ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Selasa, 16 Juni 2015

너 때무네 너무 아빠 (You Hurt Me So) 1


Judul: 너 때무네 너무 아빠 (You Hurt Me So) 1
Author: Kim Jaemi
Cast: Bts & Got7
* Kim Tae Hyung V (Bts) as Choi Risang
* Jeon Jung Kook (Bts) as Choi Jung Sang
* Im Jaemi or You
* Min Wang Zi (Author Chingu)
Support Cast: Finded when you read it!!
Background: Indonesia, Korea and Hongkong
Genre: Teen, Friendship, Romance, Sadness and School life.
Length: Chaptered
Disclaimer: No Copas!! No Plagiarism! Happy reading guys ^^ #PeaceUp&V

Anyeong readers aku pertama kali ngepost ff disini semoga aja suka.

You Hurt Me So Chapter 1

---HARI INI ADALAH HARI YANG MENYEBALKAN---



#Jaemi *Pov*

"Yaa! Apa kau sudah menyelesaikan notepateku?" Tanyaku pada teman namjaku, dia adalah teman smpku dulu. "Yaa! Kenapa denganmu? Kau sudah menyelesaikannyakan?" Yang ditanya hanya diam sembari menundukan kepalanya. "Wae (kenapa)? Yaa tetabe (hey jawab aku)?"

"Mian (maaf)."

"Mwoga mian (maaf apa)?" Betapa terkejutnya aku mendengar penjelasan teman namjaku ini, dia bilang bahwa semua data-dataku hilang entah kemana.

"Mworagu (apa katamu)?? Yaa! Apa kau tau betapa berharganya data-data itu bagiku? Aah jinjja-e (benar-benar)." Aku benar-benar kesal.

Bagaimana tidak kesal, data-data dalam notepate kecil berwarna hijau tosca itu adalah hidupku. Aku bahkan tak butuh namjachingu (pacar) ataupun chingu (teman) jika sudah berhadapan dengan notepate kecil itu. "Aaah eotteokhe (bagaimana ini)?"

"Mianhe jinjja jinjja mianhe (maaf, aku benar-benar minta maaf)?" Aku mengambil notepate dari tangannya kemudian pergi meninggalkannya tanpa berkata sepatah pun. Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku mengomel seorang diri.

"Yaa Jaemi-a! Waeyo (kau kenapa)? Mulsun issoyo (kau punya masalah)?" Aku mengerutkan alisku pertanda aku semakin kesal.

Im jaemi itulah namaku, aku adalah anak seorang pemilik kedai kecil yang mendapat beasiswa di Institute High School of Seoul. Eommaku adalah orang Indonesia yang menikah dengan Im yoon chae yang tak lain adalah appaku sendiri. Hasil kerja keras kedua orang tuaku cukup untuk menghidupiku dan sodara sepupuku yang sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya dua tahun yang lalu. Dia bernama meysya keyla, biasa di panggil keyla.

"Yaa! Aku ingin ke kedai ayahmu sepulang sekolah."

"Kau bisa diam?" Bentakku pada Kim sae ron, dia adalah teman sekelasku. Salah satu anak chaebol (keluarga konglomerat) di sekolah ini.
 Aku tak memiliki sahabat di sekolah, namun anak-anak chaebol ini banyak yang ingin berteman denganku. Lihat saja setiap harinya aku selalu dikrumuni oleh anak-anak yang menyebalkan menurutku. Mereka ingin berteman denganku karena aku salah satu murid terpandai, anya… maksudku satu-satunya yang memiliki otak di atas rata-rata.

"Jaemi-a kau sudah datang?" Itulah yang selalu dikatakan oleh L teman namja sebangkuku. Mungkin hanya akulah satu-satunya murid yang paling beruntung di sekolah ini, pasalnya aku memiliki kekuasaan penuh. Semua anak para chaebol ini takut denganku. Bukankah itu sesuatu hal yang daeebak, bahwa aku yang hanya seorang anak pemilik kedai kecil dan terlebih lagi bukan anak chaebol bisa menguasai sekolah.

"Sikero (diam)?" Ucapku dingin tanpa melihat wajahnya.

"Nee." Jawabnya yang merasa bersalah karna telah menggangguku.

"Yaa chingu (hey teman)! Sepulang sekolah aku ingin ke kedai paman Yoon chae apa kalian mau ikut!?" ajak Sae ron.

"Apa kau yang akan mentraktir kita semua?" Tanya salah satu murid di kelas. Sae ron menganggukan kepalanya sembari tersenyum manis, sedangkan aku hanya meringis melihat tingkah lakunya. Tak lama kemudian seonsaengnim memasuki ruangan, aku benar-benar terkena marah karena experimen memasakku kemaren gagal. Di sekolah ini aku mengambil extrakulikuler wajib yaitu tata boga. Dimana satu hari dalam seminggu kami diwajibkan untuk berada di ruang praktek dan minggu ini aku memasak makanan yang memang menurutku juga tidak enak.

"Bagaimana bisa kau mengambil tata boga sebagai extrakulikulermu kau sendiri bahkan tak bisa memasak?" oceh seonsaengnim yeoja yang selalu membuat hari jumatku menjadi hari yang menyebalkan. Aku tak pernah memilih extra itu kau sendirilah yang memintaku untuk memasuki extrakulikuler itu ucapku dalam hati.

"Jika kau tak memperbaiki masakanmu di bulan ini, aku pastikan ujian mingguan extramu mendapat nilai E." ancamnya padaku. "Kau terlalu sibuk dengan belajarmu, aku tau kau benar-benar daebak dalam pelajaran, nilai-nilaimu selalu sempurna, tapi semua itu tidak akan membantumu dalam mata pelajaranku. Kau itu seorang yeoja, seharusnya kau lebih pintar memasak dari pada mata pelajaran."

"Nee arraso (ya aku tau)." Jawabku dengan malas.

"Apa ini? Minggu lalu kau bolos dalam pelajaranku?" Aku menelan ludahku sendiri, apa Song ju tidak mengabsenkanku? "Berapa kali harus aku katakan padamu, kau ini sudah duduk di kelas tiga tapi kau bertingkah bahwa seolah-olah kau ini masih kelas satu." Haiis guru yang menyebalkan, andai saja kau bukan eommaku pasti sudah kubungkam mulutmu itu. "Apa yang kau pikirkan?" teriaknya ketika melihat raut wajahku. "Ikut denganku?" perintahnya yang menyuruhku untuk mengikutinya, ia menarikku dan membawaku ke koridor dekat tangga. Aku benar-benar dimarahi olehnya, pundakku juga turut di pukul oleh tangannya.

"Aaaak appo (sakit) eomma." rintihku yang memegang pundakku sendiri."

"Appo, kau bilang ini appo? Jika kau bolos lagi dalam pelajaranku atau pelajaran yang lain, aku akan membunuhmu. Kau mengerti?" seonsaengnim memukul-mukul besi pegangan tangga, aku hanya mengernyitkan wajahku melihatnya pergi menuruni tangga.

"Aaaah meyebalkan." gerutuku yang kemudian berjalan memasuki kelas.

Teng-teng bel pertanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi, aku menuju parkiran sekolah untuk mengambil schoterku disana. Aku adalah seorang yeoja yang tak bisa memakai bus kota atau pun mobil. Ketika aku menaiki transport yang tertutup pasti aku akan merasa mual dan juga pusing. Itulah sebabnya arabeoji (kakek) dari appaku membelikan motor untukku. Arabeoji memang pengusaha kaya, tapi ia menutup akses untuk appaku di perusahaannya karena telah menikah dengan wanita Indonesia yang juga telah membuat anaknya berpindah agama. Aku punya satu samchun (paman) dari appaku, ia memiliki satu anak laki-laki yang menyebalkan dan malas. Setiap harinya anaknya hanya bisa menghabiskan uang miliknya, bahkan anaknya juga berhenti sekolah disaat masih kelas dua sma.

“Sekolah itu tak penting, lebih baik aku bekerja saja.” Aaah itu hanya alasanmu saja buktinya sampai sekarang kau tak bekerja, hanya bisa meminta pada orang tua. Meskipun arabeoji menutup akses untuk appaku tapi ia sangat menyanyangiku, bahkan aku juga dibelikan satu unit mobil. Karena aku tak ingin membuat appa atau pun eomma sedih itulah sebabnya aku tak menerima mobil pemberian arabeoji kecuali schoter ini.

Nenekku yang berada di Indonesia juga termasuk orang kaya, tapi aku malas setiap kali hari raya tiba. Aku pasti harus pulang ke Indonesia dan merayakan hari raya disana. Aku malas jika harus berurusan dengan keluargaku yang berada disana, karena mereka hanya bertengkar memperebutkan harta dari nenekku. Benar-benar membuatku pusing saja, itulah sebabnya aku dan keluargaku lebih memilih hidup damai di Korea. Eommaku adalah anak terakhir dari lima bersodara, dua perempuan dan tiga laki-laki. Eomma pernah bilang bahwa hanya ialah yang disayang oleh nenek karena ia tak pernah menuntut apa-apa. Sekitar lima tahun yang lalu aku dan keluargaku diusir oleh pamanku sendiri, sejak itulah keluargaku tinggal di Korea.

#Author *POV*

  -Kling-
Nada pesan Jaemi berbunyi, ia segera membuka isi pesan singkat yang memberitahunya bahwa besok akan ada ulangan harian. “Aaaah… menyebalkan.”

“Dari siapa?” Tanya seorang namja imut yang bernama Bam-bam. Mark yang turut mendengar keluhan seorang yeoja yang tengah melihat kesal kearah ponselnya juga ikut bertanya mengenai pesan singkat yang baru saja ia terima.

“Amudo anya (bukan apa-apa).” Jawab Jaemi dengan wajah datar.

"Jinjjaro (benarkah)?” ucap Yugyeom tak percaya.

“Jinjja…” terang Jaemi yang kemudian mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas.
“Noonha, hari minggu seperti ini kau masih belajar?” Tanya Bam-bam tak percaya. Mungkin dia berpikir hari minggu itu adalah hari dimana terbebas dari yang namanya buku dan pelajaran. Mark mendekat dan melihat kebiasaan aneh yang selalu dilakukan oleh yeoja yang tengah mendudukan diri di depan kaca.

“Matematika... kau benar-benar tak berubah Jaemi-a.” ungkapnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Jacson, Jb, Jinyoung, Yugyeom dan Yeongjae hanya melihat kesal kearah Mark dan Bambam yang sedari tadi menggoda Jaemi dan melupakan latihan.

“Yaa! Lebih baik kalian latihan saja sana daripada kalian disini menggangguku. Tuan-a apa kau lupa? Kau pernah tinggal kelas beberapa tahun yang lalu. Apa kau ingin tidak lulus ujian akhir sekolah?” Jaemi kesal karena sedari tadi Mark terus saja mengganggu konsentrasinya. “Dan kau Bam-bam-a bukankah kau bilang ingin masuk di sekolahku? Jika kau benar-benar ingin masuk di sekolahku tanpa menggunakan uang dari orang tuamu belajarlah dengan giat. Kau itu sudah kelas tiga smp.” Tambahnya yang semakin kesal.

“Lihat saja jika Jaemi sudah marah pasti kita juga….” Belum sempat meneruskan Jb sudah terbungkam, karena yeoja itu terus saja mengoceh dan memarahi ketujuh namja yang berada di dalam ruangan berukuran 7x7 meter. “Dan kalian berlima! Yugyeom-a bukankah kau juga sudah kelas tiga smp?” Jaemi berjalan kearah Yugyeom lalu memukul kepalanya. “Jika kau dapat nilai jelek dalam ulangan minggu depan aku akan membunuhmu.”

“Ahjumma me…” Jacson tak berani melanjutkan karena Jaemi telah berdiri di depannya.

“Neo, yaa Jacson-a… haah jinjja, kau itu sekolah di tempat para siswa yang terkenal mendapat nilai terendah dan terlibat perkelahian antar sekolah. Tidakkah kau merasa sedih dengan hidupmu? Sudah berapa kali kau pindah sekolah?” suara melengking yang di miliki yeoja itu membuat Jacson menutup telinganya. “Hiiss.” Kesal Jaemi yang hendak memukul kepala Jacson. Jaemi berjalan menuju Jin young, seketika Jin young berjalan mundur. “Kook isseo (berhenti).” Perintah Jaemi padanya. “Yaa neo Jr-a, anya (bukan)... Jin young-a.” Jaemi menghembuskan nafas dengan sangat kencang, sejenak ia menundukan kepalanya kemudian melihat kearah Jin young dengan tatapan marah.

       “Geure (baik), untuk kali ini kau terbebas.” Jaemi tersenyum, anak-anak yang lain terheran-heran melihat kejadian ini. Ia melanjutkan langkahnya menuju Jb, ia tersenyum pahit melihat Jb yang tersenyum padanya. “Kau pikir kali ini akan selamat? Kaulah yang selalu mendapat nilai terendah di sekolahmu Jb-a, dan kau Youngjae pergunakan waktumu dengan sebaik mungkin.” Jaemi mengelus lembut pucuk kepala Youngjae sembari tersenyum manis. “Anak para chaebol benar-benar membuatku kesal.” Ungkapnya yang kemudian duduk di depan kaca dengan memasang earphonenya kemudian mulai melanjutkan pekerjaannya.

“Ini semua karena kalian berdua.” Gerutu Jin young menyalahkan Bam-bam dan juga Mark.
“Hyung aku tau kalau kau dekat dengan Jaemi noonha tapi tidak seharusnya kau menggodanya seperti itu.” Yugyeom menasehati Mark, yang seketika mendapat jitakan dari namja tampan yang berdiri di depannya.

“Ayo kita latihan saja!” ajak Jb, ia memang leader di got7.

Mereka semua adalah anak para chaebol yang selalu menghabiskan waktunya di ruang latihan milik Jin young. Awalnya Jaemi hanya mengenal namja bernama Jin young, kemudian namja itu mengenalkannya pada semua member got7. Bahkan ia juga pernah menjalin hubungan dengan salah satu dari mereka dua tahun yang lalu, saat itu ia masih duduk di kelas satu Sma. Hubungan mereka tak berjalan dengan baik karena Jaemi terlalu sibuk belajar, ia tak punya banyak waktu untuk memperhatikan namjachingunya (pacarnya). Terlebih lagi jika dia sudah berhadapan dengan notepatenya. Dulu Jaemi pernah sekelas dengan namja itu saat mereka masih satu sekolah, tapi namja itu memutuskan untuk pindah karena ia tak kuat jika setiap harinya harus bertemu dengan Jaemi.

#Flashback

“Apa kau tak pernah menganggapku ada? Eo?” Tanya Mark pada yeojachingunya yang terlihat asyik di depan notepate. Jaemi tak menghiraukan pertanyaan Mark, ia terlalu asyik dengan cerita-ceritanya yang akan dikirimkan ke majalah.

“Yaa jaemi-a!” Teriak Mark yang merasa terabaikan.

Mark kesal kemudian meninggalkan Jaemi seorang diri di taman. Jaemi menghembuskan nafasnya, ia kecewa karena namjachingunya tak bisa memahami dirinya dengan baik. Semenjak kejadian itu hubungan mereka semakin memburuk. Kejadian itu juga yang membuat hubungan mereka putus, untuk beberapa minggu Mark tak lagi datang ke sekolah bahkan ia juga meminta untuk dipindahkan sekolah.

#Flash back end

#Jaemi *Pov*

Aku mengendarai schoterku menuju tempat fotocopy untuk memperbanyak hasil tulisanku tadi.

@School
Pagi ini aku telah berdiri di gerbang sekolah. “Chaa~ seratus ribu won.” Ucapku pada seorang yeoja yang berdiri di hadapanku, ia berniat untuk membeli tulisanku.

“Mwo (apa)… bukankah kau keterlaluan?”
“Anya (tidak)… makanya lain kali belajarlah jangan mengandalkan tulisanku saja!” Aku berjalan memasuki gerbang meninggalkan yeoja itu, aku bisa melihat raut kekesalan di wajahnya. Aku sengaja meninggikan harga dari tulisanku ini, aku tak mau teman-temanku bergantung pada tulisanku lagi. Meskipun begitu, kertas yang sekarang aku pegang sudah habis terjual. Waah aku benar-benar untung besar kali ini, dengan uang ini aku bisa menambah koleksi sepatuku.
Seusai ujian mingguan di kelas tiga aku di panggil untuk menuju ruang rapat. Entahlah kenapa kepala sekolahku menyuruhku ke ruang rapat sekolah. Seolmaa (apa mungkin)… Aaah jinjja-e, ini akan jadi hari kematianku. Apa mereka ketahuan? Aku menghembuskan nafas dengan kencang. Bukankah aku sudah melarang anak-anak untuk membawa contekan ke dalam kelas? Anya... tadi kelasku tidak ada yang membawa contekan sewaktu ujian berlangsung. Mereka tahu benar cara menggunakan tulisan yang aku buat itu. Lalu kenapa kepala sekolah memanggilku ke ruang rapat?

“Kau yang membuat ini?” Tanya kepala sekolah padaku sesampaiku di ruangan. Aku dapat melihat dua namja yang tertangkap membawa contekan ke kelas. Aku juga melihat guru-guru lain tengah terduduk rapi di depanku. Aku menundukan kepalaku dengan menggigit ujung bibir bawahku.

“Ne (iya).” jawabku yang masih menundukan kepala. “Geunde (tapi) seonsaengnim… aku melakukan ini hanya untuk membantu teman-temanku saja. Geronggo anya (bukankah begitu)?” aku menyenggol namja di sebelahku, seketika ia menganggukan kepalanya.

“Kau bukannya membantu tapi justru malah menghancurkan teman-temanmu. Bagaimana bisa kau membuatkan contekan pada teman-temanmu?” Celoteh kepala sekolah itu membuat pusing kepalaku.

“Ne (maaf)?” ucapku berpura-pura terkejut. “Contekan? Aku tidak membuatnya untuk di jadikan contekan, mereka saja yang salah mengartikan niat baikku. Lihat saja aku menjelaskan setiap inci dari soal-soal yang aku tulis, aku juga menjelaskan rumus-rumus yang akan dimasukan dalam soal-soal.” Jelasku yang membuat kepala sekolahku terdiam tanpa kata.

“Gerigo (dan), aku juga tidak tau jika mereka membawanya ke dalam kelas sebagai contekan.” Aku tersenyum menang karena bisa mengelabui semua guru yang berada di dalam ruangan ini, tapi tidak untuk guru yeoja yang bereda di depanku karena ia masih menatap tajam kearahku. Matilah aku nantinya, eomma masih menatapku dengan sangat marah, aku bisa melihat tatapannya yang dingin dan mematikan itu. Kini aku hanya bisa menelan ludahku sendiri.

“Kau ikut denganku.” Aku semakin menelan ludahku. “Berapa kali aku harus memberitahumu, tidakkah kau sadar bahwa kau bersekolah disini mendapat beasiswa karna kepintaranmu itu? Jika dewan direksi sampai mencabut beasiswa, apa menurutmu kau masih bisa bersekolah? Kau bukanlah anak chaebol Jaemi-a.” Aku menundukan kepalaku melihat yeoja yang berada di depanku marah-marah. Apa yang bisa kulakukan jika ia sudah marah, hanya diam mendengarkan setiap ocehannya yang bisa kulakukan saat ini.

“Jika kau memang berniat membantu teman-temanmu berhentilah membuatkan mereka contekan, biarkan mereka berhasil dengan usaha mereka sendiri. Kalau kau memang perduli dengan meraka harusnya kau luangkan waktumu untuk mengajari mereka. Eomma memang bukan orang kaya, tapi apa harus kau menjual contekan ke anak para chaebol itu? Eomma bukanlah di arrabeoji (kakekmu) ataupun nenekmu.” Eomma meletakan kertas itu di tanganku, aku hanya menggaruk kepalaku melihat punggung seonsaengnim yeoja itu meninggalkanku. Perkataannya membuatku sesak, aku sadar bahwa aku telah membuatnya kecewa. Aku berjalan memasuki kelas dan berdiri di meja guru.

“Siapa yang melakukan ini?” tanyaku sembari menggebrak meja guru. “Bagaimana kelas lain bisa mendapat kertas ini?” aku meninggikan suaraku membuat anak sekelas terdiam, kemudian aku melihat seorang namja mengacungkan tanganya, namja itu memakai kacamata dan juga salah satu murid yang pintar. Aku menghembuskan nafasku melihatnya berdiri dengan menundukan kepalanya, memang namja ini selalu jadi bulian anak-anak di sekolah. “Aaah…” keluhku sembari memegang kepala dengan kedua tangan.

“Mianhe... na ttaemunyo (maaf ini salahku).” Aku tak menghiraukan permintaan maafnya, aku berjalan keluar menuju kelas 3-4 untuk menemui kedua namja yang tadi tertangkap.
“Kau, ya kau dan kau.” Aku menunjuk kedua namja itu dengan menggunakan telunjukku lalu menghampiri kedua namja tersebut. “Die ireum mwoya (namamu siapa)?”

“Juno.”

“Kyung min.”

“Aaah Juno dan Kyung min... jika kalian menyuruh Shin woo untuk memperbanyak tulisan yang aku buat, aku akan membunuhmu. Arra (mengerti)? Aaah benar-benar chaebol yang menyebalkan.” kesalku setelah memarahi mereka berdua.

“Tidakkah kau itu pilih kasih Jaemi-a?” saut seorang yeoja yang tengah berdiri, dia duduk di bangku belakang depan loker.

“Mwo?”

“Kau hanya perduli dengan anak kelasmu saja tapi kau tak pernah perduli dengan nasib kelas lain. Bukankah kita sama-sama kelas tiganya?” ungkapnya.

“Anya... siapa yang bilang aku perduli dengan anak kelasku? Jika kalian ingin lulus dengan nilai yang bagus, bukankah kalian harus belajar, geronggo anya (bukankah begitu)? Gerigo (dan), kau juga masih punya waktu beberapa bulan untuk memperbaiki nilaimu, kitakan baru memasuki semester satu di kelas tiga.” ungkapku sinis.

“Bisakah kau membantu belajarku?” pinta seorang yeoja yang kini berjalan menghampiriku lalu berlutut di depanku.

“Wae… wae irae (kenapa... Kenapa kau seperti ini)?” dia benar-benar membuatku terlihat jahat.

“Aku bisa dibunuh ayahku jika aku tidak bisa masuk universitas Hongik.”

“Di ireum nuguya (namamu siapa)?”
“Sena, Jung ena.”

“Irreona (berdirilah)? Mian (maaf).” Aku pergi meninggalkan yeoja itu.

Keesokan harinya aku mengendarai motorku menuju sekolah, aku berhenti karena lampu merah. Aku melihat seorang namja mengendarai motor besar berwarna merah. Perhatianku tertuju pada sepatu namja tersebut. “Syut~syut.” Ucapku padanya sembari menunjuk-nunjuk kearah sepatunya. Dia melihatku heran, aku semakin menekan tanganku menunjuk-nunjuk kearah sepatunya.

Bersambung…

NEXT CHAPTER

Ia teringat dengan yeoja yang menunjuk-nunjuk kearah sepatunya. "Rupanya yeoja itu mengingatkanku aku pikir dia…" ujar namja yang mencoba untuk berdiri.

“Ada bts.” Teriak salah satu yeoja yang membuat koridor penuh dengan banyak murid yeoja.

“Ikut denganku?” Titah seorang ibu-ibu yang memakaikan barang serba mewah, dari ujung rambut sampai ujung kakinya benar-benar terawat dengan baik.

“Sirheo (tidak mau) eomma, aku ingin lulus dari Sopa, music adalah duniaku.”

“Namamu tidak ada di kelas ini, ayo ikut denganku?” perintah guru yeoja itu. Mereka berdua menuju kantor untuk menanyakan kelas namja tersebut.

“Hey lihat Jaemi membuat video pembelajaran untuk anak 3-4.”

“Hey anak baru.” Aku melepas earphoneku dan melihat kearahnya. “Kau mau ini?” Namja itu menawarkan video padaku.

“Sirheo, jika itu blu film aku mau.” Jawabku dingin kemudian memasang earphoneku kembali.

Eomma benar-benar membuatku gila, seminggu yang lalu ia menyuruhku untuk pindah ke sekolah neraka. Dimana setiap harinya aku harus pulang pukul empat karena harus mendapat pelajaran tambahan, dan sekarang eomma mencarikanku guru les, lalu bulan depan apa lagi?

“Mwo…? Terus arrabeoji mengijinkannya?” Terakhir kali Im hyun ju memakai mobilku ia menabrakannya ke tiang lampu. Aku bergegas mengambil ponselku kemudian menghubunginya.

Bahkan perselisihan ini berakhir di meja hijau.

“Dicari guru privet yang berbakat untuk mengajar anak kelas tiga Sma dan kelas satu Sma.”

“Lain kali berkunjunglah lagi ke rumahku? Kau ke rumah mertuamu tidak membawa apa-apa, menantu macam apa kau ini? Lain kali jika kau kesini bawakan aku apa itu namanya ru... ru…?"

"Rujak i ye yo." Sautku.

“Aaah juisonghabnida (maafkan saya) samonim. Saya sedang di bandara menuju Indonesia, maaf karena saya tak bisa datang di hari pertama bekerja.”

“Kau benar-benar keterlaluan bagaimana kau bisa datang ke pernikahan kakak sepupumu dengan menggunakan clana jins dan hem serta memakai sepatu.”

Vokalis dalam band itu adalah teman namjanya ketika masih duduk di sekolah dasar, namja itu bernama Al ghazali.

TINGGALKAN KOMENTAR. BAIK KRITIK SARAN ATAU PUN PUJIAN PASTI DITERIMA. TERIMAKASIH UDAH NYEMPETIN BACA.

4 komentar:

  1. kayaknya ceritanya bakalan seru sih. Tapi banyak penulisan yang perlu diperbaiki thor. Dan juga, penjelasannya kurang =) Jadi, kurang bisa paham sama cerita dan situasinya. tapi udah lumayan kok. terus nulis ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mian2 aku memang masih pemula, makasih komennya dan makasih udah nyempetin baca.

      Hapus
  2. Heyyo jaemi! Akhirnya saya bisa baca juga karya kamu x)
    Sebenernya plotnya bagus, tapi penulisan kurang rapi dan penjelasannya juga masih kurang~
    hwaiting for next chapter!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya makasih sarannya ya!!! hehehe maaf aku akan berusaha lebih keras #lebay but makasih

      Hapus