ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Jumat, 22 Maret 2013

Don’t Touch My..?? (part 5- End)








Tittle : Don’t Touch My...? (part 5)
Author : Micheel Ppyong a.k.a Kang Minhee
Genre : Romance
Rating : T
Legth : Part (Chapter)
Main Cast   : No Eunbin (OC)
                       Jo Kwangmin
                       Key
Other Cast   : No Minwoo
                        Jo Youngmin
                        Kang Minhee
PS   : Lama banget ga keluarnya? Udah berapa bulan nih!! L Mianhe.. Moga suka ya? And dah tamat neh! Tunggu ff” lain dari author ne! ^^



“Apa?!! Pesta pernikahan?!!”
“Ne, nona..”
Tidak!! Ini konyol!! Kwangmin, apa yang harus kulakukan?! Kenapa kau tidak datang dan membawaku lari seperti hari itu?! Jo Kwangmin, kau di mana?!!!

***

“Wah!! Gaun ini sangat indah, nona!!” Song memerhatikan gaun putih di tangannya dengan lebih teliti. “Apa kau menyukainya, Nona?” tanyanya pada Eunbin yang hanya menatap kosong pada bayangan dirinya di cermin.
Gadis itu tidak menjawab. Pikirannya penuh dengan tanda tanya. Ada apa sebenarnya? Mengapa Kwangmin pergi meninggalkannya tiba-tiba? Dan sekarang, sebuah hal yang gila akan segera menimpanya! Ia harus menikah dengan Key sekarang juga! Sekarang! Astaga, usianya saja belum mencapai 17 tahun!
“Nona?!” Song menepuk bahu majikannya dengan agak kasar. Nonanya melamun dan tidak memerhatikan apa yang ia katakan.
“Eh? Mwo?”
“Gaun ini cantik kan?” ulang Song padanya.
“Ah, ne. Ne..” Eunbin menatap cukup lama pada gaunnya. Ya, gaun itu indah sekali dan Eunbin berharap ia bisa mengenakannya suatu hari nanti, dan bukan beberapa jam lagi.
“Geuraeyo. Kalau begitu, mari saya bantu Nona mengenakannya..”

***

Tok tok tok
Pintu ruang ini diketuk oleh seseorang.
Eunbin baru saja selesai mengganti bajunya dengan gaun putih itu dan sekarang ia sedang didandani oleh beberapa tenaga profesional yang telah disewa Lee Jinki. “Nuguya?” tanyanya.
“Ige Eomma, Eunbina..” kata orang itu sambil membuka pintu dan masuk ke ruang ganti Eunbin.
“Eomma..” gumam Eunbin pelan.
Eomma menghela napas berat. “Mianhe, bisakah kalian tinggalkan aku dengannya?” kata Eomma pada kedua orang yang sedang sibuk memake-up wajah dan juga menata rambut Eunbin.
Kedua orang itu meletakkan peralatannya dan menggangguk permisi keluar meninggalkan Eunbin dan Eommanya.
Eomma duduk di kursi di samping Eunbin. Ia membelai rambut anaknya perlahan. “Kau sangat cantik, chagiya.. Neomu yeoppo..”
Eunbin memandang Eommanya dengan miris.
“Mianhe, Eunbina.. Mianhe.. Hiks..”
“Eomma...” kata Eunbin manja. Ia menyeka air mata Eommanya yang sudah mengalir dan tak dapat ditahan. Air matanya pun mengalir perlahan. Ia tahu Eommanya juga sedih. “Eomma, uljima. Jangan menangis, jebal~”
“Mianhe, chagiya. Eomma tidak bisa membantumu. Eomma tidak mau kau seperti ini. Eomma tidak ingin anak Eomma menderita. Kau bisa lari, chagiya..”
Perkataan terakhir Eommanya membuat Eunbin terbelalak. Eomma menyuruhnya lari? “Eomma, apa maksud Eomma?”
“Kau bisa lari, Nak. Eomma akan siapkan semuanya. Kau bisa pergi keluar negri dan tinggal di sana..”
“Apa?! Eomma...”
“Jangan khwatir chagi, Eomma..” perkataan Eomma terpotong oleh dering ponsel baru Eunbin.
“Mian, Eomma..” gadis itu mengangkat ponselnya dan menjauh dari Eommanya. “Yeobuseo?”
“Hahaha.. Yeobuseo, No Eunbin..” terdengar suara laki-laki di ujung sana.
Eunbin mengernyit bingung. “Nu-nuguya?”
“Nuguya? Aku calon ayah mertuamu, Eunbin..” Eunbin elirik pada Eommanya yang sedang mengusap air matanya dengan tissue. Untuk apa lelaki ini menelpon?
“Wae?” katanya sedikit ketus.
“Ani. Aku hanya ingin mengenal lebih dekat calon istri anakku.. Boleh kan? Lagipula tak lama lagi kau akan menikah dengan putraku. Tinggal satu jam lagi kan?”
“Astaga! Kau tahu berapa usiaku, ahjussi?”
“Ne. Tentu aku tahu berapa usiamu. Tapi tak masalah kan jika kalian menikah? Lebih cepat lebih baik, Eunbin..”
“Ani. Aku tidak mau menuturi keinginanmu!!” Eunbin setengah berteriak ketika mengatakannya. Ia kembali melirik pada Eommanya yang kini menatap gadis itu dengan bingung.
“Ani ya? Hem.. No Eunbin, aku ingin tanya sesuatu padamu..” Ketika tak mendapat jawaban apapun dari Eunbin, ia kembali meneruskan perkataannya, “Kau tahu dimana kakak dan teman namjamu sekarang?”
Eunbin terbelalak. “Kau..”
“Mereka bersamaku sekarang. Kau mau dengar?”
Suara Lee Jinki tiba-tiba menghilang dan berganti sebuah suara namja yang amat dikenalnya. “Eunbin-ah? Kau dengar aku? Jangan ikuti permainan orang bodoh ini.. akkh..”
“Oppa? Oppa?!! Oppa, kau kenapa?”
“Eunbin-ah, jangan khawatir..” suara itu berganti kembali, Lee Jinki. “Kau tenang saja. Selama kau tidak berontak dan menyelesaikan pernikahan ini hingga selesai, maka teman-temanmu akan selamat..”
“Kau!!” Eunbin menggeram kesal. Ia tidak menyangka bahwa lelaki ini akan berbuat licik seperti ini.
“Oh, ya. Apa kau tahu siapa saja yang sedang berpesta bersamaku di sini?”
Eunbin menggeleng pelan. Namun sedetik kemudian ia sadar, walau ia menggeleng seratus kali pun, Lee Jinki tidak dapat melihatnya. “Ani..”
“Hehehe.. Baiklah, akan kuperkenalakan mereka satu persatu..” Jinki terdiam sesaat. Beberapa detik kemudian ia terkekeh pelan, “Kekeke.. Yang pertama adalah No Minwoo, kakak laki-lakimu. Kau sudah mendengar suaranya kan? Yang kedua adalah seorang namja berambut pirang..”
Yo-youngmin oppa?!! Batin Eunbin terkejut.
“Selanjutnya.. ah!!” Jinki terdengar terkejut. “Wah, namja ini memiliki wajah yang mirip dengan..”
“Kwang-kwangmin?!!” Kenapa ia bisa ada bersama Lee Jinki ahjussi?
“Ah.. Jadi namanya Kwangmin? Hahaha.. Hei, Kwangmin, sepertinya Eunbin mencarimu..”
“Eunbin-ah?” suara Eomma begitu mengagetkan Eunbin.
“Eomma?!”
“Wae, Eunbin?” tanyanya khawatir.
“A...” Haruskah aku memberitahukan ini? tapi.. “Ah, gwaenchana, Eomma. Hanya temanku yang sediit menyebalkan. Eum.. Eomma? Bisakah Eomma meninggalkanku sebentar? Aku ingin sendiri dulu..”
Tanpa banyak bicara, Eomma meninggalkanku di ruangan ini dengan mengusap lembut rambutku.
“No Eunbin..?” suara ahjussi Lee membuat Eunbin sadar bahwa masalahnya belum selesai.
“Ne?”
“Jadi bagaimana? Kau masih mau menolak pernikahan ini?”
Eunbin menyentuh dadanya yang terasa sedikit sesak.  “Jika aku menolak, kau tidak akan membiarkan mereka kembali dengan selamat kan?”
“Hahaha..” Jinki tertawa senang. “Kau cerdas sekali, Eunbin..”
“Hah..” Eunbin menghela napas berat. “Baiklah. Aku akan melakukan apa yang kau inginkan..”
“Hahaha.. Kau memang pintar, menantuku..”
Menantunya? Ne, beberapa jam lagi aku akan menjadi menantunya..
“Ah, iya. Aku lupa memberitahumu satu lagi temanmu yang ada bersamamu..”
Satu lagi? Eunbin mengernyit bingung.
“Hei, siapa namamu? ... Ah, Eunbin-ah, dia teman sekolahmu, namanya Kang Minhee...”
Dan saat itu juga Eunbin jatuh terduduk. Ponselnya, yang baru saja ia menyuruh Song untuk membelinya, 2 terlepas , jatuh lalu pecah dan mati.

***

Eunbin pov

“Kau bisa minta padaku untuk membatalkan semuanya..”
Suara lembut Key membuatku mengangkat kepalaku dan menatap matanya yang selalu menatapku lembut. “Aniya.. Nan gwaenchanayo..”
“Gotjimal. Kau bohong..”
“Kenapa kau berkata begitu?”
“Karna sejak awal, kau tidak pernah menyukaiku, kan?” Ia berkata dengan nada riang, seolah-olah ia mengatakannya dengan tawa.
Aku berusaha melihat ke dalam matanya, tapi Key mengalihkan pandangannya dariku.
“Kalau aku tak pernah menyukaimu, maka aku akan lari secepat mungkin saat pertama kali aku bertemu denganmu. Kau orang yang baik, oppa.. Aku sangat menyu..”
“Hehehe..” Ia tertawa, entah karna hal apa. Tapi aku tahu, ia sedang mencoba menghibur dirinya sendiri. “Kau bisa pergi, Eunbin. Aku tak mau membuatmu menderita.”
“Apa menurutmu, aku menderita dekat denganmu?”
Ia mengangguk perlahan.
“Aniyo. Tidak sama sekali, oppa. Aku selalu senang saat bersamamu. Kau selalu membuatku nyaman bersamamu..”
“Kalau begitu, kau mau menikah denganku?” tanyanya, dari nadanya, aku tahu ia masih berharap padaku.
Apa aku mau menikahinya? Ne, tentu saja. Ia namja yang manis, baik, pengertian, dan seperti yang kukatakan padanya, ia selalu membuatku nyaman berada di sampingnya. Bagaimana aku bisa menolak Key oppa?
“Ne. Tentu saja. Kenapa tidak, oppa?” aku berusaha tersenyum sewajar mungkin padanya, walau sejak tadi aku selalu meremas-remas tanganku. Aku cemas dengan keadaan oppa, youngmin, minhee dan kwangmin...
Perutku tiba-tiba mulas saat mengingat nama namja berambut hitam itu. Apa Kwangmin pergi meninggalkanku karna ia ingin menolong Minwoo dan yang lain? Tiba-tiba aku jadi geram padanya. Kenapa ia tidak mengajakku pergi menyelamatkan mereka bersamanya? Ia justru meninggalkanku di penginapan dan membuatku harus menjalani pernikahan ini!!
“Jinjja?” Kulihat Key tersenyum senang. Ne, senyumnya begitu manis dan tulus.
Kuperhatikan wajahnya lebih seksama lagi. Bagaimana mungkin namja sebaik Key oppa memiliki ayah sekejam dan selicik Lee Jinki?
Kuanggukkan kepalaku dengan cepat, “Tentu, oppa.. Tentu saja...” kataku dengan ceria. Aku harus membuatnya senang, dia adalah namja terbaik yang pernah kukenal.
“Gamsahamnida, Eunbin..”

* * *

Berulang kali kuremas jari-jariku yang gemetaran dan berkeringat dingin. Aku gugup, sangat gugup.
“Nona..?” Song menepuk bahuku yang telanjang dan sedikit basah oleh keringat.
“N-ne?”
“Nona siap? Kita akan keluar sebentar lagi..”
“Ah, ne..” Kuraih ponselku dan menatapnya cukup lama. Tak ada panggilan dari oppaku ataupun Kwangmin, bahkan pesan pun tak ada. “Song, bisa kau tinggalkan aku sebentar?”
Song mengangguk pelan lalu keluar dari ruangan kecil itu.
Kutekan beberapa tombol yang sudah sangat kuhapal di ponselku.
Dering pertama, dering kedua, bahkan hingga dering kelima, tak ada suara di seberang sana. Aku putus asa. Inikah akhirnya?
“Kenapa kau tidak menjawab tele...”
“Yeobuseo??!!” suara itu muncul walau sangat perlahan, membuatku ingin sekali berteriak dan menangis pada saat bersamaan.
“K-kwangmin..”
Hening. Namja itu tidak menjawab apa-apa, membuatku berpikir apakah sambungan telepon kami terputus. “Ne.. waeyo?”
“Gwaenchanayo?”
“Em.. Tenang saja..”
Aku yakin saat ini ia sedang tersenyum di ujung sana, entah dimana. Mungkin sebuah gudang gelap yang bau dan pengap, tempat itu begitu tersembunyi hingga tikus saja tak dapat menemukannya. Aiiss.. Membayangkannya saja membuatku bergidik. “Bagaimana dengan Minhee?”
“Em... Entahlah, kurasa ia baik-baik saja, tapi temanmu itu tidak mau bicara sepatah katapun pada kami. Mungkin.. sst.. Mian, tunggu sebentar..”
Setelah itu tak ada suara untuk beberapa saat. Apa seseorang melihat Kwangmin menjawab panggilanku?
“Eunbin-ah?”
Sekali lagi, suara berat namja itu membuatku lega. “Ne..”
“Mian, ada seseorang yang datang. Tapi sekarang ia sudah pergi. Oh, ne, apa yang mau kau bicarakan denganku?”
“Em... Bisakah kau menunggu? Setelah.. setelah.. pernikahanku selesai, aku akan meminta paman Jinki melepaskan kalian...”
“Apa?!! Pernikahan?! Eunbin, bicaralah yang jelas!!”
“Mian, Kwang.. Ini satu-satunya jalan..”
“ANI!! Apa kau bodoh?!! Jangan melakukan apapun sebelum aku datang ke tempatmu, arra?! Dimana kau sekarang?”
“Mian, Kwang.. Jeongmal mianhe..”
Tuuut.. tuut..
Kuputus sambungan itu lalu kubiarkan ponselku itu jatuh ke pangkuanku. Aku tidak peduli dengan apapun saat ini. Aku hanya ingin menangis, menangis dan menangis. Biar saja make-upku rusak dan harus dibenahi lagi. Aku tidak peduli..

***

Author Pov

“Huuh...” Eunbin menghela napas untuk kebelasan kalinya. Jantungnya berdegup kencang. Ia gugup, tentu, dan sangat takut. Dengan pernikahan ini, maka berakhirlah semua.
“Kajja, chagiya..” suara tegas Appa membuatnya tersentak dari pikiran kelamnya. Appa mengulurkan sebelah tangannya namun Eunbin tak bereaksi apa-apa. Lelaki setengah baya itu mengamit lengan putrinya lalu mengajak gadis itu berjalan pelan bersamanya menuju altar gereja besar bernuansa putih itu. Kim Kibum Key, yang akan segera menjadi suami Eunbin berdiri di altar itu dengan ekspresi yang tak dapat dibaca oleh Eunbin.
Eunbin melangkahkan kakinya perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan langkah appanya. Dipandanginya tamu-tamu yang datang, tak begitu yang ia kenal, kecuali.. Aigo!! Itu kan IU eonni, yeojachingu oppanya!! Kenapa ia bisa ada di sini?
“Eonni..” gumam Eunbin sangat pelan. Ditatapnya yeoja yang lebih tua beberapa tahun darinya itu. yeoja yang sangat dicintai oppanya. Gadis itu menatapnya khawatir dan iba, namun Eunbin dapat menemukan ekspresi sedih dalam raut wajah IU, ini pasti karna ia tidak menemukan oppa Eunbin dimana pun.
Kumohon, jangan bertanya padaku dimana oppa saat ini.. Karena aku sama tidak tahunya denganmu, sama menghawatirkannya..
Eunbin mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tak sanggup lebih lama lagi melihat IU. Dan pandanganya tertuju pada Lee Jinki. Pria itu sedang tersenyum licik padanya. Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu padaku? Aku gadis biasa yang tak menegrti apa-apa...
Untuk kedua kalinya, Eunbin mengalihkan pandangannya dan kali ini Eommanyalah yang berada menutupi seluruh bola matanya. Wanita setengah baya yang sangat Eunbin sayangi itu menangis tertahan. Eunbin yakin, eommanya tidak sedang menangis karna alasan yang sama seperti eomma-eomma lain yang menangis saat melihat anaknya akan segera menikah, seperti di film-film yang sering Eunbin tonton.
Masih diingatnya penolakannya pagi tadi atas saran eommanya untuk melarikan diri..

***

Flashback

“Aniya, eomma.. Aku tidak bisa pergi..”
Eomma menatap tidak percaya pada putrinya . “Eunbin, jinjjayo? Kau kenapa, chagiya..?” Eomma mengguncang-guncang bahu Eunbin, “Bukankah tadi kau bilang kau tidak ingin menikah dengan Kibum?”
Eunbin menggeleng perlahan. “Key oppa namja yang baik..”
“Jadi..? Kau mau menikahinya?”
Kali ini Eunbin menggangguk cepat. Ia tidak ingin eommanya lebih khawatir lagi, berulang kali wanita itu menanyakan keberadaan Minwoo padanya, tapi Eunbin selalu menjawab bahwa oppanya baik-baik saja. Ia hanya sedang tidak bisa datang ke pesta pernikahan ini. Tentu saja ia tidak menceritakan yang sebenarnya, eommanya bisa pingsan saat itu juga. Apalagi jika ia tahu Kwangmin dan Youngmin ada bersama Minwoo juga, dan semua ini adalah ulah Lee Jinki, appa namja yang akan segera dinikahinya. “Aku akan belajar mencintainya, Eomma..”
Jawaban Eunbin membuat eommanya menangis meraung-raung. “Mianhe, Eunbin.. Mianhe... Ini semua salah appa dan eommamu..”

Flashback End

***

“Baiklah, segera kita mulai pernikahan ini..” Seorang pendeta berpakaian putih mendekati Eunbin dan Key yang berdiri berdampingan di altar gereja. Ia membalik-balikkan sebuah buku tebal lalu mulai membacanya dengan lantang, “Baiklah.. Kim Kibum, bersediakah kau menikahi No Eunbin, hidup dengannya dalam suka dan duka, senang dan susah, sampai maut memisahkan kalian nanti?”
Eunbin menatap Key yang terlihat sedang berpikir keras. Namja itu terdiam cukup lama, hingga membuat pendeta itu mengulangi pertanyaanya.
“Oppa..” kata Eunbin pelan sambil menyikut namja itu.
Karna terkejut, Key menggumam cukup jelas dan lantang, sehingga pertanyaannya disalah artikan sebagai pernyataan  oleh pendeta itu, “Ne?”
“Geurae.. Bagaimana denganmu, Nona Eunbin? Bersediakah kau menjadi isteri Kim Kibum?”
Eunbin menghela napas perlahan, kau harus bisa Eunbin!! Demi oppa, Kwangmin, Youngmin, dan temanmu, Minhee!! Ini semua karnamu, jadi kau harus bisa mengatasinya..
“Ne, saya bersedia..”
“Baiklah, silahkan kalian pasangkan cincin ke jari pasangan masing-masing..”
Song membawa sebuah kotak berisi sepasang cincin emas putih yang indah dan berkilauan.
Key mengambil salah satunya yang berukuran lebih kecil untuk dipasangkan pada jari manis Eunbin. Hal yang mudah itu entah mengapa jadi begitu sulit dilakukan oleh Key. Ia masih belum memasukkan cincin itu ke jari Eunbin hingga semenit kemudian.
“Oppa..?” Eunbin menatapnya penuh heran yang dibalas Key dengan ekspresi yang sulit dimengerti.
“Mianhe..” katanya pelan sambil meletakkan cincin itu kembali ke dalam kotak. “Aku tidak bisa menikahimu dalam keadaan kau yang terpaksa seperti ini..”
“Oppa? Apa maksudmu?”
“Aku tahu semuanya, Eunbin. Pergilah, kurasa mereka sekarang berada di rumah sakit..”
“Apa? Waeyo, oppa? Aku tidak menger..”
Perkataan Eunbin terpotong oleh Key yang membalikkan badannya menuju para tamu yang hadir di gereja itu. “Choseohamnida.. Aku tidak bisa melanjutkan ini..”
Tamu-tamu undangan itu mulai ribut karna tiba-tiba sang mempelai pria menghentikkan acara sakral itu.
“Jebal..” bisik Key pelan pada Eunbin, “Pergilah sekarang juga..”
“Oppa..” tangis Eunbin mulai pecah. Apa yang sebenarnya diinginkan namja ini?
Nada Key yang sebelumnya lembut kini berubah sedikit keras dan membentak, “Pergilah sekarang, No Eunbin!!”
Eunbin menatap nanar sesaat pada Key sebelum mengambil langkah panjang setengah berlari meninggalkan gereja besar itu beserta tamu-tamu dan sanak saudaranya yang terlihat bingung, dan tentu saja meninggalkan Key yang menatapnya penuh kesedihan.

***

Key pov

Seandainya saja aku tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik perjodohan dan pernikahan ini, maka aku tidak akan rela melepas yeoja satu-satunya yang aku cintai. Ya, seandainya saja..

***

Flashback

“Kalau begitu, kau mau menikah denganku?” tanyaku padanya.
 “Ne. Tentu saja. Kenapa tidak, oppa?”kata Eunbin dengan senyum yang kurasa sengaja dibuatnya agar aku percaya pada yeoja itu.
 “Jinjja?” tanyaku sambil memasang senyum setulus mungkin.
Ia menganggukkan kepalanya dengan cepat, “Tentu, oppa.. Tentu saja...”
 “Gamsahamnida, Eunbin..”

***

Percakapan singkatku dengan Eunbin sebelumnya membuatku lega. Ini berarti masih ada kemungkinan bahwa Eunbin menyukaiku. “Hehehe..” aku tersenyum-senyum sendiri saat mengetahui hal itu.
Aku berjalan menuju ruanganku di ujung koridor panjang dalam gereja besar ini. Namun tiba-tiba langkahku terhenti ketika mendengar suara Appaku yang sedang menelepon seseorang.
“Tolong kau urus mereka, jangan sampai mereka kabur sebelum pernikahan ini berakhir..”
Itu suara appa?
“Ne.. Dan jangan sampai orang lain tahu tentang hal ini!”
Keningku berkerut saat mendengar nada kasar dari appa. Aku tahu ia orang yang tegas, tapi ia tidak pernah sekasar itu pada orang lain. Aku berjalan perlahan mendekati ruangan kosong tempat appaku sedang duduk. Aku melihatnya sedang tersenyum senang, tapi senyuman itu tidak pernah kulihat sebelumnya. Senyuman yang menakutkan.
“Tuan muda..” suara seorang namja setengah baya membuatku terkejut. Kutatap pelayan tua appaku yang sedang berdiri di hadapanku dengan kerutan bingung di wajahnya.
“Ajjusshi, bisa kita bicara sebentar?”

***

Akhirnya aku mengerti kenapa appa memaksaku untuk melakukan sebuah perjodohan yan berakhir seperti ini.
Semenjak meninggalnya eomma, appa merasa aku jadi pemurung dan penyendiri. Maka dari itu ia merasa bersalah, ia selalu berpikir bahwa eomma meninggal karna ia kurang memperhatikan istrinya itu. Ia ingin aku bahagia, dan ia memilih untuk mencarikan seorang gadis yang bisa membuatku tersenyum, tapi karna aku sekolah di Amerika, aku sama sekali tidak punya teman wanita di Korea.
Tiba-tiba teman lama appa, ajjusshi No, ayah Eunbin, datang meminta pertolongan darinya karna perusahaan ajjusshi No sedang dalam masa kritis. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh appa, ia meminta ajusshi No untuk menjodohkan Eunbin denganku.
Awalnya baik-baik saja, dan appa merasa aku menyukai Eunbin, bahkan mencintainya. Tapi ia tak sengaja mendengar percakapan Minwoo dan Eomma Eunbin yang akan membatalkan perjodohan ini setelah perusahaan mereka bangkit kembali. Akhirnya Appa memutuskan untuk segera membuat sebuah pertunangan antara aku dan Eunbin, yang langsung saja disetujui ajusshi No karna ancaman appa yang akan mengambil semua pinjamanya dari perusahaan ajusshi No.
Tapi di luar dugaan, Eunbin kabur bersama temannya pada hari dimana ia menghilang tiba-tiba saat aku menjemputnya. Aku yakin, saat Eunbin dibawa kemari dengan paksa, ia pasti akan menolak mentah-mentah pernikahan tiba-tiba ini. dan itu pula yang appa pikirkan.
Malam sebelumnya ia menculik Minwoo dan kedua teman Eunbin. Dan sesuai rencana pula, Minwoo menghubungi Kwangmin yang bersama Eunbin dan tanpa sengaja membuat namja itu masuk dalam perangkap. Ia kembali ke Seoul tanpa memberitahu Eunbin.
Dan keesokan harinya, entah dengan cara apa, appaku berhasil menemukan Eunbin dan membawanya paksa kemari lalu mengancam Eunbin bahwa nyawa teman-temannya berada di tangan appaku.
Sungguh suatu hal yang tak dapat kupercaya! Appa melakukan hal selicik itu atas nama ‘demi kebahagiaan anaknya’.

Flashback End

***

Eunbin pov

Ckiiiit..
Taksi yang kutumpangi telah sampai di depan sebuah gudang tua di daerah pesisir. Segera saja aku melompat turun dari taksi itu setelah membayar lebih pada supir taksi itu. Setengah berlari, aku masuk ke gudang besar nan sepi itu. Tangan kananku sibuk mengetik beberapa nomor telepon yang sangat kuhafal itu.
Tuut... Tuut...
“Yeobuseo?”
“Yeo-yeobuseo?! Hh.. Kwangmina.. hh..”
“Eunbin? Waeyo? Kau..”
“Aku tidak jauh dari tempatmu disekap. Neo odiseoyo?”
“Apa?! Kenapa kau kemari?”
“Sudah, cepat ka.. hh.. takan!”
“Eunbina..”
“Hiss!!” kumatikan sambungan telepon itu lalu berlari lebih cepat. Ah! Gaun ini begitu menggangguku!!
Sebuah pintu setengah terbuka membuatku penasaran. Kuhentikan langkah cepatku dan kuganti dengan langkah perlahan. Inikah ruangannya?
Aku masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar itu..
“Ahh!!” pekikku terkejut saat melihat mereka berada di sana. Duduk di tanah dengan tangan terikat tali yang terpasang di kursi.
“Kwangmin.. Akh!!”
Duakk
Kepalaku seperti terhantam batu besar yang keras dan begitu berat. Hal terakhir yang kuingat adalah aku melihat Kwangmin berlari ke arahku, dan setelah itu semuanya menjadi gelap.

* * *

Kepalaku sakit sekali. Rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Satu per satu menancap cukup dalam di kulit kepalaku. Ingin sekali aku mencabutnya satu per satu, tapi aku juga tidak dapat menggerakkan kedua tanganku. Rasanya mati rasa, seperti kehilangan kedua tanganku. Tidak hanya itu, kedua mataku juga terasa berat dan lengket, keduanya terasa menyatu dan sangat sulit untuk terbuka.
Walau begitu sulit, aku tetap mencoba untuk membuka kedua mataku perlahan. Cahaya menyilaukan yang masuk melalui jendela di ruangan itu, membuatku menyipitkan mata. Kekerjap-kerjapkan mataku beberapa kali, berusaha menyesuaikan mataku dengan kondisi ruangan asing ini.
“Akh..” tanpa sadar aku mengerang pelan.
“Eunbin?” tanya seseorang sambil mendekatiku. Aku berusaha melihatnya lebih jelas, “Eomma..”
Eomma menahan bahuku dan menyuruhku berbaring kembali, “Jangan bergerak dulu, chagiya.. Kau masih harus istirahat..”
“Eomma, di mana ini?”
Eomma membelai kepalaku lembut, “Ini di rumah sakit, Eunbin. Kau terkena pukulan yang cukup keras di kepalamu..”
“Ah..” Seakan baru ingat tentang hal itu, aku meraba perlahan kepalaku yang terbungkus perban tebal. Pantas saja kepalaku begitu sakit. “Ba-bagaimana keadaan yang lain? Mereka selamat kan?” Aku kembali bangkit dari tidurku, hendak menemui Oppa, Kwangmin, Youngmin dan Minhee. Aku begitu mengkhawatirkan keadaan mereka.
“Ck! Eunbina, tidak perlu terlalu khawatir, mereka baik-baik saja, hanya luka-luka ringan. Sekarang mereka perlu istirahat dulu. Tapi Eomma tidak habis pikir, bagaimana bisa Lee Jinki berbuat seperti ini padamu?!” Eomma menekan-nekan dahinya perlahan, tanda bahwa wanita paruh baya itu mulai pusing dan bingung. “Astaga, Eunbin! Kenapa kau tidak mengatakan hal ini pada Eomma?! Mereka dan kau hampir saja terluka parah karna ulah lelaki busuk itu!!”
“Eomma..”
“Hah~ Sudahlah, Eunbin..” Eomma mengelus pipiku lembut, “Lebih baik kau istirahat saja, ne?”

***

Setelah eomma pergi, berulang kali kucoba untuk memejamkan mataku tapi aku tidak kunjung bisa tidur. Seluruh badanku pegal dan mataku terasa berat, tapi itu tidak membuatku bisa masuk ke alam mimpi. Mungkin ini karna aku terlalu mengkhawatirkan keadaan mereka.
Aku bangkit perlahan dari tempat tidurku. Kuraih infus yang tergantung di tiang dan kubawa benda itu kemana aku pergi. Kemana lagi? Tentu saja ke kamar mereka.
“Mianhe..” kataku pada seorang perawat yang kebetulan lewat di depanku, “Dimanakah kamar pasien yang bernama No Minwoo, Jo Youngmin, Jo Kwangmin dan Kang Minhee?”
Perawat itu membolak-balikkan beberapa lembar kertas yang ia bawa, sambil menatapnya penuh perhatian. “Kamarnya tidak jauh dari sini. Kamar nona Kang Minhee berada di ruang 203, tiga kamar dari anda, agashii. Sedangkan kamar ketiga pasien namja itu berurutan di ruang 217, 218 dan 219..”
“Ah, ne. Gomapseumnida..” Aku membungkuk singkat pada perawat itu sebelum berjalan menuju kamar Minhee, yang merupakan kamar terdekat dari ruanganku.
203, 203, 203..
Ah, itu dia!! Kuraih kenop pintu kamar bernomor 203 itu, kamar dimana Minhee dirawat.
Ceklek..
“Minhee-ah?” aku melangkah masuk ke kamar itu dengan perlahan. Tapi yang kulihat di sana hanyalah Minhee yang sedang tidur di ranjangnya. Ah, mungkin ia perlu banyak istirahat. Nanti saja kutemui dia untuk meminta maaf padanya.
Aku keluar dari kamar itu lalu mencari letak ruangan oppaku, youngmin dan kwangmin. Yang pertama kumasuki adalah kamar 217, kamar oppaku. Tapi sama halnya dengan Minhee, oppa sedang tertidur pulas di kamarnya itu. Kamar selanjutnya, kamar 218.
Ceklek..
“Annyeong..” sapaku saat melihat seorang namja duduk di tempat tidurnya. Namja itu menoleh padaku dan memperlihatkan senyumnya yang manis.
“Annyeong..” balasnya. “Eunbin-ah, ada apa kau kemari?” tanya Youngmin padaku.
“Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin melihat keadaan kalian satu persatu..” Aku menundukkan kepalaku karna merasa bersalah, “Kalian terluka begini karna aku..”
“Ah, kau ini bicara apa sih? Siapa bilang ini salahmu? Ini kan karna lelaki tua bangka itu, Lee Jinki!!”
Aku terdiam mendengar nama itu disebut. Bagaimana kabar Ahjussi Lee sekarang ya?
“Kau tidak mau menjenguk Kwangmin?” pertanyaan Youngmin menyadarkanku. “Kurasa ia lebih membutuhkanmu daripada aku..”
Aku mengangguk singkat pada Youngmin sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Tetapi sebuah pertanyaan yang terlontar darinya membuatku berhenti melangkah.
“Eum.. Bagaimana keadaan Minhee?”
Aku tersenyum mendengarnya. Kurasa ada sedikit hal yang akan berubah dari peristiwa ini. Dan ini adalah tentang Jo Youngmin dan Kang Minhee. “Gwaenchana. Dia baik-baik saja. Hanya sedikit lelah dan perlu istirahat..”
Bisa kulihat Youngmin menghela napas lega dan tersenyum kecil..

***

Kutatap wajah tampan di depanku dengan rasa bersalah yang penuh dan sesak di dadaku. Jo Kwangmin, bagaimana aku harus membalas kebaikanmu ini?
Jemariku bergerak mendekati wajahnya itu. mencoba untuk menyentuh bulu matanya yang lebat, pipinya yang tirus serta garis hidungnya yang mancung.
Tiba-tiba mata Kwangmin terbuka perlahan dan tepat menatap mataku.
“Eunbin..” katanya pelan, yang disusul dengan erangan kecil karena sakit di kepalanya akibat terlalu lama pingsan.
“Kwangmina, gwaenchana?”
Kwangmin mengangguk singkat sambil mencoba untuk duduk di tempat tidur rumah sakit ini.
“Kau istirahat saja, jangan memaksakan diri..”
“Aniyo.. Aku sudah tidak apa, Eunbin..”
Tiba-tiba dadaku terasa sangat sakit. Tanpa kusadari air mataku telah menitik. “Mianhe, jeongmal mianhamnida.. Karna aku, kau jadi terluka seperti ini..”
Kwangmin tidak menjawab perkataanku. Ia justru menarikku ke dalam pelukannya yang hangat. “Dasar pabo!! Jangan lakukan lagi!! Jangan pernah lagi membahayakan dirimu, No Eunbin!! Kau tidak tahu betapa takutnya aku melihat jatuh ke tanah setelah kepalamu dihantam waktu itu.. Apa kau senang jika aku ketakutan?”
Aku menggeleng perlahan dalam pelukan Kwangmin. Air mataku terus saja mengalir membasahi baju pasien Kwangmin.
“Eunbina, uljjimayo.. Jangan menangis..” Kwangmin menepuk-nepuk punggungku halus. Membuatku ingin sekali bertahan dalam posisi ini selamanya..

Eunbin pov end

***

Author pov

Langit begitu cerah pagi ini. Matahari tampak begitu senang muncul di angkasa.
Key sedang duduk di salah satu bangku besi di airport. Ini sudah dua minggu berlalu sejak terakhir kali ia melihat Eunbin.
“Huft~” Ia menghela napas berat.
Appanya sangat marah mengetahui Key-lah yang menyuruh Eunbin untuk membatalkan pernikahan ini.  Tapi ia menjelaskan dengan sabar pada Appanya. Cinta itu tidak bisa dipaksakan, seperti pepatah-pepatah yang sering ia dengar. Ia juga menceritakan segala yang ia tahu tentang perbuatan Appa yang dilakukan diam-diam di belakangnya. Appa terkejut akan hal itu, tapi ia hanya terdiam dan terlihat merasa bersalah pada Key.
Key meminta Appanya untuk berhenti mengganggu kehidupan Eunbin lagi. Semuanya selesai sejak Eunbin berlari meninggalkan kapel saat pernikahan mereka. Ya, semua sudah selesai. Tidak ada lagi yang namanya perjodohan. Dan Key dengan tegas memohon pada Appanya untuk memberikan bantuan kepada ahjussi No tanpa maksud apa-apa dibaliknya dan membiarkan Ahjussi No membayar dana itu kapanpun ia mampu.
Dan tentang Eunbin..
Ia akan berusaha melupakan gadis itu, walau ia yakin itu tidak akan mudah karena ia terlanjur mencintai gadis itu. Ia ingin sekali bertemu dengan gadis itu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia kembali ke Amerika dan baru pulang ke Korea sekitar 2 tahun lagi. Tapi ia rasa ini sudah cukup, lebih baik ia tidak bertemu gadis itu daripada harus semakin sakit hati...

***

“Nona Eunbin,” Song masuk ke kamar Eunbin sambil membawa katung kertas kecil di tangannya.
“Ne. Wae, Song?”
Song menyerahkan kantung itu pada Eunbin, “Ada paket untukmu..” katanya singkat lalu berjalan meninggalkan Eunbin di kamarnya sendirian.
Eunbin menatap kantung itu dengan bingung. Apa ini? Ia melongok ke dalam kantung itu dan menemukan sebuah boks cantik berwarna ungu. Ia mengambil boks itu dan membukanya.
“Hah..” tanpa sadar Eunbin terpekik pelan melihat seuntai kalung yang begitu indah di dalam boks itu. Ia meraihnya dan memerhatikan kalung indah itu, tiba-tiba sebuah kertas kecil berwarna kuning, jatuh dari dalam boks. Eunbin memungutnya dan membaca tulisan rapi di kertas itu..

Mian karena aku tidak bisa memberikannya secara langsung padamu. Kau suka kalungnya? Anggap saja itu hadiah ulang tahun ke-17mu dariku, meskipun masih sebulan lagi. Tapi aku tahu, aku tidak akan bisa menyerahkan hadiah ini padamu sebulan lagi, karena aku sudah tidak akan berada di Seoul sebulan mendatang. Atau bahkan aku sudah berada di pesawat saat kau membaca surat ini. Aku harus melanjutkan kuliahku di Amerika..
Tapi sebelum itu aku ingin mengatakan sesuatu padamu.
Yang pertama, mian atas segala perbuatan Appaku padamu. Aku tidak tahu bahwa ia melakukan semua ini padamu. Sekali lagi mian, Eunbin..
Yang kedua dan yang terpenting bagiku.. Eunbin, saranghaeyo.. Jeongmal saranghaeyo.. Aku tahu ini sangat bodoh. Kenapa juga aku mengatakannya sekarang? Tapi aku tidak peduli itu. Yang penting aku sudah memberitahukan perasaanku padamu. Maaf karena terlalu bodoh. Jelas-jelas aku hanya pecundang yang tak berguna, tapi bisa-bisanya aku berkata bahwa aku mencintaimu..
Eunbina, kuucapkan terimakasih karena kau mau menjadi temanku selama beberapa bulan aku di Korea.. Kau sangat berharga..
Jeongmal gamsahamnida..
Jaga kesehatanmu, Eunbin..
Jangan sampai sakit, belajarlah dengan giat agar suatu saat nanti kau dapat membantu Appamu mengelola perusahaan. Aku menunggu saat itu~

Key

Tess
Tess
Air mata Eunbin berjatuhan membaca satu per satu surat dari Key. Ia bilang apa? Ia mencintainya? Key mencintainya? Kalau begitu kenapa ia tidak berpamitan padanya sebelum ia kembali ke Amerika?
Ini tidak bisa dibiarkan!!
Eunbin meraih ponselnya dan mendial nomor ponsel Key.
“Tuut.. tuut.. tuut.. Nomor yang ada panggil sedang tidak aktif, silahkan me..”
Tuut!!
Eunbin mematikan sambungan lalu membanting ponselnya ke tempat tidur!!
Kenapa ia begitu bodoh?!!

***

“Penumpang penerbangan menuju Washington D.C. diharap bersiap-siap. Sekitar 20 menit lagi pesawat akan lepas landas..”
Key bangkit berdiri dari bangku yang tadi didudukinya. Ia menarik kopernya dan berjalan pelan.
“Hah~” Ia menghela napas berat. Seadainya ia tidak memaksa Appanya untuk tetap tinggal di rumah, ia tidak perlu berangkat sendiri kemari tanpa seseorang yang melambaikan tangan tanda perpisahan untuknya. Tidak ada orang yang mengatakan, “Cepat kembali, Key! Aku pasti akan merindukanmu..”
Ah, sudahlah, Kibum!! Berhenti menghayal!!
Tidak akan ada yang datang mencarimu di sini. Bahkan dia sekalipun..
Key berjalan dengan melamun. Ia tidak sadar saat menabrak seseorang di hadapannya.
Bukk
Karna terkejut, tas tangan kecil yang dibawanya jatuh. Ia membungkuk untuk mengambilnya sekaligus minta maaf pada orang yang tidak sengaja ia tabrak itu. “Choseohamnida. Maaf, aku kurang memperhatikan jalanku..” Ia berulang kali membungkukan badannya, tapi orang itu tidak berkata apa-apa, juga tidak pergi meninggalkan Key. Ia hanya berdiri diam di depan Key. Membuat namja itu bingung. Ia mendongak untuk mengetahui kenapa orang itu diam saja..
“Eunbin..?”
Eunbin berdiri kaku di depan Key. Ia masih tidak percaya bahwa ia namja ini belum berangkat dan ia berhasil menemukannya. Napasnya terengah sehabis berlari begitu taksi yang mengantarnya berhenti di airport. “Hh.. Pabo!!”
Eunbin maju selangkah dan mulai memukul dada Key yang hanya mematung. “Pabo!! Jeongmal paboya!!!” Eunbin menangis tanpa bisa ditahan.
“Eunbina...” kata Key lembut, berusaha menenangkan diri Eunbin, walau sampai saat ini ia masih bingung kenapa yeoja ini ada di hadapannya. “Uljimayo.. Jangan menangis..”
Eunbin hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap memukul Key. Tiba-tiba namja itu menarik Eunbin ke dalam pelukannya, yang sontak membuat Eunbin terkejut dan diam.
“Jangan menangis. Air matamu teralu berharga untuk menangisiku..” Key mengelus puncak kepala Eunbin.
Sekali lagi pengumuman keberangkatan pesawat Key terdengar.
“Eunbina, aku harus segera berangkat.. Semoga aku bisa bertemu lagi denganmu, adik kecilku..” Key memeluk Eunbin lebih erat lalu melepaskannya. Ia menatap wajah Eunbin sesaat sebelum melangkah menjauh.
Key pergi.. suara hati Eunbin. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia ingin sekali menahan namja itu, tapi... Sudah terlambatkah ia?
“KEY!! Dasar kau bodoh!!” teriak Eunbin sekerasnya, yang membuat beberapa orang menoleh dan menatapnya bingung, tapi ia tidak peduli. Yang penting sekarang Key menghentikan langkahnya. “Untuk apa kau bilang kau mencintaiku jika sekarang kau meninggalkan aku dan bertingkah seolah tidak pernah ada surat itu darimu!! Kalau kau mencintaiku, buktikan!! Jangan pengecut begitu!! Kau harus cepat-cepat menyelesaikan sekolahmu dan kembali ke Korea!! Kau harus melakukan itu, karena AKU AKAN MENUNGGUMU!!!”
Key berbalik pada Eunbin dengan wajah terkejut. Ia berjalan mendekati Eunbin. “Apa maksudmu, Eunbin?”
Eunbin menghapus air matanya. “Seperti katamu, aku akan belajar giat! Aku akan lulus dari sekolahku, dan di saat itu, kuharap kau sudah kembali ke Korea. Aku akan menunggumu.. Aku akan belajar mencintaimu, Key..”
“Mwo?”
Eunbin berlari ke pelukan namja itu dan memeluknya erat. “Ne, aku akan belajar mencintaimu, Key..”
Key memejamkan matanya dan membalas pelukan Eunbin. “Ne.. No Eunbin, jeongmal saranghae..”

***

Sementara itu di rumah keluarga Jo, Kwangmin sedang memainkan bola basketnya sambil melamun. Tak lebih dari sejam yang lalu, ia melihat Eunbin berlari keluar dari rumahnya dengan tergesa.

“Eunbin, waeyo?” tanyanya saat itu.
“Key oppa.. Key oppa akan pergi!!” katanya dengan air mata yang mengalir deras.
Sesuatu serasa menusuk hati Kwangmin saat melihat Eunbin begitu sedih karena mengetahui namja bernama Key itu pergi.
“Memangnya kenapa kalau dia pergi?” kata Kwangmin dengan dingin yang sontak membuatnya mendongak menatap mata namja itu. “Bukankah dulu kau bilang bahwa kau akan menyatakan perasaanmu padaku setiap harinya? Tapi kenapa kau berhanti mengatakannya sekarang? Dan kenapa kau bersedih hanya karena mendengar namja itu pergi? Bukankah kau mencintaiku?!!”
“Kwangmin..” katanya perlahan. “Aku.. Mianhe.. Aku..”
“Asal kau tahu, Eunbin. Aku juga mencintaimu.. Bukankah itu yang kau inginkan selama ini?”
Eunbin menggigit bibir bawahnya. “Kwangmin, aku.. Aku juga mencintaimu, hanya saja.. Key oppa.. Dia mencintaiku dengan tulus. Dan untukku, itu sudah cukup. Aku bisa belajar mencintainya. Sekali lagi mianhe, Kwang..”
“Hentikan!!” Kwangmin berbalik memunggungi Eunbin. “Pergilah!! Kejar dia sekarang!!”
“Kwang..”
“Pergi!!”

Semuanya selesai. Beginikah rasanya mencintai seseorang tapi tidak bisa menjangkaunya? Beginikah perasaan Eunbin setiap kali gadis itu mengungkapkan perasaanya pada Kwangmin yang hanya dibalas Kwangmin dengan tatapan dingin?
Begitu bodohnya dia..
Duakk
Tiba-tiba bola basket seseorang nyasar(??) ke kepala Kwangmin. “Yak!!!”
Youngmin tersenyum senang melihat dongsaengnya marah. “Dasar pabo!! Kenapa melamun sambil bermain basaket? Inilah akibatnya kalau kau terus-terusan saja melamun!!”
“Ya, Hyung!!” Kwangmin mengejar Youngmin yang berlari masuk ke dalam rumah.
“Coba kau tangkap aku kalau kau bisa, pabo!!”
“Hyung!!!”

***

Ya, cinta memang tidak bisa mendukung keinginanku yang sesungguhnya. Saat aku mencintai Jo Kwangmin, aku merasa seperti selalu bertepuk sebelah tangan dengan namja itu. Aku begitu mencintainya sampai ingin mati rasanya. Tapi semua terjadi begitu saja. Ada sebuah cinta lain yang datang dan menawarkannya padaku. Cinta yang indah..
Ada pepatah menyatakan, “Cinta itu tidak bisa dipaksakan..” tapi menurutku itu salah. Yang benar adalah, “Cinta itu bisa diusahakan..”
Dan aku saat ini sedang berusaha mencintai Key setulus hatiku. Walau aku tahu Kwangmin sakit hati dengan sikap plin planku ini, tapi aku tidak ingin Kay menderita karena cintanya yang tulus itu.
Aku tidak perlu bersama dengan orang yang aku inginkan. Yang kubutuhkan adalah seseorang yang mencintaiku dengan tulus, itu saja sudah cukup..

***

Piip piiip
“Yeobuseo?”
“Chagiya, bisa kau tebak?”
“Apa?”
“Bulan depan aku akan lulus universitas!!”
“Ah!!! Jinjjayo? Setelah itu kau akan pulang, kan?”
“Tentu saja!! Kau tidak akan tahu bagaimana aku merindukanmu!!”
“Hahaha.. Aku juga merindukanmu, Oppa..”
“Hehehe.. Jeongmal sarangahae, No Eunbin..”
“Ne, nado saranghae, nae namjachingu, Key..”
“Ah.. Aku senang saat kau mengucapkannya!!”
“Jangan terlalu senang dulu!! Saat kau kembali ke Korea, kita harus berkeliling Korea karena aku dan kau tidak pernah berkencan, kau ingat?”
“Ah, ne benar!! Tenang saja tentang itu. Kita akan menghabiskan banyak waktu untuk berkencan..”
“Dan jangan lupa oleh-olehku, Kibum!!!”

THE END


6 komentar:

  1. tissu,mana tisu??-__-
    huhu,... berasa sesuatu banget bcanya, kukira nnti s Eunbin bakal bareng Kwang, ternyata Key, pantes aja covernya si Key, bukan Kwangmin*rewel* tapi kasian juga s Kwang, untung cuma ff :D

    BalasHapus
  2. Entah kenapa baca FF ini jadi "kebawa" banget thor >.<
    "Feel" nya dapet banget! I love it >.<
    Btw, dirimu juga ikut nampang (?) di FF ya? kang minhe Wks XD
    Daebak deh ! ^^ ditunggu karya" selanjutnya ^^

    BalasHapus
  3. oh, God!! Kenapa kalian be2 begitu setia baca & coment ff saya? :') #terharu
    makasih banget ya^^
    dapet ciuman dari author :* #plakk

    BalasHapus
  4. suka bgd ma critny,,
    D.tnggu ff brikutny
    Gomawo^

    BalasHapus
    Balasan
    1. gomawo udah mau baca, coment pula!! di ff saya :)
      terima kasih banyak, saya akan berjuang supaya ff selanjutnya lebih baik lagi :)

      Hapus
  5. Yaelah jadinya ma key gua kira bakal ma kwangmin elahh padahal mereka sooo sweet bat keren ffnya author daelbakk!!!

    BalasHapus