ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 06 Desember 2014

Writing

Writing

 

by  Fronchy
Cast : Xia Luhan, OC
Lenght : Oneshot/Ficlet || Genre : Hurt/Comfort || Rating : G
Poster Credit : Google




***


“You’re what you write.” 

Malam itu Xi Luhan mendengarkan cerita istrinya saat mengikuti kursus menulis. Istrinya bercerita tentang teman-teman kursusnya yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga. Tentang gurunya yang katanya adalah seorang penulis cerpen dan cerpennya pernah diterbitkan. Luhan sama sekali tidak tahu guru istrinya. Well, Luhan juga sering membaca novel, buku-buku pengetahuan, dan kadang cerpen. Istrinya mengatakan kalau cerpen-cerpen buatan gurunya memang tidak terlalu terkenal. Hanya terkena dikalangan toko buku saja. Luhan tertawa kecil mendengarnya.

Istrinya juga bercerita tentang apa yang ia tulis saat guru menyuruhnya menulis pada pertemuan pertama. Cerita pertamanya tentang seorang anak yang hidup di dunia tanpa teknologi, tanpa cahaya, dan tanpa siapapun yang menemaninya. Anak itu hanya sendirian. Ia hidup hanya dari air yang mengalir di daerah gunung. Tak ada yang tahu berasal darimana anak itu. Anak itu pun tidak mau tahu. Karena yang ada baginya sekarang adalah ia bisa hidup. Itu saja sudah cukup. Tak perlu tahu apa-apa lagi tentang dunia. Suatu hari, tiba-tiba saja dunia itu diterangi cahaya. Entah darimana cahaya itu. Kemudian, seorang pria muda datang bersamaan dengan datangnya cahaya itu. Ia mengulurkan tangannya pada anak tersebut yang ditanggapinya. Mereka bersama-sama pergi dari dunia tersebut. Meskipun mereka tahu saat mereka menginjakan kakinya lagi di dunia itu mereka akan mati. Luhan merasa janggal dengan cerita tersebut. Seperti de javu. Tapi ia tidak menanyakan apa-apa. Hanya memberi pujian pada istrinya.

Charanda,” katanya pada istrinya.

Istri Luhan, Luna, adalah seorang ibu rumah tangga. Ia tidak memiliki pekerjaan lain. Tiap hari setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Luna hanya duduk diam di depan televisi. Dia tidak menonton, bahkan menyalakan TV pun ia tidak melakukannya. Ia hanya duduk diam, tak tahu memikirkan apa.

Suatu hari ibu Luhan menyarankan Luna untuk mengikuti kursus. Luhan mendukung saran ibunya. Ia dengan antusias mengambil banyak brosur kursus. Dari kursus memasak, menjahit, melukis, menulis, menyanyi, bermain alat musik, make-up, dan masih banyak lagi. Dan dari semua kursus itu Luna memilih kursus menulis. Luhan mengernyitkan dahinya saat mendengar istrinya memilih kursus menulis. Bukan tidak setuju, ia hanya heran. Apa kursus menulis lebih menarik dibanding kursus memasak? Padahal selama ini Luna suka memasak. Apakah ia tidak ingin menambah wawasannya tentang memasak? Kira-kira begitulah pertanyaan Luhan. Ia tidak pernah menanyakannya pada istrinya. Selain tidak sempat, ia juga tidak enak hati kalau terus-terusan mendesak istrinya.

Disuatu malam bulan berikutnya, mereka duduk-duduk santai di depan televisi. Luna menceritakan cerita kedua yang ia buat. Ceritanya ada seorang wanita yang sedang hamil. Ia selalu memaksa suaminya membelikan ini-itu. Mengantar jemput kemanapun wanita itu pergi. Memarahi suaminya jika tidak mau melakukan sesuatu untuknya. Bermanja-manja dengan suaminya ditempat tidur. Yang paling lucu adalah ketika wanita itu menyuruh suaminya memakai kumis dan kemudian menari telanjang dihadapannya. Sang suami hanya pasrah pada permintaan istrinya yang sedang hamil. Suatu hari saat tiba bagi wanita itu untuk melahirkan, suaminya dengan setia menungguinya. Suaminya memberikan kata-kata penenang untuk istrinya itu. Sampai akhirnya wanita itu melahirkan anaknya dengan selamat. Keluarga mereka sangat bahagia dengan kelahiran anak pertama mereka.

Cerita itu mengingatkan Luhan tentang kejadian dua tahun yang lalu. Saat Luna keguguran karena kecerobohannya. Dia merasa sangat tidak nyaman. Sampai sekarang pun mereka masih tidak memiliki momongan lagi setelah kejadian itu. Luhan hanya bisa tersenyum pedih mengingatnya. Kemudian malam itu dilalui Luhan dan Luna dengan keheningan.

Mendengar cerita-cerita Luna, Luhan jadi penasaran dan ingin mengikuti kursus menulis juga. Sore itu, sepulang kerja, Luhan menjemput istrinya 30 menit lebih cepat. Ia kemudian meminta formulir pendaftaran pada resepsionis di tempat kursus itu. Setelahnya, ia menunggu di depan ruang kelas istrinya. Beberapa menit kemudian pintu ruang kelas terbuka. Banyak wanita lanjut usia yang keluar dari ruangan itu. Mereka melihat Luhan dengan tatapan kagum atau ingin memakannya(?). Setelah beberapa saat istrinya keluar bersama guru kursus menulis tersebut. Luna terkejut melihat Luhan berada di depan pintu ruang kelas. Biasanya Luhan hanya menunggu di tempat parkir atau di dalam mobil saja.

Dengan tatapan menilai, guru tersebut berkata, “Oh ini suamimu?” Kemudian melanjutkan, “Kamu beruntung memiliki istri sepertinya. Jaga dia baik-baik.” Guru itu kemudian melangkah pergi meninggalkan Luhan dan Luna berdua. Luhan terheran mendengar ucapan guru itu. Well, selama ini Luhan selalu menjaga Luna dengan baik. Atau hanya perasaannya saja? Entahlah Luhan tidak mengerti.

“Ayo pulang, Lu!” Luna memecah keheningan setelah guru itu pergi.

“Ah iya,” ucap Luhan. Ia mengikuti langkah istrinya menuju tempat parkir.

Hari ini pertama kalinya Luhan masuk kelas menulis setelah mendaftar. Sebenarnya ia ada meeting dengan klien, tapi ia menyuruh sekretarisnya membatalkan meeting itu. Dia juga berpesan jika ada yang menanyakannya bilang saja ada meeting.

Luhan memasuki kelasnya dengan ragu-ragu. Di dalam hanya ada enam wanita lanjut usia yang sedang bergosip ria. Tiba-tiba mereka berhenti bergosip dan menatap Luhan. Mereka seperti ingin memakanku, pikir Luhan. Well, itu tidak terjadi karena guru kelas menulisnya sudah datang. Gurunya adalah seorang wanita. Mungkin umurnya sekitar 30 tahun. Rambutnya panjang, berwarna hitam dan lurus. Pipinya tirus dan sedikit merah, mungkin ia memakai blush on. Ia menerangkan sedikit tentang dasar-dasar menulis sebuah cerita kemudian menyuruh mereka menulis apapun. Luhan tidak tahu apa-apa tentang menulis. Selama ini ia hanya suka membaca bukan menulis. Kemudian saat gurunya datang, guru itu mengatakan untuk menulis apa yang ada dipikirannya dan apa yang dia rasakan saat ini. Luhan berpikir. Ia masih berpikir sampai seperempat jam kemudian. Pada menit selanjutnya, ia mulai menulis satu kata dan kata-kata selanjutnya mengalir bagai air di sungai. Kata membentuk kalimat, kalimat membentuk paragraf, dan paragraf membentuk sebuah karangan.

Luhan menulis tentang sesuatu yang ia rasakan. Ceritanya mengenai seorang pria tampan yang menikahi wanita cantik. Pria dan wanita itu kelihatan sangat bahagia saat hari pernikahan mereka. Mereka sudah berpacaran dua tahun dan si pria memutuskan untuk melamarnya dihari jadi mereka yang kedua. Mereka menikah tiga bulan kemudian. Awal pernikahan mereka begitu bahagia menjalaninya. Sehingga suatu hari si wanita hamil dan si pria jarang pulang ke rumah karena pekerjaannya yang semakin banyak. Pria itu jarang menemani istrinya yang sedang hamil itu. Ketika istrinya melahirkan, ia berada diluar kota dan tidak mengetahui apa-apa yang terjadi saat kelahiran anaknya. Bahkan untuk dihubungi saja ia tidak bisa. Saat anak itu lahir, si suami tidak pernah merawatnya. Ia selalu bekerja hingga larut malam dan berangkat pagi-pagi sekali. Seterusnya begitu hingga ia tua, anak-anaknya sibuk bekerja. Tidak ada yang mengurusinya setelah istrinya meninggal. Saat meninggalpun tak ada satupun anaknya yang meneteskan air mata. Berbanding terbalik saat ibu mereka meninggal.

Luhan menyelesaikan ceritanya. Guru itupun melihat tulisan Luhan. Ia mengatakan, jika tulisan Luhan sudah bagus untuk seorang pemula. Ceritanya pun mengagumkan. Sedikit sedih dan banyak pesan di dalamnya. Tetapi guru itu tidak tahu jika sebenarnya salah satu anak di dalam cerita itu adalah Luhan.


***

Kkeut~

**Luna disini sbnrnya bkn Luna f(x). Tpi klo kalian anggep f(Luna) ga mslh juga sih.**

Admin note:  Berhubung fronchy lagi sibuk, jadi saya yang nge-post nih FF. Dan buat reader yang mungkin bingung sama jalan ceritanya, saya kasih hint: Kadang, seorang penulis menulis tentang kisah mereka sendiri. :)

2 komentar: