ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Rabu, 22 Juli 2015

You Hurt Me So Chapter 2


Title: 너 때무네 너무 아빠 (You Hurt Me So)/2
Author: Kim Jaemi
Cast: Bts & Got7
* Kim Tae Hyung V (Bts) as Choi Risang
* Jeon Jung Kook (Bts) as Choi Jung Sang
*Mark Yi Eun Tuan (Got7)
* Im Jaemi or You
* Min Wang Zi (Author Chingu)
Support Cast: Find them when you read it!!
Background: Indonesia, Korea and Hongkong
Genre: Teen, Friendship, Romance, Sadness and School life.
Length: Chaptered
Disclaimer: No Copas!! No Plagiarism! Happy reading guys ^^ #PeaceUp&V
#Before
“Bisakah kau membantu belajarku?” pinta seorang yeoja yang kini berjalan menghampiriku lalu berlutut di depanku.
“Wae… wae irae (kenapa... Kenapa kau seperti ini)?” dia benar-benar membuatku seperti yeoja yang jahat.
“Aku bisa dibunuh ayahku jika aku tidak bisa masuk universitas Hongik.” 
“Di ireum nuguya (namamu siapa)?” 
“Sena, Jung ena.”
“Irreona (berdirilah)? Mian (maaf).” Aku pergi meninggalkan yeoja itu. 
Keesokan harinya aku mengendarai motorku menuju sekolah, aku berhenti karena lampu merah. Aku melihat seorang namja mengendarai motor besar berwarna merah. Perhatianku tertuju pada sepatu namja tersebut. “Syut~syut.” Ucapku padanya sembari menunjuk-nunjuk kearah sepatunya. Dia melihatku heran, aku semakin menekan tanganku menunjuk-nunjuk kearah sepatunya.
You Hurt Me So Chapter 2
---DARI MANA AKU MENDAPATKAN UANG?---

Aku menambah gasku karena lampu hijau sudah menyala. Sesampainya aku di sekolah aku memasuki kelas 3-4 kemudian meletakan sebuah kaset di salah satu laci meja. 
“Jin young-a! Bagaimana? Apa data-dataku bisa kembali?” Tanyaku melalui ponsel, kini aku sudah terduduk di salah satu bangku dalam kelasku. 
"Aku usahakan, aku masih di jalan menuju sekolah. Nan kenheo (aku tutup)." 
-Plip-
Jin young mematikan panggilanku secara sepihak. Aku masih memikirkan ucapan eomma dan appa kemaren malam. Mereka berdua benar-benar marah padaku, biasanya kalau aku dalam keadaan seperti ini, aku pasti membuka notepateku. Tapi apa yang bisa aku lakukan karna notepateku tidak ada apa-apanya, terlebih lagi notepateku juga berada di tangan Jin young. Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal, kemudian menutup wajahku dengan kedua tanganku. Sebelum guru datang lebih baik aku keluar saja, percuma aku berada disini karena aku lagi tak ingin belajar. Jika aku memaksakannya itu hanya akan membuat pusing kepalaku saja. Hari ini aku memutuskan untuk bolos sekolah, mungkin aku akan pergi ke ruang latihan Jin young. 
#Author *Pov*
Terlihat seorang namja memakai sragam menuruni motor besar miliknya, ketika ia melangkah ia terjatuh karena tali sepatunya yang tak terikat. Kejadian ini membuat teman-temannya yang berada di depan bangunan besar tertawa melihatnya. Ia teringat dengan yeoja yang menunjuk-nunjuk kearah sepatunya. "Rupanya yeoja itu mengingatkanku aku pikir dia…" Ujar namja yang mencoba untuk berdiri.
“Gwenchana (apa kau baik-baik saja)?” Tanya salah satu teman namjanya yang turut membantunya berdiri, namja itu membantu sembari menahan tawa. “Bukankah hari ini kau sudah pindah sekolah?” Tanya jimin sembari membantu namja yang terjatuh tadi. “Eoe, haah… Institud High School of Seoul, aku bisa gila.” Ungkap namja itu yang kemudian mengajak teman-temannya masuk.
Tak lama kemudian ponselnya berdering, namja itu enggan untuk menjawab panggilan telepon dari ibunya, tapi ibunya terus saja menghubunginya. 
“Ada bts.” Teriak salah satu yeoja yang membuat koridor penuh dengan banyak murid yeoja. Keempat namja itu terus berjalan melewati koridor, tak lama kemudian langkah mereka terhenti oleh beberapa ahjushi-ahjushi (bapak-bapak) yang memakai jas berwarna hitam. 
“Ikut denganku!” Titah seorang ibu-ibu yang memakaikan barang serba mewah, dari ujung rambut sampai ujung kakinya benar-benar terawat dengan baik. Namja yang tadi terjatuh menghembuskan nafas dengan kencang.
“Aku sudah bayar mahal untuk sekolah itu, bagaimana mungkin kau masih tidak ingin pindah sekolah?” Mendengar ungkapan ibu-ibu itu membuat semua yeoja kecewa, terang saja karena most wanted meraka akan pindah sekolah. 
“Sirheo (tidak mau) eomma, aku ingin lulus dari Sopa, musik adalah duniaku.” Jawab namja tadi dengan wajah datar, teman-temannya hanya terdiam membisu, saat ini tak ada yang bisa mereka lakukan.
“Mwo?” Ibu-ibu itu memberi isyarat pada ahjushi-ahjushi tadi untuk membawa namja itu pergi. Namja itu terus saja meronta minta dilepaskan. “Berikan kunci motormu padaku!” 
“Bawa motornya!” Nyonya besar itu memberikan kunci motor pada salah satu ahjushi berjaskan hitam.
Di dalam mobil seorang namja dan ibunya hanya terdiam tak berkata apa-apa. Terlihat kemarahan di wajah namja itu, ia tidak ingin masuk sekolah neraka yang menurutnya hanya pelajaran saja yang diprioritaskan. Sekolah itu terkenal dengan murid-muridnya yang suka depresi, bahkan tak jarang pula mereka bunuh diri karena tidak bisa belajar dengan baik atau diforsir untuk mendapat nilai yang tinggi. 
“Kau sudah aku daftarkan seminggu yang lalu, apa kata kepala sekolah jika kau baru masuk hari ini?” Namja itu hanya diam tak menjawab, saat ini ia benar-benar kesal.
Seorang namja berjalan menuju kelas sembari mengantongi tangannya, sesampainya di dalam kelas ia melihat ke layar yang tengah memutar cara-cara mengerjarkan soal-soal matematika. Ia juga menduduki bangku kosong di ujung belakang. 
“Yaa...!? Mian karna aku tak punya waktu untuk mengajarimu, aku bukannya tak mau membantu belajarmu. Pertama buka halaman satu aku sudah menjelaskan setiap rumus dalam video ini.” Semua murid membuka halaman yang diperintah oleh yeoja dalam video, mereka mengikuti setiap penjelasan yang diajarkan dalam video tersebut. Namja itu melihat kearah video dengan muak, ia mencoba untuk melihat siapa yeoja yang berada di dalam video yang tengah asyik menjelaskan soal-soalnya. 
 “Hais sekolah apa ini?” gerutunya kesal.
“Apa ini?” Tanya guru yeoja yang tiba-tiba memasuki ruangan, ia juga melihat video yang tadi diputar oleh salah satu anak dalam kelas. “Matikan dulu! Aku akan mengabsen daftar kehadiran kalian” Seonsaengnim yeoja itu mengabsen semua murid, ucapannya terhenti oleh sosok namja yang tak dikenalinya. “Neo nuguya (kau siapa)?” 
“Murid pindahan.” Semua anak kelas melihat intens pada namja yang menduduki bangku kosong di ujung belakang.
“Ireum (nama)?” namja tersebut menyebutkan namanya dengan wajah datar.
“Namamu tidak ada di kelas ini, ayo ikut denganku!” Ajak guru yeoja itu. Mereka berdua menuju kantor untuk menanyakan kelas namja tersebut.
“Perkenalkan namamu pada teman barumu! Dimana Jaemi?” guru yeoja itu melihat bangku anaknya kosong tak berpenghuni. 
“Anyeonghaseyo jeo ireumen Choi risang i ye yo (hey namaku adalah Choi ri sang).” Semua murid yeoja berteriak histeris akan ketampanan namja itu. Ia melangkah untuk menduduki tempat duduk Jaemi, tapi teman sebangku Jaemi melarangnya.
“Andwe (tidak boleh), ini tempat duduk Jaemi.” Ucap L ketika namja bernama Risang hendak menduduki bangku tersebut. 
“Tidak apa-apa, untuk sementara tempati saja dulu!” Suruh seonsaengnim yeoja kemudian keluar dari kelas. Semua anak kelas diributkan oleh kedatangan namja tampan yang masih memakai sragam sopa itu. Siapa yeoja yang bernama Jaemi pikir Risang dengan memasang earphonenya. Ia melihat sekeliling anak yeoja yang sibuk memperhatikannya dan beberapa anak lain terlihat sibuk dengan i-phonenya. 
“Hey lihat Jaemi membuat video pembelajaran untuk anak kelas 3-4.” Teriak salah satu anak dalam kelas sembari menunjukan ponselnya pada teman-temannya, seketika beberapa anak berlari kearahnya dan yang lain melihat ke ponselnya masing-masing. Risang hanya melihat aneh kearah teman-teman barunya. 
#Risang *Pov* 
Apa anak-anak ini gila? Apa mereka hanya tau cara belajar saja? Hari pertamaku masuk di sekolah ini sudah membuatku kesal. Bagaimana bisa Jung sang bertahan di sekolah seperti ini? Anak-anak di kelas ini mengabaikanku karena video yang telah dibuat oleh yeoja yang bernama Jaemi. Memangnya apa hebatnya yeoja itu, pasti dia adalah yeoja yang berteman dengan buku dan juga cupu. 
“Hey anak baru.” Aku melepas earphoneku dan melihat kearah seorang namja yang menyodorkan ponselnya padaku.
“Kau mau ini?” Namja itu menawarkan video padaku. 
“Sirheo, jika itu blue film aku mau.” Jawabku dingin kemudian memasang earphoneku kembali. Entah apa yang dikatakan namja tadi, mungkin saja saat ini dia sedang kesal. Aku sendiri tengah asyik mendengarkan lagu-laguku, mencari koreografi untuk latihan nanti sore.
Seusai pelajaran aku mengendarai motorku menuju ruang latihan. 
“Kau baru datang? Aku dengar kau pindah sekolah, apa itu benar?” Tanya Jin hyung sesampaiku disana. Aku tak menjawab pertanyaannya dan langsung duduk di sofa sembari menidurkan diri disana. 
“Yaa wae irae (kau kenapa)?” aku mendengar suara Jimin, aku hanya mengangkat tanganku menandakan untuk tidak bertanya lagi. 
“Hyung.” Teriak Jung sang, mungkin saat ini ia tengah berlari kearahku.
“Jung sang-a kau tidak pulang bersama kakakmu?” 
Aku membenarkan posisiku dengan duduk dan menyilakan tanganku sembari berkata “Anak ini lebih suka menaiki mobil.”
“Kau dicarikan guru les oleh eomma.” Aku mengambil paksa selebaran yang ditunjukan oleh Jung sang adikku. Melihat dan membaca dengan seksama setiap tulisan yang tertera di selebaran ini. Eomma benar-benar membuatku gila, seminggu yang lalu ia menyuruhku untuk pindah ke sekolah neraka. Dimana setiap harinya aku harus pulang pukul empat karena harus mendapat pelajaran tambahan, dan sekarang eomma mencarikanku guru les, lalu bulan depan apa lagi? Mungkin akan ada berita di koran Choi risang putra sulung dari keluarga kaya mati bunuh diri karena stress.  
#Jaemi *Pov*
Aku telah sampai di rumah arrabeoji yang memerlukan waktu hampir satu jam lamanya. 
“Arrabeoji?” panggilku pada kakek-kakek yang tengah merawat bunganya, kakek-kakek itu melihat kearahku lalu memelukku. 
“Kau kabur dari rumah atau sekolah?” arrabeoji sudah tau kebiasaanku. Jika aku datang kemari pasti aku sedang bertengkar dengan eomma atau sedang mempunyai masalah. Aku hanya tersenyum manja tak menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulutnya. 
“Arrabeoji uri chadongja eodi e (kakek mobilku dimana)?” tanyaku yang tak melihat mobilku.
“Mungkin adikmu memakainya.” Jawabnya santai.
“Mwo…? Terus arrabeoji mengijinkannya?” Terakhir kali Im hyun ju memakai mobilku ia menabrakannya ke tiang lampu. Aku bergegas mengambil ponselku kemudian menghubunginya
“Yaa eodi e (kau dimana)? Cepat pulang atau kau akan mati!” ancamku pada Hyun ju.
“Dari pada mobilmu rusak yaa sudah aku pakai saja.”
“Mwo? Palli (cepat)!! Jika kau tidak cepat pulang, lihat saja.”
-Plip-
Aku mematikan ponselku dengan kesal.
“Kupastikan kau masuk penjara jika kau membunuhnya.” Arrabeoji menggodaku, dengan kesal aku melangkah menuju kamarku. Tak lama kemudian arrabeoji datang dengan membawa makanan untukku. 
“Kau laparkan?” arrabeoji meletakan makanan itu di atas nakas. Aku mengintip isi makanan dalam piring, kemudian memakannya.
“Tenang… aku tau betul makanan kesukaanmu.” Ungkapnya sembari tersenyum hangat padaku. Aku melahab makanan yang dibawakan arrabeoji lalu aku bertanya apa arrabeoji masih marah pada ayahku. 
“Aku tidak membenci ibumu.”
“Lalu?” 
“Aku hanya marah karena dia tak pernah datang walaupun hanya sekedar untuk berkunjung.”
“Arrabeoji.” Ucapku dengan nada memohon. “Bagaimana eomma bisa kesini sedangkan arrabeoji sendiri bertingkah seperti itu?”
“Lalu apa aku harus datang dan pergi meminta maaf padanya?” 
Aku teringat dengan cerita samchun, ketika aku masih kecil kelahiranku diperebutkan oleh orangtuaku dan juga uri arrabeoji, bahkan perselisihan ini berakhir di meja hijau. Aku tau arrabeoji memang menyayangiku, tapi aku selalu merasa bahwa kelahiranku ke dunia hanya menambah beban bagi kedua orang tuaku. Hubungan eomma dan appa tak pernah mendapat restu dari arrabeojiku. Aku ingin kelahiranku inilah yang menyatukan arrabeoji dan kedua orangtuaku.
Sore ini aku tengah berjalan-jalan di dekat rumah kakek. Aku memikirkan bagaimana aku bisa mendapatkan uang lagi. Eomma telah melarangku membuatkan tulisan untuk teman-temanku, bahkan kepala sekolah juga mengancam akan mengeluarkanku jika aku ketahuan membuatnya lagi. Aaah benar-benar membuatku frustasi saja, mana mungkin aku meminta uang pada arrabeoji untuk mengoleksi sepatu-sepatu. Kini aku memasuki sebuah toko ice krim untuk membelinya, di pintu masuk aku melihat selebaran yang bertuliskan mencari guru les untuk kedua namja Sma. Jika berhasil membuat nilai kedua anaknya bagus, perjamnya akan mendapat gaji yang tinggi. “Dicari guru privet yang berbakat untuk mengajar anak kelas tiga Sma dan kelas satu Sma.” Ucapku setelah membaca tulisan pada selebaran itu. Waaah daebak, aku menghubungi nomor ponsel yang tertera, aku berniat untuk mengambil pekerjaan itu, mengingat alamat yang berada di selebaran juga tak begitu jauh dari sekolah atau pun rumahku. 
“Ne, samonim (nyonya). Saya berniat untuk menjadi guru privet anak-anak anda.
“….”
“Saya siswi kelas tiga di Institud High School of Seoul.”
“….”
“Ne, samonim… gamsahabnida (terimakasih).” Aku benar-benar senang karena nyonya-nyonya yang baru saja aku hubungi mempertimbangkan permintaanku dan ingin melihat transkip nilaiku dari kelas satu besok.
Aku pergi pulang menuju rumah arrabeoji, betapa terkejutnya aku melihat kedua orangtuaku tengah terduduk di sofa dengan menundukan kepala mereka. Aku memasuki ruangan dengan perlahan, eomma melirikku dengan tatapan marah. 
 “Lain kali berkunjunglah lagi ke rumahku? Kau ke rumah mertuamu tidak membawa apa-apa, menantu macam apa kau ini? Lain kali jika kau kesini bawakan aku apa itu namanya ru... ru."
"Rujak i ye yo." Sautku. 
"Ya itulah, bawakan itu untukku.” Ungkap arrabeoji membuatku dan semua yang berada di ruangan terheran-heran. Apa ini pertanda bahwa arrabeoji sudah bisa menerima eommaku? Melegakan sekali karena akhirnya konflik keluarga terselesaikan. Aku tersenyum kemudian memasuki kamar.
“Kau mau kemana?” Tanya arrabeoji. “Bawa anakmu pulang! Aku sudah terlalu tua untuk mendengarkan semua keluhannya.” Mwoya (apa-apaan ini)? Bukankah tadi dia senang aku datang kesini? Lalu bagaimana sekarang bisa berkata seperti itu? Eomma menganggukan kepalanya kemudian membawaku pulang bersama appa. Aku menolak menaiki mobil tua milik appa, aku memutuskan untuk menaiki motorku saja. 
#Author *Pov*
Seluruh anggota keluarga Jaemi tengah berada di bandara menunggu jam keberangkatan pesawat. Mereka akan pergi ke Indonesia beberapa hari untuk menghadiri pernikahan sepupunya, sebelum mereka pergi ia mendapat panggilan telepon dari nyonya Choi.
“Aaah juisonghabnida (maafkan saya) samonim. Saya sedang di bandara menuju Indonesia, maaf karena saya tak bisa datang di hari pertama bekerja.” Jaemi benar-benar menyesal atas kejadian ini, tapi nyonya itu menyuruhnya untuk tidak melakukan hal itu. Nyonya itu juga menyuruhnya agar datang sepulangnya dari Indonesia. 
Sesampai mereka di rumah besar, mereka disambut dengan hangat. Jaemi mengajak Keyla menuju salah satu kamar dalam rumah tersebut, Ia berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya, dulunya kamar ini memanglah miliknya.  
Tiba dimana hari pernikahan sepupu Jaemi. 
“Kau benar-benar keterlaluan bagaimana kau bisa datang ke pernikahan kakak sepupumu dengan menggunakan clana jins dan hem serta memakai sepatu?” Jaemi memang datang dengan memakai pakaian sehari-hari yang sering ia kenakan di Korea. Di dalam ruangan yang penuh oleh tamu, Ia menjadi pusat perhatian karena salah kostumnya. Ia benar-benar tak menghiraukan tatapan aneh dari para tamu.
“Lepaskan itu?” Titah ibunya untuk melepaskan hem yang terikat di pinggangnya. Dengan kesal Jaemi melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya, Ia menyampirkan hem tersebut di pundak kecilnya. Matanya terfokus dengan sebuah band yang sengaja diundang untuk memeriahkan pernikahan. 
“Al.” ucapnya dalam hati. 
Vokalis dalam band itu adalah teman namjanya ketika masih duduk di sekolah dasar, namja itu bernama Al ghazali. Kini Al yang masih bernyanyi turut melihat kearah Jaemi sembari tersenyum manis. 
“Loe Jaemikan?” sapa namja tadi padanya, sedangkan Jaemi hanya menganggukan kepalanya kemudian menjabat tangan namja itu. “Lama gak ketemu ya?” 
“Eo.” Jawab Jaemi datar. 
“Loe baik-baik ajakan di Korea?” 
“Eum.” Jawab Jaemi dengan nada malas, ia mengambil ponselnya kemudian menghubungi salah satu teman namjanya di Korea.
“Eothe (bagaimana)?”
“Aaaah, aku tidak bisa menemukan semua data-datamu, tapi aku berhasil menemukan beberapa file-filemu.”
“Aaah... melegakan sekali. Jangan sampai namja itu membaca tulisanku? Jika dia sampai tau, neon jinjja jugo arra (kau akan mati mengerti)? Guere nan kenheo (baik kalau begitu aku tutup)?”
“Changkan changkan (tunggu tunggu)! Neo eodi e (kau dimana)? Kenapa dengan nomor ponselmu?”
“Indonesia.”
-Plip-
"Hais kenapa dia mematikan ponselnya?" gerutu Jin young kesal. 
"Jaemi noonha eodi-e?" Tanya Bam-bam dengan memasang wajah sok imutnya. 
"Indonesia."
"Jinjja?" Ungkap Mark terkejut, Ia menyuruh Jin young untuk menghubungi Jaemi kembali.
"Sirheo... kau pikir menelpon ke Indonesia tidak mahal apa?" Tolak Jin young sembari menjitak kepala Mark kemudian berlari.
"Neo... berani sekali kau menjitak kepala hyungmu." Mark mengejar Jin young yang berlari-lari.
#Jaemi *Pov*
Al meminta nomor ponselku yang berada di Korea dan yang saat ini aku pergunakan, tanpa ba bi bu aku memberikan kedua nomor ponselku dan berlalu pergi. Aku memang tak begitu lancar berbicara bahasa Indonesia, tapi aku mengerti jika ada orang lain berbicara bahasa Indonesia padaku. Untukku sendiri berbicara bahasa itu sangatlah sulit, terlebih lagi juga terdengar aneh. 
Di dalam kamar aku melihat Keyla tengah asyik memutar video dance dalam notepate kecilnya.
“Yaa! Pinjam notepatenya?”
“Changkan eonni.”
“Igeo mwoya (itu apa)?” 
“Ini bts eonni, wah eonni tak tau siapa mereka?”
“Tidak penting untukku mengetahui siapa mereka.” 
“Eonni terlalu sibuk dengan belajar, mungkin saja eonni hanya tau anak-anak got7 saja.” 
“Pergunakan waktumu itu untuk belajar, babbo (bodoh).” Aku menoyor kepalanya kemudian mengambil notepate miliknya. Di atas ranjang aku mematikan video dance, sebelumnya mataku tertuju pada satu namja kemudian mematikan video tersebut. Aku memasukan flashdisk dan mulai melanjutkan cerita-ceritaku. 
Bersambung…
NEXT CHAPTER
“Eomma… aku harus segera sekolah.”
“Sekolah? Kau selalu bolos sekolah kau bilang ingin sekolah?”
“Eonni, bahasa Indonesiamu buruk sekali.” Ledek Keyla dengan menggunakan bahasa Korea.
‘Kak Marcel aku pinjam your motocycle.’ Pesanku padanya, tanpa menunggu balasan darinya aku langsung saja mengeluarkan motor matic miliknya.
Aku berhenti tepat di salah satu toko sepatu, distro biasa anak-anak sini menyebutnya.
"Aaah ige eodi e (ini dimana)?" aku tersesat dan tak tau harus kemana. "Aah eotteokhe (bagaimana)? Aku yakin tadi lewat sini." Ucapku mengira-ngira.
"Nee. Aah jeo... Anya, i'm so sorry sir, yes i'm Korean people." sepertinya yeongsa itu ragu dengan sim yang kutunjukan padanya, Ia meragukan bahwa itu adalah sim.
"Kalian ke rumah saja, ada di rumah oleh-olehnya."
"Jinjja yo noonha?" Tanya Yugyeom senang.
"Eum, rujak... bukankah itu makanan khas Indonesia? Itu oleh-olehku."
"Eomma haruskah aku belajar?" Tanya namja yang memakai snakback putih. 
"Bukannya pergi mengajar malah pergi keluar negeri, guru macam apa itu?" gumam namja yang tadi duduk. 
"Eomma apa dia yeoja yang pintar? Jika dia biasa-biasa saja aku tidak mau." ujar Jung sang sembari mengelap-elap rambutnya yang masih basah.
Ia dikejutkan oleh sosok namja tampan yang baru saja membuka pintu, namja itu memakai snakback bermotif.
"Huh, kalau begitu belajar saja mata pelajaran kelas tiga? Kau sudah pintar kenapa ibumu menyewaku untuk mengajari anak sepertimu?"
Setelah memujiku eomma malah membahas masalah nilaiku yang turun akhir-akhir ini. Aku memang sibuk latihan koreografi dance bersama hyung-hyungku, karena beberapa bulan lagi kami akan perfome kecil-kecilan di sungai Han.
Waah yeoja ini benar-benar hebat. Aku sudah bertanya pada seonsaengnim beberapa kali, tapi tetap saja aku tak memahaminya. Dia benar-benar hebat karena mampu membuatku mengerti dalam hitungan detik.
Sepertinya hyungku masih tak tertarik dengan ucapanku, aku memang tau seperti apa hyungku ini, dia adalah seorang namja yang keren tapi membenci pelajaran sekolah. Mungkin jika Korea tidak mewajibkan warganya bersekolah sampai lulus sma hyungku yang satu ini pasti sudah berhenti dari smp. 
“Hey Jeon kook, cepat cari koreografi untuk latihan! Kau sibuk dengan belajar saja, kau sudah pintar meski tanpa belajar, berbeda dengan hyungmu, benar-benar dua sodara yang berbeda kapasitas otak.”
Aku dan hyungku sedang mencari-cari koreo untuk dance lagu yang berjudul danger.
Kami memang berniat bergabung dalam Bighit entertainment tapi kami masih berpikir-pikir untuk itu.
“Kita tak usah muluk-muluk untuk itu, cukup kita seperti ini saja, jadikan music hidup kalian. Karena kita akan bersenang-senang dengan music.” Aku sependapat dengan Jin hyung.
“Bikyeo (minggir)?” ucap seorang namja padaku, sebelumnya aku tak pernah melihatnya, sebenarnya siapa namja ini? Berani sekali menyuruhku untuk pindah?
“What?” aku tak memperdulikannya meskipun dia memintaku untuk pindah. Benar-benar tak tau malu, tempat duduk ini sudah aku duduki bahkan sebelum dia pindah ke sekolah ini. 

3 komentar:

  1. kalau boleh jujur (jangan tersinggung ya author >,<) aku bingung banget ;;
    alurnya gak jelas, kurang detil, aku jadi gak paham sama ceritanya, ataupun adegannya ;;
    maaf ya thor -bows-
    semoga bisa terus berkembang^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya gpp nyantai aja aku juga butuh kritik dan saran kok :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus