suka ada pria lain di samping suzy. aku tak suka pria itu. Egois memang. Tapi selama ini aku sudah bersusah payah mencari suzy dan saat bertemu lagi, seseorang telah memilikinya. Itu membuat ku kesal, pencarian ku terasa sia-sia.

Seandainya saja aku tak marah dulu,

Seandainya aku tak membentaknya,

Seandainya aku bisa lebih sabar menghadapinya,

Seandainya aku langsung minta maaf padanya,

Seandainya ia masih satu sekolah dengan ku, dan

Seandainya ia tak pindah meninggalkan apartement tempat kami tinggal.

Pastinya suzy masih berada di samping ku sekarang. Banyak kata seandainya di dalam otak ku, tapi tak bisa ku rincikan satu persatu. Terlalu panjang jika di buat menjadi daftar.

Dia masih suka mawar, terbukti saat bertemu dengannya lagi. Aroma tubuhnya masih seperti dulu. Aroma mawar segar. Dan aku sangat menyukainya.

Teh buatnya masih sama seperti dulu, Teh mawar dengan manis yang pas. Kesukaan ku.

Suzy, taukah kau ?

Kau masih seperti dulu, seindah mawar. Walau pun masih sedingin salju. Tapi aku masih menyukainya.

Ah, bukan. Lebih tepatnya aku terus menyukainya. Mungkin pergi kuliah keluar negeri adalah salah satu cara yang ampuh untuk bisa melupakan mu, tak ada salahnya ku coba.

Jadi, selamat tinggal.

***

Suzy pov__

Aku duduk dan membiarkan para kelompok gadis penggosib memandangiku dengan wajah penuh tanda tanya sambil berbisik-bisik tak jelas, ku rasa mereka terlalu takut bertanya pada ku apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan minhyuk.

Tak sulit melihat perubahan yang terjadi pada kami berdua. Kami tak saling menegur, menyapa, menatap, atau melirik. Minhyuk tak lagi seperti dulu. Menarik ku untuk menemaninya bermain basket, tersenyum aneh setiap melirik ku atau menjanjikan pergi bersama.

Apa ini ? apa aku merindukannya ?

‘Hahh, tidak. Aku pasti hanya belum terbiasa saja.’

Kata rindu terlalu norak dan terkesan merendahkan harga diri ku. Aku bersenandung pelan mengikuti lagu yang ku dengarkan, lagu yang bertempo agak lambat. Terkesan seperti lagu sedih saat aku yang menyenandungkannya. Aku menatap pantulan wajah ku di kaca jendela yang berdebu. Tak ada yang berbeda di sana, masih seperti dulu.

Datar. Bukan, kurasa lebih tepatnya dingin. Itulah yang di katakan minhyuk.

Kulihat kesebelah bayangan wajah ku di kaca jendela, ada pantulan wajah minhyuk di sana. Ia sedang tertawa bersama teman-temannya.

‘Apa ada yang lucu ?’

Aku begitu penasaran. Tapi tak berani berbalik dan menatap kearah minhyuk, seolah berbalik menghadap kearahnya itu adalah sebuah kesalahan.

‘Ayolah suzy, kau tak perlu menatapnya langsung. Puas lah dengan hanya menatap pantulan potret dirinya di kaca jendela yang berdebu ini.’ Aku terus mengulang kalimat itu pada diri sendiri, berharap tak akan tergoda lagi untuk menatap minhyuk secara langsung.

***

Minhyuk pov__

“kau benar-benar sudah putus dengan suzy ?” tanya eun kwang tiba-tiba, tatapannya tertuju pada ku.

“memangnya kenapa ?” sahut ku tak berminat. Aku tak terlalu suka eunkwang menyinggung masalah ini.

“tidak. Hanya ingin memastikan saja.” Ia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menatap lurus kedepan.

“ini terasa agak aneh.” Celetuk sungjae.

“agak aneh ?” aku menyipitkan mata, menatap sungjae tajam.

“ya, kau terlihat seperti orang abnormal sekarang.” Jawab sungjae.

“lebih tepatnya kau seperti orang linglung.” Timpal cangsub.

Aku tak menjawab atau berusaha membela diri. Aku tak tau harus berkata apa, mereka memang benar. Aku memang seperti orang linglung saat ini. Kulirik suzy yang duduk damai dengan headset menutup telinganya.

Ia masih terlihat seperti dulu, tak ada yang berubah. Kecuali rambutnya yang sudah semakin panjang. Kulitnya juga agak sedikit coklat , tak seputih salju seperti dulu. tapi itu tak menjadi masalah, suzy masih tetap cantik.



“cepat lah selesai kan urusan mu, kita tak punya banyak waktu lagi berada di sekolah ini. jangan buat diri mu menyesal.” Ucap eunkwang seolah bisa membaca pikiran ku seperti suzy.

Saat menuju ruang guru, aku berpapasan dengan suzy di koridor. Hanya sekedar berpapasan, tak saling menatap atap pun tegur sapa. Kami seolah tak saling kenal. Ini terasa aneh untuk ku, jelas bukan gaya ku. tapi tetap ku paksakan untuk tetap menatap lurus kedepan, hingga akhirnya suzy berlalu begitu saja.

Ia meninggalkan aroma mawar segar di setiap langkahnya.

‘mawar segar ?’

Arghh, aku mulai kesal lagi mengingatnya.

Tinggal beberapa bulan lagi kami akan lulus dan mulai mencari jati diri masing-masing di luar sana. jadi kami harus berkonsultasi pada wali kelas kami untuk menentukan universitas mana yang cocok untuk kami. Aku memilih Dankook University – Musical sebagai tujuan ku karna belakangan ini aku tertarik pada music.

Tapi bukan itu saja yang ku pikirkan sekarang. Aku mulai ingin tau universitas mana yang suzy pilih. Jurusan apa yang tekuninya. Semua tentang suzy mulai menjadi penting lagi sekarang.

Apa ini karna efek aroma mawar segar tadi ?

***

aku berjalan memasuki kelas, sebelum akhirnya terhenti di ambang pintu.

Terkejut, itu mungkin bukan kata-kata yang pas untuk mengambarkan perasaan ku. aku bukan hanya terkejut, aku juga terpaku, terpukau, entah lah apa lagi ini. Tak cukup kata berimbuhan ter mewakili perasaan ku saat ini.

Suzy berdiri pas di hadapan ku, menyisakan ruang beberapa senti di antara kami, ini seperti kejadian di apartement suzy, dimana setelahnya suzy mencium ku dan mendorong ku keluar dari apartemen-nya lalu menutup pintu.

Tapi ini bukan apartemen-nya, jadi tak mungkin suzy mendorong ku keluar dan menutup pintu kan ?. Ku lirik sedikit ke dalam ruang kelas, tak ada orang disana. Hanya ada aku dan suzy di ambang pintu berdiri mematung tak jelas kenapa.

Suzy mundur menepi ke dinding, membiar kan aku masuk ke dalam kelas. Aku menggerakkan mata ku kesan kemari tak nyaman, suzy masih menyandar pada dinding menunggu ku masuk kedalam kelas, Ia tak menatap ku.

Aku berjalan cepat menuju meja ku, meraih tas lalu kemudian meninggalkan kelas suram ini. Suzy sudah tak ada di tempatnya, mungkin sudah keluar dari tadi.

Aku berjalan menelusuri koridor dengan suzy di depan ku. aku tersenyum saat melihat suzy masih memakai tas couple kami. Apa dia terus memakainya ?

Aku mengikutinya dari belakang, tak berjalan cepat atau lebih lambat darinya. Aku bisa saja mengimbang langkahnya. Tapi tak ku lakukan, aku suka menatap suzy dari belakang, aku suka melihanya memakai tas couple kami.

Angin bertiup menghembuskan rambut panjang suzy ke belakang saat kami keluar gedung sekolah. Angin membawa aroma mawar segar suzy menyapu wajah ku. mendadak aku teringat lagi ucapan eunkwang.

“cepat lah selesai kan urusan mu, kita tak punya banyak waktu lagi berada di sekolah ini. jangan buat diri mu menyesal.”

Sekarang apa yang harus ku lakukan ? apa aku harus berfikir lagi ?

Apa yang harus ku pikirkan ?

Perasaan ku pada suzy?

Jangan bercanda. kalau itu, tanpa berfikir pun aku bisa langsung menjawab. Yang jadi masalahnya sekarang adalah bagaimana aku berhadapan dengannya nanti.

Diam beberapa bulan dengan suzy membuat ku bingung harus berbicara apa.

Ku lihat suzy sudah jauh di depan, berjalan dengan cepat meninggalkan ku. aku berlari menuju motor ku di parkirkan. Tak ada waktu memikirkan kalimat apa yang tepat untuk mengawali pembicaraan dengan suzy, yang jelas sekarang aku harus mengejarnya dulu.

Aku menaiki motor ku, menatap motor ku dengan bingung. Aku berusaha mengingat step by step cara menjalankan motor ku. aku punya kebiasaan mendadak lupa jika sedang gugup.

Aku menghela nafas dalam, begitu nafasku kembali teratur dan jantung tak lagi berdebar menggila. Aku kembali pada motor ku, mengejar suzy.

***

Suzy pov__



Hari yang kulewati di sekolah membuatku banyak diam dan berfikir sepanjang menunggu bus datang. Perasaan ku jadi tak karuan sekarang.

‘Mungkin ini karna hawa lapar.’ Aku meyakinkan diri begitu.

Tapi tidak, pernyatan lapar itu salah besar.

Aku duduk di kursi halte bus dan membiarkan panas matahari menimpa kaki ku. Tapi aku tak terlalu memperdulikannya. Suara mesin kendaraan mulai menyita perhatian ku. apa bus-nya sudah datang ?

Ku berdiri dan mulai melangkah kearah bising suara mesin. Aku terkejut melihat kenyataan yang ada di depan ku. Tak ada bus di sana, bukan bus tapi sebuah motor.

Omo, itu Minhyuk.

“kau menunggu bus ?” tanyanya.

Suara itu ? aku hampir tersenyum gembira bisa mendengarnya lagi. Aku bukan tak pernah mendengarnya. Hanya saja suara itu tak pernah menyapa ku beberapa bulan ini.

“ya.” Hanya jawaban itu yang bisa ku beri saat ini. Mungkin bagi minhyuk itu terkesan dingin. Tapi bukan itu maksud ku, aku hanya tak bisa berkata-kata lagi.

“mau ku antar pulang ?” minhyuk mulai menawar kan diri. Ia memegangi helm yang sering ku pakai saat pulang bersamanya.

Aku tak segera menjawab, ku tatap minhyuk tak yakin. Aku sedikit marah mengingat ia sudah berbulan-bulan tak menegur ku, menjadikan ku seolah musuh nyata baginya. Menyebalkan.

“apa kau tak mau pulang bae suzy ?.” minhyuk mengangkat sebelah alisnya.

“tentu aku akan pulang.” Aku mendekat kearah minhyuk, menadahkan tangan ku kesisinya menunggu minhyuk memberikan helm.

“biar aku yang pasangkan.” Ucapnya. Aku tak membantah, ku biarkan ia memasangkan helm seperti biasanya. Ku akui aku merindukan hal ini. Hal yang dulunya bagi ku sangat menjijikan. Kukerjapkan mata ku berkali-kali memastikan ini bukan mimpi.

“bagaimana kabar yoseob ?” ucapnya setelah selesai memasangkan helm ku.

Jangan mulai.

“kenapa kau menanyakan-nya.” ucap ku kesal.

“tidak. Aku hanya sedikit penasaran tentang hubungan kalian.” Ia tersenyum aneh saat mengakhiri kalimatnya.

“kami baik-baik saja.” Jawab ku malas.

“emm.” Gumannya. Ada nada kecewa di sana. Apa sekarang ia sedang berfikir aku kembali ke pada yoseob ? minhyuk selalu begini. Suka menyimpulkan sendiri tanpa bertanya terlebih dahulu.

“apa kau pikir aku kembali pada yoseob ?” ku lihat minhyuk tersentak. Ah, kurasa tebakan ku benar.

Minhyuk tak menjawab, ia hanya menatap ku datar.

“aku bukan tukang selingkuh, aku tak mungkin berhubungan dengan pria lain walau pun kekasih ku mendiam ku berbulan-bulan.” Kata-kata itu menuncur begitu saja dari mulut ku.

Aku terdiam saat sadar minhyuk melongok menatap ku tak percaya.

“mwo ?”

“kekasih ? aku ?” minhyuk menunjuk dirinya sendiri tak percaya.

Aku mengigit bibir bawah ku menyesali setiap kata yang baru saja ku ucapkan. Rasanya aku ingin berlari menjauh dari hadapan minhyuk. ku tarik kaca helm hingga menutupi seluruh wajah ku wajah ku, aku sungguh tak ingin melanjutkan pembicaraan yang akhirnya pasti membuat ku sangat malu.

“yahh, lee minhyuk. Apa kita tak akan pulang ?” ucap ku menyadarkan minhyuk akan ajakan pulangnya tadi.

***

Kami tak berbicara selama perjalanan pulang. Ada hawa canggung di sana. Tapi aku sungguh tak peduli. Tangan ku masih melingkar erat di pinggang minhyuk. aku merindukan ini, aku rindu memeluknya.

Lupakan masalah perasaan jijik atau harga diri yang terlukai. Aku tak membutuhkannya sekarang. aku tak mau memikirkannya, sungguh.

Minhyuk mengantarku sampai pintu apartemen. Ia tak terlihat berniat masuk ke dalam apartemen ku. dan hal itu membuat ku sedikit kecewa.

Jangan tanya kenapa. Aku merindukannya. Aku ingin memeluknya, mungkin juga sedikit menciumnya. Ah, bodoh.

Apa yang aku pikirkan ?

“eeee, aku akan pulang.” Ucap minhyuk sambil mundur perlahan.

Tidak, jangan pulang. Kau sudah berbulan-bulan tak mengunjungi ku. jangan pulang.

“kau tak mau mampir dulu ?” tanya ku sedikit ragu.

“mwo ?” minhyuk melongo tak jelas. Oh, ayolah minhyuk. jangan jadi bodoh di saat seperti ini.

“emm, bolehkah ?” minhyuk berdiri kaku di seberang ku. ku rasa dia gugup.

“ya.” Jawab ku singkat.

Aku menarik kerah baju minhyuk menariknya lebih dekat dengan ku lalu membawanya masuk kedalam apartemen. Agak agresif memang. Tapi siapa perduli, aku sudah hampir gila berbulan-bulan menahan rindu ku pada minhyuk. bisa-bisanya orang seperti dia membuat ku seperti ini.

Si bodoh ini.

“ah..tunggu.” minhyuk mengangkat wajahnya tinggi hingga aku tak bisa meraihnya.

Baiklah, apa lagi sekarang ?

“aku ingin bertanya.” Ia menatap fokus pada ku.

“apa ?” tanya ku singkat.

“apa kau mencintai ku bae suzy ?” suara minhyuk terdengar seperti bisikan di telingaku.

Aku tak menjawab, bukannya tak bisa menjawab. Hanya saja…

“aku hanya ingin memastikan.” Ucapnya lagi.

Ku tarik kerah minhyuk lebih dekat kesisi ku. ku teliti wajahnya, ia terlihat lucu dengan eksperinya sekarang. matanya membulat, dia sedang terkejut.

Terserah, bagaimana pun ekspresinya aku sudah tak perduli. Aku hanya ingin mencium minhyuk sekarang. Inilah cara ku menjawab pertanyaan minhyuk. Aku tak suka mengungkap kan perasaan ku lewat kata-kata. Itu bukan gaya ku. lagi pula mungkin aku akan muntah saat mengucapkan nya.



***



Minhyuk pov__

Suzy mencium lagi. Ini ciuman ke-2 kami.

Aku suka, ku rasa kami akan melakukannya lebih sering sekarang.

Aku ingat saat pertama menyukainya di pertengahan semester awal ia menginjakkan kaki di sekolah saat kami kelas 1, ia murid baru. Suzy, gadis ini tak lebih menonjol di banding gadis-gadis yang lainnya. Hanya saja wajah cantik dan sikap dinginnya membuatnya di kenal dikalangan pria. Aku tak akan menceritakan ini padanya. Tak akan pernah.

Aku suka melihatnya saat ia menatap kosong keluar jendela mendengarkan music dengan headsetnya. Menopang dagu seperti menunggu seseorang. Aku menyukainya yang begitu, sejak dulu.

“aku tak melanjutkan ke universitas, aku hanya akan belajar jadi calon ibu rumah tangga yang baik dari sekarang.”

Itu yang dikatakan suzy saat aku bertanya tentang universitas mana yang ia pilih. Aku sungguh sangat senang mendengar jawabannya, jantung ku pun bisa merasakan-nya.

Baiklah Bae suzy, kurasa kita tak perlu acara pertunangan. Aku akan langsung menikahi mu. Liat saja.

3 komentar:

  1. FFnya keren thor >.<
    Walaupun rada terlalu panjang kayaknya deh nih FF ._.
    tapi tetep daebak kok ^^"

    BalasHapus
  2. uwah,..

    keren thor :)
    panjang, feelnya dapat, pokonya aku suka.
    aku suka sifat Suzy eonni disini.

    ditunggu ff lain.

    BalasHapus
  3. dpet bgd feelnya...
    D.tnggu ff slnjutny

    BalasHapus