ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Minggu, 14 Desember 2014

Bittersweet Marriage [2.2] - END



Bittersweet Marriage [Chapter 2.2]- END

by  Stephcecil
Cast : Krystal Jung, Kang Minhyuk, Oh Sehun
Lenght : Chaptered [Double Shot] || Genre : Marriage life, Romantic, Friendship || Rating : G
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is pure based my imagination.
Previous Chapters :  1 | 2.1
Summary : " Berkisah tentang Krystal Jung, sang gadis es yang jatuh cinta pada seorang lelaki dengan masa lalu kelam. Mereka terikat dalam sumpah suci bernama pernikahan."




***


Jarum jam telah menunjukkan angka 10. Cukup malam tentunya. Namun, Krystal seolah mengabaikan fakta tersebut. Jemarinya bergerak lincah di atas tuts hitam-putih piano. Melodi indah mendominasi ruang seluas 3x4 meter tempatnya berada. Sayang sekali, raut sang pemain berbanding terbalik dengan definisi ‘keindahan’. Sebaliknya, ekspresi wajah Krystal menunjukkan kekecewaan mendalam. Entah hal negatif apa gerangan, yang menaungi benak ia.

10 menit lain berlalu, dan Krystal menghentikan permainannya. Seraya menghela nafas dalam, ia bangkit dari posisi duduk. Kedua tungkainya melangkah menuju sudut ruangan, dimana tas sekolahnya tergeletak. Memang, ia langsung pergi kemari seusai sekolah. Jadi, ia tidak sempat meletakkan tas sekolahnya atau bahkan mengganti seragam.

Sedikit kasar, Krystal menyampirkan tas sekolah di bahu kanan. Dan kembali ia melirik jarum jam. 10.12. Well, tahun ini pun akan tetap sama. Sang gadis mendengus kesal dan hendak berjalan keluar dari studio musik, saat pintu ruangan terbuka lebar secara mendadak.

Surprise!

Kedua manik hitam Krystal membulat sempurna, menyambut kedatangan pria berambut cokelat acak-acakan. Tangan pria itu sibuk membawa sebuah tart dengan lilin berbentuk angka ‘19’ di atasnya. Tidak membutuhkan waktu lama bagi otak Krystal menganalisis identitas pria tersebut. Kang Minhyuk. Sementara Krystal membeku di tempat -tanpa tahu menahu harus bereaksi bagaimana- Minhyuk mendekati posisi Krystal berdiri sekarang. Kemudian, ia menyodorkan tart di hadapan wajah Krystal, “Selamat ulang tahun, ice princess.

Keterkejutan jelas tak dapat Krystal sembunyikan melalui ekspresinya. Apalagi, kini ia merasa indra penglihatannya menjadi panas seketika. Terharu. Namun, Krystal bergegas mengendalikan diri dan berucap lirih, sembari ia mendongak menatap Minhyuk lekat, “Terima kasih.“ nyaris terdengar layaknya bisikan. Minhyuk hanya merespon dengan senyuman lebar, “Kau tidak perlu berterimakasih.“ Dia mengamati Krystal mengangguk singkat, yang entah bagaimana –bahkan gerakan seminor itupun- membuat dia tampak mempesona. “Hey, apa kau tidak akan meniup lilinnya? Tanganku mulai kram.“

Sesungguhnya, ia sama sekali tak memiliki praduga jika candaan ringan barusan, akan membuat kedua sudut bibir sang ice princess terangkat keatas. Sama sekali tidak. Tetapi, itulah yang terjadi. Dan jantung seorang Kang Minhyuk nyaris melalaikan tugasnya –berhenti memompa darah- saat melihat Krystal Jung tersenyum.

Oh Tuhan, dia malaikat atau manusia?

Minhyuk tetap terpaku terpesona. Dalam diam mengamati Krystal melakukan ritual make a wish, kemudian meniup lilin ulang tahunnya.


***


“Bagaimana kau bisa tahu jika hari ini adalah ulang tahunku?“ Krystal menolehkan wajah ke samping, hanya demi menatap langsung manik legam Minhyuk. Kini, mereka duduk di lantai studio musik, dengan punggung bersandar pada dinding. Memang, selain satu set piano dan bangkunya, tidak terdapat furnitur lain disana.

“Sehun memberitahuku.“ jawab Minhyuk ringan. Kalimat tersebut mendapat sambutan berupa decakan kesal oleh Krystal. “Dasar bocah tengil, kupikir dia lupa.“ Minhyuk hanya tertawa.

Kemudian, keheningan melingkupi atmosfir di sekitar mereka. Tiada kecanggungan terasa, sebaliknya, kenyamanan merasuki diri Krystal maupun Minhyuk. Perasaan nyaman, yang muncul ketika orang tersayang berada di sisimu. Perasaan nyaman, yang membawa kegugupan dalam waktu bersamaan.

Hey, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu“ suara bariton Minhyuk memecah keheningan. Pria itu bangkit dari posisi duduk dan dalam waktu singkat, ia telah memposisikan diri di depan grand piano, seolah tengah bersiap memainkan instrumen tersebut.

Tindakan Minhyuk sontak membuat kerutan muncul pada dahi Krystal. Apa dia bahkan bisa bermain piano? Mengabaikan raut heran Krystal Jung, sang pria melempar seulas senyum simpul. Lalu, ia memejamkan mata sejenak, hanya untuk mengaktifkannya kembali. Ia menghela napas dalam, berjuang mengumpulkan konsentrasinya. Kemudian, jemari ia menari gemulai di atas tuts piano. Dan Krystal, mendapati dirinya terkesima.

Krystal memang kurang menggemari aliran musik selain musik klasik. Tetapi, hal yang merasuki indra pendengarannya kini benar-benar menyentuh. Indah. Dalam diam, manik hitamnya mengamati Minhyuk. Sosok pria di hadapan ia kini sungguh menawan.

Perlahan namun pasti –tatapan tetap terpaku pada figur Minhyuk- sebelah tangan Krystal menyentuh bagian dadanya. Disini. Ada yang terasa aneh disini.

[ BG Sound / Piano played by Minhyuk : Yiruma- Kiss the Rain ]


***


Untuk kesekian kalinya pagi itu, Krystal Jung melirik jam tangannya, pukul 09.30. Sudah lewat 30 menit dari waktu yang dijanjikan. Ia meniup poninya, jengah. Kenapa bocah ini lama sekali? Ia mendengus kesal seraya mengedarkan pandang ke sekeliling. Taman kota –dimana Krystal menunggu seseorang- cukup penuh hari ini. Namun, seberapa keraspun ia berusaha, ia tetap tak mampu menemukan visual spesifik.

Oh Sehun.. kau akan menyesal membuatku menunggu!

Ia mendengus kesal dan nyaris beranjak dari bangku yang ia duduki, begitu manik hitamnya menangkap figur familiar. Tidak. Itu bukanlah Sehun –meski pria itulah yang ditunggunya- namun orang lain. Sosok berambut kecoklatan dengan wajah ala  flower boy ... Tidak salah lagi. Kang Minhyuk.

Dan rupanya, bukan hanya Krystal yang dikejutkan oleh kehadiran Minhyuk. Kerutan di dahi Minhyuk jelas menunjukkan jika pria itupun dilanda keheranan, begitu melihat Krystal Jung di sana.

Krystal diam tak bergeming di bangkunya, pandangan ia mengikuti gerak-gerik Minhyuk, yang kini berjalan ke arahnya. Setelah jarak di antara mereka cukup pendek, sebuah pertanyaan meluncur mulus dari bibir Minhyuk. “Kenapa kau disini?“

Well.. itulah yang ingin kutanyakan padamu, batin Krystal.

Krystal mendongak –hanya dengan begitu Krystal dapat memandang wajah Minhyuk, yang berdiri di hadapan ia, sementara Krystal duduk- dan menelengkan kepalanya. “Aku baru saja ingin menanyakan hal yang sama.“ tanggapnya, intonasi sarat penasaran terasa kental dalam suara ia.

Butuh waktu sekian detik bagi Krystal demi mencerna ‘keadaan’ mereka. Hingga pada ujungnya, suatu kesimpulan muncul di benak Krystal. Dan sesuatu itu sukses membuat Krystal menepuk keningnya, seolah ia baru saja melakukan hal bodoh. “Aigoo!“ gerutunya.

Melihat tingkah tak jelas Krystal, sontak kadar kebingungan Minhyuk meningkat. Mengesampingkan hipotesa jika gadis tersebut bertindak aneh, Minhyuk memilih untuk menyuarakan rasa penasarannya, “Kenapa? Ada yang salah?“

Krystal menghela napas jengah, kemudian mendekap kedua tangan di depan dada. Kekesalan tergambar melalui ekspresi wajahnya. “Apa lagi? Bocah itu juga menyuruhku menunggu disini.“ ia memutar bola mata dengan lagak berlebihan. “Oh Sehun dan rencana bodohnya.“ desis Krystal.

Raut wajah Kang Minhyuk kala itu jelas menyatakan ‘ hah? ‘ secara tak langsung. Ia diam tak bergeming, lalu berkedip dua kali. Setelah berdiri sekitar 30 detik layaknya patung, ia pun larut dalam gelak tawa berkepanjangan, begitu sukses menyadari sesuatu. Tentu saja, apalagi jika bukan salah satu rencana Sehun demi mendekatkan mereka berdua?

Sementara sang lawan bicara –belum pulih dari rasa kesalnya- menelengkan kepala seraya memandangi Minhyuk seolah ia merupakan alien atau makhluk asing tak teridentifikasi. Sadar ditatap seperti itu, Minhyuk memaksakan diri mengontrol tawanya. Ia menghela napas dalam dan berdeham demi memulihkan suara.

“Kurasa aku akan menghabiskan waktu disini.“ Minhyuk mengedikkan bahu. Ouh, jangan lupakan pula cengiran khasnya. Meski pada saat-saat seperti ini, Krystal sungguh menggemari cara Kang Minhyuk menarik salah satu sudut bibirnya ke atas, membentuk senyum separuh. “Lagipula, aku terlalu malas kembali ke kantor.“ lanjut ia.

Krystal tidak mengerti jalan pikiran Minhyuk. Bagaimana mungkin dia tidak tampak kesal sama sekali? Well, mungkin hal seperti ini kerap terjadi dalam relasi hyung-dongsaeng mereka. Ia menggeleng-geleng heran. Sedangkan Kang Minhyuk –dengan lagak terlampau santai- mengambil posisi duduk tepat di samping Krystal. Sukses menjadikan tubuh Krystal menegang seketika.

“Cuaca bagus sekali.“ Minhyuk menengadahkan kepala. Kedua tangannya diangkat ke atas, seolah tengah meregangkan otot-ototnya.

Krytal mengikuti arah pandang Minhyuk, dan harus ia akui, langit biru memang indah sekali pagi itu. Untungnya, sinar matahari tidak terlalu terik, walau cuaca tergolong cerah. Tanpa disadari, sang gadispun larut dalam acaranya sendiri, menikmati panorama langit, serta awan kolombus yang mendominasi di sana. Krystal menghela napas dalam dan menghembuskannya kemudian. Tidak ada yang lebih menyegarkan dibanding udara pagi hari.

Tiba-tiba, suatu gelak tawa tertangkap indra pendengaran Krystal. Secara otomatis, ia menghentikan aktivitas semula, dan menoleh demi mendapati Minhyuk dengan senyum lebarnya. Entah mengapa, sesuatu kembali bergetar dalam diri Krystal. Sesuatu yang kecil, sederhana, namun berakibat fatal jika diremehkan. Sesuatu itu selalu muncul jika dirinya berinteraksi dengan Kang Minhyuk. Segala hal yang menyangkut Minhyuk pasti selalu mampu membuat tubuh dan pikiran ia bereaksi secara aneh.

Mungkin… cara ia tertawa? Cara ia tersenyum? Cara ia berbicara? Ah, aku tidak tahu.

“Hei!“ Minhyuk menjentikkan jari tepat di depan wajah Krystal, menyadarkan gadis itu dari lamunannya. “Aku tahu jika aku tampan. Tapi kau tidak perlu melihatku begitu. Ckckck.“ Minhyuk mendecakkan lidah, bertingkah jahil.

Krystal memanyunkan bibir – suatu hal yang jarang ia lakukan- dan nyaris mengucapkan sesuatu untuk membantah argumen abstrak Minhyuk, ketika sang pria bergegas melanjutkan ocehannya, kali ini berupa tawaran. “Kau mau es krim?“

Entah mengapa –tanpa membutuhkan waktu lama- Krystal merespon dengan anggukan. Otomatis Minhyuk tersenyum kecil dan berlalu pergi menuju stand penjual es krim, yang terletak lumayan jauh. Dan akhirnya, tinggalah Krystal seorang diri di sana. Duduk tanpa melakukan apapun. Ia memutuskan untuk kembali tenggelam dalam dunia lamunan, ketika indra pendengarannya menangkap suara tangisan.

Seorang gadis kecil dengan tampang kebingungan tengah berjalan ke arahnya. Lebih tepatnya, sang gadis kecil berjalan tanpa tujuan. Buliran bening mengalir deras di pipi tembam ia. Berdasarkan perawakan mungilnya, ia tampak berusia sekitar 5-7 tahun.

Selama beberapa saat, Krystal Jung tetap diam di bangkunya. Hingga kemudian, ia bangkit berdiri dan mengambil inisiatif mengejutkan, yaitu mencoba menolong anak kecil tersebut. Mengejutkan? Ya. Bagi seorang Krystal Jung yang lebih gemar mengabaikan keadaan sekitar. Namun, hal-hal tidak terduga memang kerap terjadi belakangan ini. Atau lebih tepatnya, sejak ia mengenal Kang Minhyuk. Ia menghampiri gadis kecil dan berjongkok demi menyetarakan tinggi mereka.

“Apa yang terjadi?“ Krystal mencoba untuk terdengar selembut mungkin. Meskipun pada akhirnya, tetap kalimat bernada dinginlah yang meluncur dari bibirnya. Memang tak mudah mengubah suatu kebiasaan secara instan.

Gadis kecil itu mendongak. Begitu kedua pasang manik hitam saling bertemu, Krystal merasakan adanya aliran listrik aneh merayapi tubuh. Sorot mata sang gadis kecil penuh dengan ketulusan. Kebahagiaan. Kebebasan tanpa beban hidup. Untuk sesaat, kedua orang tersebut larut dalam acara tatap-menatap. Hingga suara tangisan kembali tertangkap telinga. Krystal terperanjat dan segera menenangkan anak yang mulai menangis lagi. Ia mengusap kepala gadis kecil dan mengucapkan berbagai kata penenang.

“Hei.. tenanglah jangan menangis.“

Namun layaknya anak kecil pada umumnya, sebuah kalimat tidak akan membuat makhluk tersebut menghentikan tangisan ia begitu saja. Krystal menggigit bibir bawahnya dan memandang sekeliling, menyadari jika mereka mulai menjadi pusat perhatian. Ia mendesah pelan kemudian memutuskan untuk melakukan tindakan diluar batas kenyamanannya, sebuah pelukan. Ia mendekap gadis kecil seraya berbisik, “Tenang. Semua akan baik-baik saja.“ Perlahan, tangisan bocah kecil mulai berhenti dan Krystalpun melepaskan pelukannya. Ia mengacak rambut gadis itu dan tersenyum manis. “Sekarang, ceritakan pada eonni, apa yang terjadi, huh?“

Gadis kecil itu menatap Krystal penuh heran selama beberapa saat. Lalu –sambil berusaha mengontrol isakannya- dia menjelaskan perihal yang membuatnya sedih sekaligus takut. “Eomma.. aku tidak tahu dia dimana…“

Dahi Krystal berkerut bingung, sementara gadis kecil melanjutkan penjelasannya, “Tadi.. aku dan eomma berjalan bersama.. kemudian ada kumpulan orang.. kemudian.. lalu..“ tampak jelas gadis mungil itu hendak kembali meneteskan air mata, untungnya Krystal segera tanggap. Pun Krystal menangkup kedua pipi gadis kecil dan melempar senyum hangat nan menenangkan. “Kau tersesat ya?“ tanyanya. Memang tidak membutuhkan waktu lama bagi otak Krystal mencerna makna penjelasan terbata-bata barusan. Bocah ini tersesat, begitulah ia menarik sebuah kesimpulan.

Bocah tersebut tidak menjawab, melainkan merespon dengan anggukan singkat. Krystal terdiam sesaat. Tidak begitu yakin mengenai apa yang harus ia lakukan. Lagi-lagi ia pun melempar pandang ke sekeliling. Ada begitu banyak orang, bagaimana cara menemukan ibu anak ini? Lalu bagaimana dengan Minhyuk? Kemudian tatapannya kembali bertabrakan dengan sang kecil, yang balas menatapnya dengan memelas. Tidak, aku tidak mungkin meninggalkan bocah ini begitu saja.
Setelah bergumul dengan batinnya sendiri, Krystal membuat keputusan mengejutkan. Ya, cukup mengejutkan. Berdasarkan fakta bahwa dia bukanlah tipe orang yang hendak menolong orang lain, secara sukarela. Kembali memasang senyum ramah, ia berkata, “Eonni..Eonni.. akan membantumu mencari eomma. Jadi, jangan khawatir, oke?“


***



Seraya bersenandung kecil, Kang Minhyuk melangkah ringan. Seulas senyum tersungging menghiasi wajah ia. Dengan kedua cone es krim di tangan, ia berjalan menuju tempat gadis itu berada, Krystal Jung. Kurang lebih sepuluh menit telah berlalu sementara ia sibuk mengantri. Memang, stand es krim yang tadi dikunjunginya tengah kebanjiran pelanggan. Ia melirik kedua es krim dalam genggamannya, satu cokelat dan satu strawberry. Sudut kanan bibirnya tertarik ke atas, tertanda ada hal menarik yang ia pikirkan. Well, belakangan ini, segala hal terkait dengan Krystal Jung selalu tampak menarik baginya.

Namun senyum khas tersebut memudar, begitu ia tiba di tempat yang –ia kira- menjadi tempat gadis itu menunggunya. Bangku kayu yang tadi mereka duduki kini kosong. Ia mengamati keadaan sekeliling, berharap menemukan sosok familiar disana. Dan hasilnya? Tidak ada. Segumpal kekhawatiran merayapi benaknya, seiring dengan berbagai prasangka buruk yang mulai muncul.

Kemana gadis es itu pergi?

Minhyuk mendengus kesal dan bergegas melajukan langkah, tanpa arah tentunya. Terserahlah, sebab hal terpenting saat ini adalah.. dia harus menemukan Krystal Jung.


***


Entah seberapa jauh mereka kini dari tempat semula –taman kota. Yang jelas, Krystal mendapati dirinya berada di tempat asing, di luar area taman. Ia menggandeng sang gadis kecil, seraya sesekali bertanya padanya –apakah dia melihat ibunya atau tidak. Dan jawaban yang ia terima selalu bermakna negatif. Krystal menghela napas dalam, menyeka peluh yang muncul di pelipis. Lelah? Tentu saja. Ia nyaris hendak menyerah , beranjak menuju kantor polisi dan menanyakan jika ada ahjumma yang melaporkan kasus kehilangan anak.

Namun rupanya tiada alasan larut dalam pergumulan batin –hendak melapor atau tidak, sebab sekitar 5 menit kemudian, anak itu menemukan visual sang ibu. Dia bergegas melepas tautan tangannya dengan Krystal, dan melarikan langkah mendekati sosok spesifik.

Eomma!“

Sang ibu tampak amat muda, mungkin berusia sekitar 20an. Ekspresi lega mendominasi wajah ia, ketika mendapati gadis kecil itu berlari ke arahnya. Segera ia mendekap gadis kecil dalam pelukan erat.“ Kau kemana saja, Hyesung-ah? Ibu sangat khawatir.“ Dia mengelus puncak kepala Hyesung penuh kasih sayang. “Aku tersesat, eomma.“ lirih Hyesung. Kemudian, anak itu melepaskan diri dari pelukan sang ibu dan menunjuk Krystal, “Untung Hye bertemu eonni, dia yang menolongku.“

Ibu Hyesung memandang melewati bahu anaknya, hanya demi menemukan sosok Krystal yang tersipu, antara bangga dan malu. Lalu dia melempar senyum tulus pada Krystal seraya mengucapkan terima kasih. Krystal hanya mengangguk sebagai respon. Dalam diam, ia mengamati sepasang ibu-anak yang kembali berpelukan. Dan Krystal merasakan adanya segelintir rasa iri, saat ia menyaksikan adegan tersebut.

Andai saja ia dapat mengulang masa-masa tersebut bersama eommanya.


***


Rintik hujan mulai turun, awalnya hanya satu-dua tetes, namun berangsur lebat. Langit bagaikan tengah menangis. Dilanda panik, Krystal melarikan langkah mencari tempat berlindung terdekat. Kedua telapak tangan diposisikannya di atas kepala, demi mencegah tetesan hujan membasahi area wajah. Pada akhirnya, ia berhasil menemukan pohon besar dan memilih berteduh di bawahnya. Well, ia mengetahui bahaya yang mengancam jika berdiri di bawah pohon ketika hujan, namun ini bukan seperti ia memiliki pilihan lain.

Angin dingin menyapu kasar kulitnya, membuat Krystal menyilangkan tangan di depan dada. Cuaca sedang tak bersahabat. Dengan lesu, ia menghela napas panjang. Kau bodoh, Krystal Jung. Bagaimana pula ia mengambil tindakan tanpa menimbang resikonya? Ia tidak tahu dimana ia berada sekarang. Sesungguhnya ia dapat menelepon seseorang dan meminta bantuan, jika saja ponselnya tidak kehabisan baterai.

Cuaca semakin dingin tak tertahankan, membuat Krystal menggigil kedinginan. Ia tengah mendesis frustasi dan sibuk memaki diri sendiri, ketika sebuah sosok tertangkap indra penglihatannya. Sosok familiar. Krystal memicingkan mata, seolah mengecek jika ia tidak salah lihat.

Pria bertubuh sedang dengan rambut acak kecoklatan itu melangkah cepat ke arahnya. Dalam hitungan detik, Krystal mendapati sang pria telah berdiri di hadapannya. Sekujur tubuh serta pakaian Minhyuk basah kuyup karena hujan. Napasnya terengah-engah. Mengesampingkan raut terkejut Krystal, Minhyuk melakukan hal yang jauh membuat ia terkesiap. Sebuah pelukan. Ya, ia merengkuh Krystal erat. Tak peduli akan reaksi gadis itu nantinya.

“Kukira aku kehilanganmu.“ nada sarat khawatir meluncur dari bibir Minhyuk, yang mana menambah kadar keterkejutan Krystal Jung. Untuk sesaat, Krystal membiarkan Minhyuk memeluknya seperti itu. Merasakan kehangatan tubuh pria tersebut, nyaman. Ada kelegaan tersirat pula, dimana ia sadar bahwa ia tidak lagi sendirian. Namun tak lama hingga Minhyuk melepas dekapannya dan beralih mengacak pelan rambut Krystal. “Untung aku menemukanmu.“

Krystal tidak tahu reaksi apakah gerangan, yang patut ia berikan - akan kalimat tersebut. Yang jelas, dirinya menjadi gelisah dan mendadak kebingungan. Berbagai kata menguap dari otaknya. Refleks, ia meremas ujung roknya dengan gugup. Ouh, kenapa aku seperti ini?

Well, kurasa tidak baik jika kita berada disini.“ Minhyuk memandang ke atas, pada pohon besar yang menjadi sarana berteduh mereka. Tak lama setelah ia berucap, petir menggelegar lantang. Sontak Krystal menutup telinganya. Ia menyukai hujan, namun tidak dengan petir.

“Ada sebuah gereja tidak jauh dari sini, lebih baik kita berteduh ditempat itu.“ saran Minhyuk pada Krystal yang tengah kembali mengaktifkan indra penglihatan. Dahi gadis tersebut mengernyit seketika, “ Tapi.. ini hujan.“ ia menatap Minhyuk dengan sorot tak yakin, sementara pria itu hanya mendecakkan lidah.

“Kalau begitu, aku akan kesana sendiri. Bagaimana?“ sebuah pertanyaan retorik tentunya. Krystal bahkan tidak tahu dimana ia berada sekarang, apalagi menemukan jalan pulang seorang diri. Jadi, ia mengangguk mengiyakan tawaran tersebut. Dan detik itu pula, ia merasakan kehangatan mengalir, bersumber dari tangan kanannya yang kini digenggam erat oleh Minhyuk. Ketika ia menolehkan kepala, senyuman Minhyuk merupakan hal pertama yang dilihatnya. Hangat. Tak urung, seulas senyum tercetak pula pada wajah Krystal. “Kita lari pada hitungan ketiga. Oke?“ Krystal kembali mengangguk, kemudian memfokuskan pandangan ke depan.

“1… 2.. 3!“

Sepasang anak manusia itupun melarikan langkah, dibawah guyuran air hujan. Kedua tangan saling bertaut erat, seolah enggan melepas satu sama lain. Mengesampingkan fakta jika cuaca dingin menusuk tulang, mereka berlari dengan raut ceria tercetak jelas. Mungkin, situasi apapun akan menjadi menyenangkan, jika orang yang kau sayangi berada disampingmu.


***


Minhyuk benar. Terdapat sebuah gereja kecil nan sederhana, berada tak jauh dari tempat mereka berteduh tadi. Langkah sepasang manusia itu melambat dan akhirnya berhenti saat tiba di depan gereja. Manik hitam Krystal menelusuri bagian depan gereja, agaknya bangunan tersebut tak terurus. Ditilik dari debu tebal di pintu depan. Dahi Krystal mengernyit, ragu apakah memasuki tempat itu merupakan sebuah pilihan bagus.

“Ayo masuk, jika kau tak ingin mati kedinginan disini.“ ajakan Minhyuk sontak menyadarkan ia. Cuaca dingin menggigit, dan Krystal tak tahu seberapa jauh tubuh ia mampu mentolerirnya. Pada ujungnya ia mengangguk pelan, sementara Minhyuk mengulurkan tangan dan membuka pintu depan gereja. Perlahan namun pasti, mereka melangkah jauh lebih dalam.

‘Jangan melihat buku dari sampulnya‘ pepatah itu terngiang dalam kepala sang gadis, begitu melihat bagian dalam gereja tua. Ini cukup mengesankan bagi bangunan terlantar. Ia memandang sekeliling, bangku-bangku, meja altar, dan perabotan lain tampak dalam kondisi baik. Bahkan tak ada retakan, atau lebih buruk lagi… sarang laba-laba –layaknya imajinasi Krystal sebelumnya.

“Tidak terlalu buruk sebagai tempat berteduh.“ komentar Minhyuk tiba-tiba, membuat Krystal menoleh ke arah pria itu, “Kau benar. Tidak terlalu buruk“. Pun ia memilih duduk di bangku terdepan, paling dekat dengan altar. Sensasi dingin menusuk yang sedari tadi menyiksa fisiknya berangsur menghilang, tidak mengherankan, berdasar fakta bahwa kini mereka tidak lagi berada di luar ruangan. Minhyuk mengikuti Krystal dan duduk tepat di samping sang gadis.

Satu hal yang tidak berubah –meski relasi mereka semakin akrab- adalah kesunyian, selalu terbentuk ketika mereka hanya berdua. Tak terkecuali saat ini, kedua bibir terkatup rapat seolah enggan mengucap kata. Namun, bukan berarti tidak ada hal yang mereka pikirkan sekarang. Sebab begitu tatapan mereka jatuh pada altar, suatu momen terbayang dalam benak masing-masing, secara otomatis. Seulas senyumpun terukir menghiasi wajah Krystal. Entah mengapa, ia merasakan kebahagiaan ketika mengingat peristiwa itu. Sayangnya, gejolak nyaman tersebut luruh, saat sesuatu lain muncul dalam pikiran ia. Dan sesuatu itu membuat Krystal resah, jelas menganggu. Hal terburuk adalah, fakta bahwa ia tidak mengerti, alasan di balik ketidaknyamanan ini.

Minhyuk menyadari ekspresi Krystal berubah drastis. Apa yang dia pikirkan? Setelah beberapa bulan mengenal sosok Krystal, dia mulai dapat menebak perasaan gadis itu, melalui raut maupun gestur tubuhnya. Kini, sang gadis menggigit bibir bawahnya. Dan Minhyuk tak dapat menahan rasa penasaran ia lagi, “Apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak nyaman?“

Krystal otomatis menoleh dan sedikit terperanjat dengan pertanyaan mendadak Minhyuk. “Eh?“ ia menunduk seraya jemarinya saling bertaut. “Tidak ada.“ Minhyuk menangkap jelas ketidakjujuran dalam nada suaranya. “Kau bohong“. Gadis itu hanya meringis menanggapi tuduhan telak Minhyuk. Well, dia memang dingin, namun tidak pandai berdusta. “Yeah, tepat sekali.“ Krystal mendongakkan kepala. Kemudian ia menghela napas dalam, kedua manik hitam memandang langit-langit tinggi gereja. Percuma saja ia mencoba membodohi Kang Minhyuk. Entahlah. Pria di sampingnya ini mudah sekali membaca pikiran ia. “Sebenarnya… ada hal yang menganggu pikiranku. “

Dahi Minhyuk berkerut heran. Dalam kepalanya, telah tercetak beberapa hipotesa. Dan di antara hipotesa-hipotesa tersebut, terdapat satu probabilitas terkuat. Terkuat sekaligus terburuk. Minhyuk sungguh berharap jika bukan hal itulah yang mengusik pikiran Krystal. “Apa itu?“ akhirnya ia bertanya, setelah kehehingan sempat melanda.

Krystal tersenyum tipis, ia kembali menoleh. Seulas senyum , dimana –anehnya- Minhyuk dapat menilik kepahitan terselubung. Mencoba mengabaikannya, Minhyuk memilih untuk fokus pada –apapun itu- yang ingin dibicarakan Krystal. “Kurasa kau sudah tahu apa itu.“ nada bicara ita terdengar layaknya itu merupakan hal terjelas di seluruh dunia. “Tentu saja tentang Yoon Eonni.“

Kali ini, giliran Minhyuk menghela napas dalam, ia menyandarkan punggung pada sandaran bangku gereja. Memejamkan mata, sementara gelombang kepedihan menyerang dirinya. Menimbulkan sesak tak terdefinisi. Sebagaimana ia ingin melupakan masa lalu, ia tidak mampu. “Kenapa itu menganggumu?“

Senyum pahit kembali terbentuk pada wajah Krystal. “Sebelumnya aku tidak mengerti apa ini“. Ia menggeleng pelan. “Tapi, kurasa sekarang aku mulai paham“. Perlahan, Minhyuk mengaktifkan penglihatannya, begitu getar kepedihan tadi berangsur luruh. Kedua alis saling bertaut, “Jadi, kenapa itu menganggumu?“

Bukannya menjawab pertanyaan Minhyuk, Krystal hanya menggeleng cepat, jari telunjuknya diletakkan di depan bibir. “Ra-ha-si-a“. Sekilas, tampak sebuah kilatan usil dalam mata Krystal, yang mana membuat Minhyuk terkejut. Tidak mustahil memang, gadis ini memang selalu mengejutkan Minhyuk. Kali ini pula, begitu mengetahui kelabilan emosi Krystal. Just like a bipolar person. Dirinya kembali menemukan sisi menarik Krystal. Pada awalnya, Minhyuk menyangka jika Krystal Jung tak lebih dari gadis kaya nan angkuh. Namun, setelah mengenal dia lebih jauh. Ia mendapati jika Krystal berbeda –dari segi positif.

Kesunyian kembali melanda, ketika mereka larut dalam dunia lamunan masing-masing. Suara detak jam gereja berbaur rintik hujan di luar sana merasuki indra pendengaran mereka. Nyaman. “Apa kau masih menyukainya?“ Minhyuk tersentak oleh pertanyaan tak disangka itu. Untuk sesaat, Krystal mampu menangkap ekspresi tak nyaman –yang segera dia enyahkan. “Siapa? Yoona?“ Minhyuk balas bertanya seolah ia tak mengetahui apapun. Krystal memutar bola matanya, sebagai tanggapan akan tingkah sok bodoh sang lelaki. “Tentu saja. Siapa lagi?“. Mengabaikan nada jengah Krystal, dia malah tergelak. Kedua manik hitam sang lawan bicara otomatis membulat sempurna, atas dasar kekesalan. “Tidak ada hal lucu disini.“ cibir Krystal.

Dalam hati, ia berharap Minhyuk tidak membuat lelucon tentang hal itu. Bagaimanapun juga, itu merupakan topik sensitif bagi Krsytal. Rupanya Minhyuk mengerti, dan dia memilih untuk menghentikan tawa ia. “Kenapa? Apa kau merasa tidak nyaman?“ Krystal bungkam.

“Kau merasa terganggu? “ Sang gadis menelan ludah.

“Kau ingin marah dan.. “ Sebelum Minyuk sempat menyelesaikan perkataannya, penyandang marga Jung beranjak dari posisi duduk. Ia tampak kesal, dengan kedua telapak tangan terkepal erat di samping tubuh. Krystal menggumamkan sesuatu tak jelas, tetapi Minhyuk yakin ia mendengar kata ‘menyebalkan’ meluncur dari bibir gadis tersebut. Satu-dua langkah ia hentakkan, berlagak seolah hendak pergi meninggalkan Minhyuk. Diluar dugaan, sebuah seringai muncul pada wajah Minhyuk, gestur tubuhnya mengisyaratkan ketenangan.

“Kau ingin pergi? Kau tahu jalan pulang?“ Sontak langkah Krystal terhenti. Tentu saja ia tidak tahu. Bahkan ia tidak mengetahui dimana gerangan ia berada kini. Mungkin, di sebuah gereja antah berantah. “Aku tidak bertanggung jawab jika kau tersesat“. Tegur sang lelaki, membuat Krystal menghela napas jengah berbaur kesal.  

Well, saat ini jelas ia tak memiliki pilihan lain. Begitu ia hendak memutar tubuh dan kembali duduk di bangku, Minhyuk mengatakan suatu hal mengejutkan. “Kau cemburu. Heol.“ Manik hitam Krystal membulat sempurna, hingga nyaris meloncat keluar. Kedua alisnya saling bertaut, sementara bibir ia membentuk huruf ‘O’ . Minhyuk tidak memiliki hak menebak perasaan Krystal sembarangan, setidaknya begitulah pikir Krystal.

Tersulut emosi, Krystal menoleh dan menusuk Minhyuk menggunakan tatapan tajam ia. Sebaliknya, sang lelaki menanggapi dengan raut santai. Terlampau santai mungkin. “Jangan menebak seenaknya.“ suara Krystal cukup keras untuk ditangkap indra pendengaran Minhyuk, menilik jarak antara mereka kini. Minhyuk tetap duduk di bangku terdepan, sedangkan Krystal berdiri sekitar dua meter darinya.

“Aku tidak menebak seenaknya.“ Krystal memutar bola matanya,”Lalu apa? Membuat hipotesa tentang perasaan orang lain tanpa bukti signifikan? Ouh, kau menggelikan, Kang Minhyuk.“ Seusai kalimat pedas tersebut terlontar dari bibir Krystal –entah mengapa- ia mendapati perubahan minor pada ekspresi tenang Minhyuk. Kini, terdapat secercah kesedihan disana. Meski Krystal tidak sendiri tidak yakin. Mungkin saja, itu hanyalah imajinasi semata. Dan ia semakin terkejut, saat Minhyuk berucap lirih. “ Jadi, kurasa hanya aku yang begini“, sang pria mendengus.

Dahi Krystal kembali berkerut, seraya berjuang mencerna makna dibalik ucapan Minhyuk. Semakin keras ia berpikir, semakin dalam pula kerutan itu terlihat. Minhyuk menyunggingkan seulas senyum tipis, kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan mendekati posisi Krystal. “Apa kau mengerti maksudku?“ gadis itu mendongak. Terkejut oleh pengurangan jarak drastis di antara mereka. “Eh?“ Ia mengelus bagian belakang lehernya, canggung. “Ak-Aku tidak mengerti“, Krystal menggeleng mantap.

Senyum pedih itu kembali muncul, sementara sesak menjalari bagian dada Minhyuk. Entah sejak kapan. Dan entah mengapa ia baru menyadarinya belakangan ini. Namun, jelas perasaan tersebut mendominasi. Cukup menganggu sekaligus mengusik pikiran ia. Dan perasaan itu, selalu muncul ketika ia berada di dekat sang ice princess. Minhyuk menghela napas berat, dan menjulurkan tangannya demi mengacak rambut Krystal. “Sudahlah, kau tidak akan mengerti.“ Krystal merespon dengan tampang tak setuju, menelengkan kepala ke samping. “Kau bahkan belum memberitahuku. Cih” Sang gadis mendengus.

Kemudian, begitu ia memalingkan wajah –untuk mengekspresikan kekesalan ia terhadap Minhyuk- tanpa sengaja tatapan ia terkunci pada jendela lebar gereja, yang menghadap langsung keluar. Sedikit tidak yakin apa yang baru terdeteksi indra penglihatannya, ia memicingkan mata dan berjalan mendekati jendela.

Ia tidak salah lihat. Biasan warna berbentuk setengah lingkaran kini terpampang di hadapan ia. Keindahan fenomena alam itu mampu menghipnotis Krystal. Untuk sesaat ia hanya diam disana, kedua manik hitam terkunci, seolah enggan mengalihkan pandangan. Krystal pernah melihat pelangi, tentu saja. Namun pengalaman itu dapat dihitung dengan jari. “Wow, indah sekali.“ tanpa sadar ia berdecak kagum.

Sementara di belakang Krystal, berdiri seorang Kang Minhyuk. Berbeda dengan Krystal, ia hanya memandang pelangi selama beberapa detik. Sebab, ada hal lain yang jauh lebih menarik baginya, melebihi pelangi. Ia mendaratkan tatapannya pada sosok gadis yang kini menoleh ke belakang, “Hei, bukankah ini bagus?“. Krystal bertanya, dan mendapatkan keheningan sebagai balasan. Merasa diabaikan, sang gadis memilih kembali menikmati pemandangan. Setelah sebelumnya memaki Minhyuk dalam hati.

Seulas senyum perlahan tersungging menghiasi wajah Minhyuk. Seulas senyum sejuta makna. Seraya jantungnya berdebar kencang, namun dia tidak gugup sama sekali. Sebaliknya, ia merasa damai sekaligus bahagia. Dan tanpa sadar, ia menyuarakan perasaan ia sendiri.

“Aku mencintaimu, Krystal Jung. Saranghae.“

Untuk sesaat, kedua anak manusia itu terpaku di tempat. Perasaan Syok melanda, baik Krystal maupun Minhyuk. Disaat Minhyuk ‘tersadar’, ia bergegas hendak meralat ucapannya. Tetapi, rupanya ia terlambat. Sebab Krystal memandangi Minhyuk, seolah ia baru saja menyatakan hal paling tak masuk akal. “Apa kau bilang tadi?“ Krystal kini berdiri tepat di hadapan Minhyuk, dengan kedua alis terangkat.

“A-aku tidak bermaksud..". Minhyuk tergagap, ia bingung. Tidak tahu harus bersikap macam apa. Ataupun kata-kata apa yang patut ia lontarkan demi memperbaiki situasi. “Krys.. aku.“ tetapi di saat ia mendongak dan menatap langsung kedua manik hitam Krystal Jung, ada sesuatu bergejolak brutal tepat di dadanya. Dan pada momen itu, ia tahu jika ia tidak dapat mengelak lagi. Ia tidak dapat mundur lagi.

“Aku..“

“Ya?“

Ia menghela napas dalam.

“ Aku tahu mungkin ini terdengar bodoh. Tapi, kurasa aku menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu. Dan jangan bertanya sejak kapan atau kenapa. Karena aku sendiri tidak tahu alasannya. Kau pasti sudah mendengar dari Sehun, bukan?“ ia memberi jeda sejenak, sementara Krystal larut dalam bingung berbaur syok. “Aku tidak bisa bersikap ramah pada gadis selain.. Yoona“. Minhyuk menelan ludah. “Tapi kau berbeda. Sejak pertama melihatmu, aku tidak bisa bersikap dingin.“

“Tapi bagaimana dengan di-“

“Im Yoona? Dia adalah masa laluku, Krys.“

Kalimat terakhir itu seolah menghasilkan aliran listrik, mengaliri sekujur tubuh Krystal. Dia Syok. Bahkan, mungkin lebih dari itu. Berbagai emosi bercampur aduk. Hingga selama beberapa detik, bibir ia terkatup rapat. Tidak mampu berucap apapun. Sementara Kang Minhyuk mengacak rambutnya frustasi. “Ah, sudahlah. Kau tidak perlu menghiraukan semua yang baru saja kukatakan.“ dengan itu, Kang Minhyuk membalikkan badan. Bahunya turun dan langkahnya berat, seolah kecewa pada diri sendiri. “Ayo kita pulang.“

Tetapi baru satu langkah Minhyuk berjalan. Sebuah suara menembus gendang telinganya. Suara familiar, menjadikan kinerja jantungnya abnormal. Suara Krystal Jung.

“Aku… juga menyukaimu.“

Detik itu pula, dunia seolah berhenti berputar bagi mereka berdua. Yang terdengar hanya deru napas dan detak jantung masing-masing. Kedua pasang manik hitam saling menatap lekat, menyalurkan berbagai emosi terpendam. Walau tentu saja, terdapat satu rasa pendominasi. Cinta.



***

“Kau tahu, sejak kita berada di sini, aku teringat sesuatu.“ Minhyuk menoleh. Detik itu pula, ada sesuatu dalam sorot matanya yang mengalirkan kenyamanan pada diri Krystal. “Aku ingin tahu jika kau teringat sesuatu itu juga“. Pertanyaan tak langsung Minhyuk mendapat jawaban singkat nan dingin Krystal, “Tentu saja aku ingat“.

Minhyuk hanya mendecakkan lidah. Gadis satu ini memang tidak mampu bersikap sedikit lebih ramah. Oh yeah, masa bodoh. Tanpa ragu-ragu, Minhyuk merangkul Krystal dan setengah menyeretnya berjalan keluar gereja. “Haruskah kita mengadakan pernikahan kedua?“. Ia mempersempit jarak di antara kepala mereka, kemudian berbisik, "Pernikahan sungguhan... dengan little Minhyuk tentunya." Krystal mendelik seketika -antara terkejut dan syok- , namun sebelum ia sempat menyatakan keberatannya, Minhyuk menggendong gadis itu ala bridal Style, dan berlari menjauhi gereja.

"Yak! Kang Minhyuk! Turunkan aku atau aku akan membunuhmu!"

= The End=

======================================================================

A/N : Oke, buat reader yang mau bunuh saya (?) gegara cerita kurang greget, ending gaje, gak so-sweet, dll. Saya minta maaf sebesar"nya =_=v  ini otak suka buntu kalo disuruh mikir adegan romance :v. Dan buat yang udah baca dari chapter 1-terakhir (chapter ini) saya ucapkan terimakasih. Thanks a lot <3. Saranghae hohoho. Btw, tolong beri kritik dan saran di kolom komentar, ya -sangat diharapkan =) - Maaf kalo ceritanya kurang bagus. Dan saya juga lemah kalo nulis ending -_-V. maaf kalo ada typo, alur kecepetan, dll. Lastly, Thanks a lot, please RCL, and don't forget to comment. Saranghae!

14 komentar:

  1. Saya Senyum2 gaje Thor.. Ini daebakk..
    Saya suka bgt sama couple ini kalo ada waktu bikin lagu ff dgn couple ini ya Thor ? *KedipinMata*

    Mona Ahmad

    BalasHapus
  2. Maksud saya kalo ada waktu bikin lagi ya thor ff dengan cast nya couple ini ..

    Mona Ahmad

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke kalo sempet dan ada ide ya ^^
      makasih udah suka dan ngasi komen <3

      Hapus
  3. Ahh uda abis? Ga relaa
    Gpp deh~
    Ga ada crta sehunnya? Wkwk
    Over all, bgus kok aku suka senyum dw klo couple ini berinteraksi
    Kwkwkw
    Feelnya dpt bgt
    Tp end-nya kurang greget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga baru sadar kaga ada sehunnya begitu dipost .-. telat ye

      Hapus
  4. Hay author! harusnya aku ngmong ini sewaktu aku comment pertama hehe telat dikit gapapa kan xD
    yaaahhh udah the end T___T cedih bngt aku nya, jarang2 loh ketemu ff minhyuk krystal yg feel nya dpet buaaaangett kyak ff mu ini..
    Makasih loh sudah membuat ff yang keren dan seru kyak bittersweet marriage apalagi main cast nya krystal minhyk thanks buaangeettt thor T___T
    menurutku ceritanya engga kecepetan, pas engga terburu2 juga...
    seperti biasa, aku masih bisa merasakan feel dari ff ini dan kehangatan mereka /?
    tapi tetep penggunaan "ia" masih buat aku agak gimana gitu/?
    aaaaaa pokonya xoxo /? >_<
    kutunggu ff ff minhyuk krystal yg lebih ok lagi
    Mangaaaatttsss!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. AAAHH iya makasih udah mau suka dan komen ^^)v
      oke-oke, makasih juga sarannya. Semoga ke depannya saya bisa nulis ff yg lebih baik <3

      Hapus
  5. Sebenernya sudah lama baca ini. Aku suka sih endingnya, tapi ya gitu thor, kurang greget :v
    Ditunggu karya selanjutnya pake cast couple ini ya! Aku shipper mereka soalnya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih udah mau baca. Iya, maaf -_- saya emang paling gak bisa bikin ending *jedokin kepala*
      Oke, ditunggu ya. wkwk

      Hapus
  6. keren tapi akhirannya seperti ada yang kurang tapi bagus koq hehe ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih, makasih /bow. ^^ iya, saya payah bikin ending ^^ tapi makasih udah mau baca dan komen <3

      Hapus
  7. Keren banget thor!!! Buat lagi donk yg romance sad aahh daelbakk sekaleee~~ dari part 1-3 aye sukaa thorr!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banget udah mau baca, suka, dan komentar ^^
      Iya, kalau ada waktu sama ide ^^

      Hapus
  8. Ff yg sangat amat panjang ya. Aku menyukai ceritanya, alur, plotnya bagus. Hanya saja mungkin krn ini terlalu panjang dan memakan banyak waktu untuk membacanya, sehingga membosankan. Seperti membaca novel. Kebanyakkan orang lebih menyukai ff yg tidak terlalu panjang, tapi feelnya dapat semua. Tapi selebihnya ff ini cukup bagus dan menarik. Daebak lah pokoknya! *sorry jika kritik menyakiti hati

    BalasHapus