ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 21 September 2013

Oh My Friend



Tittle : OH MY FRIEND

Genre : Romance , Friendship

Cast :
-         Sandara Park a.k.a Dara
-         Dong Young Bae a.k.a Taeyang
-         G-Dragon a.k.a Kwon Jiyong
-         Go Minzy a.k.a Minzy
-         Other Cast

Length : One shoot

Author : BlackVIP

A/N : Annyeong ! :) ini ff pertama author dan ini benar benar hasil kerja keras sendiri, jadi mohon commentnya yah. Happy Reading All.



Dara POV

          “Appa, Kajima jebal jangan tinggalkan Dara !”

-

-

Aku terbangun dari mimpiku, ya Tuhan mengapa mimpi itu datang lagi, semakin aku ingin melupakannya semakin mimpi itu terlihat jelas, huaa ! mimpi itu membuatku gila. Aku melihat diriku di cermin, dengan tatapan sendu, rambut berantakan, dan terlihat lingkaran mata panda yang aku punya, itu menyeramkan. Hatiku lebih tenang saat aku menyeruput secangkir cappuccino sambil menatap langit yang biru, dan hiruk pikuk dunia saat pagi orang orang melakukan aktivitas seperti biasa.

Ahh, padahal cuaca hari ini sangat bagus mengapa tidak sesuai dengan suasana hatiku, Hei ayolah dara semangatlah sedikit, FIGHTING!, lalu aku memandang rumah yang ada di depan rumahku, rumah yang berpagar dengan masing masing tanaman indah milik ibunya di halaman. Itu rumah sahabat karibku Taeyang, seperti namanya ia layaknya matahari yang menyinariku saat suasana hatiku sedang redup walaupun terkadang juga sebagai matahari yang menyebalkan. Aku tertegun ternyata handphoneku berdering sejak tadi.

“Yeoboseyo”

“Yeoboseyo, ya Sandara Park ! Kau dimana ? Kau tidak pergi kuliah ?”

“ini hari minggu, kau lupa ?”

“kau yang lupa ! bisa kau lihat di handphonemu”

Aku tertegun saat melihat tanggal dan jam di handphoneku, benar apa yang di katakan namja itu.

“Aigoo, Ottokhae Taeyangie ?” Jawabku yang mulai cemas .

“Jadi kau mau berdiri terus kebingungan seperti orang gila, cepat lah bersiap siap, aku akan menunggu didepan rumahmu sekarang.” tuutt.....tuutt..

“YA! Taeyangie” Belum sempat aku berbicara dia seenaknya mematikan telefon secara sepihak, apa-apaan dia itu ?!

Setelah aku bersiap siap dalam waktu kurang dari 10 menit !! Taeyang ternyata lebih cepat datang dari yang kukira yang juga sudah menungguku.

“Kau ini lama sekali, ppali” perintahnya.

“Dia selalu saja seperti itu” Ucapku dalam hati.

Kami memilih jalan kaki menuju halte dan berangkat menggunakan bis karena menurutku itu lebih sehat ditemani dengan udara pagi yang menyegarkan. Setelah sampai kami segera berlari menuju ruang kelas bahkan aku berlari lebih cepat daripada Taeyang, tetapi tanpa sengaja aku menabrak namja yang sedang berbicara dengan handphonennya sehingga membuat handphonenya jatuh pecah dan rusak parah, namja berwajah manis itu menggunakan kacamata, dan mengenakan rompi. Dialah flower boy di universitas ini Kwon Jiyong, andwaee mengapa harus diaa.

“Jeongmal mianhae, aku sedang buru buru aku akan menggantikannya yang baru aku janji, kau tidak perlu khawatir” ujarku menenangkannya.

“Ku sarankan lebih baik kau mengganti matamu, tidak usah ! kau tidak akan bisa menggantinya, simpan saja alasanmu itu” Ujar namja itu dengan memasang wajah membenci.

“Pernahkah kau di ajarkan orang tuamu bagaimana cara berbicara dengan perempuan ?” Tiba tiba saja Taeyang memotong pembicaraan.

“Setidaknya aku tidak sebodoh dirimu yang tidak bisa menaklukkan hati perempuan” ia berkata dengan tatapan meremehkan.

“Cukup, YA! KWON JIYONG! Kalau kau tidak mau aku mengganti handphone mahalmu, oke aku tidak akan menggantinya” seketika itu juga aku membuang handphone itu ke tempat sampah terdekat.


“Bukankah kau bisa membelinya lagi, cukup mudahkan, aku ke kelas dulu, bye, kajja taeyangi” aku membalaskannya dengan tatapan meremehkan, dan aku cukup puas dengan kata kataku. Tapi tanpa aku sadari orang orang telah melihat pertengkaran tadi, tetapi aku tidak memikirkan itu, setelah aku dan Taeyang tiba di kelas untung saja kami di maafkan karena telat tetapi banyak sekali murid yang tidak mengikuti kuliah pada hari itu. Di tengah tengah waktu pelajaran, tanpa sengaja aku melihat taeyang yang sedang gelisah sejak tadi, apa yang sedang dipikirkannya.


-Jiyong POV

Siapa yeoja itu? Berani sekali dia merusak handphoneku dan membentakku, tunggu jiyong mengapa kau memikirkannya itu tidak penting lagian dia sudah membuat keributan denganmu. “Sudahlah lupakan, come on jiyong fokuss..” aku berusaha meyakinkan diriku, saat ini aku sedang membuat lirik lagu karanganku sendiri di taman tapi lagi lagi “aissh, oke aku mengatakan minta maaf kepadanya besok” sambil berdiri aku berbicara pada diriku sendiri tapi kali ini dengan volume lebih besar sehingga membuat orang orang di sekitar melihatku, dan segera saja aku kembali ke posisi normalku.


-Taeyang POV

          “Taeyang kau terlalu memikirkan ucapan jiyong, sudahlah lupakan” aku berkata pada diriku sendiri, tetapi tetap saja aku merasa aku memang orang yang seperti itu aku tidak bisa dekat dengan perempuan kecuali Dara padahal menurutku banyak perempuan yang lebih menarik darinya, karena aku merasa nyaman jika di dekatnya. Saat ini sepertinya Dara menyadari aku sedang gelisah.

“Taeyangi, Gwenchana ??” ucap Dara kepadaku setengah berbisik.

“eumm..eumm” jawabku dengan sedikit anggukan dan senyuman.

          Lalu terlukis senyuman di wajahnya sambil menatapku lalu melanjutkan menekuni buku bukunya mencatat apa yang di terangkan seonsangnim, bangku yang aku duduki hanya berjarak 2 bangku lain dari tempat duduknya aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku sering sekali terjebak dalam situasi seperti ini selalu memerhatikannya saat di kelas, aku suka sekali membuatnya terlihat bahagia, aku berusaha agar sedikit kesedihan tidak boleh menyentuhnya.

-Dara POV

          Akhirnya selesai juga hari ini, sebenarnya aku sedang tidak bersemangat untuk belajar, sebaliknya aku cukup semangat untuk bermain main hari ini. Karena cuaca sangat bersahabat, aku memutuskan untuk ke taman untuk menenangkan diri, ini hal biasa yang aku lakukan, duduk di kursi taman sambil mendengar lagu lagu yang aku suka dan membaca buku cerita. Seketika angin berhembus, menyapu daun daun yang telah gugur aku menutup mataku dan berharap agar kehidupanku selanjutnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Aku tertegun ketika ada sesorang yang mengambil headset dari telinga kananku, aku membuka mata ternyata orang itu namja dengan mata sipitnya lalu memasangkan headset itu di telinga kanannya.

“Taeyangi, ehh! Kau mengejutkanku”

“Kau masih memikirkan pertengkaran dengan Jiyong pagi tadi? Sampai kau harus ke taman untuk menenangkan diri”

“Ani, aku memang berencana kesini sejak awal”

“Bagus lah jika kau tidak memikirkannya, bagaimana dengan orang orang yang memperhatikanmu?”

“Gwenchana taeyangi, itu bukan masalah besar” ucapku berusaha meyakinkan.

“Oh ya, aku menyukai kata katamu tadi”

“yang mana ?” aku menatapnya heran.

Bukankah kau bisa membelinya lagi, cukup mudahkan.. dan yah, kau benar benar membuang handphonenya ke tempat sampah

“Oh, Jiyong. Aku selalu mengeluarkan kata kata hebat jika aku marah” ucapku dengan sedikit berlagak.

“Haha, Jinjjayo? Aku tidak percaya, hebat sekali kau” orang ini sepertinya tidak benar benar memujiku.

“Jangan memujiku jika kau tidak benar benar kagum. Oh ya, mengapa kau bisa tau kalau tadi pagi aku tidak pergi kuliah?”

“Ah, itu hanya instingku. Instingku mengatakan kau melakukan hal buruk hari ini”

“Aku tidak melakukan hal buruk! aku hanya lupa. Mengapa kau tidak pergi duluan?” jawabku kesal.

“Aku juga bangun kesiangan, jadi kebetulan kau juga, lebih baik di marahi berdua daripada sendiri bukan” lanjutnya, baiklah, alasan yang masuk akal.

Di akhiri dengan kata yang di ucapkan taeyang tidak satupun diantara kami yang berbicara lagi, musik pun mengalun dengan indah di telinga. Sesaat aku melihat ke arah taeyang dengan tenang, aku teringat sewaktu kecil ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Saat itu aku menangis di halaman rumahku karena ayahku meninggalkan aku bersama ibuku, ibu dan ayahku bercerai saat itu ayahku pergi meninggalkan rumah, ketika taeyang melihat ayahku pergi ia berusaha menahan ayahku tetapi ayahku menepis tangannya sehingga membuatnya terjatuh. Taeyang juga memberiku selembar saput tangannya untuk menghapus air mataku yang masih aku simpan sampai sekarang. Setelah lama aku tinggal dengan ibuku hingga aku dewasa, beliau meninggal dunia 2 tahun yang lalu karena mengidap penyakit, sehingga membuatku lebih terpukul lagi karena aku harus hidup sebatang kara.

Taeyang bilang kepadaku agar jangan terus terpuruk, hidup harus terus berjalan, dan yang paling penting hadapi hidup dengan senyuman itu yang selalu ia bilang kepadaku. Mengingat dia pernah mengatakan itu kepadaku membuatku tersenyum ketika aku melihatnya, dia hanya diam sambil memejamkan mata. Tiba tiba saja jantungku berdegup kencang, apa yang terjadi denganku apakah aku sakit ? tidak mungkin, semakin aku melihat taeyang semakin cepat jantungku bekerja dan tanganku dingin, aku berusaha agar tidak memperhatikannya tapi tetap saja. Tapi ini bukan pertama kalinya aku seperti ini, sebelumnya juga jika aku sedang di sampingnya dan tidak ada yang berbicara di antara kami berdua, ah kejadian ini terulang lagi, benar benar menggangguku.


-Taeyang POV

          Aku tau jika ia tidur larut malam untuk mengerjakan tugas, keesokkannya pasti bangun kesiangan, kebiasaan yeoja di sebelahku ini tidak dapat dipungkiri lagi jadi aku memutuskan untuk menunggunya sampai bangun, agar ia tidur cukup waktu walaupun aku juga ikut terlambat. Pantas saja dara sangat suka pergi ke taman ini, sambil menutup mata aku membuat diriku menjadi lebih tenang seakan semua masalah yang aku punya sudah terselesaikan, dan itu membuatku sedikit puas. Tetapi tiba tiba dara mengacaukannya.

          “Taeyangi”

          “Waeyo?”

          “Ak Aku pulang kerumah duluan ya, ah aku capek sekali, kau masih ingin disini bukan?”

          “iya sih, pulang, cepat sekali, aku ikut ya”

          “Andwae, aku tau kau masih ingin disini”

          “Baiklah kalau kau memaksa, tapi hati hati jangan sampai tersandung”

          “YA! Aku tidak memaksa, aku pulang ya bye” Anak itu suka sekali meremehkanku”


-Dara POV

Akhirnya aku bisa menghindar darinya untuk sementara. Keesokkan harinya di universitas aku sangat heran mengapa orang orang menatapku dengan tatapan sinis, ada apa dengan mereka semua ? aku berusaha tidak mengacuhkannya dan berjalan menuju ruang kelasku, baru saja aku melewati pintu kelas tiba tiba..

“Dara, awass !” Tiba tiba saja taeyang mendahuluiku dan menutupi tubuhku, ternyata segerombolan anak perempuan ingin menyiramku dengan pasir, tetapi alhasil malah taeyang yang kena imbasnya.

          “YA! Dara apa yang kau lakukan kemarin dengan Jiyong? Mengapa kau membentaknya dan merusak handphonenya, kau merasa dirimu hebat! Kau tidak tau siapa dirimu lalu kau tidak tau juga kan siapa dia, gara gara kau kami semua tidak bisa menyapanya karena suasana hatinya sedang tidak baik” ucap seseorang dari gerombolan itu, satu hal yang aku tau jiyong juga mempunyai fans.

          “Aku hanya tidak suka dengan cara dia berbicara, aku juga sudah minta maaf, kalian terlalu berlebihan”

          “Terserah! tapi aku peringatkan jangan kau ulangi lagi! ayo kita pergi”

          “Seharusnya dia yang mendapat imbalannya tapi kau yang terlalu bodoh” Kata anak tadi kepada taeyang dan mereka segera pergi keluar. Lalu aku melihat taeyang yang sedari tadi hanya diam memperhatikanku, bajunya kotor dipenuhi pasir, aku hanya bisa melihatnya dengan mata berkaca kaca.

          “Dara aku ke toilet dulu, aigoo, jangan menangis” dia mengucapkannya sambil sedikit menjitak kepalaku, lalu ia pergi. Pada jam istirahat, ketika aku berjalan tiba tiba ada orang yang memanggilku dari belakang orang itu Jiyong.

“Sandara sshi”

“Wae ?!” Jawabku ketus.

“Aku minta maaf soal kemarin, aku aku..”

“ne, sudah kumaafkan !” jawabku singkat dan segera ingin pergi tetapi namja satu ini menahanku.

“Jamkkan man, sebagai gantinya aku akan mentraktirmu makan siang nanti, kau mau kan?” Dengan muka tersenyum penuh harap, mungkin dia berpikir senyumannya itu bisa mengajakku.

“aku tidak salah dengar? Kau yang kemarin dengan kau yang sekarang berbeda”

“mungkin, nanti aku akan menemuimu, jangan membuat janji dengan orang lain” lalu ia segera meninggalkanku dalam keadaan positif heran, apa memang benar ada orang bisa berubah dalam jangka waktu kurang dari 3 hari, seenaknya saja dia memerintahku dan aku belum menjawab ajakannya.


-Jiyong POV

Ah, ini tidak sulit, aku berjalan sambil tersenyum. Setelah semua mahasiswa selesai melakukan aktivitas belajar, aku sudah siap di depan pintu kelasnya untuk menunggunya selesai.

“Anneyong, sandara sshi” sapaku sambil tersenyum

“Sebentar. Taeyangi aku ada janji kau bisa pulang duluan” yeoja itu berbicara kepada temannya, aku dengar taeyang teman dekatnya sandara dan taeyang hanya mengangguk mendengar ucapan temannya. Sesampainya di cafe, kami segera memesan makanan tetapi setelah itu  sepertinya dia sedang tidak mood untuk bicara.

“Ini kah yang kau bilang kau memaafkanku ?” tanyaku padanya.

“Jadi aku harus bagaimana ? tadi aku belum menjawab ajakkanmu sebenarnya aku ingin menolak, tapi sudahlah”

“Maaf, benar benar minta maaf, kau tau aku jarang sekali meminta maaf dengan sungguh sungguh kepada orang lain ketika bersalah. Bisakah kau percaya?” Aku menatapnya dengan tatapan meyakinkan, karena memang niatku sebenarnya minta maaf kepadanya aku hanya tiba tiba merasa bersalah,  lama sekali ia menjawab pertanyaannku.

“Araseo, baiklah aku benar benar memaafkanmu” jawabnya sambil tersenyum, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang benar benar memaafkan aku. Makanan yang kami pesan telah datang, perutku lapar sekali sebenarnya.

“Sandara sshi mengapa rasanya sulit sekali kau memaafkanku? Atau memang kesalahanku sudah kelewatan”

“Anieyo, aku hanya tidak suka kau mengatakan kata kata itu pada taeyang itu sulit baginya, aku sangat marah kepadamu tentang hal itu” lanjut yeoja itu yang membuatku kembali mengoreksi kalimat yang aku lontarkan kepada orang yang ia bilang.

“Apanya yang sulit ? ia punya masalah?” tanya jiyong.

“Sepertinya begitu karena sejak dulu ia tidak pernah..” aku melihat kekiri dan kekanan sejenak “pacaran” lanjutku memelankan suara.

“ah, ne, aku mohon tolong kau bilang kepadanya aku juga minta maaf soal itu”


-Taeyang POV

Lama sekali dia pergi, aku hanya bisa menunggunya dan melihat melalui jendela kamarku,  padahal aku ingin mengajaknya bersepeda besok pagi dengan adikku juga minzy, kami cukup sering melakukan hal santai. Tetapi tak lama kemudian mobil berwarna putih tiba di depan rumahnya, benar tebakanku itu mobil jiyong dara turun dari mobil itu, dan tersenyum kearah jiyong lalu melambaikan tangan saat mobil jiyong pergi. Itu sedikit membuatku jengkel apakah mereka berteman sekarang? Cepat sekali. Setelah mobil itu pergi, tiba tiba saja dara berjalan ke rumahku pasti dia memutuskan untuk ke sini, lalu aku memutuskan untuk tidak melihatnya lagi.

Tok tok tok “Taeyangiiii”

 “Nuguseyo ? Onnie.. !”

“Ah minzy ah, Oreummaniya. Di mana kakakmu ?”

“Ayo masuk onnie, oppa, seperti biasa bermalas malasan di kamarnya dari tadi belum keluar kamar dan..”

 “DARAA!” belum selesai minzy berbicara dengannya lalu aku tiba tiba muncul dan berteriak.

“Oppa, Teriakanmu kurang keras kalau perlu hingga tetangga lain dengar” aku membalasnya dengan tatapan meremehkan “Onnie, mengapa kau jarang sekali main ke sini sekarang ?”

“Mianhae minzy ah, onnie sedang sibuk dengan tugas kuliah”

“Ara, sebentar onnie aku ke belakang membuat minum”

“Gomawo minzy ah” lalu minzy pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.

“Jiyong bilang ia minta maaf kepadamu soal ucapannya kemarin”

“sudah kumaafkan” yaahh aku sedang tidak ingin memperpanjang masalah dengan orang itu. “Dara, besok kau ada janji ?” lanjutnya bertanya

“nde, aku ada janji dengan emm… jiyong, Miaan taeyangi” jawabnya dengan nada sedikit menyesal.

“kalian sudah baikkan? Tidak masalah kalau itu membuatmu lebih baik” ujarku sambil mengangguk sambil tersenyum. Mungkin tidak masalah baginya tapi itu masalah untukku, dia mulai dekat dengan jiyong sekarang, sepertinya ia terlihat bahagia tapi tetap saja aku tidak suka melihat mereka berdua, sepertinya tidak ada hal menarik besok. Setelah dara pulang, sepertinya minzy juga sedikit kecewa saat ia sudah tau dara tidak bisa pergi.

“Oppa, jangan terlalu kecewa”

“Tapi kau juga sedikit kecewa kan”

“Sedikit, tapi oppa yang sangat kecewa. Tenang oppa masih bisa bersepeda denganku” Walaupun dia adikku yang sering menjengkelkan, tapi dia selalu tahu dengan baik bagaimana suasana hatiku.


-Dara POV

          Pagi itu aku sangat terkejut mobil jiyong sudah sampai di depan rumahku, aku sedang membereskan tempat tidurku karena aku baru saja bangun tidur.

          “Kajja, ada yang ingin aku perlihatkan denganmu”

          “Ya! Aku belum bersiap siap” tapi jiyong tetap menarikku ke dalam mobilnya.

          “Itu tidak masalah” Mobil pun segera melaju, tanpa sengaja aku melihat taeyang yang sedang bersiap siap untuk rencananya bersepeda, sebenarnya aku sedikit merasa tidak enak hati. Ternyata jiyong membawaku ke pantai untuk melihat keindahan laut di pagi hari, waktu itu pantai sedang sepi karena masih pagi.

          “Wuaaaaaaaaaaaaaaahhh..”

          “Kau suka ?”

          “Ne, aku sangat suka.” Lalu aku terdiam sebentar sambil melihat gulungan ombak yang di hembuskan oleh angin, udaranya sangat sejuk. “Jiyong”

          “ya ?”

          “Gomawo” dia hanya tersenyum sambil menunduk mendengar perkataanku, lalu dia memakaikan jaket berwarna hitamnya kepadaku, sepertinya dia tahu aku sedikit kedinginan.

          “Sandara sshi, neomu neomu yeppo”

          “Ya! aku baru saja bangun tidur dan membereskan tempat tidur. Perhatikan wajahku baik baik” jawabku sambil tersenyum dan dia membalasnya dengan senyuman.

          “Ibuku sedang sakit sekarang, kondisinya makin memburuk aku bingung apa yang harus kulakukan, semua yang aku bisa sudah aku lakukan, dan sekarang aku hanya bisa berdoa” tiba tiba saja jiyong menceritakan tentang ibunya.

          “Mungkin ada hal yang belum kau lakukan untuk ibumu, seperti merubah sifatmu yang tidak baik dan belajar lebih rajin dan hal hal yang membuatnya senang, lalu disertai dengan doa”

          “Benarkah? Aku kira aku bisa melakukan pembayaran pengobatan yang lebih banyak seperti operasi, terapi dan yang lainnya agar dia lebih cepat siuman, tapi itu semua sudah aku lakukan tapi tetap saja” jiyong menundukkan kepalanya, tanda menyesal.

          “Aniyo, kau salah besar. Kalau kau sudah melakukan hal itu, yang kau lakukan sekarang adalah membuat ibumu bangga terhadap dirimu, dan minta maaf kepadanya dan berusaha jadi anak yang lebih baik lagi, bukan hanya membayar pengobatan. Aku yakin kondisi ibumu bisa lebih baik, berusaha lah sedikit lagi sebelum kau berakhir seperti aku yang tidak bisa memiliki ibu lagi” Aku berusaha menahan tangisanku, karena aku tidak ingin jiyong lebih sedih lagi.

          “Miann, aku tidak tau kau.. aku benar benar terima kasih aku akan mencoba” dia berkata sambil memegang bahuku, aku segera memintanya mengantarkanku pulang dengan alasan ada hal yang harus aku kerjakan di rumah.


-Author POV

          Sepulangnya setelah berpamitan dengan jiyong, awalnya dia berencana ingin langsung masuk ke dalam rumah tetapi langkahnya terhenti lalu berbalik menuju rumah taeyang, ketika melewati pagar ia melihat taeyang baru saja keluar dari rumahnya.

          “Dara?” kata taeyang dengan heran.

          “Taeyangii..” dara tak kuat menahan tangisnya lagi, langsung saja air mata membanjiri wajahnya di hadapan taeyang, ia teringat oleh ibunya dara sangat sangat merindukan ibunya. Taeyang mengiringi dara untuk duduk di kursi taman rumahnya, dan menyandarkan yeoja itu di bahunya sambil menepuk pelan lengan chingu yang paling di sayangnya agar ia bisa lebih tenang.

          “Tidak apa apa, menangislah sepuasmu, nanti kau bisa cerita” lama juga dara menangis, setelah dara berhenti ia kembali duduk dengan posisi normal, lalu menceritakan dia merindukan ibunya ketika mendengar cerita jiyong.

          “Aku turut prihatin dengan jiyong. Dara, sekarang kau sudah bisa melewati kesedihanmu dan bisa hidup mandiri, ibumu pasti bangga denganmu, kau ingin membuat ibumu bangga bukan?”

          “Ne, benar aku hanya tiba tiba merindukan ibu, gomawo taeyangi” ucapnya tersenyum, entah mengapa dara hatinya lebih tenang  jika ia di dekat taeyang, mengenai masalah pribadinya ia tidak bisa cerita ke siapapun, karena hanya teyang yang hampir tau semua dirinya, bahkan taeyang lebih mengetahui dara di bandingkan dirinya sendiri. Lalu mereka duduk membisu, lagi lagi dara merasa jantungnya mulai lagi aku harus pulang batin dara.

          “Taeyangi aku pulang dulu ya, maaf mengganggumu”

          “Aigoo, Jangan berkata seperti itu ! kapanpun kau bisa menemuiku, kau sudah beratusan kali menangis di depanku sejak dulu, kau seperti orang lain saja” ujarnya sedikit heran.

          “Araseo. Jeongmal gamsahamnida” jawab dara.


- Taeyang POV

          “Senang sekali bisa melihatnya tersenyum lagi” ucapku dalam hati.

          Siang ini sepulang dari universitas, aku berencana untuk pergi ke toko kaset untuk membeli beberapa kaset yang aku suka tetapi sepertinya cuaca hari ini tidak bagus awan terlihat mendung, menyebalkan, tepat di saat aku melewati taman yang sering di kunjungi dara, aku tertegun ketika melihat dara di kejauhan sedang bersama jiyong.

          “…eomma memelukku ketika aku minta maaf dan berjanji akan merubah sikapku, tapi aku tau ia sangat senang mendengarnya jarang sekali ia tersenyum seperti itu, setelah mendengar perkataanku eomma makan lebih banyak” kata jiyong menceritakan ibunya sambil tertawa.

“Jinjjayo ? wow, benar kan apa yang aku bilang, kau juga jangan terlalu sering menyombongkan diri” ucap dara.

“ne, jeongmal gomawo sandara sshi” ucap jiyong dengan nada tenang, dara tersenyum kepada jiyong.

“Sandara sshi..”

“Wae ?”

“Saranghae.. Jeongmal saranghae sandara sshi” tepat dia mengatakan kata kata itu hujanpun turun, lalu namja itu menutupi kepala dara dengan tangannya tapi dara hanya membisu menatapnya sesaat.        

“ne, gomawo” jawab sandara tersenyum, jiyong mengusap kepala dara yang sudah dibasahi air hujan sambil tersenyum mengerti. Itu berarti dara menerimanya, dara menyukai jiyong? Dara belum pernah cerita sebelumnya, mengapa jiyong mengatakannya di saat aku sedang di sini? Bertahun tahun aku menunggu yeoja itu, mengapa dia begitu mudah merampasnya dariku, tubuhku tiba tiba terkulai lemas karena menahan sakitnya perasaanku tidak tau apa yang harus aku lakukan seperti ada orang yang menusukku dari belakang. Ketika aku memutuskan untuk pergi tanpa sengaja dara melihatku.

“Taeyangi”

“Oh, dara, jiyong” aku bersikap seakan aku tidak tau apa apa.

“Taeyang you know, she is my yeojachingu now” ucap jiyong sambil memegang erat tangan dara dan keliatannya dara juga gembira.

“Jinjja? Waah, bukankah kalian barusan bertengkar beberapa hari yang lalu, pasangan aneh, baiklah aku ucapkan selamat. Aku harus pulang sekarang minzy sendiri di rumah” Sebelum pergi aku berbisik kepada jiyong.

“Tolong jaga dia”

“Itu pasti” Akupun langsung pergi, tak ingin membuat perasaanku semakin terbunuh.


-Dara POV

Setelah Seminggu  aku berstatus sebagai kekasih Kwon Jiyong, aku kagum melihat sikap jiyong yang rendah hati, pemaaf, dia bukan jiyong yang dulu sombong, angkuh. Aku gembira dengan ini semua, tetapi aku merasa ada hal yang mengganjal. Ahh Taeyang, dia jarang sekali muncul di depanku, menghubungiku atau bermain denganku, ini wajar karena aku sudah memiliki jiyong, jadi dara untuk apa kau pikirkan, tapi aku benar benar merindukan orang itu.

“Hei, sejak tadi aku perhatikan kerjaanmu hanya melamun, memikirkanku ?” kata jiyong yang tiba tiba mengejutkanku.

“Hah? Yakin sekali kau kalau aku sedang memikirkanmu”

“Haha. Oh ya, aku ingin kau menemui ibuku di rumah sakit, Kau mau kan?”

“Jigeum? Tentu saja aku mau” Ucapku tersenyum.

“Kajja”


-Taeyang POV

“Ah, aku hampir lupa hari ini dara ulang tahun dan aku belum ada rencana, bagaimana bisa kau melupakan ulang tahun anak itu” aku berkata kepada diriku sendiri, KUE itu pertama yang aku pikirkan. Tanpa basa basi lagi aku segera pergi memanggil taksi untuk pergi ke toko kue. Sesampainya di toko kue aku segera memilih “ahh, sepertinya kue yang satu ini enak banyak berhiaskan coklat dan tampilannya juga cantik” Aku memilih kue yang banyak mengandung unsur cokelat karena yeoja itu gila akan cokelat, ia memang jarang makan coklat tapi jika ia sudah menemukan cokelat bisa habis 3 bungkus untuk ukuran cokelat batang. Setelah membeli langsung saja aku pulang karena ingin meberikan kue ini secepatnya.


-Dara POV

          Setelah kami sampai di rumah sakit, aku mengikuti jiyong menggunakan lift setelah sampai kamar pasien lantai 3 di ruang VIP.

          “Jiyong, aku sedikit gugup”

          “Tidak apa apa, aku sudah menceritakannya kepada ibu tentang dirimu” Aku tidak percaya ternyata ia telah menceritakan kepada ibunya tentang aku.

          “Eommaa, aku membawa seseorang” kata jiyong senang.

          “Anneyong haseyo” aku menyapanya dengan ramah, bisa kulihat ibunya dengan tubuh yang lesu, tetapi terlukis senyuman di wajahnya ketika menyambutku.

          “Eomma tau siapa orang ini. Sandara bukan ?” kata eomma jiyong.

          “wuahh, eomma memang hebat. Oh ya, sandara sshi eomma nanti malam sudah diperbolehkan pulang ke rumah”

          “Sandara-ahh kau bisa memanggilku eomma sebagai terima kasih sudah mengajari jiyong menjadi anak yang baik”

          “Kamsahamnida, aniya, jiyong yang mau merubah dirinya aku hanya menyadarkannya sedikit” Tiba tiba saja pintu terbuka, seorang pria yang telah berumur dan wajahnya sangat tidak asing bagiku bahkan bukannya tidak asing aku kenal benar orang ini.

          “Sandara sshi ini appa ku, appa ini sandara” Orang itu terdiam ketika melihat aku ada di ruangan ini begitu juga aku sama terdiamnya dengan orang itu, dia adalah orang yang bercerai dengan ibuku dan meninggalkan aku dan ibuku sewaktu aku masih kecil. Aku benar benar mebenci orang ini, orang ini adalah ayahku. Di samping itu jiyong bilang kalau orang ini adalah ayahnya, berarti ayahku menikah dengan wanita lain dan melahirkan anak yang bernama Kwon Jiyong. Tidak tidak mungkin dia ayahku, tetapi aku sangat kenal dengan wajah ini.

“Dara, benarkah ini sandara park ?” Aku semakin yakin ketika dia menanyakan namaku.

“Tidak, bukan aku bukan sandara park” jawabku dingin.

“Percuma kau tidak mengakuinya, aku tau benar kau itu dara”

“Cukup. Jiyong aku harus pulang sekarang, mian” Tapi orang ini bersikeras menahan aku pergi.

“Andwae Dara ah, maafkan appa jeongmal mianhae”

          “Bilang maaf itu mudah, kemana appa selama ini. Appa tidak tau kan, ibu sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit, Appa kemana saja selama ini, aku hanya hidup dengan rumah itu sekarang” Tangiskupun meledak.

“Ibumu me me ninggal? Appa tidak tau soal...”

“Appa sudah benar benar menghapus masa lalu, aku sempat berpikir appa pasti telah melupakan aku juga dan..” tiba tiba appa memelukku.

“Appa sangat menyesal, jebal jangan membenci appa, appa akan merawatmu mulai sekarang. Apa saja akan appa lakukan agar kau bisa memaafkan appa” Aku tidak sanggup lagi berbicara yang aku lakukan hanya menangis di pelukan ayahku, rasa benci, rindu, marah tercampur di benakku. Lama juga aku bisa menaruh kepercayaan kepada ayahku akhirnya aku memutuskan akan berusaha menerima ayahku kembali karena aku juga sangat merindukan ayahku.

“Jadi sandara sshi sebenarnya anak ayah ?” Tanya jiyong yang sudah sangat bingung sejak tadi.

“Nde, Appa juga minta maaf kepadamu. Ketika kau menceritakan tentang sandara dengan appa dan eomma, karena itu appa menyuruhmu untuk memperkenalkan dara kepada appa dan eomma agar bisa memastikan. Appa juga sudah cerita dengan eomma tentang dara, eomma bilang ia sudah bisa menerima dara. Ternyata memang benar perempuan yang kau bawa ini adalah anak ayah, maaf karena ayah kalian tidak mungkin menjadi sepasang kekasih karena kalian saudara tiri”

“Benar yang dikatakan appa, eomma?”

“Nde, jiyong ah” jawab ibu jiyong.

“Sandara sshi, Appa, Eomma aku mau keluar dulu” Aku tau benar perasaan jiyong saat ini, ia sangat terpukul dan bingung. Ia sudah terlanjur menyukaiku, tetapi menghadapi kenyataan bahwa aku adalah saudaranya itu sangat sulit baginya. Aku pun memutuskan untuk menyusulnya keluar ruangan, aku mempercepat langkahku dan mengawasi orang orang di sekitar, tak lama aku menemukannya ia sedang duduk di bangku taman rumah sakit sambil termenung. Langsung saja aku duduk di sampingnya

“Jiyong ah, Gwenchana ?” Aku bertanya sambil memegang bahunya untuk membuatnya lebih baik.

“Aku tidak tau, aku rasa kita harus mengakhiri hubungan kita dan membuat hubungan persaudaraan yang baru”

“Ya mau tidak mau harus begitu, mau mendengarkan musik ?” Tapi jiyong tidak menjawab, walaupun begitu aku memasangkan headset punyaku satu ke telinganya dan satu ke telingaku. Akhirnya tidak ada satupun yang bicara di antara kami, aku sengaja membiarkan jiyong berpikir dan tenang dulu sambil di temani musik yang ia dengarkan. Setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya jiyong angkat bicara.

“Sandara sshi bisakah aku memanggilmu noona mulai dari sekarang?”

“Tentu saja” ucapku tersenyum.

“Noona aku bisa merasakan sekarang aku beruntung mempunyai noona sepertimu”

“Oh ya?”

“Noona yang bisa menyadarkanku agar menjadi orang yang pemaaf. Noona aku berjanji akan menjadi dongsaeng yang baik dan benar”

“Mungkin noona percaya jika kau bisa menjadi dongsaeng yang baik, tetapi kurang percaya jika itu benar” ucapku bercanda.

“YA! Noona kau..” Belum selesai jiyong bicara tiba tiba saja handphoneku bordering.

“Yeoboseyo”

“Dara onnie, ini aku minzy. Onnie kau bisa ke rumah sakit seoul sekarang ?” Aku bisa mendengar jelas isakkan minzy di telfon sepertinya dia baru habis menangis dan kelihatannya sangat panik.

“Ne, onnie di rumah sakit seoul sekarang. Waeyo ?”

“Taeyang oppa ke kecelakaan sewaktu pulang ke rumah, sekarang masih di tangani oleh dokter di ruang operasi. Ppali onnie je jebal”  Kedua tanganku dengan bergetar cepat sehingga membuat handphoneku terjatuh, aku tidak percaya ini semua tetapi ketidakpercayaanku tidak bisa menahan air mata yang sudah mengalir deras di wajahku.  Aku segera berlari ke dalam rumah sakit dan tidak mengacuhkan jiyong dengan muka heran yang memanggilku dari tadi, saat jiyong sadar sepertinya ada hal yang membuat aku panik ia menyusulku berlari. Setelah menemukan ruang operasi, aku melihat minzy duduk di ruang tunggu sedang menangis.


-Jiyong POV

          “Minzy ah apa yang terjadi padanya ? Ceritakan semuanya, bagaimana kondisinya saat ia kecelakaan ? Parah kah ? Apa kata dokter. Minzy ah..” Minzy hanya bisa diam menangis. Dara noona yang setiap hari dihiasi dengan tersenyum, untuk saat ini ia hanya mempunyai raut wajah sangat sangat cemas takut kehilangan. Sepertinya ia sangat tidak ingin kehilangan taeyang, sebenarnya sejak kapan mereka berteman ? Sedekat apa mereka, sehingga membuat dara noona menangis seperti orang gila.

          “Aku juga tidak tau onnie, pihak rumah sakit baru menghubungiku setelah oppa di bawa ke rumah sakit, ketika aku tiba oppa masih di ruang operasi” Saat ini aku tidak bisa ikut campur urusan mereka. Melihat dara noona tubuhnya terkulai lemas, aku membantunya untuk berdiri takut ia roboh.

          “Taeyaangii..” Ucap yeoja itu dengan lemah memanggil nama taeyang di depan pintu ruang operasi.

          “Dara noona, kau duduk dulu yah?”

          “Jiyong ah Ottokhae?” tak henti hentinya ia panik dan menangis mengucapkan nama taeyang. Aku memeluknya agar ia bisa lebih tenang mengingat ia adalah noonaku sekarang, tangisan noona semakin menjadi. Taeyang aku mohon cepatlah keluar dari ruangan itu dengan membawa berita baik aku tidak tega melihat yeoja ini menangis lebih lama lagi.

-Dara POV

          Ya Tuhan, aku mohon agar jangan ambil nyawanya sekarang, tidak mudah menjalani hidupku jika ia tak ada dan aku masih sangat banyak berhutang budi terhadapnya. Aku mohon berilah kesempatannya untuk hidup. Akhirnya operasi selesai, lalu dokter keluar dari ruangan memberikan informasi.

          “Karena benturan dikepalanya yang membuatnya tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak darah, dikarenakan luka di tubuh dan kepalanya cukup dalam sehingga harus dijahit dan diperiksa jika lukanya mengganggu bagian organ dalam. Setelah diperiksa untungnya tidak mengganggu organ dalam dan untungnya pihak rumah sakit masih mempunyai sampel darah, untuk sekarang kita menunggunya sadar dulu, kalian boleh melihat keadaanya sekarang.”

          “jeongmal kansahamnida, dokter tau bagaimana kejadiannya ?”

          “Maaf saya tidak tau, tapi yang saya tau ia tertabrak sewaktu membawa barang ini sepertinya terlempar ketika ia mengalami kecelakaan”

          “terima kasih banyak dokter” ucap jiyong, dan dokterpun pergi.

dokter menyerahkan bungkusan kotak yang telah rusak, setelah aku buka aku tertegun melihat kue coklat yang sudah berantakan, kue itu bertuliskan Happy Birthday Sandara Park aku bisa membacanya walaupun kue ini sudah tidak layak dimakan. Aku ingat ternyata ini hari ulang tahunku, namja itu membelikanku kue ulang tahun ini. Tanganku menutupi mulut sambil melihat kue itu, Aku segera masuk ke dalam untuk melihat keadaanya. Tubuh namja ini terbaring lemas dengan mata tertutup, kulitnya yang pucat dan sebagian kulit yang luka di balut begitu juga kepalanya dan terdapat alat bantu pernapasan di hidungnya. Aku semakin menyalahkan diriku dan hari ulang tahunku.

“Jeongmal pabo, beraninya kau tidur tiduran di hari ulang tahunku. Kau sudah membawakanku kue coklat. Kau harus bangun kita rayakan bersama, bangun! ayo bangun! aku bilang bangun!” aku menggoyangkan tangannya memohon agar ia cepat bangun.

“Teman macam apa kau tidur di hari ulang tahunku, bangun lah! Taeyangi bangun! Bangun, bangun taeyangi jebal..” Tidak sedikitpun suara keluar dari mulutnya berbisikpun tidak. Haripun mulai gelap, taeyang dipindahkan ke kamar pasien.

“Noona kau tidak pulang ?” tanya jiyong.

“Ani, kau saja yang pulang ibumu juga pulang kerumah malam ini bukan?”

“Ne, noona jaga dirimu jangan menangis lagi” aku bisa melihat raut wajahnya yang mengkhawatirkanku sejak tadi. Setelah jiyong pulang yang tinggal hanya aku dan minzy.

“Dimana orang tua kalian?”

“Eomma dan appa sedang pergi ke luar kota” lalu kami terdiam, tiba tiba minzy bicara.

“Onnie, aku benar benar kecewa denganmu.”

“Apa maksudmu?”

“Saat onnie telat kuliah waktu itu oppa sengaja menunggumu hingga kau bangun, karena kau tidur malam untuk mengerjakan tugas kuliah oppa tau kau akan kesiangan jika kau tidur larut malam. Karena oppa takut kau lelah saat kuliah agar kau tidak dimarahi seongsangnim, ia menunggumu untuk tidur cukup waktu dan mengajakmu pergi kuliah bersama. Tetapi ia bilang padamu kebetulan ia kesiangan.” aku teringat yang pernah dikatakan taeyang ..lebih baik dimarah berdua daripada sendiri bukan?
“Lalu ketika ia tersiram pasir, oppa ditertawakan orang orang di universitas demi dirimu sewaktu pergi ke toilet, sebelumnyapun ia di bilang bodoh dan oppa juga tersinggung dengan kata kata jiyong waktu itu tetapi lagi lagi demi membelamu ia berusaha menahan sakit hatinya. Kau tau onnie ia sangat menyukaimu melebihi dia mencintai dirinya sendiri, he love you very much, he follows you around, he smiles but actually crying. Dia tidak mengatakannya karena takut persahabatan antara kau dan dia berakhir ditambah lagi dengan kwon jiyongmu itu atau mungkin kau juga tidak menyukainya. Dia bilang dia akan selalu menunggumu, yang terpenting baginya membuatmu bahagia. Dia menyukaimu sejak kalian masih kecil, sejak dulu kau selalu memberikan tangisanmu kepadanya tanpa kau ketahui sebenarnya dia sangat terpukul ketika kau tiba tiba menjalin hubungan dengan jiyong, dan kali ini hari ulang tahunmu..” Suaranya mulai meninggi, aku tercengang mendengar perkataan minzy.

“..terus nanti apa lagi, bagaimana yang dulu. Sayang sekali bisa bisanya kau tidak memerhatikan orang di sekelilingmu, dia sangat tau semua tentangmu melebihi kau mengetahui dirimu sendiri lalu bagaimana denganmu? Kau malah memulai hubungan dengan kwon jiyong tepat didepannya. Ini kah yang kau lakukan terhadap oppa, Siapa yang menolongmu selama kau tinggal sendiri di rumahmu? Siapa yang memberimu semangat ketika appa dan eommamu meninggalkanmu? Siapa yang menerima tangisanmu setiap kau menangis?  Jawab aku siapa.” Hatiku benar benar terhenyak, selama ini aku tidak membalas perasaannya tetapi namja ini terus menunggu, mengapa dia tidak memberitahuku? Aku tidak terpikir sedikitpun dia menyukaiku selama ini.

“Baiklah, biarkan aku yang menjaganya hingga dia sadar. Kau boleh pulang.” jawabku datar..

“Apa onnie bilang, baiklah, mudah sekali mengucapkannya.” Katanya tersenyum meremehkan.

“Minzy kau boleh pulang sekarang” suaraku mulai melemah.

“Onnie mau menjaganya, baiklah, memang seharusnya kau begitu!” DRAGG!! Minzy pergi dengan membanting pintu, tanpa peduli dimana ia berada sekarang. Kelopak mataku terasa berat tak mampu lagi menahan air mata untuk kedua kalinya aku menangis, menangis membenci diriku dan hari ulang tahunku hari ini aku bertemu ayahku, jiyong saudara tiriku, taeyang keadaannya memburuk, dan hal yang paling aku sedihkan mengapa aku baru tau taeyang menyukaiku?


-Taeyang POV

          Indah sekali disini, udara sejuk ombak bergulung berlomba lomba membanting karang. Tetapi mengapa di pantai ini sepi sekali hanya aku seorang diri.

          “Taeyangi !” ketika membalikkan badan aku melihat sosok perempuan berjalan mendekatiku

          “Ah, Sandara kau disini? ” ia menjawab dengan anggukan dan berdiri di sampingku. Aku memasukkan jari jari tanganku ke jari jarinya, ia juga memegang tanganku dengan erat sambil tersenyum. Tidak satupun diantara kami yang berbicara hanya memandang lautan didepan kami, tidak apa aku ingin hal seperti ini berlangsung lama. Aku menutup mataku sambil menikmati angin yang berhembus di sekitarku, ketika aku membuka mata. Tiba tiba saja aku sudah terbaring di kasur, sepertinya di rumah sakit, aku menggunakan alat bantu pernapasan dan beberapa alat lainnya aku bisa merasakan nyeri di tubuhku, tubuhku lemas hampir tidak bisa bergerak. Aku tertegun melihat sandara tertidur duduk dengan tangan dilipatkan diatas kasur tepat disebelahku, ahh rupanya anak ini menjagaku hingga aku sadar aku teringat aku mengalami kecelakaan ketika membeli kue untuknya. Dimana kue itu sekarang ?

          “Taeyangi, kau sudah sadar? Gwenchana?” tiba tiba dara terbangun.

          “Nde” jawabku lemah.

          “Ini benar benar taeyang bukan? Taeyang anak yang suka mengejek itu kan? Terima kasih Tuhan, ahh aku senang sekali, bolehkah aku berteriak?”

          “Ini rumah sakit, kau gila”

          “Tidak salah lagi ini taeyang anak yang suka mengejek itu, sebentar aku panggilkan dokter” Apa katanya? mengejek, di saat seperti ini ia menyempatkan untuk mengatakan hal yang tidak penting. Jadi dia mengetes keadaanku dengan ejekan apa apaan itu. Ketika dokter datang dan memeriksa keadaan di tubuhku.

          “Syukurlah kau jauh lebih baik sekarang, setelah tidak sadarkan diri selama seminggu..” Ucap dokter mengejutkanku.

          “Mwo? Seminggu?”

          “Ya, kau koma seminggu. Mungkin dalam waktu dekat ini kau bisa pulang, wanita ini yang menjagamu selama kau koma berterima kasih lah kepadanya. Aku permisi keluar dulu” Dara yang menjagaku, wanita itu tersenyum ketika dokter menceritakan tentang dirinya. Tetapi aku percaya dengan raut mukanya yang lelah, lingkaran hitam di bawah matanya, juga matanya yang sembab. Apakah ia menangis karena keadaanku? Aku baik baik saja dara, Terima Kasih.

          “Oh ya, kuenya sudah aku cicipi. Aku suka, kuenya enak. Kau memilih toko yang tepat” Apa dia memakan kue itu? Taruhan kue itu pasti sudah sangat berantakan, mengapa dia mencicipnya?

          “Aku tau, nanti aku beli yang lebih enak” jawabku tersenyum. Aku tau dia mengalami hal sulit mengenai aku, jadi aku memutuskan untuk tidak membahas kue yang berantakan.

          “Dimana Jiyongmu?” tanyaku.

          “Nanti dia kesini. Taeyang, aku sudah bertemu appa”

          “Jinjja? Kau ini, aku baru siuman kau malah memberiku berita mengejutkan. Jadi bagaimana?”

          “Biarlah, agar jantungmu bekerja lebih baik. Appaku sekarang sudah lama menikah, dan punya anak bernama Kwon Ji yong”

          “Eh? Kau membuatku serangan jantung bukan membuatnya lebih baik. Jadi kau dan Jiyongg?”

          “Saudara tiri.”

          “Pasti kau dan jiyong terpukul sekali, dan hubungan kalian berakhir?”

          “Ne, terlebihnya jiyong, dia yang sangat terpukul”

          “Lalu kau?”

          “Tidak terlalu, setelah aku sadari aku tidak menyukainya sewaktu kami menjadi sepasang kekasih. Aku rasa aku hanya merasa dia orang yang baik dan menyenangkan”

          “Tapi itu tidak baik, kau juga menipunya”

          “Dia juga sudah tau, tetapi dia bisa mengerti juga tidak kecewa dan awalnya aku sangat membenci ayahku karena ia meninggalkan aku dan ibu, tetapi rasa rinduku lebih kuat dibandingkan rasa benciku terhadap appa. Akupun menerimanya kembali sebagai ayahku. Kau juga pernah bilang, jangan sampai rasa dendam berlarut larut dalam diri kita” aku tersenyum mendengar ia mengatakan yang pernah aku katakan, aku semakin menyukainya.


-Dara POV

          Terima Kasih Taeyang. Maaf merepotkanmu selama ini, maaf mebuatmu lelah menunggu selama ini hingga kau jatuh sakit.
          “Mengapa kau senyum senyum sendiri sambil menatapku seperti itu? Kau membuatku takut” kata taeyang heran.

          “Aniyo” Kembali ruangan pasien menjadi hening.

Taeyang maaf selama ini aku tidak menyadarinya, kau tau bahkan aku tidak menyadari sebenarnya aku juga menyukaimu. Aku mengerti selama ini jantungku berdegup kencang dan tanganku dingin ketika melihat kau sedang terdiam, ini bukan karena sakit atau apa. Kau selalu membuatku nyaman jika di dekatmu,terima kasih karena selama bertahun tahun kau memahamiku.

“Taeyangi..”

“mm?”

“Bogoshipeo. Mengapa kau tidak muncul didepanku akhir akhir ini, dan tiba tiba saja sudah jatuh sakit” ia tidak menjawab, hanya tersenyum. Lalu taeyang memaksa dirinya untuk bangun, tetapi kondisinya belum membaik. Sontak saja aku memeluknya sambil menepuk pelan punggungnya lalu ia juga memelukku. Aku sangat sangat merindukan orang ini walaupun hanya hitungan hari aku tidak bicara dengannya.

“Jangan banyak bergerak, kondisimu belum membaik” lanjutku.

“Sandara..”

“ya ?”

“Neomu neomu... Jaehyo Dara. Saranghae. Maaf jika hal ini membuat persahabatan kita..” ucapnya terlihat gugup. Tak sadar air mataku menetes untuk sekian kalinya hanya karena namja yang ada di depanku yang sedang membuat pengakuan.

“Nado. Jeongmal Saranghae Taeyang, maaf membuatmu menunggu lama”

“Gwenchana” taeyang ikut tersenyum, lalu menghapuskan air mata di pipiku. Aku kembali memeluknya erat.

Jeongmal mianhae taeyangie..


~END~

1 komentar: