ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 15 November 2014

Bittersweet Marriage [2.1]



 

Bittersweet Marriage [Chapter 2.1]

by  Stephcecil
Cast : Krystal Jung, Kang Minhyuk, Oh Sehun
Lenght : Chaptered [Double Shot] || Genre : Marriage life, Romantic, Friendship || Rating : G
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is pure based my imagination.
Previous Chapter :  1
Summary : " Berkisah tentang Krystal Jung, sang gadis es yang jatuh cinta pada seorang lelaki dengan masa lalu kelam. Mereka terikat dalam sumpah suci bernama pernikahan."








***

“ Bagaimana tidurmu semalam? “ adalah kalimat tanya pembuka hari bagi mereka berdua. Sejak pembicaraan di kedai es krim beberapa waktu lalu, kadar kecanggungan antara Minhyuk-Krystal mulai luruh. Sebagaimana sikap Krystal tidak sedingin dulu. Kini, sang gadis mulai membuka hatinya dan mencoba bersikap hangat. Menghabiskan sore dengan menonton TV, atau bahkan makan malam bersama, telah menjadi aktivitas natural bagi mereka.

Tak terkecuali malam ini. Dimana kedua pasang manik hitam menatap lekat layar televisi. Larut dalam adegan melankolis yang ditampilkan. Detik demi detik terus melaju, sementara keheningan melingkupi suasana. Namun kali ini, tidak ada kecanggungan terasa. Hingga akhirnya, salah seorang pemeran dalam drama meninggal dunia, menimbulkan suara isak tangis –bersumber dari TV- mendominasi ruang utama tempat mereka berada.

Dan jika tidak ada yang salah dengan indra pendengaran Minhyuk, atau jika ia tidak tengah berhalusinasi, maka telinganya menangkap jelas suara tangisan lain. Tidak mengejutkan memang, jika itu bersumber dari dalam televisi. Namun, kasus kali ini berbeda. Sebab identitas sang pelaku adalah Krystal Jung. Seseorang yang tak pernah kau sangka akan menitikkan air mata, hanya karena tayangan drama. Oh ayolah, ini tidak masuk akal. Terlampau abstrak untuk dicerna otak Kang Minhyuk.

Harapan tidak selalu berujung pada kenyataan. Layaknya sebuah praduga tak selalu membawa kebenaran. Paradigma tersebut begitu telak menghantam ulu hati Minhyuk. Dia menjadi semakin sadar, bahwa gadis dingin bernama Krystal Jung, ternyata tidak sedingin itu.

Terlanjur larut dalam drama, Krystal tak mengindahkan keadaan sekeliling. Hingga beberapa saat berikutnya, ia mulai terusik oleh tatapan aneh Minhyuk, sorot mata heran berbaur keterkejutan teramat sangat. Sontak ia berdeham kecil seraya membersihkan tenggorokan. Kemudian, ia berkata dengan nada tajam –demi menutupi rasa malunya. “ Maaf, aku hanya sedikit terharu. “

Tentu saja Minhyuk tidak mempercayai ucapan Krystal –melihat seberapa menyedihkan eskpresi sang gadis tadi. Namun ia memilih untuk mengangguk singkat, lalu mengulum senyum geli. Sementara Krystal hanya mendengus dan memutuskan untuk kembali fokus pada layar televisi.

Tak sampai 10 menit berlalu, sesuatu menggelitik pikiran Krystal. Sesuatu penimbul tanda tanya di kepala. Cukup mengusik. Hingga ia memutuskan untuk menuntaskan rasa penasarannya. “ Hei Minhyuk, ada hal yang membuatku penasaran. “

Minhyuk menoleh, “Ya? “ kedua alisnya terangkat dilanda heran. Krystal pun menggaruk bagian belakang leher –yang sebenarnya tak gatal sama sekali. “ Eum… well.. “

“ Ya? “

“ Emm… “

“…. “

“ Tidak jadi. “

Krystal memalingkan wajah, menjauh dari pandangan dasar-kau-gadis-aneh yang ditujukan Minhyuk padanya. Sebab tepat ketika sebuah pertanyaan hendak terlontar dari bibir Krystal, kata-kata tersebut tersendat di lidah. Ia takut. Ia takut akan mendapatkan suatu jawaban yang tak ingin ia dengar. Krystal cukup nyaman dengan situasi antara dirinya dan Minhyuk kini. Dan ia sama sekali tidak berharap, jika suatu kecerobohan akan merusak hubungan yang susah payah mereka bangun.


***


Entah sejak kapan tepatnya ia menghabiskan waktu dengan melalang buana, sibuk dalam pikirannya sendiri. Sesekali tersenyum riang tanpa alasan jelas. Ia menghela nafas panjang dan menghembuskannya ke udara bebas, seraya mendongak menatap langit sore. Cuaca cukup cerah hari itu, ditandai dengan kehadiran awan colombus mendominasi langit biru. Udara sejuk menyapu lembut permukaan kulit Krystal. Memberi sensasi dingin nan menyegarkan.

“ Hei, apa yang sedang kau lakukan? “

Sebuah suara bariton mengusik aktivitasnya, menembus gendang telinga Krystal, sontak membuat sang gadis menoleh, demi melihat sosok Oh Sehun yang dengan langkah santai berjalan ke arah bangku –di taman belakang kampus- tempat ia berada. Ia bergeser sedikit, memberi ruang duduk bagi Sehun. “ Kau tahu? Kau sering melamun akhir-akhir ini. “

Kening Krystal berkerut heran, “ Benarkah? “

Dan pertanyaan tersebut segera ditanggapi oleh anggukan mantap oleh sang lawan bicara. “ Yeah, aku sampai curiga jika kau tengah memikirkan diriku.“ sebuah cengiran terlukis menghiasi wajah tampan Sehun. Namun tak bertahan lama, sebab Krystal menyikut dia cukup keras di perut, otomatis membuat Sehun meringis kesakitan. “ Yah! Aku hanya bercanda! “

Krystal memutar bola matanya. Agak jengah dengan kadar narsisme Sehun yang jelas diluar batas toleransi. “ Well, terserahlah. “ gumam ia tak jelas. Sementara Sehun berdecak kesal. Fakta bahwa seorang gadis layaknya Krystal Jung tampak lembut dari luar, namun sesungguhnya memiliki kepribadian cukup mengerikan, adalah hal menggelikan bagi Sehun.

Kesunyian melingkupi atmosfir di sekitar mereka selama beberapa saat, hingga Sehun memutuskan untuk membuka mulutnya. “ Tapi jika ada sesuatu yang kau pikirkan, kau bisa membaginya denganku. Aku akan membantumu sekuat tenaga. “ ujarnya. Dia tersenyum lembut ketika mengatakan hal tersebut.

Ya, Krystal pun tahu itu. Sebab di balik tingkah jahil, ceria, dan ramah seorang Oh Sehun, tersembunyi sosok hangat nan pengertian. Sehun mungkin merupakan satu-satunya teman yang ia miliki sejak kecil.

Krystal menoleh. Menatap sepasang manik hitam milik sang sahabat. Untuk sejenak, ia dilanda kegalauan. Haruskah ia membagi bebannya pada Sehun? Haruskah ia menceritakan segalanya? Dan kira-kira, seperti apakah reaksi Sehun nantinya?

Mungkin dia akan tertawa kencang hingga perutnya sakit, begitu mengetahui jika aku mulai menyukai seseorang. Apalagi orang itu adalah sepupunya sendiri.
Mencoba menepis pikiran negatif barusan. Ia memilih untuk percaya pada sahabatnya. Maka, ia memutar posisi duduknya –hingga kini mereka berhadapan. Krystal menghela nafas dalam nan berat, sebelum bersuara, “ Berjanjilah padaku kau tidak akan tertawa. “ nada serius Krystal membuat kedua alis Sehun terangkat penasaran. Namun ia hanya mengangguk pelan. Mengiyakan permintaan Krystal.

Krystal menonaktifkan indra penglihatan sejenak sembari menggigit bibir bawahnya. Setelah beberapa detik berlalu –yang terasa bermenit-menit bagi Sehun- ia kembali membuka matanya. Dan kemudian, sebuah cerita sekaligus pengakuan meluncur mulus dari bibirnya. Memberi kelegaan tersendiri bagi Krystal. Ia menceritakan segalanya, termasuk satu hal yang membuat tanda tanya muncul menaungi benaknya.


***



Terkadang harapan tak sejalan dengan kenyataan. Demikian pula mimpi tak selalu dapat terwujud. Ya. Semua ini tak ubahnya mimpi bagi seorang Krystal Jung. Mimpi dimana ia menjadi seorang gadis kasmaran, yang berharap sang pangeran memiliki perasaan serupa dengannya. Dari awal mula ia mengenal Minhyuk, ia sama sekali tak menduga jika ia akan berakhir menyukai sang pria. Tidak sama sekali. Namun hidup penuh kejutan.

Mungkin ini adalah karma baginya, sebab memperlakukan orang lain dengan sikap terlampau dingin. Satu hal yang menyebabkan ia mendapat julukan ice princess. Krystal tak ambil pusing dengan hal itu. Ia juga tidak peduli akan sikap teman-temannya yang seolah enggan berbicara atau sekedar menyapanya, membuat sikapnya semakin dingin, layaknya es. Namun es pun pasti akan mencair jika bertemu kontak dengan mentari. Demikian pula Krystal, ia juga manusia dan memiliki perasaan. Ia dapat jatuh cinta.

Krystal Jung menenggak gelas ketiganya malam itu, menandaskannya dalam sekali teguk. Kepalanya mulai terasa berat. Tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin minum hingga tubuh dan pikirannya kebas. Semakin tinggi kadar alkohol dalam tubuh, semakin luruh pula sesak dalam dada sang gadis. Tepat ketika ia hendak menuang gelas keempat, sebuah tangan lain menyambar botol soju tersebut. Krystal berdecak kesal. “ Yah! Waee?! “ sentaknya. Suara Krystal cukup keras terdengar dalam suasana riuh bar. Ya, Setelah mendengar kisah mengejutkan dari Sehun, ia memutuskan untuk pergi ke bar dan meluapkan sejenak rasa kesal berbaur kesedihan, yang entah mengapa bergumul dalam hatinya.

“ Kau sudah cukup minum malam ini. “ Sehun menggeleng tegas. Ia memindahkan botol soju ke tempat yang jauh dari jangkauan Krystal –tapi masih di atas meja bar. Sang gadis menggertakan giginya. Ia kesal. Marah. Namun tak berdaya melakukan apapun. Krystal memalingkan wajah dan menatap lurus ke depan. Pandangannya kosong. “ Kau tahu? Kau selalu menyebalkan, Oh Sehun. “ suaranya bergetar.

Sehun mendesah pelan, “ Tapi aku selalu menyayangimu, Krys. “ dia memasang senyum tipis dan menepuk pulan pundak Krys. Sang gadis tidak merespon. Ia diam membeku di tempat. “ Terkadang cinta memang menyakitkan. Tapi justru itulah yang membuat kehidupan kita berwarna. Ada sakit dan bahagia. “

Masih tak sepatah katapun terlontar dari bibir Krystal. Namun Sehun dapat melihat bahu gadis itu berguncang. Awalnya pelan, kemudian semakin kencang. Tanpa dikomando, ia bergegas mendekap Krystal dalam pelukannya. “ Hei.. jangan menangis. Kau terlihat jelek sekarang. “ ia mengelus punggung Krystal demi menenangkannya. Tentu sang gadis tidak menjawab. Ia sibuk mengontrol buliran kristal bening yang terus berjatuhan mengaliri pipi.

“ Lagipula, belum tentu hyung masih menyukai dia. Cobalah berpikir positif. “ Krystal menggeleng cepat, menolak argumen Sehun. Dengan suara serak sekaligus terpatah-patah karena menangis, ia menjawab, “ Tid-tidak mungkin. Kau sendiri yang bilang ji-jika mereka saling mencintai. “

Sehun melepaskan dekapannya dan menatap dua manik hitam Krystal. Tatapan intens namun sarat kelembutan. “ Tidak ada yang tidak mungkin. “ ia menangkup kedua pipi Krystal, kemudian menghapus air mata gadis tersebut dengan jari telunjuknya. “ Lagipula, sudah 5 tahun berlalu. “

Sorot kegetiran dalam mata Krystal tetap tidak berkurang. Tidak ada ucapan kata sebagai tanggapan. Sebaliknya, ia menyandarkan kepala pada bahu bidang Sehun. “ Tapi… “

Sehun menepuk puncak kepala Krystal dan mengelus rambutnya. “ Percayalah semua akan baik-baik saja. Gadis sepertimu pasti dapat meluluhkan hati hyung, aku tahu itu. “ ia mendesah untuk kedua kalinya. Lalu beralih menonaktifkan indra penglihatan. Sementara benaknya melayang-layang pada percakapan tadi sore. Ya, semua pasti akan baik-baik saja.



***



“ Apakah.. kau mengenal seseorang bernama ‘Yoon’? Aku tidak tahu nama lengkapnya. Namun aku cukup yakin jika Minhyuk memanggil orang itu dengan sebutan ‘Yoon’ “

“ Darimana kau.. “

“ Darimana aku mengetahuinya? Well, beberapa hari lalu, Minhyuk demam. Dia menggigau. Dan berkali-kali memanggil nama orang itu. “

“ …. “

“ Kenapa kau diam saja? Yah, Sehun-ie! Aku berbicara denganmu! “

“ Eh.. mm.. aku tidak.. “

“ Terserahlah. “

“ Kau marah? “

“ … “

“ Krys-ah, sebenarnya ini sesuatu yang cukup rumit. Aku tidak yakin jika kau ingin mendengarnya. “

“ Aku ingin mendengarnya. “

“ Tapi mungkin ini terlalu… “

“ Ouh, Oh Sehun! Apa susahnya kau mengatakan padaku siapa gadis itu? Cukup beritahu aku. Dan untuk ‘konsekuensinya’ ? Tenang saja, aku tidak akan menyalahkanmu. “

Hening sejenak, hingga akhirnya Sehun menyerah dan membeberkan segalanya pada Krystal.

“ Yoon adalah panggilan Minhyuk untuk Yoona, Im Yoona. Dia adalah mantan kekasih Minhyuk semasa SMA. Mereka saling menyayangi, bahkan Minhyuk sudah berencana akan melamar Yoona setelah kelulusan. Namun sayang..- “

“ Apa yang terjadi? “

“ Tepat satu hari sebelum kelulusan, Yoona meninggal karena kecelakaan. Minhyuk menjadi depresi karena peristiwa tersebut. Untuk beberapa bulan, dia berubah 180 derajat. Tidak ada lagi lelaki periang. Yang ada hanya sosok dingin nan acuh, terutama pada wanita. Seolah dia tidak ingin jatuh cinta dan terluka untuk kali kedua. Namun untungnya, kini dia sudah berhasil mengontrol diri. Dia sudah kembali pada sifat lamanya. Kecuali satu hal, yaitu sikapnya pada wanita. “

“ Tapi… tapi dia bersikap cukup baik terhadapku. “

“ Dan ada satu hal yang akan membuatmu lebih terkejut. “

“ Apa? “

“ Yoona memiliki wajah yang mirip denganmu. “



***




Kurang lebih 3 jam sudah pria itu berkutat dengan kertas-kertas di atas meja kerjanya. Merasa lelah, ia menghentikan aktivitasnya –bekerja. Ia duduk bertopang dagu –bertumpu pada siku kiri- sementara tangan kanannya sibuk memijit bagian pelipis. Pusing mendera kepala Minhyuk, seiring dengan berbagai hal rumit yang berkelebat di dalam sana.

Banyak. Ada banyak hal yang ia pikirkan. Namun hanya ada satu pengusik batin. Lebih spesifik lagi, satu orang. Seseorang yang belakangan ini mendominasi kesehariannya. Minhyuk tidak tahu mengapa, namun orang itu selalu muncul dalam otaknya. Selalu sukses membuat sang pria tersenyum dengan tingkahnya. Bahkan memunculkan rasa gelisah dengan keabsenan ia. Terutama saat ini.

Mungkin ia rindu.

Jika rindu memiliki arti dimana ia sangat ingin melihat gadis itu, berbicara, atau sekedar berbasa-basi dengannya. Maka, benar dia merindukan Krystal. Jangan tanya apakah alasannya, dia sendiri tidak mengerti. Ia mencoba untuk tidak peduli pada pernikahan ini sebelumnya. Namun begitu ia melihat rupa Krystal untuk pertama kali, ia tidak dapat bersikap dingin –layaknya terhadap gadis lain.

Bagaimanapun juga, ia tidak dapat memungkiri kemiripan Krystal dengan Yoona. Seperti pinang dibelah dua. Nyaris mustahil sesungguhnya, berdasarkan fakta jika kedua orang itu tidak memiliki hubungan darah. Dan hal tersebutlah, yang membuat ia –ingin maupun tidak- bersikap ramah terhadap Krystal. Sebab tiap kali mereka bertatap muka, ia merasa bagaikan memandang kembali pada masa lalu. Masa lampau yang menyakitkan.

Namun semua itu tidak berlangsung lama.

Mungkin Tuhan tengah bermain-main dengan takdir. Atau mungkin ia sendiri sudah gila. Entah bagaimana caranya, atau kapan tepatnya, ia memiliki perasaan lain terhadap Krystal. Tidak. Ini bukan karena dia memiliki wajah yang mirip dengan Yoona. Lagipula, watak mereka jauh berbeda. Yoona adalah gadis dengan kepribadian secerah mentari. Sedangkan Krystal berbanding terbalik, angkuh nan dingin.

Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Minhyuk. Menyadarkan ia dari dunia lamunan. Sontak ia terkesiap kaget dan bergegas mengecek sumber bunyi, yang ternyata berasal dari ponselnya sendiri. Kemudian ia menjawab panggilan masuk, tanpa mengecek terlebih dahulu identitas pemanggil.

Yeoboseyo?

“ Hyung? “ sebuah suara familiar terdengar dari seberang. Ia tersenyum tipis, begitu menyadari jika sang penelepon adalah sepupunya sendiri, Oh Sehun.

“ Yah, sehun-ie? Kenapa kau meneleponku? “ ia bertanya dengan nada santai, seraya kembali mengecek kertas-kertas kerja yang berceceran di meja. Sempat terlantarkan beberapa saat lalu. Tetapi nada serius dalam ucapan Sehun membuat senyuman tadi lenyap seketika.

“ Hyung, apa kau sedang sibuk? Jika tidak, dapatkah kita bertemu sekarang? “

Minhyuk terdiam sejenak. Ia melirik setumpuk laporan kerja di atas meja. Sibuk? Kata tersebut tidak cukup untuk melukiskan keadaannya kini. Ia sangat sibuk. Tapi ia tak kuasa menanggapi pertanyaan Sehun dengan jawaban negatif. Lagipula, ia terlanjur dilanda penasaran. Hingga pada akhirnya ia berkata, “ Tentu. Temui aku di ruang kerjaku. “



***



Kedua pria muda duduk berhadapan. Hening bercampur tegang mendominasi suasana dalam ruang berukuran 4x5 m itu. Dua pasang mata saling menatap lekat, sementara bibir terkatup rapat. Namun, tentu saja kita membutuhkan lebih dari sekadar acara tatap-menatap, untuk menyampaikan suatu maksud. Tampaknya Sehun pun mengerti hal tersebut, maka ia pun membelah kesunyian dengan bersuara, “ Jadi, hyung, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. “

Minhyuk mengangguk singkat. “ Oke, Jadi apa itu yang ingin kau bicarakan? “ alisnya terangkat, penasaran. Sehun berdeham kecil, sesungguhnya ia merasa tidak enak menyinggung topik yang hendak ia bicarakan. Namun, tidak ada pilihan lain baginya. Ini adalah suatu kewajiban. Lagipula, ia tidak sampai hati melihat perasaan Krystal hancur begitu saja. Krystal Jung merupakan sahabatnya. Itulah mengapa ia ingin menolong gadis itu. Well, mungkin tidak sepenuhnya.

“ Mungkin ini akan sedikit tidak nyaman bagimu untuk membicarakannya… “ ia memberi jeda dan menatap langsung mata Minhyuk dengan sorot penuh makna. “ Tapi aku harus, Hyung. Mengertilah. “ ia mendesah pelan.

Tubuh Kang Minhyuk menjadi tegang seketika. Sedikit demi sedikit, ia mulai dapat menebak apa yang ingin dongsaengnya itu katakan. Meski hanya ada sedikit probabilitas jika praduganya itu salah, ia masih tetap berharap. Bagaimanapun juga, bagian dalam hatinya masih terasa nyeri jika seseorang menyinggung soal itu.

“ Katakan saja. “ tanggapnya singkat. Sehun menggigit bibir bawahnya. Sempat ragu, haruskah ia mengungkit kembali topik ini? Sekaligus menyakiti perasaan hyungnya? Tetapi semua sudah kepalang tanggung, sudah terlambat untuk ditarik kembali. Ya, sebaiknya ia langsung saja pada inti pembicaraan.

“ Ini soal Yoona noona.. “ Minhyuk memejamkan mata. “ Hyung, apa kau masih menyukai dia? Aku tahu ini sudah lama berlalu. Tepatnya 5 tahun. Tapi aku tetap ragu jika kau benar-benar melupakan dia. Terutama ketika Krystal menceritakan peristiwa baru-baru ini. “

Sedikit terkejut, Minhyuk mengaktifkan indra penglihatannya. Keningnya berkerut. “ Krystal? Apa yang gadis itu katakan? “ intonasi sarat penasaran terasa kental melalui ucapan ia, membuat beban di pundak Sehun semakin berat. “ Dia bilang ketika kau demam, kau menggigau dan memanggil Yoon noona.”

Minhyuk terkesiap. Sama sekali tidak menyangka akan hal tersebut. “ Lalu? “ ia memijit keningnya, pusing di kepala ia semakin bertambah parah saja. Sedangkan di dalam hati, ia tengah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Ya, yang terburuk.

Hyung… maafkan aku, tapi.. “ Sehun tidak bergegas melanjutkan kalimatnya, ia menatap langit-langit kantor, seolah berusaha mencari kalimat yang tepat. “ Tapi.. aku menceritakan segalanya pada Krystal. Identitas Yoona noona, masa lalumu, dan apa yang terjadi di antara kalian dulu. “ ada sedikit rasa bersalah dalam suara Sehun. “ Maafkan aku, hyung. Tapi kurasa dia berhak mengetahuinya. “

Minhyuk menghela napas –entah untuk keberapa kali hari itu. Seraya menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Ia mencoba bersikap –atau lebih tepatnya, berakting- setenang mungkin. Meskipun pada kenyataannya, debar jantung ia tengah bertalu-talu. Tenggorokannya terasa kering begitu ia berkata, “ Lalu. Bagaimana reaksinya? “

Eoh? “ Sehun membasahi bibir bawahnya. Ia memalingkan wajah ke samping, menghindari tatapan mengintimidasi Minhyuk. “ Dia menangis, hyung.” suara lirih Sehun tak mengurangi kadar keterkejutan Minhyuk. Kedua matanya melebar seketika. Terkesiap.

Menangis?

Gadis es itu menangis karena dirinya? Oh tidak, Sehun pasti sedang bercanda.


Seraya tertawa ringan –yang jelas dipaksakan, Minhyuk kembali berucap dengan nada tak percaya. Ekspresinya dibuat sesantai mungkin. “ Jangan bercanda, Oh Sehun. “ ia mendengus dan menggelengkan kepala. Satu hal yang menegaskan fakta jika hal itu terlampau mustahil baginya.

“ Tapi hyung, aku tidak sedang bercanda. “ Sehun mencondongkan tubuh ke depan. Mengurangi jarak antara dia dan sang hyung. Oh tidak, dia sedang serius sekarang, pikir Minhyuk saat melihat pandangan mata Sehun. Ia telah mengenal Sehun selama bertahun-tahun, waktu yang cukup bagi ia untuk mendeteksi apakah pria itu tengah bercanda atau tidak.

“ Dengarkan aku, Krystal memang terlihat acuh dari luar. Dia gadis yang dingin. Tapi, ada beberapa hal yang perlu dicatat. “ seulas senyum miris terlukis pada wajah tampan Sehun. “ Dia juga seorang gadis. Dia manusia. Dia dapat jatuh cinta. “ ia meneguk ludahnya sendiri. Dan entah mengapa, terdapat kepedihan dalam suaranya. “ Dia menyukaimu, hyung. Aku tahu itu. “

Kata terkejut tidaklah cukup untuk menggambarkan perasaan Minhyuk kini. Ia syok. Berbagai hal yang berkelebat dalam benak ia lenyap seketika, tergantikan oleh sebuah fakta. Sebuah fakta yang baru terlontar dari bibir Oh Sehun.

Krystal menyukaiku.

Apa mungkin ia bermimpi? Bisa jadi. Namun probabilitas itu terbukti salah, sebab ia jelas dapat mendengar suara Sehun , saat namja tersebut bangkit dari kursi di hadapannya, dan berkata dengan lembut. “ Kurasa pembicaraan kita sudah selesai. “ kemudian ia berjalan menuju pintu, tetapi baru beberapa langkah, ia berhenti. Sehun menoleh demi mendapati hyungnya –tetap membeku di posisi semula- yang tengah kehabisan kata-kata, kedua manik hitam diliputi keterkejutan mutlak.


***


Begitu turun dari bus dan menapakkan kaki di trotoar, hal pertama yang menyambut ia adalah semilir angin malam. Berhembus kencang, memberi sensasi dingin menusuk tulang bagi Krystal. Udara malam memang tak pernah bersahabat, pikirnya. Tak lama kemudian, bus yang tadi ia tumpangi –berhubung mobil Krystal sedang direparasi di bengkel- melaju kembali menyusuri jalanan. Meninggalkan sang gadis di tepi trotoar.

Sedikit menggigil, Krsyal merapatkan mantel merah muda yang ia kenakan. Asap putih terlihat jelas saat ia menghembuskan nafas, tanda jika udara memang teramat dingin. Namun ia tidak ambil pusing mengenai hal tersebut. Sejak kejadian di bar beberapa hari lalu, ia menjadi lesu dan jarang tersenyum. Sebab seberapa keraspun ia mencoba, ia tetap tak dapat menyingkirkan segelintir sesak dalam hati. Mengingat masa lalu menyakitkan Kang Minhyuk, yang entah mengapa –ia rasa- sangat menganggu.

Krystal mendongak, menatap gedung mewah di seberang jalan. Di tempat itulah, mulai tercipta banyak kenangan bersama Minhyuk. Ya.. ada banyak. Sesuatu mulai terasa membebani pelupuk mata Krsytal. Bergegas ia mengedipkan mata, mencegah buliran bening itu untuk jatuh tanpa dikomando. Merasa lelah, Krystal memutuskan untuk bergegas pulang dan tidur. Mungkin dengan begitu, beban pikiran ia akan menguap. Meski hanya sebentar saja. Maka, ia pun melangkah maju menyeberangi trotoar. Tetapi fokus Krystal tidak pada jalanan beraspal di hadapannya. Ia tengah melalang buana. Seraya menundukkan kepala, Krsytal terus melajukan langkah.

Satu langkah.

Dua langkah.

Hingga tiba-tiba indra pendengaran ia menangkap suara klakson kendaraan. Begitu kencang nan memekakkan telinga. Sontak sang gadis menoleh ke arah sumber suara. Kedua manik hitamnya membulat sempurna. Menyadari jika sebuah truk hanya berjarak sekitar 5 meter darinya. Ya, sedikit lagi.. sedikit lagi kendaraan mekanik itu akan membuat kontak dengan tubuh Krystal.

Ia tahu ia harus menyingkir dari sana. Secepat mungkin. Tetapi kedua tungkai kakinya menolak berpindah posisi. Seolah ada lem perekat di sana. Pada akhirnya, Krystal memilih untuk menutup pelupuk mata seraya menahan nafas. Ketegangan mengalir melalui tulang belakang. Ia bersiap demi kemungkinan terburuk.

Kehidupan tak dapat ditebak. Paradigma tersebut terbukti benar. Sebab, ketika sebuah pikiran melintas jika menit-menit inilah yang akan menjadi menit terakhirnya di dunia, hal mengejutkan terjadi.

Sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, mendorong paksa tubuh Krystal, hingga sang gadis terjerembab di trotoar jalanan. Dunianya serasa berhenti berputar. Dan berikutnya, sensasi perih merayapi tubuh Krystal Jung. Ia meringis kesakitan. Menyadari jika rasa perih tersebut berasal dari lengan kirinya. Ada luka ringan disana, sebagai konsekuensi atau posisi jatuhnya tadi.

Namun, bukan rasa sakit itu yang penting. Ada satu hal jauh lebih penting yang kini menaungi benaknya. Ia bergegas melayangkan pandangan ke sekeliling, demi mencari sosok seseorang. Ya, sang penyelamat. Pria berkaus hitam tersebut terjerembab tak jauh dari posisi Krystal berada kini. Ia pun merangkak mendekati sang penyelamat. “ K-Kau tidak ap- “

Mulut Krystal membentuk huruf ‘o’, begitu otaknya mengidentifikasi identitas sang penyelamat, yang ternyata bernama Kang Minhyuk. Pria itu menoleh, dan memandang Krystal selama beberapa detik –yang terasa sangat panjang. Hingga kemudian Minhyuk berdeham kecil, membuyarkan keheningan, sontak membuat Krystal terperanjat, dan berjengit ke belakang.

“ Kau.. sebaiknya lebih berhati-hati. “

Gadis itu hanya diam, tak mengindahkan ucapan bernada rendah Minhyuk. Ia menundukkan kepala demi menghindari kontak mata. Sementara Minhyuk mencoba untuk berdiri, dan ia meringis begitu rasa nyeri –akibat menjatuhkan diri tadi- menjalari punggungnya. Begitu ia berhasil berpijak pada kedua kaki, ia mengulurkan sebelah tangan pada penyandang marga Jung yang masih terduduk di atas trotoar. “ Ayo kita masuk. Cuaca malam ini sangat dingin. “

Krystal mendongak. Dan sekali lagi, pandangan mata mereka bertemu, namun cepat-cepat ia memalingkan wajah.

Gagal sudah. Rencana ia untuk menghindari pria satu ini berakhir dengan sebuah kegagalan. “ Apa yang kau lakukan? Cepat berdiri. “ suara hangat Minhyuk kembali terdengar. Ia pun menggigit bibir bawahnya –sempat ragu beberapa saat. Hingga Krystal –dengan enggan- menyambut uluran tangan Minhyuk dan berdiri. Sayang, efek jatuh tadi masih mempengaruhi Krystal, membuat posisi berdiri gadis tersebut tak stabil. Dan ketika tubuhnya nyaris kembali menyentuh tanah, sebuah tangan sigap menopang ia. “ Sudah kuperingatkan untuk berhati-hati. Pfftt... “ Kang Minhyuk mendecakkan lidah.

Berbeda dengan Minhyuk yang tak acuh dengan posisi mereka kini –setengah berpelukan, tangan kanan Minhyuk menyangga pinggang Krystal. Ia merasa panik dan melepaskan diri. Minhyuk ingin tertawa melihat betapa canggung tingkah Krystal. Namun ia hanya mengulum seulas senyum –yang tak disadari Krystal, karena ia sibuk mengatur degup jantung abnormalnya.

“ Ayo, kita pulang sekarang. “ ucap Minhyuk singkat seraya berjalan mendahului Krystal. Meninggalkan gadis itu tenggelam dalam dunianya sendiri. Hal penting itu kembali berkelebat dalam benak ia. Menyadarkan Krystal jika gadis itu sungguh tenggelam dalam suatu perasaan asing. Perasaan yang tabu baginya. Cinta. Ya, mungkin ia benar-benar jatuh cinta pada seorang Kang Minhyuk. Tetapi.. secepat itu kah? Bagaimana pul-

Pikiran Krystal terpotong begitu Minhyuk memanggil namanya. “ Yah! Apa kau ingin membeku disana? “ ia menoleh, mendapati Kang Minhyuk yang berada satu meter darinya. Angin malam berhembus cukup kencang, membuat poni pendek pria itu bergerak tertiup angin. Krystal tidak membenci itu. Terutama cara ia tersenyum kini, sungguh tulus dan… -entah mengapa- menyebabkan sesuatu bergetar dalam hati kecilnya. Krystal merespon seruan Minhyuk dengan anggukan kecil dan bergegas menjajari langkah pria tersebut.


***



Krystal meringis menahan sakit, saat pria itu membubuhkan obat merah pada siku kirinya. Luka yang ia dapatkan memang tak serius. Namun tetap saja terasa perih. Sementara Kang Minhyuk tersenyum kecil, mendapati ekspresi tak nyaman pada wajah Krystal. Tentu saja, ekspresi itu jarang sekali ia tunjukkan. Sebab, ia adalah sang ice princess dengan raut dingin andalan ia. Krystal bukanlah tipe orang yang akan menggunakan kata-kata kasar dan teriakan bernada tinggi jika dilanda amarah. Sebaliknya, ia tetap tenang. Menanggapi dengan ucapan tajam menusuk, seraya memasang tampang datar, adalah apa yang selalu ia lakukan.

Krystal menggigit bibir bawahnya, begitu Minhyuk menempelkan kapas dan plester pada lukanya. Ouh, ini menyakitkan. Hingga beberapa detik kemudian, ia mendengar suara hangat Minhyuk berkata, “ Sudah selesai. “ dan ia pun menghembuskan nafas lega. Ia melirik sikunya –kini sebuah plester tertempel disana- kemudian tatapan ia jatuh pada Minhyuk, yang tengah memasang cengiran lebar. Otomatis Krystal mengerutkan kening. Antara penasaran dan kesal.

“ Hei, aku bukannya aku bahagia karena kau terluka. “ ucapan Minhyuk sukses membuat Krystal terkejut, bagaimana mungkin pria ini seolah mampu membaca pikiran ia? Kerutan pada kening ia tampak semakin dalam. “ Hanya saja, cukup menyenangkan melihat kau tanpa eskspresi datarmu. “ Minhyuk menoleh, menatap lekat kedua manik hitam Krystal. Dan detik itu pula, dunia terasa berhenti berputar. Ia terseret dalam pesona Krystal. Di balik sorot mata dingin itu, terselubung sebuah kehangatan. Minhyuk dapat merasakannya.

Krystal Jung berbeda.

Jika kau menanyakan dimanakah letak perbedaan itu, ia sendiri tak yakin. Mungkinkah, kemisteriusan berbaur kekosongan di balik manik hitam Krystal? Entahlah, namun ia menemukan fakta bahwa Krystal Jung cukup menarik.

Detik demi detik melaju, saat mereka larut dalam acara tatap menatap. Saling terseret dalam dunia satu sama lain. Nyaman. Ada kenyamanan mendominasi, berbalut dengan keheningan dalam ruangan. Selain deru napas masing-masing, hanya terdengar detak jarum jam di sana.

Pada akhirnya, Minhyuk memutuskan untuk memecah suasana dengan berdeham. Sontak, Krystal memalingkan wajah, menolak menampakkan ekspresi tersipunya. Kedua pipinya terasa panas tiba-tiba.

“ Sudah selesai. “ Minhyuk beranjak dari sofa tempat mereka duduk, “ Sebaiknya kau pergi tidur sekarang. “ ia melirik jam di ruang tengah, jarum jam menunjukkan pukul 21.55. Segera ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya, tanpa menoleh sedikitpun. Lelah. Pekerjaan di perusahaan sudah cukup menjadi beban di pundaknya, dan berkat ‘pembicaraan bersama Sehun tadi, beban ia bertambah.

Ingatan pahit itu selalu menyakitkan baginya. Terlebih lagi, ada satu hal yang kini mengusik pikirannya. Kemunculan mendadak seorang gadis. Krystal Jung. Dalam sekali pandang, ia dapat menemukan kemiripan fitur wajah ia dengan kekasihnya dulu. Namun ia tak yakin jika hal tersebutlah yang membuat perasaan aneh muncul setiap kali berada di dekat Krsytal.

Kemudian, suara berdebam lembut terdengar –pintu kamar ditutup- dan Krystal pun menghembuskan nafas lega, menyadari jika Kang Minhyuk tidak lagi berada dalam satu ruangan dengannya. Ia melirik pintu kamar Minhyuk yang kini tertutup rapat.

Krystal mengernyitkan dahi, begitu sebuah pemikiran melintasi benaknya. Mengapa? Mengapa pula ia peduli jika pria itu berada di dekatnya atau tidak? Dan.. ouh.. apakah ia menjadi gugup tadi? Tapi.. tapi.. kenapa?

Belakangan ini, sesuatu bergejolak dalam dadanya, memberi sensasi tak nyaman. Semakin lama semakin kuat. Semakin mempengaruhi tingkahnya sehari-hari. Aku benci ini. Krystal mengacak rambutnya secara kasar –suatu hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Untuk pertama kali dalam kehidupan seorang Krystal Jung, ia mencicipi segelintir rasa bernama frustasi.


***



Semilir angin malam berhembus menerpa kulit, menyapu helaian rambut Oh Sehun. Ia mencondongkan tubuh ke depan, sementara kedua tangan berpegang erat pada pagar pembatas beranda kamarnya. Mungkin ia dapat mengabaikannya. Mengabaikan segala perasaan yang ia miliki pada gadis itu. Meski probablitas hal tersebut cukup kecil. Namun ia tak peduli.

Sehun mendongak. Menatap taburan bintang pada langit malam. Indah. Sayangnya, suasana hati ia sedang tak mendukung untuk mengapresiasi keindahan karya Tuhan itu.

Ia menghela napas dalam. Krystal Jung, adalah nama sang gadis pendominasi benak Sehun. Bahkan, sejak pertama kali ia mengenal Krystal –saat mereka masih kecil- ia dapat menemukan sesuatu yang menarik dari gadis mungil itu. Mungkin, karena Krystal kecil tetap mencoba bergaul dengan anak lain, meski orang tuanya telah mengingatkan untuk menjauh dari ‘teman-temannya’ . Berpikir jika mereka hanya menginginkan uang dari Krystal. Mungkin, karena tak setetes air matapun ia keluarkan, ketika ia terjatuh dari ayunan. Mungkin, karena semangat belajarnya yang amat keras, meski peringkat pertama jelas sudah ‘ditetapkan’ untuknya –demi menjaga reputasi keluarga Jung, melalui uang, tentunya.

Seiring berjalannya sang waktu, tentu banyak perubahan terjadi. Dan Sehun, jelas mengamati perubahan dalam diri Krystal. Satu hal yang menonjol, adalah senyuman gadis itu. Tidak lagi terdapat pancaran ketulusan maupun kebahagiaan mutlak disana. Wajar sesungguhnya, dalam dunia penuh korupsi –terutama dalam kaum elit seperti mereka- apa pula yang ia harapkan? Uang. Uang merubah segalanya. Uang merenggut kesempatan Krystal untuk merasakan sebuah persahabatan murni. Bahkan cinta, semua lelaki menginginkan dia karena uang dan gelar kaum elite, bukan karena sungguh menyukai Krystal apa adanya.

Namun, satu hal yang membuat Sehun heran sekaligus gembira, adalah fakta jika senyuman itu telah kembali. Ya, senyum sarat ketulusan itu muncul, ketika Krystal membicarakan Kang Minhyuk. Ketika Krystal menghabiskan waktu bersama Kang Minhyuk. Intinya, segala hal yang berhubungan dengan hyungnya itu mampu membuat kedua sudut bibir Krystal tertarik ke atas.

Mungkin.. mungkin ia harus merelakan Krystal. Semua demi kebahagiaan gadis itu sendiri. Sebab, jika kau mencintai seseorang, maka kau akan melakukan apapun untuk membuat orang tersebut bahagia. Dan, Sehun yakin akan perasaan Krystal pada Minhyuk. Dia mencintai pria itu.

.
.
.
TBC

======================================================================

Oh yeah, lama ya saya updatenya? -_- Maaf. Saya lagi galau/? wkwk. Dan kayaknya bittersweet marriage bakal ketambahan satu chapter lagi ==v terlalu panjang kalo diterusin sampe ending di chapter ini :v. Out of all, thanks for reading. Dan saya SANGAT menghargai kalo kalian mau ngasih komentar. Terimakasih ^^

8 komentar:

  1. Bagus thor!
    Lanjut ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke.. tapi kayaknya bakal lama deh. wkwk ._.V writer's block .-.

      Hapus
  2. Lanjutt yaaa . oke oke aku tunggu ff ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat menunggu ^^ iya pasti dilanjut, cuma kayaknya bakal lama.

      Hapus
  3. argh! ini apaaaaaaannn?????
    oke, maaf aku gaje-gajean di sini, anggap saja salam pembuka setelah beberapa waktu nggak mampir ke sini (hhm... masih ingat nggak ya?)

    setelah beberapa lama aku nggak ke sini tanpa ba bi bu aku langsung meng-klik read more ff milik kakak (ehm.. sksd) :p
    aku pengen ngomong jujur aja.. aku sekarang suka sama gaya penulisan kakak yang sekarang, meskipun ide cerita tentang ff ini memang mainstream ><, dan aku berharap untuk chapter selanjutnya bakal lebih bikin dag dig dug lagi..

    uhm.. sebenarnya aku masih pengen ngomong banyak, cuman kayaknya kepentok, ada sesuatu yang mengganjal di saluran otak(?) *halah*

    OKEH! AKU TUNGGU NEXT CHAPTERNYA YAH! MET MELAKSANAKAN UAS JUGA (?) (buat aku juga sih) *caps keinjek*

    BalasHapus
    Balasan
    1. AAAAAAAAAAHHH
      ini reader ceriwis yang hobi spam komen.. dikira udah ngilang .-. ternyata muncul lagi :v
      wah makasih makasih wkwk.
      oke, doain saeng juga ^^

      Hapus
  4. Alhamdulillah rasa penasaranku tersampaikan, aku bisa baca kelanjutan ff ini :D
    aku masih suka sama jalan cerita yang author buat, meskipun masih bisa kutebak jalan ceritanya gimana *tsaaahh #peace._.v
    tapi sedikit dari aku, penggunaaan kata ia menurutku kebanyakan, dan beberapa kalimat lebih baik menggunakan katan "nya" daripada "ia"
    overall ff ini, keren, daebak dan masih faforitku jelas hahaha suka dibuat merinding disco/? dan senyum2 gaje karena baca ff ini
    aaaaaaaaaaa T.O.P Markotop >_<

    BalasHapus