ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Senin, 13 April 2015

EXODUS [Chapter 1A- Past Time]

 

EXODUS [Chapter 1A]

by  Stephcecil & Fronchy
Main Cast : EXO, Wu Yi Fan, Lu Han
Lenght : Chaptered || Genre : Fantasy, Friendship || Rating : PG-17
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is pure based of my imagination.
Summary : "12 orang dengan latar belakang yang berbeda turun ke Bumi, bertekad menyelamatkan black pearl. Keduabelas orang tersebut terpisah ke berbagai belahan dunia, dalam kondisi hilang ingatan. Dan demikianlah, perjalanan berliku demi menemukan black pearl pun dimulai."


***


Pandangan Baekhyun tertumpu pada jendela. Entah apa yang ia amati melalui bingkai kayu sederhana itu. Sebab tak terdapat hal menarik di luar pondoknya, selain kerumunan pejalan kaki berjubah kumuh dan –sesekali- para prajurit berjirah melaksanakan patroli harian. Derap kuda dan teriakan pedagang keliling mendominasi telinga, namun pikiran Baekhyun melayang jauh.

Hyung, makan malam sudah siap.”

Ia sontak menoleh pada pemilik suara bass itu, Chanyeol. Satu-satunya adik sekaligus orang yang sedarah dengannya. Dia menyunggingkan senyum tipis, memutar posisi duduknya, “Baiklah. Aku akan makan sebentar lagi, yeol.”

Dahi sang pria berperawakan semampai berkerut sarat ketidaksetujuan, “Nanti makanannya dingin. Ayolah hyung, aku ingin makan malam denganmu.” desak Chanyeol.

Baekhyun mendengus mendengar penuturan sang adik. Meski wajah Baekhyun terkesan lebih ‘kekanakan’ dibanding Chanyeol, tapi sifat mereka berbanding terbalik. Jika Baekhyun hangat dan tenang seperti cahaya, maka Chanyeol enerjik layaknya api.

Ia pun mengangguk singkat. “Beri aku 10 menit lagi.” Lalu beralih ke posisi semula, duduk menghadap jendela. Perlahan, kepedihan mulai terukir pada ekspresinya, terpancar melalui sorot mata. Benak Baekhyun –mau tidak mau, lagi-lagi- terinterupsi oleh peristiwa mengenaskan dua bulan lalu. Peristiwa traumatik penyebab dendam yang kini bersemayam dalam hati.

Chanyeol mendesah pelan. Dia mengerti apa yang tengah kakaknya lakukan. Tahu pula apa yang pengendali cahaya itu rasakan. Karena dia berbagi beban, pengalaman pahit yang sama. Saat dimana Tuhan menutup buku kehidupan nyonya Byun, hatinya juga hancur. –Sebelum pernikahan kedua, ibunya bermarga Byun. Baekhyun bersikeras mempertahankan namanya, sementara Chanyeol menurut saat disuruh mengganti marga.

Hyung, jangan seperti ini lagi.”

Park Chanyeol melangkah, lalu mendaratkan pantat di sofa lusuh mereka, tepat di samping Baekhyun. Mengesampingkan sesak yang mulai merayapi dada –teringat kematian ibunya, dia memilih untuk memasang senyum riang. Karena itulah prinsip hidup Chanyeol, seliku apapun rintangan kehidupan, hadapilah dengan senyuman.

Jika kau masih mampu tersenyum, maka hatimu belum mati.

“Aku tidak bisa Yeol. Aku tidak bisa tenang. Setidaknya sampai penguasa konyol itu memperoleh pelajarannya.” Ia menggeleng, keras, “Setidaknya sampai dendamku lunas.” Ujar Baekhyun. Rahangnya mengeras, napasnya memburu. Amarahnya tersulut ketika mengingat tindakan kejam penguasa planet EXO.

Hyung…”

Chanyeol mengulurkan sebelah tangan dan mencengkeram bahu kakaknya, bermaksud menenangkan. Tapi segera ditepis oleh Baekhyun. Deretan gigi pria dengan tinggi rata-rata itu bergemeletuk saat mengatakan, “Aku akan melakukan apapun untuk membalaskan dendam kematian Ibu. Aku tidak peduli apapun resikonya. Bahkan jika nyawaku menjadi taruhan. Bahkan jika aku harus menjadi seorang pengkhianat di mata warga planet kita.”








***







Kim Joonmyeon tenggelam dalam tumpukan buku-buku tua. Debu tebal dan sarang laba-laba berkeliaran pada penjuru perpustakaan bawah tanah miliknya. Udara terasa apek, menyesakkan, dan tidak banyak saluran oksigen disana, selain dua buah ventilasi usang. Empat lilin tersebar di tiap pojok ruangan, menjadi satu-satunya sumber cahaya. Detak jarum jam mendominasi kesunyian, sementara Joonmyeon larut dalam deretan kalimat yang tercetak pada lembaran putih.

Manik Joonmyeon menyusuri halaman demi halaman, mencari informasi ataupun hal menarik disana. Entah kenapa, buku tua yang ia telantarkan –bahkan Joonmyeon lupa dari mana ia mendapatkannya- begitu menarik perhatian sang ilmuwan muda.

Buku bersampul hitam pekat, dengan ukiran huruf emas pada sampulnya, terbaca “EXODUS”. Sekilas, ia berpikir jika buku tersebut hanya berisi informasi umum tentang dunia manusia. Dan Joonmyeon berniat menyerap isinya, sebab ia tengah meneliti manusia. Kebiasaan manusia, asal usul, serta kelemahan mereka.

Setelah setengah buku terbaca, ia sadar jika “EXODUS” memiliki makna lebih dalam, lebih gelap. Ada sebuah takdir, dimana 12 pengendali akan berjuang menyelamatkan black pearl, mencari keberadaan El Dorado. Sebuah kalimat rancu sukses menarik minat Joonmyeon, berbunyi, “It shall be found among the seekers who are craving for me.”

Kening Joonmyeon berkerut. Kebingungan melanda diri sang ilmuwan muda. Sama sekali tak terpikir olehnya arti kalimat itu. Apa yang dimaksud dengan “it”? Benda atau manusia?

Tepat ketika otaknya mencapai jalan buntu, pintu perpustakaan terbuka lebar, diiringi derit kayu memekakkan telinga. Joonmyeon menoleh, mendapati rekan sesama ilmuwannya, Do Kyungsoo. Pria berperawakan –ehem- mungil itu menuruni tangga pendek, melewati barisan rak, lalu -seakan berteleportasi –tiba-tiba muncul samping Joonmyeon. Manik bulatnya berkilat penasaran saat melihat buku yang berada dalam genggaman Joonmyeon.

“Apa itu?”

Kim Joonmyeon tersenyum simpul sembari menyerahkan buku tua tersebut, secara hati-hati. Sebab dilihat melalui rupanya, usia buku tersebut setara dengan nenek moyangnya. “Lihat saja sendiri. Ini cukup menarik.”

Kyungsoo mengangguk, lalu membuka halaman pertama buku, “Tentang manusia?”

“Iya. Tapi ada sesuatu yang lebih. Kau baca saja sendiri.”

Tak lama kemudian, Kyungsoo pun mengikuti jejak Joonmyeon. Dia larut dalam deretan informasi sarat misteri, ramalan, dan kalimat-kalimat rancu. Mata bulatnya tampak semakin bulat begitu menemukan sesuatu yang menarik di sana. Sementara Joonmyeon menunggu dengan sabar, berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Sekitar 20 halaman habis dibacanya, “Wow. Ramalan ini benar-benar menarik.” Komentar Kyungsoo. Ditengoknya Joonmyeon, “Apa kau berpikir jika informasi ini valid?”

Kedua alis sang lawan bicara terangkat ke atas. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Meski dikaruniai IQ dan kemampuan berlogika di atas rata-rata –yang mana bekalnya sebagai ilmuwan- dia tidak begitu mengenal dunia supernatural. Jujur, dia tidak percaya ‘predestinasi’. Tetapi buku itu menggoyahkan pola pikir Joonmyeon.

Pada akhirnya, ia menggeleng, “Aku tidak tahu, soo. Tapi kalau semua yang tertulis benar adanya, maka kita harus melakukan sesuatu. Gerhana matahari sudah dekat.”




***

“2 abad dan 15 tahun sesudah masehi, berkumpullah 12 ksatria. Pada gerhana matahari, sang pemimpin akan membuka jalan.”






***






Bau apek berbaur peluh kental menggantung di udara. Pakaian kotor bertebaran di seluruh penjuru ruangan. Lantai, meja, dan lemari tua. Tiga buah samurai berjajar rapi, menjadi satu-satunya hal yang ‘layak’ dipandang di dalam markas. Sementara kadar oksigen tipis, membuat paru-paru tercekat.

Brak! Krieet!

Derit pintu kayu nyaring memekakkan telinga, terutama saat benda itu bertabrakan dengan dinding batu markas. Kim Minseok menapakkan langkah-langkah letih. Wajah serta bagian tubuh lain yang tak tertutup baju jirah, tampak basah terkontaminasi keringat. Ekspresi lelah terukir jelas, begitu pula kedua prajurit berpangkat tinggi di belakangnya.

Kim Jongin, Huang Zitao, dan Kim Minseok. Ketiganya merupakan pemegang jabatan tertinggi pada struktur militer kerajaan. Sama-sama terlatih dan berpengalaman. Ketiga prajurit tersebut telah mengikat tali persahabatan pula semenjak kecil. Berbagi masa pelatihan mematikan bersama-sama, yang diisi oleh darah serta keringat.

“Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan.” Desah Kim Jongin. Sembari mendaratkan pantat pada bangku kayu yang terletak di pojok ruangan. Penat menyerang seluruh otot tubuh, rasa familiar setiap kali mereka menyelesaikan suatu misi.

Kim Minseok mengangguk, “Aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu keputusan mana yang terbaik.”

Sang prajurit termuda terdiam. Lagak berdirinya –di samping daun pintu, punggung bersandar pada dinding- sarat kecanggungan. Sorot mata yang biasanya tajam kini dipenuhi ragu. Dipandangnya kedua hyung, tanpa kata.

“Kalau kita menolak, aku akan merasa tidak enak pada Luhan. Dia adalah sahabat kita. Dia banyak membantu kita, hingga sampai pada jabatan ini.” Jongin berucap, tatapannya terus beralih dari Zitao – Minseok, bagaikan suatu siklus. “Dan memberikan misi-misi penting kerajaan pada kita-“

Minseok menyahut, “Tapi kalau kita setuju, tidak ada yang menjamin keselamatan kita. Kalau kita gagal, kita akan dicap sebagai pemberontak, pengkhianat, lalu dijatuhi hukuman mati. Kalaupun kita selamat, kita akan berakhir di dimensi lain. Dunia lain. Tidak ada yang tahu apa yang ada disana.” Suara Minseok bergetar di akhir kalimat. Dia ragu sekaligus takut. Dan dia yakin baik Zitao maupun Kai merasakan hal yang sama.

Bibir kai terbuka, hendak mengucapkan sesuatu, namun dikatupkannya kembali. Ada banyak hal berenang-renang dalam pikiran, berebut menjadi fokus utama. Kegalauan mengambil alih diri. Hingga ia tidak tahu harus berkata apa.

Ketiganyapun saling menatap seakan tengah bertelepati. Mencari segelintir jawaban dalam manik satu sama lain. Meski tak saling menemukan, pada akhirnya. Keheningan melekat pada atmosfir, membuat suasana terasa canggung nan berat. Percakapan ringan para bawahan terdengar samar dari luar ruangan, bau roti yang baru dimasak menyengat hidung, dan detak jam tua mendominasi.

Hingga secara tak terduga, sosok pemecah keheningan membuka suara, “Tidak ada yang lebih berharga dari persahabatan, hyung.” Ucapan Zitao dibalut ketegasan sedemikian rupa.
Hening sejenak.
Kemudian -nyaris bersamaan- Minseok dan Kai menoleh. Sorot mata mereka menyiratkan ketidakpercayaan. Bagaimana tidak? Anggota termuda dari tim mereka itu –yang biasanya kekanakan- mendadak melontarkan kalimat bijak.

“Aku akan memilih untuk membantu Luhan hyung. Misi ini mustahil dilakukan seorang diri oleh Luhan hyung. Dan sebagai teman yang baik, aku akan membantunya.” Sambung Zitao.

Minseok terngaga setelah Zitao menuntaskan kalimatnya, sedangkan kedua alis Jongin terangkat heran menyaksikan sikap tak terprediksi Zitao. Tetapi, pada akhirnya, sebuah senyum bangga terulas lebar. Ia mendengus lalu melipat tangan di depan dada, ditolehkannya kepala ke arah Minseok, “Jadi, kau ikut atau tidak?” tantang Jongin.

Sang tetua larut dalam gelak tawa, “Aku bukan pengecut.”






***




“Katakan padaku semua yang kau ketahui.”

Luhan tidak lagi mampu berdiam diri, bersembunyi di balik tahta kerajaan. Dia belum buta akan tingkah keji sang ayah. Hatinya belum terkontaminasi oleh gemilang kekuasaan. Ia masih memiliki hati nurani. Ia bukan tipe orang yang gemar menutup mata, menyaksikan seseorang berlaku semena-mena.

Tidak. Luhan tidak dapat membiarkan hal ini.

Dan karena alasan itulah, dengan tekad kuat, dia mendatangi penasihat utama kerajaan. Salah satu pemegang rahasia dan sejarah negeri EXO. Berniat mengetahui makna EXODUS, Luhan menginterogasi Jung Yunho. Entah bagaimanapun caranya, ia harus menggali informasi lebih dalam. Meski data tersebut hanya berupa serpihan kecil, ia tidak ambil pusing.

Di sisi lain, Jung Yunho bersikeras melakukan tugasnya, menutup mulut. Gerak-geriknya mencermikan sosok elegan nan berpendidikan tinggi. Pakaian mahal membalut tubuh, dan kau bisa membayangkan berapa won yang terselip di balik lengan baju.

“Aku tidak bisa memberitahumu, Yang Mulia.” Tukas Yunho.

Mata Luhan berkilat sarat amarah. Rahangnya mengeras. Dijulurkannya kepala, memperkecil jarak antara wajah mereka. Setelah hampir dua jam mendesak Yunho dan belum mendapatkan apapun, emosi sang pangeran mulai tersulut.

“Dengar. Aku tidak tahu apa yang meracuni otakmu. Tetapi aku tidak bisa membiarkan pria tua itu merusak keseimbangan semesta. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika black pearl dihancurkan. Jadi sebaiknya kau beritahu aku bagaimana menghentikan lelucon ini.” Geramnya.

“Tetapi-“

“Kau tahu semuanya, tetapi tidak ingin melakukan apapun. Apa kau siap bertanggung jawab jika dunia mencapai kiamat karenamu?”

Kalimat terakhir Luhan memukul telak ulu hati Yunho. Dia mulai merasa getir. Jujur, meski info-info mengenai EXODUS –secara teknis- berada dalam genggamannya, tetap ada batas disana. Dia tidak tahu resiko macam apa yang akan dihadapi. Penasihat Jung pun menelan ludah, kegetiran semakin menjadi-jadi begitu ia mendongak dan berjumpa dengan kedua manik hitam Luhan, dimana emosi berbalut kenekatan terpancar.

Tetapi, bibir Yunho tetap terkatup rapat.

Luhan memukul meja –keras- menggunakan kepalan tengannya, menghasilkan bunyi tanpa harmoni. Nyeri menjalari punggung tangan sang pangeran, namun ia tidak peduli. “Aku bertanya padamu, Jung Yunho. Dan aku memerintahkanmu untuk menjawab pertanyaanku!”

Sang lawan bicara meneguk ludah. Beban di bahunya –sebagai pemegang kunci kerajaan- begitu berat, dan ditambah desakan Luhan, ia tidak dapat menanggung bebannya lagi. Ia mendesah keras, dalam, sebelum berkata lirih, “Baiklah. Aku akan menceritakan semua yang kuketahui, Yang Mulia.”

Luhan tersenyum puas.
.
.
.
TBC
======================================================================
A/N: So, kali saya muncul kembali sama author fronchy buat kolaborasi. wkwkwk. FF ini terinspirasi dari EXODUS. Reader bisa nebak gak ceritanya? Jujur, mood saya lagi ngilang, tapi tetep aja pengen ngepost sesuatu. Chapter ini saya buat A dan B, karena kalo scene masa lalunya dibuat satu chapter, takut kepanjangan ._.  So, thanks for reading. Jangan lupa komentar dan reaksinya sangat ditunggu lho! <3

2 komentar:

  1. Fantasy + EXO : <3
    omg thor. Waktu aku lihat teaser"nya EXODUS, udah gimana gitu.
    Jadi penasaran gimana kalo FFnya dikasih feeling kayak gitu..
    ditunggu updatenya ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah iyakah? oke silahkan sabar menunggu ya ^^ wkwk

      Hapus