Genre : Romance , Friendship
Cast :
- Sandara Park a.k.a Dara
- Dong Young Bae a.k.a Taeyang
- G-Dragon a.k.a Kwon Jiyong
- Go Minzy a.k.a Minzy
- Other Cast
Length : One shoot
Author : BlackVIP
Author : BlackVIP
A/N : Annyeong ! :) ini ff pertama author dan ini benar benar hasil kerja keras sendiri, jadi mohon commentnya yah. Happy Reading All.
“Bukankah kau bisa membelinya lagi, cukup mudahkan, aku ke kelas dulu, bye, kajja taeyangi” aku membalaskannya dengan tatapan meremehkan, dan aku cukup puas dengan kata kataku. Tapi tanpa aku sadari orang orang telah melihat pertengkaran tadi, tetapi aku tidak memikirkan itu, setelah aku dan Taeyang tiba di kelas untung saja kami di maafkan karena telat tetapi banyak sekali murid yang tidak mengikuti kuliah pada hari itu. Di tengah tengah waktu pelajaran, tanpa sengaja aku melihat taeyang yang sedang gelisah sejak tadi, apa yang sedang dipikirkannya.
-Dara POV
Dara POV
“Appa,
Kajima jebal jangan tinggalkan Dara !”
-
-
Aku terbangun dari mimpiku, ya Tuhan mengapa mimpi itu datang
lagi, semakin aku ingin melupakannya semakin mimpi itu terlihat jelas, huaa !
mimpi itu membuatku gila. Aku melihat diriku di cermin, dengan tatapan sendu,
rambut berantakan, dan terlihat lingkaran mata panda yang aku punya, itu
menyeramkan. Hatiku lebih tenang saat aku menyeruput secangkir cappuccino
sambil menatap langit yang biru, dan hiruk pikuk dunia saat pagi orang orang
melakukan aktivitas seperti biasa.
Ahh, padahal cuaca hari ini sangat bagus mengapa tidak sesuai
dengan suasana hatiku, Hei ayolah dara semangatlah sedikit, FIGHTING!, lalu aku
memandang rumah yang ada di depan rumahku, rumah yang berpagar dengan masing
masing tanaman indah milik ibunya di halaman. Itu rumah sahabat karibku Taeyang,
seperti namanya ia layaknya matahari yang menyinariku saat suasana hatiku
sedang redup walaupun terkadang juga sebagai matahari yang menyebalkan. Aku
tertegun ternyata handphoneku berdering sejak tadi.
“Yeoboseyo”
“Yeoboseyo, ya Sandara Park ! Kau dimana ? Kau tidak pergi kuliah
?”
“ini hari minggu, kau lupa ?”
“kau yang lupa ! bisa kau lihat di handphonemu”
Aku tertegun saat melihat tanggal dan jam di handphoneku, benar
apa yang di katakan namja itu.
“Aigoo, Ottokhae Taeyangie ?” Jawabku yang mulai cemas .
“Jadi kau mau berdiri terus kebingungan seperti orang gila, cepat
lah bersiap siap, aku akan menunggu didepan rumahmu sekarang.” tuutt.....tuutt..
“YA! Taeyangie” Belum sempat aku berbicara dia seenaknya mematikan
telefon secara sepihak, apa-apaan dia itu ?!
Setelah aku bersiap siap dalam waktu kurang dari 10 menit !!
Taeyang ternyata lebih cepat datang dari yang kukira yang juga sudah menungguku.
“Kau ini lama sekali, ppali” perintahnya.
“Dia selalu saja seperti itu” Ucapku dalam hati.
Kami memilih jalan kaki menuju halte dan berangkat menggunakan bis
karena menurutku itu lebih sehat ditemani dengan udara pagi yang menyegarkan.
Setelah sampai kami segera berlari menuju ruang kelas bahkan aku berlari lebih
cepat daripada Taeyang, tetapi tanpa sengaja aku menabrak namja yang sedang
berbicara dengan handphonennya sehingga membuat handphonenya jatuh pecah dan
rusak parah, namja berwajah manis itu menggunakan kacamata, dan mengenakan
rompi. Dialah flower boy di universitas ini Kwon Jiyong, andwaee mengapa harus
diaa.
“Jeongmal mianhae, aku sedang buru buru aku akan menggantikannya
yang baru aku janji, kau tidak perlu khawatir” ujarku menenangkannya.
“Ku sarankan lebih baik kau mengganti matamu, tidak usah ! kau
tidak akan bisa menggantinya, simpan saja alasanmu itu” Ujar namja itu dengan
memasang wajah membenci.
“Pernahkah kau di ajarkan orang tuamu bagaimana cara berbicara
dengan perempuan ?” Tiba tiba saja Taeyang memotong pembicaraan.
“Setidaknya aku tidak sebodoh dirimu yang tidak bisa menaklukkan
hati perempuan” ia berkata dengan tatapan meremehkan.
“Cukup, YA! KWON JIYONG! Kalau kau tidak mau aku mengganti
handphone mahalmu, oke aku tidak akan menggantinya” seketika itu juga aku
membuang handphone itu ke tempat sampah terdekat.
“Bukankah kau bisa membelinya lagi, cukup mudahkan, aku ke kelas dulu, bye, kajja taeyangi” aku membalaskannya dengan tatapan meremehkan, dan aku cukup puas dengan kata kataku. Tapi tanpa aku sadari orang orang telah melihat pertengkaran tadi, tetapi aku tidak memikirkan itu, setelah aku dan Taeyang tiba di kelas untung saja kami di maafkan karena telat tetapi banyak sekali murid yang tidak mengikuti kuliah pada hari itu. Di tengah tengah waktu pelajaran, tanpa sengaja aku melihat taeyang yang sedang gelisah sejak tadi, apa yang sedang dipikirkannya.
-Jiyong POV
Siapa yeoja itu? Berani sekali dia merusak handphoneku dan
membentakku, tunggu jiyong mengapa kau memikirkannya itu tidak penting lagian
dia sudah membuat keributan denganmu. “Sudahlah lupakan, come on jiyong
fokuss..” aku berusaha meyakinkan diriku, saat ini aku sedang membuat lirik
lagu karanganku sendiri di taman tapi lagi lagi “aissh, oke aku mengatakan
minta maaf kepadanya besok” sambil berdiri aku berbicara pada diriku sendiri
tapi kali ini dengan volume lebih besar sehingga membuat orang orang di sekitar
melihatku, dan segera saja aku kembali ke posisi normalku.
-Taeyang POV
“Taeyang
kau terlalu memikirkan ucapan jiyong, sudahlah lupakan” aku berkata pada diriku
sendiri, tetapi tetap saja aku merasa aku memang orang yang seperti itu aku
tidak bisa dekat dengan perempuan kecuali Dara padahal menurutku banyak
perempuan yang lebih menarik darinya, karena aku merasa nyaman jika di
dekatnya. Saat ini sepertinya Dara menyadari aku sedang gelisah.
“Taeyangi, Gwenchana ??” ucap Dara kepadaku setengah berbisik.
“eumm..eumm” jawabku dengan sedikit anggukan dan senyuman.
Lalu
terlukis senyuman di wajahnya sambil menatapku lalu melanjutkan menekuni buku
bukunya mencatat apa yang di terangkan seonsangnim, bangku yang aku duduki
hanya berjarak 2 bangku lain dari tempat duduknya aku bisa melihatnya dengan
jelas. Aku sering sekali terjebak dalam situasi seperti ini selalu
memerhatikannya saat di kelas, aku suka sekali membuatnya terlihat bahagia, aku
berusaha agar sedikit kesedihan tidak boleh menyentuhnya.
Akhirnya
selesai juga hari ini, sebenarnya aku sedang tidak bersemangat untuk belajar,
sebaliknya aku cukup semangat untuk bermain main hari ini. Karena cuaca sangat
bersahabat, aku memutuskan untuk ke taman untuk menenangkan diri, ini hal biasa
yang aku lakukan, duduk di kursi taman sambil mendengar lagu lagu yang aku suka
dan membaca buku cerita. Seketika angin berhembus, menyapu daun daun yang telah
gugur aku menutup mataku dan berharap agar kehidupanku selanjutnya menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Aku tertegun ketika ada sesorang yang mengambil
headset dari telinga kananku, aku membuka mata ternyata orang itu namja dengan
mata sipitnya lalu memasangkan headset itu di telinga kanannya.
“Taeyangi, ehh! Kau mengejutkanku”
“Kau masih memikirkan pertengkaran dengan Jiyong pagi tadi? Sampai
kau harus ke taman untuk menenangkan diri”
“Ani, aku memang berencana kesini sejak awal”
“Bagus lah jika kau tidak memikirkannya, bagaimana dengan orang
orang yang memperhatikanmu?”
“Gwenchana taeyangi, itu bukan masalah besar” ucapku berusaha
meyakinkan.
“Oh ya, aku menyukai kata katamu tadi”
“yang mana ?” aku menatapnya heran.
“Bukankah kau bisa membelinya lagi, cukup mudahkan.. dan yah, kau benar benar membuang
handphonenya ke tempat sampah”
“Oh, Jiyong. Aku selalu mengeluarkan kata kata hebat jika aku
marah” ucapku dengan sedikit berlagak.
“Haha, Jinjjayo? Aku tidak percaya, hebat sekali kau” orang ini
sepertinya tidak benar benar memujiku.
“Jangan memujiku jika kau tidak benar benar kagum. Oh ya, mengapa
kau bisa tau kalau tadi pagi aku tidak pergi kuliah?”
“Ah, itu hanya instingku. Instingku mengatakan kau melakukan hal
buruk hari ini”
“Aku tidak melakukan hal buruk! aku hanya lupa. Mengapa kau tidak
pergi duluan?” jawabku kesal.
“Aku juga bangun kesiangan, jadi kebetulan kau juga, lebih baik di
marahi berdua daripada sendiri bukan” lanjutnya, baiklah, alasan yang masuk
akal.
Di akhiri dengan kata yang di ucapkan taeyang tidak satupun
diantara kami yang berbicara lagi, musik pun mengalun dengan indah di telinga.
Sesaat aku melihat ke arah taeyang dengan tenang, aku teringat sewaktu kecil
ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Saat itu aku menangis di halaman
rumahku karena ayahku meninggalkan aku bersama ibuku, ibu dan ayahku bercerai
saat itu ayahku pergi meninggalkan rumah, ketika taeyang melihat ayahku pergi
ia berusaha menahan ayahku tetapi ayahku menepis tangannya sehingga membuatnya
terjatuh. Taeyang juga memberiku selembar saput tangannya untuk menghapus air
mataku yang masih aku simpan sampai sekarang. Setelah lama aku tinggal dengan
ibuku hingga aku dewasa, beliau meninggal dunia 2 tahun yang lalu karena
mengidap penyakit, sehingga membuatku lebih terpukul lagi karena aku harus
hidup sebatang kara.
Taeyang bilang kepadaku agar jangan terus terpuruk, hidup harus
terus berjalan, dan yang paling penting hadapi hidup dengan senyuman itu yang
selalu ia bilang kepadaku. Mengingat dia pernah mengatakan itu kepadaku
membuatku tersenyum ketika aku melihatnya, dia hanya diam sambil memejamkan
mata. Tiba tiba saja jantungku berdegup kencang, apa yang terjadi denganku
apakah aku sakit ? tidak mungkin, semakin aku melihat taeyang semakin cepat
jantungku bekerja dan tanganku dingin, aku berusaha agar tidak memperhatikannya
tapi tetap saja. Tapi ini bukan pertama kalinya aku seperti ini, sebelumnya
juga jika aku sedang di sampingnya dan tidak ada yang berbicara di antara kami
berdua, ah kejadian ini terulang lagi, benar benar menggangguku.
-Taeyang POV
Aku tau
jika ia tidur larut malam untuk mengerjakan tugas, keesokkannya pasti bangun
kesiangan, kebiasaan yeoja di sebelahku ini tidak dapat dipungkiri lagi jadi
aku memutuskan untuk menunggunya sampai bangun, agar ia tidur cukup waktu
walaupun aku juga ikut terlambat. Pantas saja dara sangat suka pergi ke taman
ini, sambil menutup mata aku membuat diriku menjadi lebih tenang seakan semua
masalah yang aku punya sudah terselesaikan, dan itu membuatku sedikit puas.
Tetapi tiba tiba dara mengacaukannya.
“Taeyangi”
“Waeyo?”
“Ak Aku
pulang kerumah duluan ya, ah aku capek sekali, kau masih ingin disini bukan?”
“iya sih,
pulang, cepat sekali, aku ikut ya”
“Andwae,
aku tau kau masih ingin disini”
“Baiklah
kalau kau memaksa, tapi hati hati jangan sampai tersandung”
“YA! Aku
tidak memaksa, aku pulang ya bye” Anak itu suka sekali meremehkanku”
-Dara POV
Akhirnya aku bisa menghindar darinya untuk sementara. Keesokkan
harinya di universitas aku sangat heran mengapa orang orang menatapku dengan
tatapan sinis, ada apa dengan mereka semua ? aku berusaha tidak mengacuhkannya
dan berjalan menuju ruang kelasku, baru saja aku melewati pintu kelas tiba
tiba..
“Dara, awass !” Tiba tiba saja taeyang mendahuluiku dan menutupi
tubuhku, ternyata segerombolan anak perempuan ingin menyiramku dengan pasir,
tetapi alhasil malah taeyang yang kena imbasnya.
“YA! Dara
apa yang kau lakukan kemarin dengan Jiyong? Mengapa kau membentaknya dan
merusak handphonenya, kau merasa dirimu hebat! Kau tidak tau siapa dirimu lalu
kau tidak tau juga kan siapa dia, gara gara kau kami semua tidak bisa
menyapanya karena suasana hatinya sedang tidak baik” ucap seseorang dari
gerombolan itu, satu hal yang aku tau jiyong juga mempunyai fans.
“Aku hanya
tidak suka dengan cara dia berbicara, aku juga sudah minta maaf, kalian terlalu
berlebihan”
“Terserah!
tapi aku peringatkan jangan kau ulangi lagi! ayo kita pergi”
“Seharusnya
dia yang mendapat imbalannya tapi kau yang terlalu bodoh” Kata anak tadi kepada
taeyang dan mereka segera pergi keluar. Lalu aku melihat taeyang yang sedari
tadi hanya diam memperhatikanku, bajunya kotor dipenuhi pasir, aku hanya bisa
melihatnya dengan mata berkaca kaca.
“Dara aku
ke toilet dulu, aigoo, jangan menangis” dia mengucapkannya sambil sedikit
menjitak kepalaku, lalu ia pergi. Pada jam istirahat, ketika aku berjalan tiba
tiba ada orang yang memanggilku dari belakang orang itu Jiyong.
“Sandara sshi”
“Wae ?!” Jawabku ketus.
“Aku minta maaf soal kemarin, aku aku..”
“ne, sudah kumaafkan !” jawabku singkat dan segera ingin pergi
tetapi namja satu ini menahanku.
“Jamkkan man, sebagai gantinya aku akan mentraktirmu makan siang
nanti, kau mau kan?” Dengan muka tersenyum penuh harap, mungkin dia berpikir
senyumannya itu bisa mengajakku.
“aku tidak salah dengar? Kau yang kemarin dengan kau yang sekarang
berbeda”
“mungkin, nanti aku akan menemuimu, jangan membuat janji dengan
orang lain” lalu ia segera meninggalkanku dalam keadaan positif heran, apa
memang benar ada orang bisa berubah dalam jangka waktu kurang dari 3 hari,
seenaknya saja dia memerintahku dan aku belum menjawab ajakannya.
-Jiyong POV
Ah, ini tidak sulit, aku berjalan sambil tersenyum. Setelah semua mahasiswa
selesai melakukan aktivitas belajar, aku sudah siap di depan pintu kelasnya
untuk menunggunya selesai.
“Anneyong, sandara sshi” sapaku sambil tersenyum
“Sebentar. Taeyangi aku ada janji kau bisa pulang duluan” yeoja
itu berbicara kepada temannya, aku dengar taeyang teman dekatnya sandara dan
taeyang hanya mengangguk mendengar ucapan temannya. Sesampainya di cafe, kami
segera memesan makanan tetapi setelah itu sepertinya dia sedang tidak
mood untuk bicara.
“Ini kah yang kau bilang kau memaafkanku ?” tanyaku padanya.
“Jadi aku harus bagaimana ? tadi aku belum menjawab ajakkanmu
sebenarnya aku ingin menolak, tapi sudahlah”
“Maaf, benar benar minta maaf, kau tau aku jarang sekali meminta
maaf dengan sungguh sungguh kepada orang lain ketika bersalah. Bisakah kau
percaya?” Aku menatapnya dengan tatapan meyakinkan, karena memang niatku
sebenarnya minta maaf kepadanya aku hanya tiba tiba merasa bersalah, lama
sekali ia menjawab pertanyaannku.
“Araseo, baiklah aku benar benar memaafkanmu” jawabnya sambil
tersenyum, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang benar benar memaafkan aku.
Makanan yang kami pesan telah datang, perutku lapar sekali sebenarnya.
“Sandara sshi mengapa rasanya sulit sekali kau memaafkanku? Atau memang
kesalahanku sudah kelewatan”
“Anieyo, aku hanya tidak suka kau mengatakan kata kata itu pada
taeyang itu sulit baginya, aku sangat marah kepadamu tentang hal itu” lanjut
yeoja itu yang membuatku kembali mengoreksi kalimat yang aku lontarkan kepada
orang yang ia bilang.
“Apanya yang sulit ? ia punya masalah?” tanya jiyong.
“Sepertinya begitu karena sejak dulu ia tidak pernah..” aku
melihat kekiri dan kekanan sejenak “pacaran” lanjutku memelankan suara.
“ah, ne, aku mohon tolong kau bilang kepadanya aku juga minta maaf
soal itu”
-Taeyang POV
Lama sekali dia pergi, aku hanya bisa menunggunya dan melihat
melalui jendela kamarku, padahal aku ingin mengajaknya bersepeda besok
pagi dengan adikku juga minzy, kami cukup sering melakukan hal santai. Tetapi
tak lama kemudian mobil berwarna putih tiba di depan rumahnya, benar tebakanku
itu mobil jiyong dara turun dari mobil itu, dan tersenyum kearah jiyong lalu
melambaikan tangan saat mobil jiyong pergi. Itu sedikit membuatku jengkel
apakah mereka berteman sekarang? Cepat sekali. Setelah mobil itu pergi, tiba
tiba saja dara berjalan ke rumahku pasti dia memutuskan untuk ke sini, lalu aku
memutuskan untuk tidak melihatnya lagi.
Tok tok tok “Taeyangiiii”
“Nuguseyo ? Onnie.. !”
“Ah minzy ah, Oreummaniya. Di mana kakakmu ?”
“Ayo masuk onnie, oppa, seperti biasa bermalas malasan di kamarnya
dari tadi belum keluar kamar dan..”
“DARAA!” belum selesai minzy berbicara dengannya lalu aku
tiba tiba muncul dan berteriak.
“Oppa, Teriakanmu kurang keras kalau perlu hingga tetangga lain
dengar” aku membalasnya dengan tatapan meremehkan “Onnie, mengapa kau jarang
sekali main ke sini sekarang ?”
“Mianhae minzy ah, onnie sedang sibuk dengan tugas kuliah”
“Ara, sebentar onnie aku ke belakang membuat minum”
“Gomawo minzy ah” lalu minzy pergi ke dapur untuk menyiapkan
minuman.
“Jiyong bilang ia minta maaf kepadamu soal ucapannya kemarin”
“sudah kumaafkan” yaahh aku sedang tidak ingin memperpanjang
masalah dengan orang itu. “Dara, besok kau ada janji ?” lanjutnya bertanya
“nde, aku ada janji dengan emm… jiyong, Miaan taeyangi” jawabnya
dengan nada sedikit menyesal.
“kalian sudah baikkan? Tidak masalah kalau itu membuatmu lebih
baik” ujarku sambil mengangguk sambil tersenyum. Mungkin tidak masalah baginya
tapi itu masalah untukku, dia mulai dekat dengan jiyong sekarang, sepertinya ia
terlihat bahagia tapi tetap saja aku tidak suka melihat mereka berdua,
sepertinya tidak ada hal menarik besok. Setelah dara pulang, sepertinya minzy
juga sedikit kecewa saat ia sudah tau dara tidak bisa pergi.
“Oppa, jangan terlalu kecewa”
“Tapi kau juga sedikit kecewa kan”
“Sedikit, tapi oppa yang sangat kecewa. Tenang oppa masih bisa
bersepeda denganku” Walaupun dia adikku yang sering menjengkelkan, tapi dia
selalu tahu dengan baik bagaimana suasana hatiku.
-Dara POV
Pagi itu
aku sangat terkejut mobil jiyong sudah sampai di depan rumahku, aku sedang
membereskan tempat tidurku karena aku baru saja bangun tidur.
“Kajja, ada
yang ingin aku perlihatkan denganmu”
“Ya! Aku
belum bersiap siap” tapi jiyong tetap menarikku ke dalam mobilnya.
“Itu tidak
masalah” Mobil pun segera melaju, tanpa sengaja aku melihat taeyang yang sedang
bersiap siap untuk rencananya bersepeda, sebenarnya aku sedikit merasa tidak
enak hati. Ternyata jiyong membawaku ke pantai untuk melihat keindahan laut di
pagi hari, waktu itu pantai sedang sepi karena masih pagi.
“Wuaaaaaaaaaaaaaaahhh..”
“Kau suka ?”
“Ne, aku
sangat suka.” Lalu aku terdiam sebentar sambil melihat gulungan ombak yang di
hembuskan oleh angin, udaranya sangat sejuk. “Jiyong”
“ya ?”
“Gomawo”
dia hanya tersenyum sambil menunduk mendengar perkataanku, lalu dia memakaikan
jaket berwarna hitamnya kepadaku, sepertinya dia tahu aku sedikit kedinginan.
“Sandara
sshi, neomu neomu yeppo”
“Ya! aku
baru saja bangun tidur dan membereskan tempat tidur. Perhatikan wajahku baik
baik” jawabku sambil tersenyum dan dia membalasnya dengan senyuman.
“Ibuku
sedang sakit sekarang, kondisinya makin memburuk aku bingung apa yang harus
kulakukan, semua yang aku bisa sudah aku lakukan, dan sekarang aku hanya bisa
berdoa” tiba tiba saja jiyong menceritakan tentang ibunya.
“Mungkin
ada hal yang belum kau lakukan untuk ibumu, seperti merubah sifatmu yang tidak
baik dan belajar lebih rajin dan hal hal yang membuatnya senang, lalu disertai
dengan doa”
“Benarkah?
Aku kira aku bisa melakukan pembayaran pengobatan yang lebih banyak seperti
operasi, terapi dan yang lainnya agar dia lebih cepat siuman, tapi itu semua
sudah aku lakukan tapi tetap saja” jiyong menundukkan kepalanya, tanda menyesal.
“Aniyo, kau
salah besar. Kalau kau sudah melakukan hal itu, yang kau lakukan sekarang
adalah membuat ibumu bangga terhadap dirimu, dan minta maaf kepadanya dan
berusaha jadi anak yang lebih baik lagi, bukan hanya membayar pengobatan. Aku
yakin kondisi ibumu bisa lebih baik, berusaha lah sedikit lagi sebelum kau
berakhir seperti aku yang tidak bisa memiliki ibu lagi” Aku berusaha menahan
tangisanku, karena aku tidak ingin jiyong lebih sedih lagi.
“Miann, aku
tidak tau kau.. aku benar benar terima kasih aku akan mencoba” dia berkata
sambil memegang bahuku, aku segera memintanya mengantarkanku pulang dengan
alasan ada hal yang harus aku kerjakan di rumah.
-Author POV
Sepulangnya
setelah berpamitan dengan jiyong, awalnya dia berencana ingin langsung masuk ke
dalam rumah tetapi langkahnya terhenti lalu berbalik menuju rumah taeyang, ketika
melewati pagar ia melihat taeyang baru saja keluar dari rumahnya.
“Dara?”
kata taeyang dengan heran.
“Taeyangii..” dara tak kuat menahan tangisnya lagi, langsung saja air mata
membanjiri wajahnya di hadapan taeyang, ia teringat oleh ibunya dara sangat
sangat merindukan ibunya. Taeyang mengiringi dara untuk duduk di kursi taman
rumahnya, dan menyandarkan yeoja itu di bahunya sambil menepuk pelan lengan
chingu yang paling di sayangnya agar ia bisa lebih tenang.
“Tidak apa
apa, menangislah sepuasmu, nanti kau bisa cerita” lama juga dara menangis,
setelah dara berhenti ia kembali duduk dengan posisi normal, lalu menceritakan
dia merindukan ibunya ketika mendengar cerita jiyong.
“Aku turut
prihatin dengan jiyong. Dara, sekarang kau sudah bisa melewati kesedihanmu dan
bisa hidup mandiri, ibumu pasti bangga denganmu, kau ingin membuat ibumu bangga
bukan?”
“Ne, benar
aku hanya tiba tiba merindukan ibu, gomawo taeyangi” ucapnya tersenyum, entah
mengapa dara hatinya lebih tenang jika ia di dekat taeyang, mengenai
masalah pribadinya ia tidak bisa cerita ke siapapun, karena hanya teyang yang
hampir tau semua dirinya, bahkan taeyang lebih mengetahui dara di bandingkan
dirinya sendiri. Lalu mereka duduk membisu, lagi lagi dara merasa jantungnya
mulai lagi aku harus pulang batin dara.
“Taeyangi
aku pulang dulu ya, maaf mengganggumu”
“Aigoo,
Jangan berkata seperti itu ! kapanpun kau bisa menemuiku, kau sudah beratusan
kali menangis di depanku sejak dulu, kau seperti orang lain saja” ujarnya
sedikit heran.
“Araseo.
Jeongmal gamsahamnida” jawab dara.
- Taeyang POV
“Senang
sekali bisa melihatnya tersenyum lagi” ucapku dalam hati.
Siang ini
sepulang dari universitas, aku berencana untuk pergi ke toko kaset untuk
membeli beberapa kaset yang aku suka tetapi sepertinya cuaca hari ini tidak
bagus awan terlihat mendung, menyebalkan, tepat di saat aku melewati taman yang
sering di kunjungi dara, aku tertegun ketika melihat dara di kejauhan sedang
bersama jiyong.
“…eomma
memelukku ketika aku minta maaf dan berjanji akan merubah sikapku, tapi aku tau
ia sangat senang mendengarnya jarang sekali ia tersenyum seperti itu, setelah
mendengar perkataanku eomma makan lebih banyak” kata jiyong menceritakan ibunya
sambil tertawa.
“Jinjjayo ? wow, benar kan apa yang aku bilang, kau juga jangan
terlalu sering menyombongkan diri” ucap dara.
“ne, jeongmal gomawo sandara sshi” ucap jiyong dengan nada tenang,
dara tersenyum kepada jiyong.
“Sandara sshi..”
“Wae ?”
“Saranghae.. Jeongmal saranghae sandara sshi” tepat dia mengatakan
kata kata itu hujanpun turun, lalu namja itu menutupi kepala dara dengan
tangannya tapi dara hanya membisu menatapnya sesaat.
“ne, gomawo” jawab sandara tersenyum, jiyong mengusap kepala dara
yang sudah dibasahi air hujan sambil tersenyum mengerti. Itu berarti dara
menerimanya, dara menyukai jiyong? Dara belum pernah cerita sebelumnya, mengapa
jiyong mengatakannya di saat aku sedang di sini? Bertahun tahun aku menunggu
yeoja itu, mengapa dia begitu mudah merampasnya dariku, tubuhku tiba tiba
terkulai lemas karena menahan sakitnya perasaanku tidak tau apa yang harus aku
lakukan seperti ada orang yang menusukku dari belakang. Ketika aku memutuskan
untuk pergi tanpa sengaja dara melihatku.
“Taeyangi”
“Oh, dara, jiyong” aku bersikap seakan aku tidak tau apa apa.
“Taeyang you know, she is my yeojachingu now” ucap jiyong sambil
memegang erat tangan dara dan keliatannya dara juga gembira.
“Jinjja? Waah, bukankah kalian barusan bertengkar beberapa hari
yang lalu, pasangan aneh, baiklah aku ucapkan selamat. Aku harus pulang
sekarang minzy sendiri di rumah” Sebelum pergi aku berbisik kepada jiyong.
“Tolong jaga dia”
“Itu pasti” Akupun langsung pergi, tak ingin membuat perasaanku
semakin terbunuh.
-Dara POV
Setelah Seminggu aku berstatus sebagai kekasih Kwon Jiyong,
aku kagum melihat sikap jiyong yang rendah hati, pemaaf, dia bukan jiyong yang
dulu sombong, angkuh. Aku gembira dengan ini semua, tetapi aku merasa ada hal
yang mengganjal. Ahh Taeyang, dia jarang sekali muncul di depanku,
menghubungiku atau bermain denganku, ini wajar karena aku sudah memiliki
jiyong, jadi dara untuk apa kau pikirkan, tapi aku benar benar merindukan orang
itu.
“Hei, sejak tadi aku perhatikan kerjaanmu hanya melamun,
memikirkanku ?” kata jiyong yang tiba tiba mengejutkanku.
“Hah? Yakin sekali kau kalau aku sedang memikirkanmu”
“Haha. Oh ya, aku ingin kau menemui ibuku di rumah sakit, Kau mau
kan?”
“Jigeum? Tentu saja aku mau” Ucapku tersenyum.
“Kajja”
-Taeyang POV
“Ah, aku hampir lupa hari ini dara ulang tahun dan aku belum ada
rencana, bagaimana bisa kau melupakan ulang tahun anak itu” aku berkata kepada
diriku sendiri, KUE itu pertama yang aku pikirkan. Tanpa basa basi lagi aku
segera pergi memanggil taksi untuk pergi ke toko kue. Sesampainya di toko kue
aku segera memilih “ahh, sepertinya kue yang satu ini enak banyak berhiaskan
coklat dan tampilannya juga cantik” Aku memilih kue yang banyak mengandung
unsur cokelat karena yeoja itu gila akan cokelat, ia memang jarang makan coklat
tapi jika ia sudah menemukan cokelat bisa habis 3 bungkus untuk ukuran cokelat
batang. Setelah membeli langsung saja aku pulang karena ingin meberikan kue ini
secepatnya.
-Dara POV
Setelah
kami sampai di rumah sakit, aku mengikuti jiyong menggunakan lift setelah
sampai kamar pasien lantai 3 di ruang VIP.
“Jiyong,
aku sedikit gugup”
“Tidak apa
apa, aku sudah menceritakannya kepada ibu tentang dirimu” Aku tidak percaya
ternyata ia telah menceritakan kepada ibunya tentang aku.
“Eommaa,
aku membawa seseorang” kata jiyong senang.
“Anneyong
haseyo” aku menyapanya dengan ramah, bisa kulihat ibunya dengan tubuh yang
lesu, tetapi terlukis senyuman di wajahnya ketika menyambutku.
“Eomma tau
siapa orang ini. Sandara bukan ?” kata eomma jiyong.
“wuahh,
eomma memang hebat. Oh ya, sandara sshi eomma nanti malam sudah diperbolehkan
pulang ke rumah”
“Sandara-ahh kau bisa memanggilku eomma sebagai terima kasih sudah mengajari jiyong
menjadi anak yang baik”
“Kamsahamnida, aniya, jiyong yang mau merubah dirinya aku hanya menyadarkannya
sedikit” Tiba tiba saja pintu terbuka, seorang pria yang telah berumur dan
wajahnya sangat tidak asing bagiku bahkan bukannya tidak asing aku kenal benar
orang ini.
“Sandara
sshi ini appa ku, appa ini sandara” Orang itu terdiam ketika melihat aku ada di
ruangan ini begitu juga aku sama terdiamnya dengan orang itu, dia adalah orang
yang bercerai dengan ibuku dan meninggalkan aku dan ibuku sewaktu aku masih
kecil. Aku benar benar mebenci orang ini, orang ini adalah ayahku. Di samping
itu jiyong bilang kalau orang ini adalah ayahnya, berarti ayahku menikah dengan
wanita lain dan melahirkan anak yang bernama Kwon Jiyong. Tidak tidak mungkin
dia ayahku, tetapi aku sangat kenal dengan wajah ini.
“Dara, benarkah ini sandara park ?” Aku semakin yakin ketika dia
menanyakan namaku.
“Tidak, bukan aku bukan sandara park” jawabku dingin.
“Percuma kau tidak mengakuinya, aku tau benar kau itu dara”
“Cukup. Jiyong aku harus pulang sekarang, mian” Tapi orang ini
bersikeras menahan aku pergi.
“Andwae Dara ah, maafkan appa jeongmal mianhae”
“Bilang
maaf itu mudah, kemana appa selama ini. Appa tidak tau kan, ibu sudah meninggal
2 tahun yang lalu karena sakit, Appa kemana saja selama ini, aku hanya hidup
dengan rumah itu sekarang” Tangiskupun meledak.
“Ibumu me me ninggal? Appa tidak tau soal...”
“Appa sudah benar benar menghapus masa lalu, aku sempat berpikir
appa pasti telah melupakan aku juga dan..” tiba tiba appa memelukku.
“Appa sangat menyesal, jebal jangan membenci appa, appa akan
merawatmu mulai sekarang. Apa saja akan appa lakukan agar kau bisa memaafkan
appa” Aku tidak sanggup lagi berbicara yang aku lakukan hanya menangis di
pelukan ayahku, rasa benci, rindu, marah tercampur di benakku. Lama juga aku
bisa menaruh kepercayaan kepada ayahku akhirnya aku memutuskan akan berusaha
menerima ayahku kembali karena aku juga sangat merindukan ayahku.
“Jadi sandara sshi sebenarnya anak ayah ?” Tanya jiyong yang sudah
sangat bingung sejak tadi.
“Nde, Appa juga minta maaf kepadamu. Ketika kau menceritakan
tentang sandara dengan appa dan eomma, karena itu appa menyuruhmu untuk
memperkenalkan dara kepada appa dan eomma agar bisa memastikan. Appa juga sudah
cerita dengan eomma tentang dara, eomma bilang ia sudah bisa menerima dara.
Ternyata memang benar perempuan yang kau bawa ini adalah anak ayah, maaf karena
ayah kalian tidak mungkin menjadi sepasang kekasih karena kalian saudara tiri”
“Benar yang dikatakan appa, eomma?”
“Nde, jiyong ah” jawab ibu jiyong.
“Sandara sshi, Appa, Eomma aku mau keluar dulu” Aku tau benar
perasaan jiyong saat ini, ia sangat terpukul dan bingung. Ia sudah terlanjur
menyukaiku, tetapi menghadapi kenyataan bahwa aku adalah saudaranya itu sangat
sulit baginya. Aku pun memutuskan untuk menyusulnya keluar ruangan, aku
mempercepat langkahku dan mengawasi orang orang di sekitar, tak lama aku
menemukannya ia sedang duduk di bangku taman rumah sakit sambil termenung.
Langsung saja aku duduk di sampingnya
“Jiyong ah, Gwenchana ?” Aku bertanya sambil memegang bahunya
untuk membuatnya lebih baik.
“Aku tidak tau, aku rasa kita harus mengakhiri hubungan kita dan
membuat hubungan persaudaraan yang baru”
“Ya mau tidak mau harus begitu, mau mendengarkan musik ?” Tapi
jiyong tidak menjawab, walaupun begitu aku memasangkan headset punyaku satu ke
telinganya dan satu ke telingaku. Akhirnya tidak ada satupun yang bicara di
antara kami, aku sengaja membiarkan jiyong berpikir dan tenang dulu sambil di
temani musik yang ia dengarkan. Setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya jiyong
angkat bicara.
“Sandara sshi bisakah aku memanggilmu noona mulai dari sekarang?”
“Tentu saja” ucapku tersenyum.
“Noona aku bisa merasakan sekarang aku beruntung mempunyai noona
sepertimu”
“Oh ya?”
“Noona yang bisa menyadarkanku agar menjadi orang yang pemaaf.
Noona aku berjanji akan menjadi dongsaeng yang baik dan benar”
“Mungkin noona percaya jika kau bisa menjadi dongsaeng yang baik,
tetapi kurang percaya jika itu benar” ucapku bercanda.
“YA! Noona kau..” Belum selesai jiyong bicara tiba tiba saja
handphoneku bordering.
“Yeoboseyo”
“Dara onnie, ini aku minzy. Onnie kau bisa ke rumah sakit seoul
sekarang ?” Aku bisa mendengar jelas isakkan minzy di telfon sepertinya dia
baru habis menangis dan kelihatannya sangat panik.
“Ne, onnie di rumah sakit seoul sekarang. Waeyo ?”
“Taeyang oppa ke kecelakaan sewaktu pulang ke rumah, sekarang
masih di tangani oleh dokter di ruang operasi. Ppali onnie je jebal”
Kedua tanganku dengan bergetar cepat sehingga membuat handphoneku terjatuh, aku
tidak percaya ini semua tetapi ketidakpercayaanku tidak bisa menahan air mata
yang sudah mengalir deras di wajahku. Aku segera berlari ke dalam rumah
sakit dan tidak mengacuhkan jiyong dengan muka heran yang memanggilku dari
tadi, saat jiyong sadar sepertinya ada hal yang membuat aku panik ia menyusulku
berlari. Setelah menemukan ruang operasi, aku melihat minzy duduk di ruang
tunggu sedang menangis.
-Jiyong POV
“Minzy ah
apa yang terjadi padanya ? Ceritakan semuanya, bagaimana kondisinya saat ia
kecelakaan ? Parah kah ? Apa kata dokter. Minzy ah..” Minzy hanya bisa diam
menangis. Dara noona yang setiap hari dihiasi dengan tersenyum, untuk saat ini
ia hanya mempunyai raut wajah sangat sangat cemas takut kehilangan. Sepertinya
ia sangat tidak ingin kehilangan taeyang, sebenarnya sejak kapan mereka
berteman ? Sedekat apa mereka, sehingga membuat dara noona menangis seperti
orang gila.
“Aku juga
tidak tau onnie, pihak rumah sakit baru menghubungiku setelah oppa di bawa ke
rumah sakit, ketika aku tiba oppa masih di ruang operasi” Saat ini aku tidak
bisa ikut campur urusan mereka. Melihat dara noona tubuhnya terkulai lemas, aku
membantunya untuk berdiri takut ia roboh.
“Taeyaangii..” Ucap yeoja itu dengan lemah memanggil nama taeyang di depan
pintu ruang operasi.
“Dara
noona, kau duduk dulu yah?”
“Jiyong ah
Ottokhae?” tak henti hentinya ia panik dan menangis mengucapkan nama taeyang.
Aku memeluknya agar ia bisa lebih tenang mengingat ia adalah noonaku sekarang,
tangisan noona semakin menjadi. Taeyang
aku mohon cepatlah keluar dari ruangan itu dengan membawa berita baik aku tidak
tega melihat yeoja ini menangis lebih lama lagi.
-Dara POV
Ya Tuhan, aku mohon agar jangan
ambil nyawanya sekarang, tidak mudah menjalani hidupku jika ia tak ada dan aku
masih sangat banyak berhutang budi terhadapnya. Aku mohon berilah kesempatannya
untuk hidup. Akhirnya operasi selesai, lalu dokter keluar dari ruangan
memberikan informasi.
“Karena
benturan dikepalanya yang membuatnya tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak
darah, dikarenakan luka di tubuh dan kepalanya cukup dalam sehingga harus
dijahit dan diperiksa jika lukanya mengganggu bagian organ dalam. Setelah
diperiksa untungnya tidak mengganggu organ dalam dan untungnya pihak rumah
sakit masih mempunyai sampel darah, untuk sekarang kita menunggunya sadar dulu,
kalian boleh melihat keadaanya sekarang.”
“jeongmal
kansahamnida, dokter tau bagaimana kejadiannya ?”
“Maaf saya
tidak tau, tapi yang saya tau ia tertabrak sewaktu membawa barang ini
sepertinya terlempar ketika ia mengalami kecelakaan”
“terima
kasih banyak dokter” ucap jiyong, dan dokterpun pergi.
dokter menyerahkan bungkusan kotak yang telah rusak, setelah aku
buka aku tertegun melihat kue coklat yang sudah berantakan, kue itu bertuliskan
Happy Birthday Sandara Park aku bisa membacanya walaupun kue ini sudah tidak
layak dimakan. Aku ingat ternyata ini hari ulang tahunku, namja itu
membelikanku kue ulang tahun ini. Tanganku menutupi mulut sambil melihat kue
itu, Aku segera masuk ke dalam untuk melihat keadaanya. Tubuh namja ini
terbaring lemas dengan mata tertutup, kulitnya yang pucat dan sebagian kulit
yang luka di balut begitu juga kepalanya dan terdapat alat bantu pernapasan di
hidungnya. Aku semakin menyalahkan diriku dan hari ulang tahunku.
“Jeongmal pabo, beraninya kau tidur tiduran di hari ulang tahunku.
Kau sudah membawakanku kue coklat. Kau harus bangun kita rayakan bersama,
bangun! ayo bangun! aku bilang bangun!” aku menggoyangkan tangannya memohon
agar ia cepat bangun.
“Teman macam apa kau tidur di hari ulang tahunku, bangun lah!
Taeyangi bangun! Bangun, bangun taeyangi jebal..” Tidak sedikitpun suara keluar
dari mulutnya berbisikpun tidak. Haripun mulai gelap, taeyang dipindahkan ke
kamar pasien.
“Noona kau tidak pulang ?” tanya jiyong.
“Ani, kau saja yang pulang ibumu juga pulang kerumah malam ini
bukan?”
“Ne, noona jaga dirimu jangan menangis lagi” aku bisa melihat raut
wajahnya yang mengkhawatirkanku sejak tadi. Setelah jiyong pulang yang tinggal
hanya aku dan minzy.
“Dimana orang tua kalian?”
“Eomma dan appa sedang pergi ke luar kota” lalu kami terdiam, tiba
tiba minzy bicara.
“Onnie, aku benar benar kecewa denganmu.”
“Apa maksudmu?”
“Saat onnie telat kuliah waktu itu oppa sengaja menunggumu hingga
kau bangun, karena kau tidur malam untuk mengerjakan tugas kuliah oppa tau kau
akan kesiangan jika kau tidur larut malam. Karena oppa takut kau lelah saat
kuliah agar kau tidak dimarahi seongsangnim, ia menunggumu untuk tidur cukup
waktu dan mengajakmu pergi kuliah bersama. Tetapi ia bilang padamu kebetulan ia
kesiangan.” aku teringat yang pernah dikatakan taeyang ..lebih baik dimarah berdua
daripada sendiri bukan?
“Lalu ketika ia tersiram pasir, oppa ditertawakan orang orang di
universitas demi dirimu sewaktu pergi ke toilet, sebelumnyapun ia di bilang
bodoh dan oppa juga tersinggung dengan kata kata jiyong waktu itu tetapi lagi
lagi demi membelamu ia berusaha menahan sakit hatinya. Kau tau onnie ia sangat
menyukaimu melebihi dia mencintai dirinya sendiri, he love you very much, he
follows you around, he smiles but actually crying. Dia tidak mengatakannya
karena takut persahabatan antara kau dan dia berakhir ditambah lagi dengan kwon
jiyongmu itu atau mungkin kau juga tidak menyukainya. Dia bilang dia akan
selalu menunggumu, yang terpenting baginya membuatmu bahagia. Dia menyukaimu
sejak kalian masih kecil, sejak dulu kau selalu memberikan tangisanmu kepadanya
tanpa kau ketahui sebenarnya dia sangat terpukul ketika kau tiba tiba menjalin
hubungan dengan jiyong, dan kali ini hari ulang tahunmu..” Suaranya mulai
meninggi, aku tercengang mendengar perkataan minzy.
“..terus nanti apa lagi, bagaimana yang dulu. Sayang sekali bisa
bisanya kau tidak memerhatikan orang di sekelilingmu, dia sangat tau semua
tentangmu melebihi kau mengetahui dirimu sendiri lalu bagaimana denganmu? Kau
malah memulai hubungan dengan kwon jiyong tepat didepannya. Ini kah yang kau
lakukan terhadap oppa, Siapa yang menolongmu selama kau tinggal sendiri di
rumahmu? Siapa yang memberimu semangat ketika appa dan eommamu meninggalkanmu?
Siapa yang menerima tangisanmu setiap kau menangis? Jawab aku siapa.”
Hatiku benar benar terhenyak, selama ini aku tidak membalas perasaannya tetapi
namja ini terus menunggu, mengapa dia tidak memberitahuku? Aku tidak terpikir
sedikitpun dia menyukaiku selama ini.
“Baiklah, biarkan aku yang menjaganya hingga dia sadar. Kau boleh
pulang.” jawabku datar..
“Apa onnie bilang, baiklah, mudah sekali mengucapkannya.” Katanya
tersenyum meremehkan.
“Minzy kau boleh pulang sekarang” suaraku mulai melemah.
“Onnie mau menjaganya, baiklah, memang seharusnya kau begitu!”
DRAGG!! Minzy pergi dengan membanting pintu, tanpa peduli dimana ia berada
sekarang. Kelopak mataku terasa berat tak mampu lagi menahan air mata untuk
kedua kalinya aku menangis, menangis membenci diriku dan hari ulang tahunku
hari ini aku bertemu ayahku, jiyong saudara tiriku, taeyang keadaannya
memburuk, dan hal yang paling aku sedihkan mengapa aku baru tau taeyang
menyukaiku?
-Taeyang POV
Indah
sekali disini, udara sejuk ombak bergulung berlomba lomba membanting karang.
Tetapi mengapa di pantai ini sepi sekali hanya aku seorang diri.
“Taeyangi
!” ketika membalikkan badan aku melihat sosok perempuan berjalan mendekatiku
“Ah,
Sandara kau disini? ” ia menjawab dengan anggukan dan berdiri di sampingku. Aku
memasukkan jari jari tanganku ke jari jarinya, ia juga memegang tanganku dengan
erat sambil tersenyum. Tidak satupun diantara kami yang berbicara hanya
memandang lautan didepan kami, tidak apa aku ingin hal seperti ini berlangsung
lama. Aku menutup mataku sambil menikmati angin yang berhembus di sekitarku,
ketika aku membuka mata. Tiba tiba saja aku sudah terbaring di kasur,
sepertinya di rumah sakit, aku menggunakan alat bantu pernapasan dan beberapa
alat lainnya aku bisa merasakan nyeri di tubuhku, tubuhku lemas hampir tidak
bisa bergerak. Aku tertegun melihat sandara tertidur duduk dengan tangan
dilipatkan diatas kasur tepat disebelahku, ahh rupanya anak ini menjagaku
hingga aku sadar aku teringat aku mengalami kecelakaan ketika membeli kue
untuknya. Dimana kue itu sekarang ?
“Taeyangi,
kau sudah sadar? Gwenchana?” tiba tiba dara terbangun.
“Nde”
jawabku lemah.
“Ini benar
benar taeyang bukan? Taeyang anak yang suka mengejek itu kan? Terima kasih
Tuhan, ahh aku senang sekali, bolehkah aku berteriak?”
“Ini rumah
sakit, kau gila”
“Tidak
salah lagi ini taeyang anak yang suka mengejek itu, sebentar aku panggilkan
dokter” Apa katanya? mengejek, di saat seperti ini ia menyempatkan untuk
mengatakan hal yang tidak penting. Jadi dia mengetes keadaanku dengan ejekan
apa apaan itu. Ketika dokter datang dan memeriksa keadaan di tubuhku.
“Syukurlah
kau jauh lebih baik sekarang, setelah tidak sadarkan diri selama seminggu..”
Ucap dokter mengejutkanku.
“Mwo?
Seminggu?”
“Ya, kau
koma seminggu. Mungkin dalam waktu dekat ini kau bisa pulang, wanita ini yang
menjagamu selama kau koma berterima kasih lah kepadanya. Aku permisi keluar
dulu” Dara yang menjagaku, wanita itu tersenyum ketika dokter menceritakan
tentang dirinya. Tetapi aku percaya dengan raut mukanya yang lelah, lingkaran
hitam di bawah matanya, juga matanya yang sembab. Apakah ia menangis karena
keadaanku? Aku baik baik saja dara, Terima Kasih.
“Oh ya,
kuenya sudah aku cicipi. Aku suka, kuenya enak. Kau memilih toko yang tepat”
Apa dia memakan kue itu? Taruhan kue itu pasti sudah sangat berantakan, mengapa
dia mencicipnya?
“Aku tau,
nanti aku beli yang lebih enak” jawabku tersenyum. Aku tau dia mengalami hal
sulit mengenai aku, jadi aku memutuskan untuk tidak membahas kue yang
berantakan.
“Dimana
Jiyongmu?” tanyaku.
“Nanti dia
kesini. Taeyang, aku sudah bertemu appa”
“Jinjja?
Kau ini, aku baru siuman kau malah memberiku berita mengejutkan. Jadi
bagaimana?”
“Biarlah,
agar jantungmu bekerja lebih baik. Appaku sekarang sudah lama menikah, dan
punya anak bernama Kwon Ji yong”
“Eh? Kau
membuatku serangan jantung bukan membuatnya lebih baik. Jadi kau dan Jiyongg?”
“Saudara
tiri.”
“Pasti kau
dan jiyong terpukul sekali, dan hubungan kalian berakhir?”
“Ne,
terlebihnya jiyong, dia yang sangat terpukul”
“Lalu kau?”
“Tidak
terlalu, setelah aku sadari aku tidak menyukainya sewaktu kami menjadi sepasang
kekasih. Aku rasa aku hanya merasa dia orang yang baik dan menyenangkan”
“Tapi itu
tidak baik, kau juga menipunya”
“Dia juga
sudah tau, tetapi dia bisa mengerti juga tidak kecewa dan awalnya aku sangat
membenci ayahku karena ia meninggalkan aku dan ibu, tetapi rasa rinduku lebih
kuat dibandingkan rasa benciku terhadap appa. Akupun menerimanya kembali
sebagai ayahku. Kau juga pernah bilang, jangan sampai rasa dendam berlarut
larut dalam diri kita” aku tersenyum mendengar ia mengatakan yang pernah aku
katakan, aku semakin menyukainya.
-Dara POV
Terima Kasih Taeyang. Maaf
merepotkanmu selama ini, maaf mebuatmu lelah menunggu selama ini hingga kau
jatuh sakit.
“Mengapa
kau senyum senyum sendiri sambil menatapku seperti itu? Kau membuatku takut”
kata taeyang heran.
“Aniyo”
Kembali ruangan pasien menjadi hening.
Taeyang maaf selama ini aku tidak menyadarinya, kau tau bahkan aku
tidak menyadari sebenarnya aku juga menyukaimu. Aku mengerti selama ini
jantungku berdegup kencang dan tanganku dingin ketika melihat kau sedang
terdiam, ini bukan karena sakit atau apa. Kau selalu membuatku nyaman jika di
dekatmu,terima kasih karena selama bertahun tahun kau memahamiku.
“Taeyangi..”
“mm?”
“Bogoshipeo. Mengapa kau tidak muncul didepanku akhir akhir ini,
dan tiba tiba saja sudah jatuh sakit” ia tidak menjawab, hanya tersenyum. Lalu
taeyang memaksa dirinya untuk bangun, tetapi kondisinya belum membaik. Sontak
saja aku memeluknya sambil menepuk pelan punggungnya lalu ia juga memelukku.
Aku sangat sangat merindukan orang ini walaupun hanya hitungan hari aku tidak
bicara dengannya.
“Jangan banyak bergerak, kondisimu belum membaik” lanjutku.
“Sandara..”
“ya ?”
“Neomu neomu... Jaehyo Dara. Saranghae. Maaf jika hal ini membuat
persahabatan kita..” ucapnya terlihat gugup. Tak sadar air mataku menetes untuk
sekian kalinya hanya karena namja yang ada di depanku yang sedang membuat
pengakuan.
“Nado. Jeongmal Saranghae Taeyang, maaf membuatmu menunggu lama”
“Gwenchana” taeyang ikut tersenyum, lalu menghapuskan air mata di
pipiku. Aku kembali memeluknya erat.
Jeongmal mianhae taeyangie..
~END~
First fanfiction? :O
BalasHapusBagus lhoooo '-')/
Fighting ^^