Tittle : Don’t Touch My...? (part 5)
Author : Micheel Ppyong a.k.a Kang Minhee
Genre : Romance
Rating : T
Legth : Part (Chapter)
Main Cast
: No Eunbin (OC)
Jo Kwangmin
Key
Other Cast
: No Minwoo
Jo Youngmin
Kang Minhee
PS
: Lama banget ga keluarnya? Udah berapa bulan nih!! L Mianhe.. Moga suka ya?
And dah tamat neh! Tunggu ff” lain dari author ne! ^^
“Apa?!!
Pesta pernikahan?!!”
“Ne,
nona..”
Tidak!! Ini konyol!! Kwangmin, apa yang
harus kulakukan?! Kenapa kau tidak datang dan membawaku lari seperti hari itu?!
Jo Kwangmin, kau di mana?!!!
***
“Wah!!
Gaun ini sangat indah, nona!!” Song memerhatikan gaun putih di tangannya dengan
lebih teliti. “Apa kau menyukainya, Nona?” tanyanya pada Eunbin yang hanya
menatap kosong pada bayangan dirinya di cermin.
Gadis itu
tidak menjawab. Pikirannya penuh dengan tanda tanya. Ada apa sebenarnya?
Mengapa Kwangmin pergi meninggalkannya tiba-tiba? Dan sekarang, sebuah hal yang
gila akan segera menimpanya! Ia harus menikah dengan Key sekarang juga!
Sekarang! Astaga, usianya saja belum mencapai 17 tahun!
“Nona?!”
Song menepuk bahu majikannya dengan agak kasar. Nonanya melamun dan tidak
memerhatikan apa yang ia katakan.
“Eh?
Mwo?”
“Gaun ini
cantik kan?” ulang Song padanya.
“Ah, ne.
Ne..” Eunbin menatap cukup lama pada gaunnya. Ya, gaun itu indah sekali dan
Eunbin berharap ia bisa mengenakannya suatu hari nanti, dan bukan beberapa jam
lagi.
“Geuraeyo.
Kalau begitu, mari saya bantu Nona mengenakannya..”
***
Tok tok
tok
Pintu
ruang ini diketuk oleh seseorang.
Eunbin
baru saja selesai mengganti bajunya dengan gaun putih itu dan sekarang ia
sedang didandani oleh beberapa tenaga profesional yang telah disewa Lee Jinki.
“Nuguya?” tanyanya.
“Ige
Eomma, Eunbina..” kata orang itu sambil membuka pintu dan masuk ke ruang ganti
Eunbin.
“Eomma..”
gumam Eunbin pelan.
Eomma
menghela napas berat. “Mianhe, bisakah kalian tinggalkan aku dengannya?” kata
Eomma pada kedua orang yang sedang sibuk memake-up wajah dan juga menata rambut
Eunbin.
Kedua
orang itu meletakkan peralatannya dan menggangguk permisi keluar meninggalkan
Eunbin dan Eommanya.
Eomma duduk
di kursi di samping Eunbin. Ia membelai rambut anaknya perlahan. “Kau sangat
cantik, chagiya.. Neomu yeoppo..”
Eunbin
memandang Eommanya dengan miris.
“Mianhe,
Eunbina.. Mianhe.. Hiks..”
“Eomma...”
kata Eunbin manja. Ia menyeka air mata Eommanya yang sudah mengalir dan tak
dapat ditahan. Air matanya pun mengalir perlahan. Ia tahu Eommanya juga sedih.
“Eomma, uljima. Jangan menangis, jebal~”
“Mianhe,
chagiya. Eomma tidak bisa membantumu. Eomma tidak mau kau seperti ini. Eomma
tidak ingin anak Eomma menderita. Kau bisa lari, chagiya..”
Perkataan
terakhir Eommanya membuat Eunbin terbelalak. Eomma menyuruhnya lari? “Eomma,
apa maksud Eomma?”
“Kau bisa
lari, Nak. Eomma akan siapkan semuanya. Kau bisa pergi keluar negri dan tinggal
di sana..”
“Apa?!
Eomma...”
“Jangan
khwatir chagi, Eomma..” perkataan Eomma terpotong oleh dering ponsel baru Eunbin.
“Mian,
Eomma..” gadis itu mengangkat ponselnya dan menjauh dari Eommanya. “Yeobuseo?”
“Hahaha..
Yeobuseo, No Eunbin..” terdengar suara laki-laki di ujung sana.
Eunbin
mengernyit bingung. “Nu-nuguya?”
“Nuguya?
Aku calon ayah mertuamu, Eunbin..” Eunbin elirik pada Eommanya yang sedang
mengusap air matanya dengan tissue. Untuk apa lelaki ini menelpon?
“Wae?”
katanya sedikit ketus.
“Ani. Aku
hanya ingin mengenal lebih dekat calon istri anakku.. Boleh kan? Lagipula tak
lama lagi kau akan menikah dengan putraku. Tinggal satu jam lagi kan?”
“Astaga!
Kau tahu berapa usiaku, ahjussi?”
“Ne.
Tentu aku tahu berapa usiamu. Tapi tak masalah kan jika kalian menikah? Lebih
cepat lebih baik, Eunbin..”
“Ani. Aku
tidak mau menuturi keinginanmu!!” Eunbin setengah berteriak ketika
mengatakannya. Ia kembali melirik pada Eommanya yang kini menatap gadis itu
dengan bingung.
“Ani ya?
Hem.. No Eunbin, aku ingin tanya sesuatu padamu..” Ketika tak mendapat jawaban
apapun dari Eunbin, ia kembali meneruskan perkataannya, “Kau tahu dimana kakak
dan teman namjamu sekarang?”
Eunbin
terbelalak. “Kau..”
“Mereka
bersamaku sekarang. Kau mau dengar?”
Suara Lee
Jinki tiba-tiba menghilang dan berganti sebuah suara namja yang amat
dikenalnya. “Eunbin-ah? Kau dengar aku? Jangan ikuti permainan orang bodoh
ini.. akkh..”
“Oppa?
Oppa?!! Oppa, kau kenapa?”
“Eunbin-ah,
jangan khawatir..” suara itu berganti kembali, Lee Jinki. “Kau tenang saja.
Selama kau tidak berontak dan menyelesaikan pernikahan ini hingga selesai, maka
teman-temanmu akan selamat..”
“Kau!!”
Eunbin menggeram kesal. Ia tidak menyangka bahwa lelaki ini akan berbuat licik
seperti ini.
“Oh, ya.
Apa kau tahu siapa saja yang sedang berpesta bersamaku di sini?”
Eunbin
menggeleng pelan. Namun sedetik kemudian ia sadar, walau ia menggeleng seratus
kali pun, Lee Jinki tidak dapat melihatnya. “Ani..”
“Hehehe..
Baiklah, akan kuperkenalakan mereka satu persatu..” Jinki terdiam sesaat.
Beberapa detik kemudian ia terkekeh pelan, “Kekeke.. Yang pertama adalah No
Minwoo, kakak laki-lakimu. Kau sudah mendengar suaranya kan? Yang kedua adalah
seorang namja berambut pirang..”
Yo-youngmin oppa?!! Batin Eunbin
terkejut.
“Selanjutnya..
ah!!” Jinki terdengar terkejut. “Wah, namja ini memiliki wajah yang mirip
dengan..”
“Kwang-kwangmin?!!”
Kenapa ia bisa ada bersama Lee Jinki
ahjussi?
“Ah..
Jadi namanya Kwangmin? Hahaha.. Hei, Kwangmin, sepertinya Eunbin mencarimu..”
“Eunbin-ah?”
suara Eomma begitu mengagetkan Eunbin.
“Eomma?!”
“Wae,
Eunbin?” tanyanya khawatir.
“A...” Haruskah aku memberitahukan ini? tapi.. “Ah,
gwaenchana, Eomma. Hanya temanku yang sediit menyebalkan. Eum.. Eomma? Bisakah
Eomma meninggalkanku sebentar? Aku ingin sendiri dulu..”
Tanpa
banyak bicara, Eomma meninggalkanku di ruangan ini dengan mengusap lembut
rambutku.
“No
Eunbin..?” suara ahjussi Lee membuat Eunbin sadar bahwa masalahnya belum
selesai.
“Ne?”
“Jadi
bagaimana? Kau masih mau menolak pernikahan ini?”
Eunbin
menyentuh dadanya yang terasa sedikit sesak. “Jika aku menolak, kau tidak akan membiarkan
mereka kembali dengan selamat kan?”
“Hahaha..”
Jinki tertawa senang. “Kau cerdas sekali, Eunbin..”
“Hah..”
Eunbin menghela napas berat. “Baiklah. Aku akan melakukan apa yang kau
inginkan..”
“Hahaha..
Kau memang pintar, menantuku..”
Menantunya? Ne, beberapa jam lagi aku akan
menjadi menantunya..
“Ah, iya.
Aku lupa memberitahumu satu lagi temanmu yang ada bersamamu..”
Satu lagi? Eunbin mengernyit bingung.
“Hei,
siapa namamu? ... Ah, Eunbin-ah, dia teman sekolahmu, namanya Kang Minhee...”
Dan saat
itu juga Eunbin jatuh terduduk. Ponselnya, yang baru saja ia menyuruh Song
untuk membelinya, 2 terlepas , jatuh lalu pecah dan mati.
***
Eunbin
pov
“Kau bisa
minta padaku untuk membatalkan semuanya..”
Suara
lembut Key membuatku mengangkat kepalaku dan menatap matanya yang selalu
menatapku lembut. “Aniya.. Nan gwaenchanayo..”
“Gotjimal.
Kau bohong..”
“Kenapa
kau berkata begitu?”
“Karna
sejak awal, kau tidak pernah menyukaiku, kan?” Ia berkata dengan nada riang,
seolah-olah ia mengatakannya dengan tawa.
Aku
berusaha melihat ke dalam matanya, tapi Key mengalihkan pandangannya dariku.
“Kalau
aku tak pernah menyukaimu, maka aku akan lari secepat mungkin saat pertama kali
aku bertemu denganmu. Kau orang yang baik, oppa.. Aku sangat menyu..”
“Hehehe..”
Ia tertawa, entah karna hal apa. Tapi aku tahu, ia sedang mencoba menghibur
dirinya sendiri. “Kau bisa pergi, Eunbin. Aku tak mau membuatmu menderita.”
“Apa
menurutmu, aku menderita dekat denganmu?”
Ia
mengangguk perlahan.
“Aniyo. Tidak
sama sekali, oppa. Aku selalu senang saat bersamamu. Kau selalu membuatku
nyaman bersamamu..”
“Kalau
begitu, kau mau menikah denganku?” tanyanya, dari nadanya, aku tahu ia masih
berharap padaku.
Apa aku
mau menikahinya? Ne, tentu saja. Ia namja yang manis, baik, pengertian, dan
seperti yang kukatakan padanya, ia selalu membuatku nyaman berada di
sampingnya. Bagaimana aku bisa menolak Key oppa?
“Ne.
Tentu saja. Kenapa tidak, oppa?” aku berusaha tersenyum sewajar mungkin
padanya, walau sejak tadi aku selalu meremas-remas tanganku. Aku cemas dengan
keadaan oppa, youngmin, minhee dan kwangmin...
Perutku
tiba-tiba mulas saat mengingat nama namja berambut hitam itu. Apa Kwangmin
pergi meninggalkanku karna ia ingin menolong Minwoo dan yang lain? Tiba-tiba
aku jadi geram padanya. Kenapa ia tidak mengajakku pergi menyelamatkan mereka
bersamanya? Ia justru meninggalkanku di penginapan dan membuatku harus
menjalani pernikahan ini!!
“Jinjja?”
Kulihat Key tersenyum senang. Ne, senyumnya begitu manis dan tulus.
Kuperhatikan
wajahnya lebih seksama lagi. Bagaimana mungkin namja sebaik Key oppa memiliki
ayah sekejam dan selicik Lee Jinki?
Kuanggukkan
kepalaku dengan cepat, “Tentu, oppa.. Tentu saja...” kataku dengan ceria. Aku
harus membuatnya senang, dia adalah namja terbaik yang pernah kukenal.
“Gamsahamnida,
Eunbin..”
* * *
Berulang
kali kuremas jari-jariku yang gemetaran dan berkeringat dingin. Aku gugup,
sangat gugup.
“Nona..?”
Song menepuk bahuku yang telanjang dan sedikit basah oleh keringat.
“N-ne?”
“Nona
siap? Kita akan keluar sebentar lagi..”
“Ah,
ne..” Kuraih ponselku dan menatapnya cukup lama. Tak ada panggilan dari oppaku
ataupun Kwangmin, bahkan pesan pun tak ada. “Song, bisa kau tinggalkan aku
sebentar?”
Song
mengangguk pelan lalu keluar dari ruangan kecil itu.
Kutekan beberapa
tombol yang sudah sangat kuhapal di ponselku.
Dering
pertama, dering kedua, bahkan hingga dering kelima, tak ada suara di seberang
sana. Aku putus asa. Inikah akhirnya?
“Kenapa
kau tidak menjawab tele...”
“Yeobuseo??!!”
suara itu muncul walau sangat perlahan, membuatku ingin sekali berteriak dan
menangis pada saat bersamaan.
“K-kwangmin..”
Hening.
Namja itu tidak menjawab apa-apa, membuatku berpikir apakah sambungan telepon
kami terputus. “Ne.. waeyo?”
“Gwaenchanayo?”
“Em..
Tenang saja..”
Aku yakin
saat ini ia sedang tersenyum di ujung sana, entah dimana. Mungkin sebuah gudang
gelap yang bau dan pengap, tempat itu begitu tersembunyi hingga tikus saja tak
dapat menemukannya. Aiiss.. Membayangkannya saja membuatku bergidik. “Bagaimana
dengan Minhee?”
“Em...
Entahlah, kurasa ia baik-baik saja, tapi temanmu itu tidak mau bicara sepatah
katapun pada kami. Mungkin.. sst.. Mian, tunggu sebentar..”
Setelah
itu tak ada suara untuk beberapa saat. Apa seseorang melihat Kwangmin menjawab
panggilanku?
“Eunbin-ah?”
Sekali
lagi, suara berat namja itu membuatku lega. “Ne..”
“Mian,
ada seseorang yang datang. Tapi sekarang ia sudah pergi. Oh, ne, apa yang mau
kau bicarakan denganku?”
“Em...
Bisakah kau menunggu? Setelah.. setelah.. pernikahanku selesai, aku akan
meminta paman Jinki melepaskan kalian...”
“Apa?!!
Pernikahan?! Eunbin, bicaralah yang jelas!!”
“Mian,
Kwang.. Ini satu-satunya jalan..”
“ANI!!
Apa kau bodoh?!! Jangan melakukan apapun sebelum aku datang ke tempatmu, arra?!
Dimana kau sekarang?”
“Mian,
Kwang.. Jeongmal mianhe..”
Tuuut..
tuut..
Kuputus
sambungan itu lalu kubiarkan ponselku itu jatuh ke pangkuanku. Aku tidak peduli
dengan apapun saat ini. Aku hanya ingin menangis, menangis dan menangis. Biar
saja make-upku rusak dan harus dibenahi lagi. Aku tidak peduli..
***
Author
Pov
“Huuh...”
Eunbin menghela napas untuk kebelasan kalinya. Jantungnya berdegup kencang. Ia
gugup, tentu, dan sangat takut. Dengan pernikahan ini, maka berakhirlah semua.
“Kajja,
chagiya..” suara tegas Appa membuatnya tersentak dari pikiran kelamnya. Appa
mengulurkan sebelah tangannya namun Eunbin tak bereaksi apa-apa. Lelaki
setengah baya itu mengamit lengan putrinya lalu mengajak gadis itu berjalan
pelan bersamanya menuju altar gereja besar bernuansa putih itu. Kim Kibum Key,
yang akan segera menjadi suami Eunbin berdiri di altar itu dengan ekspresi yang
tak dapat dibaca oleh Eunbin.
Eunbin
melangkahkan kakinya perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan langkah
appanya. Dipandanginya tamu-tamu yang datang, tak begitu yang ia kenal,
kecuali.. Aigo!! Itu kan IU eonni, yeojachingu oppanya!! Kenapa ia bisa ada di
sini?
“Eonni..”
gumam Eunbin sangat pelan. Ditatapnya yeoja yang lebih tua beberapa tahun
darinya itu. yeoja yang sangat dicintai oppanya. Gadis itu menatapnya khawatir
dan iba, namun Eunbin dapat menemukan ekspresi sedih dalam raut wajah IU, ini
pasti karna ia tidak menemukan oppa Eunbin dimana pun.
Kumohon, jangan bertanya padaku dimana oppa
saat ini.. Karena aku sama tidak tahunya denganmu, sama menghawatirkannya..
Eunbin
mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tak sanggup lebih lama lagi melihat
IU. Dan pandanganya tertuju pada Lee Jinki. Pria itu sedang tersenyum licik
padanya. Bagaimana kau bisa tersenyum
seperti itu padaku? Aku gadis biasa yang tak menegrti apa-apa...
Untuk
kedua kalinya, Eunbin mengalihkan pandangannya dan kali ini Eommanyalah yang
berada menutupi seluruh bola matanya. Wanita setengah baya yang sangat Eunbin
sayangi itu menangis tertahan. Eunbin yakin, eommanya tidak sedang menangis
karna alasan yang sama seperti eomma-eomma lain yang menangis saat melihat
anaknya akan segera menikah, seperti di film-film yang sering Eunbin tonton.
Masih
diingatnya penolakannya pagi tadi atas saran eommanya untuk melarikan diri..
***
Flashback
“Aniya,
eomma.. Aku tidak bisa pergi..”
Eomma
menatap tidak percaya pada putrinya . “Eunbin, jinjjayo? Kau kenapa,
chagiya..?” Eomma mengguncang-guncang bahu Eunbin, “Bukankah tadi kau bilang
kau tidak ingin menikah dengan Kibum?”
Eunbin
menggeleng perlahan. “Key oppa namja yang baik..”
“Jadi..?
Kau mau menikahinya?”
Kali ini
Eunbin menggangguk cepat. Ia tidak ingin eommanya lebih khawatir lagi, berulang
kali wanita itu menanyakan keberadaan Minwoo padanya, tapi Eunbin selalu
menjawab bahwa oppanya baik-baik saja. Ia hanya sedang tidak bisa datang ke
pesta pernikahan ini. Tentu saja ia tidak menceritakan yang sebenarnya,
eommanya bisa pingsan saat itu juga. Apalagi jika ia tahu Kwangmin dan Youngmin
ada bersama Minwoo juga, dan semua ini adalah ulah Lee Jinki, appa namja yang
akan segera dinikahinya. “Aku akan belajar mencintainya, Eomma..”
Jawaban
Eunbin membuat eommanya menangis meraung-raung. “Mianhe, Eunbin.. Mianhe... Ini
semua salah appa dan eommamu..”
Flashback
End
***
“Baiklah,
segera kita mulai pernikahan ini..” Seorang pendeta berpakaian putih mendekati
Eunbin dan Key yang berdiri berdampingan di altar gereja. Ia membalik-balikkan
sebuah buku tebal lalu mulai membacanya dengan lantang, “Baiklah.. Kim Kibum,
bersediakah kau menikahi No Eunbin, hidup dengannya dalam suka dan duka, senang
dan susah, sampai maut memisahkan kalian nanti?”
Eunbin
menatap Key yang terlihat sedang berpikir keras. Namja itu terdiam cukup lama,
hingga membuat pendeta itu mengulangi pertanyaanya.
“Oppa..”
kata Eunbin pelan sambil menyikut namja itu.
Karna terkejut,
Key menggumam cukup jelas dan lantang, sehingga pertanyaannya disalah artikan
sebagai pernyataan oleh pendeta itu, “Ne?”
“Geurae..
Bagaimana denganmu, Nona Eunbin? Bersediakah kau menjadi isteri Kim Kibum?”
Eunbin
menghela napas perlahan, kau harus bisa
Eunbin!! Demi oppa, Kwangmin, Youngmin, dan temanmu, Minhee!! Ini semua
karnamu, jadi kau harus bisa mengatasinya..
“Ne, saya
bersedia..”
“Baiklah,
silahkan kalian pasangkan cincin ke jari pasangan masing-masing..”
Song
membawa sebuah kotak berisi sepasang cincin emas putih yang indah dan
berkilauan.
Key
mengambil salah satunya yang berukuran lebih kecil untuk dipasangkan pada jari
manis Eunbin. Hal yang mudah itu entah mengapa jadi begitu sulit dilakukan oleh
Key. Ia masih belum memasukkan cincin itu ke jari Eunbin hingga semenit
kemudian.
“Oppa..?”
Eunbin menatapnya penuh heran yang dibalas Key dengan ekspresi yang sulit
dimengerti.
“Mianhe..”
katanya pelan sambil meletakkan cincin itu kembali ke dalam kotak. “Aku tidak
bisa menikahimu dalam keadaan kau yang terpaksa seperti ini..”
“Oppa?
Apa maksudmu?”
“Aku tahu
semuanya, Eunbin. Pergilah, kurasa mereka sekarang berada di rumah sakit..”
“Apa?
Waeyo, oppa? Aku tidak menger..”
Perkataan
Eunbin terpotong oleh Key yang membalikkan badannya menuju para tamu yang hadir
di gereja itu. “Choseohamnida.. Aku tidak bisa melanjutkan ini..”
Tamu-tamu
undangan itu mulai ribut karna tiba-tiba sang mempelai pria menghentikkan acara
sakral itu.
“Jebal..”
bisik Key pelan pada Eunbin, “Pergilah sekarang juga..”
“Oppa..”
tangis Eunbin mulai pecah. Apa yang
sebenarnya diinginkan namja ini?
Nada Key
yang sebelumnya lembut kini berubah sedikit keras dan membentak, “Pergilah
sekarang, No Eunbin!!”
Eunbin
menatap nanar sesaat pada Key sebelum mengambil langkah panjang setengah
berlari meninggalkan gereja besar itu beserta tamu-tamu dan sanak saudaranya
yang terlihat bingung, dan tentu saja meninggalkan Key yang menatapnya penuh
kesedihan.
***
Key pov
Seandainya saja aku tidak pernah tahu apa
yang terjadi di balik perjodohan dan pernikahan ini, maka aku tidak akan rela
melepas yeoja satu-satunya yang aku cintai. Ya, seandainya saja..
***
Flashback
“Kalau begitu, kau mau menikah denganku?”
tanyaku padanya.
“Ne.
Tentu saja. Kenapa tidak, oppa?”kata Eunbin dengan senyum yang kurasa sengaja
dibuatnya agar aku percaya pada yeoja itu.
“Jinjja?” tanyaku sambil memasang senyum
setulus mungkin.
Ia menganggukkan kepalanya dengan cepat,
“Tentu, oppa.. Tentu saja...”
“Gamsahamnida,
Eunbin..”
***
Percakapan singkatku dengan Eunbin
sebelumnya membuatku lega. Ini berarti masih ada kemungkinan bahwa Eunbin
menyukaiku. “Hehehe..” aku tersenyum-senyum sendiri saat mengetahui hal itu.
Aku berjalan menuju ruanganku di ujung
koridor panjang dalam gereja besar ini. Namun tiba-tiba langkahku terhenti
ketika mendengar suara Appaku yang sedang menelepon seseorang.
“Tolong kau urus mereka, jangan sampai mereka
kabur sebelum pernikahan ini berakhir..”
Itu suara appa?
“Ne.. Dan jangan sampai orang lain tahu
tentang hal ini!”
Keningku berkerut saat mendengar nada kasar
dari appa. Aku tahu ia orang yang tegas, tapi ia tidak pernah sekasar itu pada
orang lain. Aku berjalan perlahan mendekati ruangan kosong tempat appaku sedang
duduk. Aku melihatnya sedang tersenyum senang, tapi senyuman itu tidak pernah
kulihat sebelumnya. Senyuman yang menakutkan.
“Tuan muda..” suara seorang namja setengah
baya membuatku terkejut. Kutatap pelayan tua appaku yang sedang berdiri di
hadapanku dengan kerutan bingung di wajahnya.
“Ajjusshi, bisa kita bicara sebentar?”
***
Akhirnya aku mengerti kenapa appa memaksaku
untuk melakukan sebuah perjodohan yan berakhir seperti ini.
Semenjak meninggalnya eomma, appa merasa aku
jadi pemurung dan penyendiri. Maka dari itu ia merasa bersalah, ia selalu
berpikir bahwa eomma meninggal karna ia kurang memperhatikan istrinya itu. Ia
ingin aku bahagia, dan ia memilih untuk mencarikan seorang gadis yang bisa
membuatku tersenyum, tapi karna aku sekolah di Amerika, aku sama sekali tidak
punya teman wanita di Korea.
Tiba-tiba teman lama appa, ajjusshi No, ayah
Eunbin, datang meminta pertolongan darinya karna perusahaan ajjusshi No sedang
dalam masa kritis. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh appa, ia meminta
ajusshi No untuk menjodohkan Eunbin denganku.
Awalnya baik-baik saja, dan appa merasa aku
menyukai Eunbin, bahkan mencintainya. Tapi ia tak sengaja mendengar percakapan
Minwoo dan Eomma Eunbin yang akan membatalkan perjodohan ini setelah perusahaan
mereka bangkit kembali. Akhirnya Appa memutuskan untuk segera membuat sebuah
pertunangan antara aku dan Eunbin, yang langsung saja disetujui ajusshi No
karna ancaman appa yang akan mengambil semua pinjamanya dari perusahaan ajusshi
No.
Tapi di luar dugaan, Eunbin kabur bersama
temannya pada hari dimana ia menghilang tiba-tiba saat aku menjemputnya. Aku
yakin, saat Eunbin dibawa kemari dengan paksa, ia pasti akan menolak
mentah-mentah pernikahan tiba-tiba ini. dan itu pula yang appa pikirkan.
Malam sebelumnya ia menculik Minwoo dan
kedua teman Eunbin. Dan sesuai rencana pula, Minwoo menghubungi Kwangmin yang
bersama Eunbin dan tanpa sengaja membuat namja itu masuk dalam perangkap. Ia
kembali ke Seoul tanpa memberitahu Eunbin.
Dan keesokan harinya, entah dengan cara apa,
appaku berhasil menemukan Eunbin dan membawanya paksa kemari lalu mengancam
Eunbin bahwa nyawa teman-temannya berada di tangan appaku.
Sungguh suatu hal yang tak dapat kupercaya!
Appa melakukan hal selicik itu atas nama ‘demi kebahagiaan anaknya’.
Flashback
End
***
Eunbin
pov
Ckiiiit..
Taksi
yang kutumpangi telah sampai di depan sebuah gudang tua di daerah pesisir.
Segera saja aku melompat turun dari taksi itu setelah membayar lebih pada supir
taksi itu. Setengah berlari, aku masuk ke gudang besar nan sepi itu. Tangan
kananku sibuk mengetik beberapa nomor telepon yang sangat kuhafal itu.
Tuut...
Tuut...
“Yeobuseo?”
“Yeo-yeobuseo?!
Hh.. Kwangmina.. hh..”
“Eunbin?
Waeyo? Kau..”
“Aku
tidak jauh dari tempatmu disekap. Neo odiseoyo?”
“Apa?!
Kenapa kau kemari?”
“Sudah,
cepat ka.. hh.. takan!”
“Eunbina..”
“Hiss!!” kumatikan
sambungan telepon itu lalu berlari lebih cepat. Ah! Gaun ini begitu
menggangguku!!
Sebuah
pintu setengah terbuka membuatku penasaran. Kuhentikan langkah cepatku dan
kuganti dengan langkah perlahan. Inikah ruangannya?
Aku masuk
ke sebuah ruangan yang cukup besar itu..
“Ahh!!”
pekikku terkejut saat melihat mereka berada di sana. Duduk di tanah dengan
tangan terikat tali yang terpasang di kursi.
“Kwangmin..
Akh!!”
Duakk
Kepalaku
seperti terhantam batu besar yang keras dan begitu berat. Hal terakhir yang
kuingat adalah aku melihat Kwangmin berlari ke arahku, dan setelah itu semuanya
menjadi gelap.
* * *
Kepalaku
sakit sekali. Rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Satu per satu menancap
cukup dalam di kulit kepalaku. Ingin sekali aku mencabutnya satu per satu, tapi
aku juga tidak dapat menggerakkan kedua tanganku. Rasanya mati rasa, seperti
kehilangan kedua tanganku. Tidak hanya itu, kedua mataku juga terasa berat dan
lengket, keduanya terasa menyatu dan sangat sulit untuk terbuka.
Walau
begitu sulit, aku tetap mencoba untuk membuka kedua mataku perlahan. Cahaya
menyilaukan yang masuk melalui jendela di ruangan itu, membuatku menyipitkan
mata. Kekerjap-kerjapkan mataku beberapa kali, berusaha menyesuaikan mataku
dengan kondisi ruangan asing ini.
“Akh..” tanpa
sadar aku mengerang pelan.
“Eunbin?”
tanya seseorang sambil mendekatiku. Aku berusaha melihatnya lebih jelas,
“Eomma..”
Eomma
menahan bahuku dan menyuruhku berbaring kembali, “Jangan bergerak dulu,
chagiya.. Kau masih harus istirahat..”
“Eomma,
di mana ini?”
Eomma
membelai kepalaku lembut, “Ini di rumah sakit, Eunbin. Kau terkena pukulan yang
cukup keras di kepalamu..”
“Ah..”
Seakan baru ingat tentang hal itu, aku meraba perlahan kepalaku yang terbungkus
perban tebal. Pantas saja kepalaku begitu sakit. “Ba-bagaimana keadaan yang
lain? Mereka selamat kan?” Aku kembali bangkit dari tidurku, hendak menemui
Oppa, Kwangmin, Youngmin dan Minhee. Aku begitu mengkhawatirkan keadaan mereka.
“Ck!
Eunbina, tidak perlu terlalu khawatir, mereka baik-baik saja, hanya luka-luka
ringan. Sekarang mereka perlu istirahat dulu. Tapi Eomma tidak habis pikir,
bagaimana bisa Lee Jinki berbuat seperti ini padamu?!” Eomma menekan-nekan
dahinya perlahan, tanda bahwa wanita paruh baya itu mulai pusing dan bingung.
“Astaga, Eunbin! Kenapa kau tidak mengatakan hal ini pada Eomma?! Mereka dan
kau hampir saja terluka parah karna ulah lelaki busuk itu!!”
“Eomma..”
“Hah~
Sudahlah, Eunbin..” Eomma mengelus pipiku lembut, “Lebih baik kau istirahat
saja, ne?”
***
Setelah
eomma pergi, berulang kali kucoba untuk memejamkan mataku tapi aku tidak
kunjung bisa tidur. Seluruh badanku pegal dan mataku terasa berat, tapi itu
tidak membuatku bisa masuk ke alam mimpi. Mungkin ini karna aku terlalu
mengkhawatirkan keadaan mereka.
Aku
bangkit perlahan dari tempat tidurku. Kuraih infus yang tergantung di tiang dan
kubawa benda itu kemana aku pergi. Kemana lagi? Tentu saja ke kamar mereka.
“Mianhe..”
kataku pada seorang perawat yang kebetulan lewat di depanku, “Dimanakah kamar
pasien yang bernama No Minwoo, Jo Youngmin, Jo Kwangmin dan Kang Minhee?”
Perawat
itu membolak-balikkan beberapa lembar kertas yang ia bawa, sambil menatapnya
penuh perhatian. “Kamarnya tidak jauh dari sini. Kamar nona Kang Minhee berada
di ruang 203, tiga kamar dari anda, agashii. Sedangkan kamar ketiga pasien
namja itu berurutan di ruang 217, 218 dan 219..”
“Ah, ne.
Gomapseumnida..” Aku membungkuk singkat pada perawat itu sebelum berjalan
menuju kamar Minhee, yang merupakan kamar terdekat dari ruanganku.
203, 203,
203..
Ah, itu
dia!! Kuraih kenop pintu kamar bernomor 203 itu, kamar dimana Minhee dirawat.
Ceklek..
“Minhee-ah?”
aku melangkah masuk ke kamar itu dengan perlahan. Tapi yang kulihat di sana
hanyalah Minhee yang sedang tidur di ranjangnya. Ah, mungkin ia perlu banyak
istirahat. Nanti saja kutemui dia untuk meminta maaf padanya.
Aku
keluar dari kamar itu lalu mencari letak ruangan oppaku, youngmin dan kwangmin.
Yang pertama kumasuki adalah kamar 217, kamar oppaku. Tapi sama halnya dengan
Minhee, oppa sedang tertidur pulas di kamarnya itu. Kamar selanjutnya, kamar
218.
Ceklek..
“Annyeong..”
sapaku saat melihat seorang namja duduk di tempat tidurnya. Namja itu menoleh
padaku dan memperlihatkan senyumnya yang manis.
“Annyeong..”
balasnya. “Eunbin-ah, ada apa kau kemari?” tanya Youngmin padaku.
“Ah,
tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin melihat keadaan kalian satu persatu..” Aku
menundukkan kepalaku karna merasa bersalah, “Kalian terluka begini karna aku..”
“Ah, kau
ini bicara apa sih? Siapa bilang ini salahmu? Ini kan karna lelaki tua bangka
itu, Lee Jinki!!”
Aku
terdiam mendengar nama itu disebut. Bagaimana kabar Ahjussi Lee sekarang ya?
“Kau
tidak mau menjenguk Kwangmin?” pertanyaan Youngmin menyadarkanku. “Kurasa ia
lebih membutuhkanmu daripada aku..”
Aku
mengangguk singkat pada Youngmin sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Tetapi
sebuah pertanyaan yang terlontar darinya membuatku berhenti melangkah.
“Eum..
Bagaimana keadaan Minhee?”
Aku
tersenyum mendengarnya. Kurasa ada sedikit hal yang akan berubah dari peristiwa
ini. Dan ini adalah tentang Jo Youngmin dan Kang Minhee. “Gwaenchana. Dia
baik-baik saja. Hanya sedikit lelah dan perlu istirahat..”
Bisa
kulihat Youngmin menghela napas lega dan tersenyum kecil..
***
Kutatap
wajah tampan di depanku dengan rasa bersalah yang penuh dan sesak di dadaku. Jo
Kwangmin, bagaimana aku harus membalas kebaikanmu ini?
Jemariku
bergerak mendekati wajahnya itu. mencoba untuk menyentuh bulu matanya yang
lebat, pipinya yang tirus serta garis hidungnya yang mancung.
Tiba-tiba
mata Kwangmin terbuka perlahan dan tepat menatap mataku.
“Eunbin..”
katanya pelan, yang disusul dengan erangan kecil karena sakit di kepalanya
akibat terlalu lama pingsan.
“Kwangmina,
gwaenchana?”
Kwangmin
mengangguk singkat sambil mencoba untuk duduk di tempat tidur rumah sakit ini.
“Kau
istirahat saja, jangan memaksakan diri..”
“Aniyo..
Aku sudah tidak apa, Eunbin..”
Tiba-tiba
dadaku terasa sangat sakit. Tanpa kusadari air mataku telah menitik. “Mianhe,
jeongmal mianhamnida.. Karna aku, kau jadi terluka seperti ini..”
Kwangmin
tidak menjawab perkataanku. Ia justru menarikku ke dalam pelukannya yang
hangat. “Dasar pabo!! Jangan lakukan lagi!! Jangan pernah lagi membahayakan
dirimu, No Eunbin!! Kau tidak tahu betapa takutnya aku melihat jatuh ke tanah
setelah kepalamu dihantam waktu itu.. Apa kau senang jika aku ketakutan?”
Aku
menggeleng perlahan dalam pelukan Kwangmin. Air mataku terus saja mengalir
membasahi baju pasien Kwangmin.
“Eunbina,
uljjimayo.. Jangan menangis..” Kwangmin menepuk-nepuk punggungku halus.
Membuatku ingin sekali bertahan dalam posisi ini selamanya..
Eunbin
pov end
***
Author
pov
Langit
begitu cerah pagi ini. Matahari tampak begitu senang muncul di angkasa.
Key
sedang duduk di salah satu bangku besi di airport. Ini sudah dua minggu berlalu
sejak terakhir kali ia melihat Eunbin.
“Huft~”
Ia menghela napas berat.
Appanya
sangat marah mengetahui Key-lah yang menyuruh Eunbin untuk membatalkan
pernikahan ini. Tapi ia menjelaskan
dengan sabar pada Appanya. Cinta itu tidak bisa dipaksakan, seperti
pepatah-pepatah yang sering ia dengar. Ia juga menceritakan segala yang ia tahu
tentang perbuatan Appa yang dilakukan diam-diam di belakangnya. Appa terkejut
akan hal itu, tapi ia hanya terdiam dan terlihat merasa bersalah pada Key.
Key
meminta Appanya untuk berhenti mengganggu kehidupan Eunbin lagi. Semuanya
selesai sejak Eunbin berlari meninggalkan kapel saat pernikahan mereka. Ya,
semua sudah selesai. Tidak ada lagi yang namanya perjodohan. Dan Key dengan
tegas memohon pada Appanya untuk memberikan bantuan kepada ahjussi No tanpa
maksud apa-apa dibaliknya dan membiarkan Ahjussi No membayar dana itu kapanpun
ia mampu.
Dan
tentang Eunbin..
Ia akan
berusaha melupakan gadis itu, walau ia yakin itu tidak akan mudah karena ia
terlanjur mencintai gadis itu. Ia ingin sekali bertemu dengan gadis itu untuk
yang terakhir kalinya sebelum ia kembali ke Amerika dan baru pulang ke Korea
sekitar 2 tahun lagi. Tapi ia rasa ini sudah cukup, lebih baik ia tidak bertemu
gadis itu daripada harus semakin sakit hati...
***
“Nona
Eunbin,” Song masuk ke kamar Eunbin sambil membawa katung kertas kecil di
tangannya.
“Ne. Wae,
Song?”
Song
menyerahkan kantung itu pada Eunbin, “Ada paket untukmu..” katanya singkat lalu
berjalan meninggalkan Eunbin di kamarnya sendirian.
Eunbin
menatap kantung itu dengan bingung. Apa ini? Ia melongok ke dalam kantung itu
dan menemukan sebuah boks cantik berwarna ungu. Ia mengambil boks itu dan
membukanya.
“Hah..”
tanpa sadar Eunbin terpekik pelan melihat seuntai kalung yang begitu indah di
dalam boks itu. Ia meraihnya dan memerhatikan kalung indah itu, tiba-tiba
sebuah kertas kecil berwarna kuning, jatuh dari dalam boks. Eunbin memungutnya
dan membaca tulisan rapi di kertas itu..
Mian karena aku tidak bisa memberikannya
secara langsung padamu. Kau suka kalungnya? Anggap saja itu hadiah ulang tahun
ke-17mu dariku, meskipun masih sebulan lagi. Tapi aku tahu, aku tidak akan bisa
menyerahkan hadiah ini padamu sebulan lagi, karena aku sudah tidak akan berada
di Seoul sebulan mendatang. Atau bahkan aku sudah berada di pesawat saat kau
membaca surat ini. Aku harus melanjutkan kuliahku di Amerika..
Tapi sebelum itu aku ingin mengatakan
sesuatu padamu.
Yang pertama, mian atas segala perbuatan
Appaku padamu. Aku tidak tahu bahwa ia melakukan semua ini padamu. Sekali lagi
mian, Eunbin..
Yang kedua dan yang terpenting bagiku..
Eunbin, saranghaeyo.. Jeongmal saranghaeyo.. Aku tahu ini sangat bodoh. Kenapa
juga aku mengatakannya sekarang? Tapi aku tidak peduli itu. Yang penting aku
sudah memberitahukan perasaanku padamu. Maaf karena terlalu bodoh. Jelas-jelas
aku hanya pecundang yang tak berguna, tapi bisa-bisanya aku berkata bahwa aku
mencintaimu..
Eunbina, kuucapkan terimakasih karena kau
mau menjadi temanku selama beberapa bulan aku di Korea.. Kau sangat berharga..
Jeongmal gamsahamnida..
Jaga kesehatanmu, Eunbin..
Jangan sampai sakit, belajarlah dengan giat
agar suatu saat nanti kau dapat membantu Appamu mengelola perusahaan. Aku
menunggu saat itu~
Key
Tess
Tess
Air mata
Eunbin berjatuhan membaca satu per satu surat dari Key. Ia bilang apa? Ia
mencintainya? Key mencintainya? Kalau begitu kenapa ia tidak berpamitan padanya
sebelum ia kembali ke Amerika?
Ini tidak
bisa dibiarkan!!
Eunbin
meraih ponselnya dan mendial nomor ponsel Key.
“Tuut..
tuut.. tuut.. Nomor yang ada panggil sedang tidak aktif, silahkan me..”
Tuut!!
Eunbin
mematikan sambungan lalu membanting ponselnya ke tempat tidur!!
Kenapa ia
begitu bodoh?!!
***
“Penumpang
penerbangan menuju Washington D.C. diharap bersiap-siap. Sekitar 20 menit lagi
pesawat akan lepas landas..”
Key
bangkit berdiri dari bangku yang tadi didudukinya. Ia menarik kopernya dan
berjalan pelan.
“Hah~” Ia
menghela napas berat. Seadainya ia tidak memaksa Appanya untuk tetap tinggal di
rumah, ia tidak perlu berangkat sendiri kemari tanpa seseorang yang melambaikan
tangan tanda perpisahan untuknya. Tidak ada orang yang mengatakan, “Cepat
kembali, Key! Aku pasti akan merindukanmu..”
Ah,
sudahlah, Kibum!! Berhenti menghayal!!
Tidak
akan ada yang datang mencarimu di sini. Bahkan dia sekalipun..
Key
berjalan dengan melamun. Ia tidak sadar saat menabrak seseorang di hadapannya.
Bukk
Karna
terkejut, tas tangan kecil yang dibawanya jatuh. Ia membungkuk untuk
mengambilnya sekaligus minta maaf pada orang yang tidak sengaja ia tabrak itu.
“Choseohamnida. Maaf, aku kurang memperhatikan jalanku..” Ia berulang kali
membungkukan badannya, tapi orang itu tidak berkata apa-apa, juga tidak pergi
meninggalkan Key. Ia hanya berdiri diam di depan Key. Membuat namja itu
bingung. Ia mendongak untuk mengetahui kenapa orang itu diam saja..
“Eunbin..?”
Eunbin
berdiri kaku di depan Key. Ia masih tidak percaya bahwa ia namja ini belum
berangkat dan ia berhasil menemukannya. Napasnya terengah sehabis berlari
begitu taksi yang mengantarnya berhenti di airport. “Hh.. Pabo!!”
Eunbin
maju selangkah dan mulai memukul dada Key yang hanya mematung. “Pabo!! Jeongmal
paboya!!!” Eunbin menangis tanpa bisa ditahan.
“Eunbina...”
kata Key lembut, berusaha menenangkan diri Eunbin, walau sampai saat ini ia
masih bingung kenapa yeoja ini ada di hadapannya. “Uljimayo.. Jangan menangis..”
Eunbin hanya
menggelengkan kepalanya sambil tetap memukul Key. Tiba-tiba namja itu menarik
Eunbin ke dalam pelukannya, yang sontak membuat Eunbin terkejut dan diam.
“Jangan
menangis. Air matamu teralu berharga untuk menangisiku..” Key mengelus puncak
kepala Eunbin.
Sekali lagi
pengumuman keberangkatan pesawat Key terdengar.
“Eunbina,
aku harus segera berangkat.. Semoga aku bisa bertemu lagi denganmu, adik
kecilku..” Key memeluk Eunbin lebih erat lalu melepaskannya. Ia menatap wajah
Eunbin sesaat sebelum melangkah menjauh.
Key pergi.. suara hati Eunbin. Ia tidak
tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia ingin sekali menahan namja itu,
tapi... Sudah terlambatkah ia?
“KEY!!
Dasar kau bodoh!!” teriak Eunbin sekerasnya, yang membuat beberapa orang
menoleh dan menatapnya bingung, tapi ia tidak peduli. Yang penting sekarang Key
menghentikan langkahnya. “Untuk apa kau bilang kau mencintaiku jika sekarang
kau meninggalkan aku dan bertingkah seolah tidak pernah ada surat itu darimu!! Kalau
kau mencintaiku, buktikan!! Jangan pengecut begitu!! Kau harus cepat-cepat menyelesaikan
sekolahmu dan kembali ke Korea!! Kau harus melakukan itu, karena AKU AKAN
MENUNGGUMU!!!”
Key berbalik
pada Eunbin dengan wajah terkejut. Ia berjalan mendekati Eunbin. “Apa maksudmu,
Eunbin?”
Eunbin menghapus
air matanya. “Seperti katamu, aku akan belajar giat! Aku akan lulus dari
sekolahku, dan di saat itu, kuharap kau sudah kembali ke Korea. Aku akan
menunggumu.. Aku akan belajar mencintaimu, Key..”
“Mwo?”
Eunbin berlari
ke pelukan namja itu dan memeluknya erat. “Ne, aku akan belajar mencintaimu,
Key..”
Key memejamkan
matanya dan membalas pelukan Eunbin. “Ne.. No Eunbin, jeongmal saranghae..”
***
Sementara
itu di rumah keluarga Jo, Kwangmin sedang memainkan bola basketnya sambil
melamun. Tak lebih dari sejam yang lalu, ia melihat Eunbin berlari keluar dari
rumahnya dengan tergesa.
“Eunbin, waeyo?” tanyanya saat itu.
“Key oppa.. Key oppa akan pergi!!” katanya
dengan air mata yang mengalir deras.
Sesuatu serasa menusuk hati Kwangmin saat
melihat Eunbin begitu sedih karena mengetahui namja bernama Key itu pergi.
“Memangnya kenapa kalau dia pergi?” kata
Kwangmin dengan dingin yang sontak membuatnya mendongak menatap mata namja itu.
“Bukankah dulu kau bilang bahwa kau akan menyatakan perasaanmu padaku setiap
harinya? Tapi kenapa kau berhanti mengatakannya sekarang? Dan kenapa kau
bersedih hanya karena mendengar namja itu pergi? Bukankah kau mencintaiku?!!”
“Kwangmin..” katanya perlahan. “Aku..
Mianhe.. Aku..”
“Asal kau tahu, Eunbin. Aku juga
mencintaimu.. Bukankah itu yang kau inginkan selama ini?”
Eunbin menggigit bibir bawahnya. “Kwangmin,
aku.. Aku juga mencintaimu, hanya saja.. Key oppa.. Dia mencintaiku dengan
tulus. Dan untukku, itu sudah cukup. Aku bisa belajar mencintainya. Sekali lagi
mianhe, Kwang..”
“Hentikan!!” Kwangmin berbalik memunggungi
Eunbin. “Pergilah!! Kejar dia sekarang!!”
“Kwang..”
“Pergi!!”
Semuanya selesai.
Beginikah rasanya mencintai seseorang tapi tidak bisa menjangkaunya? Beginikah
perasaan Eunbin setiap kali gadis itu mengungkapkan perasaanya pada Kwangmin
yang hanya dibalas Kwangmin dengan tatapan dingin?
Begitu bodohnya
dia..
Duakk
Tiba-tiba
bola basket seseorang nyasar(??) ke kepala Kwangmin. “Yak!!!”
Youngmin tersenyum
senang melihat dongsaengnya marah. “Dasar pabo!! Kenapa melamun sambil bermain
basaket? Inilah akibatnya kalau kau terus-terusan saja melamun!!”
“Ya, Hyung!!”
Kwangmin mengejar Youngmin yang berlari masuk ke dalam rumah.
“Coba kau
tangkap aku kalau kau bisa, pabo!!”
“Hyung!!!”
***
Ya, cinta memang tidak bisa mendukung
keinginanku yang sesungguhnya. Saat aku mencintai Jo Kwangmin, aku merasa
seperti selalu bertepuk sebelah tangan dengan namja itu. Aku begitu
mencintainya sampai ingin mati rasanya. Tapi semua terjadi begitu saja. Ada sebuah
cinta lain yang datang dan menawarkannya padaku. Cinta yang indah..
Ada pepatah menyatakan, “Cinta itu tidak
bisa dipaksakan..” tapi menurutku itu salah. Yang benar adalah, “Cinta itu bisa
diusahakan..”
Dan aku saat ini sedang berusaha mencintai
Key setulus hatiku. Walau aku tahu Kwangmin sakit hati dengan sikap plin planku
ini, tapi aku tidak ingin Kay menderita karena cintanya yang tulus itu.
Aku tidak perlu bersama dengan orang yang
aku inginkan. Yang kubutuhkan adalah seseorang yang mencintaiku dengan tulus,
itu saja sudah cukup..
***
Piip piiip
“Yeobuseo?”
“Chagiya,
bisa kau tebak?”
“Apa?”
“Bulan
depan aku akan lulus universitas!!”
“Ah!!! Jinjjayo?
Setelah itu kau akan pulang, kan?”
“Tentu saja!!
Kau tidak akan tahu bagaimana aku merindukanmu!!”
“Hahaha..
Aku juga merindukanmu, Oppa..”
“Hehehe..
Jeongmal sarangahae, No Eunbin..”
“Ne, nado
saranghae, nae namjachingu, Key..”
“Ah.. Aku
senang saat kau mengucapkannya!!”
“Jangan
terlalu senang dulu!! Saat kau kembali ke Korea, kita harus berkeliling Korea
karena aku dan kau tidak pernah berkencan, kau ingat?”
“Ah, ne
benar!! Tenang saja tentang itu. Kita akan menghabiskan banyak waktu untuk
berkencan..”
“Dan
jangan lupa oleh-olehku, Kibum!!!”
THE END
tissu,mana tisu??-__-
BalasHapushuhu,... berasa sesuatu banget bcanya, kukira nnti s Eunbin bakal bareng Kwang, ternyata Key, pantes aja covernya si Key, bukan Kwangmin*rewel* tapi kasian juga s Kwang, untung cuma ff :D
Entah kenapa baca FF ini jadi "kebawa" banget thor >.<
BalasHapus"Feel" nya dapet banget! I love it >.<
Btw, dirimu juga ikut nampang (?) di FF ya? kang minhe Wks XD
Daebak deh ! ^^ ditunggu karya" selanjutnya ^^
oh, God!! Kenapa kalian be2 begitu setia baca & coment ff saya? :') #terharu
BalasHapusmakasih banget ya^^
dapet ciuman dari author :* #plakk
suka bgd ma critny,,
BalasHapusD.tnggu ff brikutny
Gomawo^
gomawo udah mau baca, coment pula!! di ff saya :)
Hapusterima kasih banyak, saya akan berjuang supaya ff selanjutnya lebih baik lagi :)
Yaelah jadinya ma key gua kira bakal ma kwangmin elahh padahal mereka sooo sweet bat keren ffnya author daelbakk!!!
BalasHapus