ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Minggu, 11 Agustus 2013

A Feel Named Missing


Title: A Feel Named Missing

Main Cast: Lee Hyun Ah (OC) & Kwon Jiyong (BigBang)

Genre: Romance

Length: Drabble

Author: HaranaPanda

A/N: akhirnyaaaaaa!! setelah sekian lama author gak dtng dan muncul dgn ff bru, akhirnya berhasil posting jg!! #girang
dan ngomong2 itu poster ancur amat T.T
gpp yah, namanya jg masih sangat pemula._.v
komen + reaksi nya ttp harus loh~ #cepokreader kekeke
***

Hai. Namaku Lee Hyun Ah. Umurku 19 tahun.

Dan aku.. tidak mengerti apa itu perasaan.

Sebenarnya bukan tidak mengerti, aku manusia. Akupun pernah mengecap berbagai perasaan. Mungkin lebih tepat jika dikatakan, aku membunuh perasaanku.

Sejak kecil, aku hanya mengenal 2 jenis—kalau kau mau tau. Bahagia, juga sedih. Bahagia itu ketika bersama boneka-boneka ku. Sedih itu ketika aku ingin es krim dan tidak dibelikan. Selebihnya, persetan.

Orang tua ku adalah workaholic. Mereka begitu sibuk bekeja hingga mereka hampir lupa mereka memiliki aku, anaknya. Aku hidup dikelilingi para pelayan. Aku merasa seperti boneka. Mati.
Lalu, orang tua ku meninggal di perjalanan dinas mereka ketika umur ku 7 tahun. Dipemakaman merekapun, tidak ada perasaan apa-apa dalam diriku. Aku memang seharusnya sedih. Namun, tidak. Pandanganku kosong. Hampa. 

Hari-hari ku berlalu begitu saja. Aku tumbuh dalam iming-iming kekayaan. Muak.
Di sekolah pun tidak ada yang spesial. Dan catatan, aku bukan anak penyendiri. Teman-temanku banyak.

Bagaimana bisa?

Mudah saja. Cukup tersenyum, perkenalkan dirimu dengan ramah dan Voila! Kau punya teman sekarang. Lalu, bagiku tidak masalah mereka dengan mudah pergi meninggalkanku. Mereka semu. Sama dengan orang tuaku. Tidak ada yang abadi. Jadi mengapa harus sedih?
Namun, dunia ku berubah ketika masuk seorang anak baru di hidupku..

Kwon Jiyong.

Awalnya aku tidak peduli dengannya. Aku anggap dia sama dengan yang lainnya. Semu.
Namun, aku salah. Dia berbeda.

Dia.. spesial.

Entahlah. Akupun tak mengerti mengapa dia spesial. Rasanya agak istimewa jika dia memanggil namaku dan menyentuh pundakku. Menyebabkan suatu rasa hangat dari ujung kepala hingga kaki.
Di sana lah aku belajar tentang perasaan nyaman.

Lama-lama, rasa nyaman itu berubah menjadi semakin besar. Entah apa itu namanya.

Entah kebetulan macam apa dia selalu ada di dekatku. Mengajakku bercanda, juga tertawa. Hanya padanya aku tidak memasang tampang ketus. Biasanya, aku benci ketika seseorang mendekati ku dengan tiba-tiba sepertinya.

Aku ingat hari dimana kami pulang bersama—lihat, kebetulan sekali rumah kami bersebelahan—Rasa mengelitik terus muncul di dasar perutku. Aku berusaha mengabaikannya, tapi tidak berhasil.

Ji.”

“Hmm.. Waeyo, Hyuna-ya?”

“Rasa geli ketika kau bersama seseorang, juga rasa lemas yang mengganggu sarafmu jika dia pergi, itu apa?” Ji tersenyum lembut. Ada irama manis yang tercipta dari detak jantungku. Sebuah Allegro.

“Kau boleh menamainya perasaan sayang. Memang itu rasanya. Bagaimana? Asik kan?” ia terkekeh. Aku memukulnya dengan tas selempangku, tidak mau menjawab.

Ya, Ji.. rasanya asik sekali.

Sayang ya? Aku akan mengingatnya. Karna aku menyayangimu, Ji..

Lalu, Jiyong yang anak baru, adalah anak yang populer. Tentu saja banyak perempuan yang ingin mendekatinya, bahkan ada yang ingin menjadi pacarnya.

Rasanya mendidih di area sekitar jantungku ketika melihatnya. Panas. Memuakan.

Sampai suatu hari, aku menarik jiyong paksa dari kerumunan fans nya. Aku tidak peduli cacian yang mereka lontarkan melihat apa yang kulakukan. Yang ada dalam otakku sekarang adalah, menjauhlah dari Ji.

“Namanya Cemburu.”

“Eh?”

“Iya. Entah kenapa, aku tau kau tidak mengenal perasaan semacam itu. Bisa dikatakan, kau tidak bisa membedakan mana manis, asin, asam, juga pahit. Bagimu sama saja, kan? Aku akan mengajarimu. Tenang saja, Hyuna-ya.” Ji mengelus kepalaku sambil tersenyum lembut. Lagi-lagi, lantunan allegro manis tercipta dari jantungku.

Ji, sepertinya aku tidak hanya sayang juga cemburu. Ada perasaan yang jauh lebih meluap dari itu semua.

Tapi, apa ya namanya.. aku sering mendengar teman-temanku membicarakannya.
Kalau tidak salah, suka ya?

Ah, ya! Itu. Suka.

Aku ingin sekali mengatakannya padamu, Ji. Tapi, kali ini, biarkan aku diam dan menikmati setiap desir lembutnya sendirian.

Hari-hariku berlalu dengan Jiyong tetap disisiku. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mendekatinya. Egois memang. Tapi, tak apa kan?

“Mm.. Ji?” itu terjadi suatu hari di taman dekat rumah kami.

“Ya? Ada yang ingin kau tanyakan?”
 
“Bisakah kau memberitahuku apa yang membedakan sayang dengan suka?”

Wae? Kau sedang menyukai seseorang, ne? Hahaha..” aku melayangkan jitakanku di kepalanya. Ji mengaduh kesakitan meski tetap tertawa.

“Yah, ketika kau bahagia melihat dia bahagia, bagaimanapun caranya, itulah rasa sayang.” Aku mengangguk-angguk mengerti.

“Tetapi, jika kau ingin dia bahagia karna kau yang membahagiakannya, itulah perasaan suka.” Aku berbinar mendengarkan penjelasannya.

Ya, memang itu yang terjadi padaku. Aku sungguh ingin melihat Jiyong bahagia dan tertawa karnaku. Semoga dapat terwujud.

Tidak lama setelah itu, aku mendengar kabar Jiyong dirawat karna penyakit jantung bawaannya. Mendengarnya, jantungku berdebar lebih keras. Menolak untuk percaya.

Dia tidak pernah mengatakannya.. kenapa?

Hampir setiap hari aku menjenguknya. Rasanya aneh melihat Jiyong yang biasa nya tertawa riang tergolek lemah disini. Ketika ia tertidur, tak jarang aku menangis dan memohon agar ia cepat kembali seperti Jiyong yang dulu.

“Hyuna-ya?” sebuah suara lemah memanggil namaku. Aku yang sedang menangis sesegukan mengangkat kepalaku. Ji terlihat tersenyum rapuh melihatku.

“Kenapa menangis? Aku tidak suka melihatmu seperti itu.” Ia tertawa kecil. Aku tidak menjawab. Terus menatap wajahnya yang pucat. Tiba-tiba, tangan halus nya yang di infus mengelus rambutku. Air mata ku akhirnya terjun bebas begitu saja.

“Tau tidak? Aku belum mengajarimu perasaan yang paling berharga dari semua perasaan yang telah kau pelajari.” Ia terbatuk kecil. Aku meremas ujung selimut nya tanpa sadar.

Mwo?” tanyaku disela tangis.

Cinta.” Jawabnya. Aku terdiam.

“Itu perasaan yang sangat istimewa kepada seseorang. Kau pun pasti memilikinya. Aku juga.” Jiyong tersenyum.

“Siapa?” tanyaku tanpa pikir panjang. Jiyong terkekeh.

“Orang tuaku, noonaku, gaho, juga.. kau.” Seketika, aku merasakan nafasku tercekat.

Apa katanya tadi?

Aku?

“Iya, aku memang bilang kau. Tak perlu kaget begitu kan?” seolah bisa membaca pikiranku, Ji terkekeh. Kurasakan wajahku memanas. Sangat panas. Sampai rasa nya aku harus merendam wajahku di air.

“Benarkah?” pastiku.

“Tentu saja. Aku mencintaimu, Lee Hyun Ah. Cukup jelas?” Ji tersenyum. Kali ini, aku melihat sesuatu seperti cahaya di sekitar senyumnya.

“Kalau begitu, aku juga mencintaimu, Ji.” Air mata ku kembali mengalir. Rasanya sesak ketika Jiyong berkata sesuatu tentang cinta ini.

“Berjanjilah padaku, Ji.. Cepat sembuh..” pintaku sambil menyodorkan jari kelingking. Jiyong terkekeh dan mengaitkan kelingking nya pada kelingkingku.

“Aku janji, Chagi.”
***

Pembohong.

Mana janjimu? Kau berjanji akan sembuhkan? Lalu kenapa kau terbujur kaku begitu, Ji?

Seluruh orang mengharu biru di pemakamanmu. Keluarga juga noonamu ada disini, Ji. Kau memang benar. Noonamu cantik seperti katamu.

Ji.. bangunlah. Kau kan sudah janji padaku.

“Bodoh. Aku benci kau.” Desauku. Airmata terus mengalir begitu saja. Tak mau berhenti dan memang tidak akan aku hentikan.

Perih, Ji.. itukah rasanya jika kau tidak ada disisi ku lagi?

Perlahan, peti diturunkan. Kepalaku pusing karna menangisimu terus. Namun, aku tidak peduli. Jika aku harus terus menangis untuk bisa membuatmu kembali, maka akan ku lakukan.

Pemakaman selesai. Orang-orang pulang ke rumah masing-masing. Keluargamu juga sudah pulang sambil membawa luka yang mendalam atas kepergianmu.

Tapi, aku disini, Ji. Para pelayan menyuruhku untuk segera pulang karna hari sudah mendung. Dengan ketus tentu saja aku menolak. Aku ingin disini. Kusuruh mereka pulang saja. Kukatakan aku bisa pulang sendiri.

Ji.. aku baru saja mendapatkan pelajaran terakhir tentang perasaan hari ini.

Awalnya, terasa ada sudut kosong dari hatiku yang hilang. Lalu, tiba-tiba ada keinginan untuk bertemu denganmu, mendengar suaramu, juga merasakan tanganmu mengelusku.

Risih sekali, Ji. Benar-benar bukan perasaan yang menyenangkan seperti perasaan nyaman, suka, atau cinta. Rasanya juga lebih buruk dari cemburu.

Namun, aku merasakan kau jauh di dalam diriku. Membisikanku namanya. Aku mengangguk lemah. Ku tarik napas dalam-dalam. Berat sekali untuk mengatakannya ya, Ji..

Kwon Ji yong..

Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Istirahatlah dengan tenang, Ji.. aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun..”
***

6 komentar:

  1. hello ....~ mumpung masih di warnet, saya menyempatkan diri untuk komen di ff yg sudah saya bca sblumnya smnjak rilis.. tpi ntar sya bca lgi, soalnya agak lupa ._.
    tapi ............
    romance nya masih kurang ...! lbih bnyak sad ama fluffnya ........!!*gembar gembor di warnet* oke, abaikan!*lap ingus* -__-
    kayaknnya saya mash tetep ngotot ama genre fluffnya, maksa banget -__-*sungkem di depan komputer* maafkan saya, ampuni saya, masih dalem hitungan lebran loh ... maafin yak eon ....?? *_*(?)

    Like like :* (?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyakah? ini curhat sih sebenernya mah (?) ._.v
      iya di maapin saeng ^^ kmu udh komen aja makasih bgt! xD
      slr ya~

      Hapus
  2. Keren wehh.. kampret ah dirimu ra ;_; bikin gue galau seketika

    BalasHapus
  3. saya setuju sama dua komentar di atas yang sudah mewakili (?) #GUBRAK
    ._. Fighting pokoknya thor!! Ditunggu FF-FF lainnya!

    BalasHapus
  4. Aigoo, awalnya aku pikir bakal jadi happy ending .... eh ternyata sad ending toh
    keren thor, feelnya ngena , bahasanya juga keren :D

    BalasHapus