ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Minggu, 31 Agustus 2014

The Girl Next Door


 
The Girl Next Door 
by Stephcecil
Main Cast : Xia Luhan (EXO), Kim Sora (OC)
Genre : Romance, a bit of fluff (maybe? ) || Lenght : Oneshoot
Disclaimer : The Plot and Story is Mine.
A/N : Saya kembali dengan oneshoot yang satu ini. Mohon maaf jika Typo bertebaran atau cerita gaje --" maklum, inspirasi pas-pasan. Komentar dan Kritik membangun sangat ditunggu. Happy Reading!

Summary : 

" Gadis itu, kim Sora, sukses membuat Luhan merasa 'terganggu' dengan keberadaannya. Bagaimana tidak? Tingkah kekanakkan dan senyuman usil Sora hampir setiap saat mewarnai hari-hari Xia Luhan. Sehingga keabsenannya membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang kurang"




***



Tepat di sebelah rumah sora, dibangun sebuah kedai kecil. Kedai tersebut bernuansa cokelat dengan interior sederhana. Tidak menonjol memang. Namun kedai itu telah menjadi tempat favorit seorang kim sora.Pemilik sekaligus pelayan kedai bernama xia luhan, namja berwajah cantik dan berdarah cina itu merupakan salah satu alasan ia mengunjungi kedai ini hampir setiap harinya. Yah, selain untuk memesan makanan tentunya. Orangtua Sora terlalu sibuk bekerja, sedangkan ia sendiri tidak pandai memasak. Otomatis tidak ada yang menyiapkan makanan di rumah. Selain Luhan, ada dua ‘penghuni tetap’ kedai lainnya. Xiumin, sang barista kedai. Dan Kyungsoo, sang juru masak. Lokasi kedai memang termasuk kurang strategis, namun rupanya suasana nyaman dan rasa masakan yang enak membuat kedai tetap diminati banyak pengunjung.

Sora membuka pintu kedai. dinginnya udara dari pendingin ruangan menyapu lembut pipi gadis itu. Ia langsung melangkahkan kaki menuju meja di sudut ruangan. Tempat favoritnya.

" Anyeong. Sora-ssi."

Sapa xiumin dengan nada yang begitu akrab terdengar di telinga sora. Sora menoleh, kemudian membalas sapaan barista tersebut dengan anggukan. Senyum manis pun tak luput dari wajahnya.

" Luhan oppa dimana? " tanya sora.


Gadis itu baru menyadari jika manik matanya tidak menangkap sosok luhan di seluruh penjuru kedai. Tanpa diduga, Xiumin tertawa pelan. Pipinya yang tembam membuat namja itu terlihat begitu manis. Di lain sisi, sora mengernyitkan dahi. Heran.

" Apa ada yang lucu? "

Xiumin menggeleng.

" Anniya, hanya saja tebakanku ternyata benar "

" Tebakan apa? "

Jika dihitung-hitung, sudah tiga pertanyaan yang dilontarkan Sora. Xiumin kembali tertawa. walau sebenarnya alasan di balik tawa tersebut tidak begitu penting.

" jika kau akan langsung menanyakan keberadaan Luhan "

Kalau saja ini manga, maka akan ada sebuah palu besar yang memukul kepala.Gadis itu hingga benjol. Yah, Sora sadar mungkin tindakkannya terlalu 'jelas'. Bahkan orang lain dengan mudah melihatnya.


" La-lalu kenapa? " Sora salah tingkah.

" Kau menyukainya bukan? "

" Si-siapa... "

" Apa kata-kataku kurang jelas? "

" Mungkin saja "

" Kau menyukai luhan "

Tiga kalimat sensitif itu meluncur dari bibir xiumin. Sora refleks menggebrak meja kedai, disertai seruan "YAH!" yang tak kalah keras dari gebrakannya.

Hening.

Kemudian Sora segera sadar diri dengan tindakkannya. Wajahnya merah padam menahan malu. Seruannya tadi cukup keras untuk membuat kyungsoo -juru masak.kedai- mengintip keluar dapur untuk mengecek keadaan. Untung saja situasi kedai sangat sepi. Hanya terdapat mereka bertiga di sana.

Gadis itu memelototi xiumin intens. Hingga bola matanya seolah akan meloncat ke luar. Xiumin hanya merespon dengan tenang. Terlalu tenang malah.

" Tenang saja, aku tidak akan membocorkan rahasiamu."

Tepat setelah xiumin menyelesaikan perkataannya dan Sora baru akan membuka mulut, sebuah suara lain menyahut. Sora terkejut setengah mati. Sedangkan xiumin segera 'kabur' dari sana. kembali berkutat dengan kopi buatannya. Pasalnya, Sora mengenal jelas sang pemilik suara.

" Rahasia apa? " tanya Luhan penasaran.

Namja itu baru saja tiba di kedai. Kedua tangannya memegang dua kantong plastik berukuran besar, menandakan keabsenannya sejak beberapa menit lalu disebabkan untuk membeli bahan masakan. Xia luhan memang tipe orang yang hobi melakukan semuanya sendiri. Alasan ia memperkerjakan xiumin dan kyungsoo adalah karena mereka adalah sahabat-sahabat Luhan.

" Bukan apa-apa oppa " kilah Sora.

" Jinjja? "

" Ne... "

Luhan menoleh ke arah Xiumin. Tatapan matanya seolah meminta penjelasan. Namun barista tersebut hanya mengedikkan bahunya. Sora menghembuskan nafas lega. Sesuai 'janjinya' barusan. Xiumin akan tutup mulut soal ini. Luhan yang merasa tindakkannya sia-sia saja jika terus mendesak kedua orang itu memutuskan untuk menyerah.

" Baiklah. Terserah saja " ujar Luhan sok cuek. Kemudian ia melangkahkan kaki ke dapur, demi meletakkan bahan-bahan makanan yang baru dibelinya.

Segera setelah sosok Luhan menghilang di balik pintu dapur, Kim sora memelototi xiumin dengan tatapan ingin membunuh. Sedangkan namja itu kembali merespon dengan tawa renyah.


                                                                           ***

Kim sora menggerayangi keyboard pada laptopnya dengan tak bergairah. Rasa kantuk serta lelah yang teramat sangat menjalari tubuhnya. Jika saja sang tugas tidak harus dikumpulkan besok, ia lebih memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Jam tidur Sora terasa kurang akhir-akhir ini. Maklum saja, ujian akhir semakin dekat. Para guru pun semakin gencar memberikan tugas dan tes.

Suasana hening di kamar Sora segera terusik ketika benda mungil bernama ponsel berbunyi nyaring. Tanpa buang waktu, Kim Sora segera mengecek benda itu.

Oh, ada pesan masuk.

From : Luhannie Oppa

Sora-ya, jika kau senggang besok.. maukah kau menemaniku keluar? Kyungsoo bilang, dia ingin membuat menu baru. Jadi ia menyuruhku untuk membeli beberapa buku resep
 
 
Manik hitam milik Sora langsung berbinar begitu selesai membaca pesan Luhan. Gadis itu menyunggingkan senyum penuh kebahagiaan. Secepat kilat, ia pun membalas pesan tersebut.

To : Luhannie Oppa

Tentu saja! Jam berapa?


Balasan Luhan juga tak kalah cepat. Hanya selang beberapa detik, ponsel Sora kembali berdering.


From : Luhannie Oppa

Jam 7an. Kutunggu di depan kedai.



Perasaan Sora seolah melayang dibuatnya. Ia cekikikan seorang diri. Padahal jelas-jelas tiada yang lucu kala itu. layaknya orang tak waras. Namun, sora kelewat bahagia. Hingga tak tersisa ruang di hatinya untuk merasa marah, jika seseorang mengatai Sora gila.

Kim sora yang sadar jika jarum jam terus bergeser ke arah kanan, kembali mengerjakan tugasnya. karena jika tidak cepat diselesaikan, maka ia benar-benar akan kehilangan waktu tidurnya.walau dalam pikiran gadis itu hanya terdapat bayang-bayang Xia Luhan.


                                                                            ***


Suasana di kedai siang itu termasuk cukup sepi. Hanya terdapat dua pengunjung yang tengah menikmati santapan mereka. Karena tidak ada pengunjung lain yang datang, maka ketiga penghuni kedai pun menganggur. Kyungsoo berkutat seorang diri di dapur - Melakukan eksperimen dengan masakannya-. Sedangkan Luhan yang tampak bosan hanya memperhatikan xiumin yang tengah berlatih teknik menuangkan kopi. Sebagai seorang barista pemula, masih banyak yang harus dikuasainya.

" Hyung... " ujar Luhan tiba-tiba.

Xiumin memang lebih tua dari Luhan. Maka tak heran ia memanggil Xiumin "hyung". Sang barista pun menghentikan kegiatannya sejenak setelah mendengar panggilan Luhan.

" Mwo? " tanya Xiumin

" Aku bosan "

" hanya itu? "

" Apa maksud Hyung? "

Sudut bibir sang barista tertarik ke atas. Ia sedang berpikir apakah wajahnya terlalu lugu bagi Luhan, hingga dikira tak menyadari apa yang sedang terjadi. Luhan semakin bingung. Bukannya mendapatkan sebuah jawaban, hyungnya malah memberi respon abstrak.

" kau merasa bosan karena tidak ada gadis itu di sekitarmu " tegas Xiumin

" Apa benar begitu? "

pertanyaan barusan seolah ditujukannya pada diri sendiri. Gadis itu, kim Sora, sukses membuat Luhan merasa 'terganggu' dengan keberadaannya. Bagaimana tidak? Tingkah kekanakkan dan senyuman usil Sora hampir setiap saat mewarnai hari-hari Xia Luhan. Sehingga keabsenannya membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang kurang. Namun apa benar perkataan Xiumin hyung? Jika saat inipun ia merasa bosan karena gadis itu tidak ada?

"Dilihat dari tingkah mu saat ini. Kurasa.itu benar " tandas sang hyung.

Wow. Luhan harus memberi dua jempol untuk Sora.

" Apakah ini salah? "

" Tidak akan ada yang menyalahkan mu karena menyukai seseorang "

Xia Luhan baru saja mendapatkan mental breakdown. Yang benar saja. Dia? Menyukai kim Sora? Tetangga di tempat kerjanya?



                                                                               ***



Kim Sora mengecek keadaan tempat tinggalnya. Memastikan seluruh lampu telah dimatikan dan pintu ruangan terkunci rapat, kecuali pintu depan pastinya -karena ia sendiri belum keluar-. Setelah yakin bahwa situasi rumah akan aman tanpa penghuni, sora pun melangkahkan kaki keluar rumah serta mengunci pintu depan. Eommanya akan pulang beberapa jam lagi.

Nah, ini saatnya. Senyum yang terukir di wajahnya semakin mengembang bahagia saat melihat sosok Luhan yang tengah menunggu nya di depan kedai. Pemuda itu menggunakan pakaian semi-formal. Kemeja biru polos dan celana panjang hitam. Tidak seperti biasanya yang selalu menggunakan seragam kedai.

" Oppa! "

Sora berteriak memanggil Luhan, sembari berlari ke arah namja itu. Luhan menoleh. Menyambut kehadiran Sora dengan senyum lebar.

" kau menunggu lama ? " tanya Sora.

" Tidak kok "

Kedua orang tersebut segera berjalan ke arah mobil Luhan yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berada sekarang. Keluarga Xia Luhan memang kaya raya. Maka tak heran jika ia memiliki mobil pribadi.

Hanya butuh beberapa menit hingga kedua orang itu memasuki mobil dan kendaraan tersebut melaju dengan kecepatan rata-rata di tengah hiruk pikuk kota. Seoul memang indah pada malam hari. Lampu gedung dan jalanan menambah gemerlapnya malam. Seakan kota ini tak pernah tidur.

Selama perjalanan, tak henti-hentinya Sora melirik Luhan. Walau memiliki wajah yang terkesan 'cantik', namun tak urung sosok Luhan yang tengah mengemudi terlihat maskulin di mata Sora. Jika saja ia memiliki kekuatan untuk menghentikan waktu. Ia pasti telah menggunakannya saat ini.



                                                                         ***


Mobil yang dikendarai Luhan berhenti tepat di depan toko buku. Namja itu turun terlebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk Sora. What a gentleman.

Begitu menginjakkan kaki di dalam toko, Luhan langsung berjalan menuju bagian resep masakan. Tanpa dikomando, Sora pun mengikuti Luhan. Bagaikan anak ayam mengikuti induknya. Sebenarnya Luhan sendiri tidak begitu mengerti mengenai masakan. Maka ia hanya memilih beberapa buku sekenanya. Sedangkan pandangan mata Sora tertuju pada buku resep kue. Walau tak jago memasak, namun ia cukup doyan membuat kue. Kue-kue buatannya pun lumayan enak.

“ Kau bisa membuat kue? “ tanya Luhan.

Rupanya sejak tadi namja itu memperhatikan tingkah Sora. Pertanyaan Luhan yang tiba-tiba sedikit membuat gadis itu terkejut. Bagaimana tidak? Sedari tadi suasana disana cukup hening. Maklum, tempat mereka berada sekarang adalah toko buku. Yang identik dengan keheningan.

“ Emmm… sedikit “

Sora tak ingin dianggap bersikap ‘pamer’ dengan kemampuannya. Luhan tersenyum tipis. Ia pun mengambil buku yang menarik perhatian Sora tadi. Tentu saja tanpa diminta oleh gadis itu.

“ Kita beli yang ini “

“ Eh.. tapi “

“ Tenang saja. Aku yang bayar “

“ Kenapa harus kau yang bayar? “

“ Karena aku yang mengajakmu kemari “

Sora kehabisan kata-kata. Ia tidak dapat membantah keinginan Luhan. Walaupun dalam hati ia merasa tidak enak karena membeli buku tersebut dengan menggunakan uang Luhan. Namun apa lagi yang bisa Sora lakukan? Namja itu terus saja memaksa untuk membelikannya buku tersebut. Di lain sisi, Sora sendiir telah memiliki bejibun buku resep. Jika Kyungsoo hobi bereksperimen dengan masakannya, maka Sora dengan kue-kuenya. Setelah selesai membayar buku-buku pilihan mereka. Sora dan Luhan berjalan keluar toko. Kali ini dengan satu kantong belanja berukuran sedang yang digenggam Luhan di tangan kirinya.

Kedua orang itu kembali memasuki mobil. Dalam hatinya, Sora merasa kecewa. Ia merasa waktu bergulir terlalu cepat. Sora masih ingin bersama Luhan lebih lama lagi. Yah, walau hanya beberapa menit lagi. Jarang-jarang ia mendapatkan kesempatan seperti ini. Berdua saja dengan seseorang yang dia sukai.

“ Apa kau tidak apa-apa pulang agak malam? “ suara Luhan memecah kesunyian dalam mobil.

“ Tidak apa-apa. Memangnya kita mau kemana lagi? “

Pertanyaan Sora yang terakhir tidak mendapatkan jawaban dari Luhan. Namja itu hanya memasang senyum misterius. Sejurus kemudian, ia memutar balik kemudi. Berlawanan arah dengan jalan pulang. Jika saja Sora tidak mengenal dengan baik namja yang kini duduk mengemudi di sampingnya. Sudah bisa dipastikan ia akan ketakutan. Bagaimana tidak? Bayangkan saja ada orang asing yang membawamu entah kemana. Namun yang dirasakan Sora sekarang justru berbanding terbalik. Ia terlampau penasaran sekaligus bersemangat dengan tujuan mereka berikutnya.



                                                                           ***


Jarum jam nyaris menunjukkan pukul 10 malam. Kesunyian malam di kedai semakin mendominasi. Tidak ada pengunjung di sana. Tentu saja, karena tempat itu sudah ditutup beberapa menit lalu. Hanya ada dua sosok manusia di sana. Tak lain dan bukan merupakan pegawai kedai tersebut. Kyungsoo dan Xiumin. Mereka berdua sudah mengganti seragam dengan pakaian santai. Bersiap pulang ke rumah masing-masing, setelah membereskan kedai tentunya.

“ Hyung. Apa kau tau Luhan Hyung pergi kemana? “ tanya Kyungsoo.

Sang barista yang tengah merapikan meja-kursi di kedai sontak menghentikan kegiatannya sejenak. Ia menatap Kyungsoo dengan pandangan geli. Rupanya namja itu terlalu sibuk di dapur hingga tidak menyadari keadaan di sekitarnya.

“ molla “

“ Ayolah hyung, aku tahu kau mengetahui sesuatu “

“ Luhan hyung menyuruhku untuk tutup mulut “

“ Aku tidak akan memberitahu siapapun “

“ Tetap tidak bisa “

“ Hyung… “ rengek Kyungsoo.

Xiumin kembali memandangi Kyungsoo. Kali ini dengan penuh rasa gemas. Ia benci jika dongsaengnya mulai merengek seperti ini. Benar-benar mirip dengan anak kecil yang ingin dibelikan balon. Namja tersebut menghela nafas panjang dan memilih melanjutkan acara bersih-bersihnya. Yang dianggapnya jauh lebih penting dan berguna disbanding menanggapi rengekan Kyungsoo.

Sedangkan Kyungsoo yang merasa diacuhkan menolak untuk ‘menyerah’. Ia semakin gencar mendesak Xiumin demi mendapatkan sebuah jawaban.

“ Hyung…. “

Masih tidak ada respon dari sang hyung.

“ Hyung, aku berjanji akan mentraktirmu makan malam jika kau memberitahuku “

Tawaran Kyungsoo membuat manik mata Xiumin berbinar bahagia. Ayolah, siapa yang akan menolak makanan gratis? Setidaknya bukan dirinya. Sang hyung pun menoleh ke arah Kyungsoo. Meminta penegasan dari dongsaengnya yang satu itu.

“ Kau berjanji? “

“ Ne. Aku janji “

“ Sabtu ini. Caffe Latte “

“ Tapi disana mahal hyung. Tidak bisakah kau memilih tempat lain? “

Kyungsoo mencoba bernegoisasi dengan hyungnya. Bagaimanapun juga, dompetnya semakin menipis akhir-akhir ini. Sedangkan waktu gajian masih dua minggu lagi. Kyungsoo hanya mendesah pelan saat tawarannya direspon dengan gelengan mantap oleh Xiumin. Negoisasinya gagal total.

“ Baiklah… “

Akhirnya Kyungsoo setuju. Dengan berat hati tentunya. Namun apa boleh buat, rasa penasaran benar-benar telah merasuki pikiran namja itu. Ia bahkan merasa dirinya tidak akan dapat tidur malam ini jika tidak mendapatkan jawaban.

Xiumin tersenyum puas. Ia meletakkan saputangan yang tadi digunakannya untuk membersihkan meja kedai dan berjalan ke tempat Kyungsoo berada. Ia mendekatkan kepalanya tepat di samping telinga Kyungsoo dan membisikkan sesuatu padanya. Sebuah bisikan yang pelan namun berhasil membuat sang pendengar membelalakkan matanya karena terkejut.

“ M-Mwo?! Confession? “


***




Ternyata tempat lain yang ingin dikunjungi Luhan adalah bioskop. Sudah lama Luhan tidak meluangkan waktunya untuk bersenang-senang. Atau bahkan sekedar mencuci mata dengan menonton film. Bioskop yang terletak di pusat kota Seoul tersebut terkesan ramai pada malam hari. Sama dengan Luhan, Sora pun jarang mengunjungi Bioskop. Selain disebabkan pekerjaan sekolahnya yang kian hari makin menumpuk, menonton film juga tidak termasuk salah satu dari sekian banyak hobinya.

Namun hal yang membuat Luhan mengunjungi tempat ini bukanlah karena ia ingin menonton film. Ada hal lain. Tersembunyi di balik senyum misteriusnya. Namja itu menarik tangan Sora yang nyaris tersesat dalam kerumunan orang. Ia setengah menyeret gadis itu menuju barisan antrian film horror.

Kim Sora membenci film horror.

“ Oppa, bisakah kita menonton film yang lain saja? “ erang Sora saat mereka sudah berada di urutan terdepan antrian. Luhan terbahak kecil. Ia dapat menangkap jelas ekspresi Sora yang tengah ketakutan. Ia tahu benar jika gadis satu ini sangat membenci film horror.

“ Tidak bisa. Aku ingin menontonnya “ tolak Luhan.

“ Kalau begitu kau saja yang menonton. Aku akan menunggu diluar “

“ Tidak bisa begitu “

“ Aku tidak bisa menonton film horror… “

“ Tenang saja. Ada aku “

Mendengar perkataan Luhan, gadis itu menjadi bungkam. Ia kehabisan kata-kata. Xia Luhan memang sulit dibantah. Apalagi bagi Sora yang pada dasarnya memang gadis penurut. Makan tak heran jika ia diam saja saat Luhan membayar tiket mereka dan menggiringnya ke dalam bioskop.

Luhan mengambil tempat duduk di barisan tengah. Sora mengikutinya dan duduk tepat di samping Luhan. Saat ini, Jantung gadis itu berdebar keras disebabkan dua alasan. Pertama, Sora membenci film horror dan ia akan menangis ketakutan tiap kali menontonnya. Tak berbeda dengan situasinya sekarang. Ia akan menonton film horror dan merasa ketakutan karenanya. Sedangkan alasan kedua, karena kini Luhan berada di dekatnya. Benar-benar didekatnya. Hanya ada celah setengah meter di antara mereka. Dan hal itu sukses membuat Sora gugup setengah mati.

Lampu bioskop dimatikan.

Film pun segera dimulai. Beberapa adegan pertama tidak begitu menakutkan. Sora masih duduk dengan manis di tempatnya. Namun menit demi menit berlalu. Film yang mereka tonton mencapai klimaks. Adegan-adegan yang ditampilkan semakin menakutkan saja. Sang hantu di film muncul dan membuat Sora refleks menyembunyikan wajahnya dan mencengkeram erat lengan Luhan. Namja itu hanya terkikik geli dalam hati sembari menepuk pelan puncak kepala Sora. Menenangkannya.

“ Hantunya sudah hilang.. “ kata Luhan beberapa detik kemudian.

Mendengar penuturan Luhan, Sora segera membebaskan lengan Luhan dari cengkeramannya serta membenarkan posisi duduknya. Wajahnya merona merah karena malu. Tapi apa boleh buat? Tindakan Sora barusan dilakukannya atas dasar rasa takut.

Untuk beberapa waktu kemudian, tidak ada yang bersuara. manik mata kedua orang itu menatap layar bioskop lekat-lekat. Walau sebenarnya mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlalu sibuk hingga tak tersisa ruang untuk memperhatikan film yang tengah diputar. Hingga akhirnya Luhan berdeham pelan. Memecah keheningan tersebut.

“ Sora… “

Panggilan Luhan membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari layar bioskop. Ia menoleh ke samping. Di tengah pencahayaan yang begitu minimalis, ia masih dapat melihat wajah Luhan. Walau hanya samar-samar tentunya.

“ Ne? “ tanya Sora.

“ Aku ingin mengatakan sesuatu padamu “

Intonasi Luhan terdengar begitu serius di telinga Sora. Namun tak urung gadis itu merespon dengan santai. Ia tidak menyadari jika kalimat santainya malah membuat kadar kegugupan Luhan kian meningkat.

“ Katakan saja sekarang “

“ Sebenarnya… aku… “

Suara Luhan tercekat. Seolah ada sesuatu yang menyumbat tenggorokkannya. Xia Luhan memutuskan untuk mengambil jeda sejenak. Ia menghela nafas panjang. Berharap kali ini kata-kata akan meluncur mulus dari bibirnya. Ia mengepalkan tangannya kencang-kencang. Mencoba mengumpulkan segenap keberanian yang menguap entah kemana.

“ Oppa? “ tanya Sora heran karena melihat namja itu diam saja.

Ini saatnya Xia Luhan. Kau harus mengatakannya sekarang. Yah, Sekarang atau tidak selamanya.

“ Kim Sora. Aku menyukaimu “

Bingo.

Sora terhenyak seketika. Ia begitu terkejut dengan pengakuan Luhan hingga tak menyadari jika dirinya telah mematung beberapa detik. Luhan mengguncang bahu Sora. Khawatir jika sesuatu yang aneh terjadi pada gadis itu. Butuh beberapa detik lain untuk menyadarkan Sora. Dan reaksi yang diberikan gadis itu setelah ‘sadar’ adalah tertawa.

“ Hahaha… oppa. Jangan bercanda. Kau begitu lucu “

“ Aku tidak bercanda “

“ Heol. Yang benar saja “

“ Kubilang aku tidak bercanda, Kim Sora “

“ Dan kubilang aku tidak percaya, Xia Luhan “

Pengakuan yang berujung pada perdebatan. Ini menggelikan, batin Luhan. Namun bagaimanapun juga, ia tidak ingin usahanya malam ini sia-sia. Yang benar saja, ia telah berjuang mengumpulkan segenap keberanian. Dan respon yang didapatnya hanya sebuah tawa? Tidak. Luhan tidak ingin menyerah. Ia harus membuktikan pada gadis ini jika ucapannya tadi serius.

Dan itulah yang terjadi. Luhan mengecup lembut pipi kanan Sora.

Gadis itu merasa wajahnya memanas. Benar-benar panas. Ia sama sekali tak menduga jika Luhan akan melakukan hal itu. Belum sempat Sora bereaksi apapun, Luhan buru-buru mengajukan suatu pertanyaan. Pertanyaan yang begitu mendadak dan membuat gadis itu kembali terkejut.

Sora berharap ini bukanlah mimpi.

“ Jadi, maukah kau menjadi yeojachinguku ? “

Gadis itu tidak memberikan respon apapun pada awalnya. Seolah sengaja membuat Luhan dirasuki kegusaran yang teramat sangat. Hingga saat ini, Xia Luhan tidak pernah menerima penolakan. Tidak sekalipun. Faktanya, justru Luhan yang menolak gadis-gadis itu. Apakah ini akan menjadi penolakan pertamanya?

Luhan menutup kedua matanya karena gugup. Ia menajamkan indera pendengarannya, berharap sang gendang telinga menangkap sesuatu yang berlawanan dengan penolakan. Detik demi detik berlalu. Luhan tidak menangkap suara apapun –selain suara film yang tengah diputar-. Yang ada, ia merasakan kecupan pelan di pipinya.

Xia Luhan kembali mengaktifkan indera pendengarannya dan memasang senyum lebar. Tanpa dijelaskan melalui kata-katapun. Ia sudah mengetahui jelas jawaban gadis itu. Yah, Kim Sora tidak akan mampu menolak perasaannya.

Dan ia, Xia Luhan. Telah jatuh hati pada gadis bernama Kim Sora. Tetangga di kedai miliknya.


                                                                        ***




Sang barista nyaris terbang menuju alam mimpi ketika sebuah suara mengusik istirahat malamnya. Sebuah dering ponsel. Dengan enggan, Xiumin membuka kedua matanya yang terasa berat itu. Rasa penat setelah seharian bekerja di kedai menjalari tubuh namja itu. Namun rasa kantuk dan penat tersebut segera lenyap entah kemana saat membaca deretan kata yang dikirim Luhan melalui pesan singkat. Tergantikan oleh senyuman tipis.

From: Luhan

Hyung! Aku sudah mengatakan itu padanya. Dan coba tebak apa yang terjadi? Ia menerimaku hyung. ><


=The End=

3 komentar:

  1. Ceritanya bagus, tapi pendalaman tokohnya masih kurang. Sedikit koreksi ya Saeng, :D aku 95 Line :) sebelum menutup percakapan dengan tanda " harus dikasih tanda baca. Entah itu titik atau yang lain. Dan jangan lupa, penulisan nama orang dan tempat harus menggunakan huruf kapital. Perhatikan juga penggunaan tanda baca. Mian kalau cerewet, hanya saling berbagi aja. :) tapi aku suka kok ff kamu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Ohh... oke makasih eonni sarannya ^^ gakpapa kok aku malah seneng dikasih kritik. Makasih juga udah mau suka dan commen ^^ *heart*

      Hapus