ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Rabu, 29 Juli 2015

You Hurt Me So Chapter 3


Title: 너 때무네 너무 아빠 (You Hurt Me So)/3
Author: Kim Jaemi
Cast: Bts & Got7
* Kim Tae Hyung V (Bts) as Choi Risang
* Jeon Jung Kook (Bts) as Choi Jung Sang
*Mark Yi Eun Tuan (Got7)
* Im Jaemi or You
* Min Wang Zi (Author Chingu)
Support Cast: Find them when you read it!!
Background: Indonesia, Korea and Hongkong
Genre: Teen, Friendship, Romance, Sadness and School life.
Length: Chaptered
Disclaimer: No Copas!! No Plagiarism! Happy reading guys ^^ #Peace


 
#Before
#Jaemi *Pov*
Al meminta nomor ponselku yang berada di Korea dan yang saat ini aku pergunakan, tanpa ba bi bu aku memberikan kedua nomor ponselku dan berlalu pergi. Aku memang tak begitu lancar berbicara bahasa Indonesia, tapi aku mengerti jika ada orang lain berbicara bahasa Indonesia padaku. Untukku sendiri berbicara bahasa itu sangatlah sulit, terlebih lagi juga terdengar aneh. 
Di dalam kamar aku melihat Keyla tengah asyik memutar video dance dalam notepate kecilnya.
“Yaa! Pinjam notepatenya?”
 “Changkan eonni.”
“Igeo mwoya (itu apa)?” 
“Ini bts eonni, wah eonni tak tau siapa mereka?”
“Tidak penting untukku mengetahui siapa mereka.” 
“Eonni terlalu sibuk dengan belajar, mungkin saja eonni hanya tau anak-anak got7 saja.” 
“Pergunakan waktumu itu untuk belajar, babbo (bodoh).” Aku menoyor kepalanya kemudian mengambil notepate miliknya. Di atas ranjang aku mematikan video dance, sebelumnya mataku tertuju pada satu namja kemudian mematikan video tersebut. Aku memasukan flashdisk dan mulai melanjutkan cerita-ceritaku. 
You Hurt Me So Chapter 3
---NAMJA YANG MENYEBALKAN---


-Kling-
Ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk.
‘Hey Jaemi, gue al. loe lagi ngapain?’
‘Gak ngapa-ngapain.’ Jawabku singkat.
Aku berniat untuk tidak membalas pesannya lagi, pesan yang menanyakan kapan aku kembali ke Korea.
Sudah seminggu aku tinggal di Indonesia, aku menanyakan pada eomma kapan kembali ke Korea namun ia hanya diam tak berkata apa-apa.
“Eomma… aku harus segera sekolah.”
“Sekolah? Kau selalu bolos sekolah kau bilang ingin sekolah?”
“Aku sudah dapat surat peringatan dari kepala sekolah eomma.” Nenek datang kemudian duduk di sampingku. Ia mengatakan agar aku tidak kembali ke Korea lagi dan tinggal di Indonesia bersamanya. Aku hanya tersenyum manis mendengar ungkapannya.
“Jaemi … nenek kangen banget sama kamu. apa kamu tidak kangen sama nenek?”
“Tentu aku kangen sama nenek.” Ucapku memakai bahasa Indonesia, Keyla tertawa kekeh mendengarku berbicara bahasa Indonesia. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan sinis. Aku memutuskan untuk menggunakan bahasa Inggris saja.
“Eonni, bahasa Indonesiamu buruk sekali.” Ledek Keyla dengan menggunakan bahasa Korea. Aku semakin kesal dengannya yang terus saja meledekku, aku kesal karena jadi bahan tertawaannya.
Jarum jam sudah menujukan di angka tujuh malam, aku mengeluarkan motor milik Marcel eoppa di bagasi.
‘Kak Marcel aku pinjam your motocycle.’ Pesanku padanya, tanpa menunggu balasan darinya aku langsung saja mengeluarkan motor matic miliknya. Aku mengelilingi kota besar Jakarta seorang diri. Aku juga banyak melihat yeoja atau pun namja yang masih berkeliaran di malam hari. Aku berhenti tepat di salah satu toko sepatu, distro biasa anak-anak sini menyebutnya.
"Igeo eolmaneyo (ini berapa harganya?"
"Apa?" ucap penjaga distro itu, aku lupa kalau ini Indonesia bukan Seoul.
"Aah sorry, how many this is?" tanyaku sembari membolak balik sepatu vans bermotif ganja. Mwoya? Apa dia tidak bisa bahasa Inggris? "Ini berapa?" tanyaku lagi.
"Oh itu… tiga ratus lima puluh ribu rupiah." aku mengkruskan harga itu ke uang Korea. (Author tidak tau berapa satu won ke rupiah jadi di kira-kira sendiri aja ya?)
"Waah daebak." sebelum aku keluar rumah, aku diberi uang oleh nenek sebanyak satu juta rupiah. Aku melihat tempat pembuatan sepatu, ternyata sepatu ini bukan ori melainkan grade ori, pantas saja harganya murah.
"Oke i buy this one." aku mengeluarkan dompet dari dalam ranselku. Aku tertarik membeli topi snackback bermotif batik dan juga ganja. Lagi lagi aku mengeluarkan uangku untuk membeli kedua topi tersebut.
"Aaah ige eodi e (ini dimana)?" aku tersesat dan tak tau harus kemana. "Aah eotteokhe (bagaimana)? Aku yakin tadi lewat sini." Ucapku mengira-ngira. Aku tertangkap razia polisi, polisi itu menyuruhku untuk mengeluarkan surat-suratku. Aku hanya menunjukan sim karena aku tak membawa stnk. Mungkin yeongsa ini sedang bingung dengan tulisan hangeul yang berada di sim itu.
"Kamu bukan orang Indonesia?" Tanya polisi berbadan gemuk itu padaku.
"Nee, aah jeo... Anya, i'm so sorry sir, yes i'm Korean people." sepertinya yeongsa itu ragu dengan sim yang kutunjukan padanya, Ia meragukan bahwa itu adalah sim.
"Kamu bisa bahasa Indonesia?" aku menganggukan kepalaku.
“Just little bit." aku berbohong pada yeongsa itu.
“Stnk kamu mana?" sejenak aku berpura-pura berpikir, lalu mencoba membuka jok, mungkin saja Marcel eoppa meletakan stnk di dalam jok. Sesuai dengan dugaanku, aku lega melihat stnk berada di dalamnya. Aku menunjukan pada yeongsa gemuk itu, kemudian dia mempersilahkanku untuk melanjutkan perjalananku.
"Nee gamsahabnida yeongsanim." polisi itu tersenyum padaku.
Aaah kenapa aku tadi tidak tanya jalan menuju rumah? Sekarang aku harus bagaimana? Jarum jam sudah menunjukan di angka sepuluh, mungkin saat ini orangtuaku tengah mengawatirkanku. Aku tidak membawa ponsel yang tadi aku gunakan untuk mengirim pesan pada Marcel eoppa. Aku harus bagaimana ini? Aah neomu musowo (aku sangat takut). Aku ingat sesuatu, Al kemaren mengirim pesan padaku di nomor ini. Aku mencoba untuk menghubunginya, meminta bantuan padanya untuk mengantarku kembali pulang ke rumah. Sesampaiku di rumah eomma memarahiku karna aku menghabiskan uang yang tadi diberi oleh nenek padaku.
"Kenapa kamu memarahinya? Sudah jangan marah-marah! Besok kamu balik ke Koreakan? Cepat mandi dan istirahat!" perintah nenek padaku.
"Jaemi-a kau beli sepatu dan topi lagi? Akan kau apakan sepatu-sepatu di rumah? Kau terus saja membeli sepatu dan topi." teriak eomma, aku hanya mengomat-ngamitkan mulutku sembari berjalan memasuki kamar.



***


 
#Author *Pov*
"Hooi orang Indonesia sudah datang, mana oleh-olehku?" Tagih Jin young sesampai Jaemi di ruang latihan.
"Noonha kau dari Indonesia?" Tanya Bam-bam manja, ia meminta oleh-olehnya pada yeoja yang tengah mendudukan diri di depan kaca.
"Kalian ke rumah saja, ada di rumah oleh-olehnya."
"Jinjja yo noonha?" Tanya Yugyeom senang.
"Eum, rujak... bukankah itu makanan khas Indonesia? Itu oleh-olehku." Jawab Jaemi dengan tersenyum kemudian merogoh sakunya untuk menerima panggilan dari Choi samonim.
"Nee samonim, baiklah saya akan segera kesana." Jaemi mencari kunci schoter di dalam tasnya.
"Noonha eodi ga (mau kemana)?" Tanya Bam-bam heran.
"Mencari uang." Jawab Jaemi yang masih mencari-cari kunci. "Chareta (ketemu)" Tambahnya yang kemudian memakai helm lalu berlari menuju schoternya.
"Eomma haruskah aku belajar?" Tanya namja yang memakai snakback putih.
"Sebentar lagi dia akan datang, aku sudah memeriksa transkip nilainya."
"Dia sebaya denganku, bagaimana dia bisa jadi guru privatku?" gerutu namja itu pelan.
"Jung sang-a!" Teriak nyonya Choi pada anak bungsunya. "Setidaknya dia jauh lebih pintar darimu." Tambahnya setelah mendengar ungkapan anak tertuanya.
"Nee eomma." Jawab Jung sang sembari berteriak karena dia tengah berada di kamar mandi.
"Bersiap-siaplah karna guru privatmu dan kakakmu akan segera datang!"
"Katanya dia masih di luar negeri, apa dia sudah pulang eomma?"
"Bukannya pergi mengajar malah pergi keluar negeri, guru macam apa itu?" gumam namja yang tadi duduk.
"Kau mau kemana Choi risang?" Tanya nyonya Choi ketika melihat namja bernama Risang beranjak dari sofa.
"Mengambil buku di atas eomma, eomma puas?" nyonya Choi tersenyum lalu pergi menuju kamarnya, Risang mengintip dari tangga apakah ibunya benar-benar sudah masuk kamar. Ia bergegas menuju bagasi mengambil motornya dan pergi kabur dari les pertamanya. Tak lama setelah Risang keluar dari gerbang seorang yeoja tengah memarkir schoternya kemudian memencet bell rumah besar.
"Anyeonghaseyo samonim, juisonghabnida karna saya baru bisa datang." nyonya Choi mempersilahkan yeoja itu untuk duduk. Ia berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar kedua anaknya.
"Dimana kakakmu?" nyonya Choi marah ketika melihat kamar Risang yang bersebelahan dengan Jung sang kosong tak berpenghuni.
"Eomma apa dia yeoja yang pintar? Jika dia biasa-biasa saja aku tidak mau." ujar Jung sang sembari mengelap-elap rambutnya yang masih basah. Ia mengambil snakbacknya lalu mengenakannya di rambut yang masih sedikit basah.
"Jaemi-ssi silahkan naik, kalian akan belajar di ruang latihan." di lantai dua hanya ada tiga ruangan yaitu kamar Jung sang dan Risang serta satu ruang latihan musik yang tidak boleh dipergunakan lagi sebelum Risang memperbaiki nilainya. Jaemi mengetuk pintu, dirasa tak ada jawaban Ia membuka pintu lalu memasukinya. Ia melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan alat music, bahkan ia juga melihat beberapa sexsophone. Ia duduk di samping meja yang sudah di persiapkan oleh nyonya Choi. Sekitar lima menit ia menunggu, namun kedua namja itu tak kunjung juga datang.
"Kenapa mereka lama sekali?" gumam Jaemi sembari berjalan mendekati pintu. Ia dikejutkan oleh sosok namja tampan yang baru saja membuka pintu, namja itu memakai snakback bermotif. Namja itu melihat intens kearah yeoja yang sama memakai snakbacknya, ia tak mengira bahwa pengajar privatnya adalah si dewi geongbu.
"Dewi geongbu." ucap Jungsang tak percaya.
Ia memasuki ruangan lalu duduk di samping meja lesehan berbentuk kotak. Jaemi masih bertanya-tanya bagaimana namja itu tau bahwa panggilannya di sekolah adalah dewi geongbu.
"Dimana...?" belum sempat melanjutkan Jung sang telah menjawab pertanyaan yeoja yang tengah berjalan kearahnya.
"Hyung? Jangan harap dia akan datang!" ungkap Jung sang yang berusaha agar terlihat stay cool di depan Jaemi.
"Waeyo? Aaah berarti kau adiknya, Ibumu membayarku dengan mahal agar aku lebih memperhatikan anak sulung." Jelas Jaemi.




***



 
#Jaemi *Pov*
"Kau ingin mengajar atau bercerita?" Ujar namja bungsu ini padaku.
"Ne?" Ucapku terkejut karena dia memakai bahasa non formal. Berani sekali dia menggunakan bahasa non formal padaku. Aku mengepal tanganku dengan erat, ingin rasanya menonjok wajah sombongnya itu.
"Jelaskan padaku, aku mudah menerima pelajaran meskipun tak ada yang mengajariku."
"Kau ingin mengoceh atau mendengarkan apa yang ingin aku ajarkan. Jika kau sudah merasa pintar kenapa ibumu membuat selebaran itu?" tandasku kesal. "Dan satu hal lagi aku lebih tua beberapa tahun darimu tidakkah kau ingin memakai bahasa formal padaku?" Aku melihatnya tertawa sinis, bagaimana namja ini bisa berubah dengan cepat, tadi dia bilang aku si dewi geongbu dan terlihat senang, sekarang dia berlagak dingin padaku, dasar namja aneh. Aku menjelaskan pelajaran kelas satu tapi dia malah mengatakan bahwa semua yang aku ajarkan padanya sudah Ia pahami dengan baik.
"Huh, kalau begitu belajar saja mata pelajaran kelas tiga? Kau sudah pintar kenapa ibumu menyewaku untuk mengajari anak sepertimu?" Dengan kesal aku beranjak kemudian melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan yang membuat sesak dada dan pening kepalaku.







***


#Jung sang *Pov*
"Eodiga?" yeoja itu hanya melirik sinis kearahku. Teman-temanku benar bahwa yeoja yang kini jadi pengajarku adalah yeoja pemarah. Itukah sebanya dia lebih memilih membuat video atau tulisan untuk membantu teman-temannya? Aku mengintip keluar ruangan, aku dapat melihat raut kekesalan di wajahnya. Aku juga mendengar suara langkah kaki menaiki tangga, seketika yeoja itu berlari dan terjatuh di pelukanku. Cepat-cepat ia melepaskannya kemudian duduk kembali. Eomma memasuki ruangan untuk membawakan makanan ringan dan minuman untuk kami berdua.
"Apa anak itu masih belum juga datang?" Tanya eomma, aku melihat yeoja itu membantunya kemudian meletakan makanan dan minuman yang dibawa oleh eomma tadi.
"Jaemi-ssi, kau tak perlu bersusah payah untuk mengajar putra bungsuku ini, dia benar-benar hebat dalam belajar." ungkap eomma sembari mengelus lembut pucuk kepalaku. Setelah memujiku eomma malah membahas masalah nilaiku yang turun akhir-akhir ini. Aku memang sibuk latihan koreografi dance bersama hyung-hyungku, karena beberapa bulan lagi kami akan perfome kecil-kecilan di sungai Han.
"Eomma tidak mengekang kalian berdua, tapi jangan lupa dengan belajar! Kau boleh menari sesuka hatimu tapi ingat jangan melupakan belajarmu!" Eomma keluar dari ruangan, yeoja itu mencoba membuka-buka pelajaranku kembali.
"Mana yang tidak kau pahami?" aku menunjuk soal nomor empat, seketika dia menjelaskan padaku. Waah yeoja ini benar-benar hebat. Aku sudah bertanya pada seonsaengnim beberapa kali, tapi tetap saja aku tak memahaminya. Dia benar-benar hebat karena mampu membuatku mengerti dalam hitungan detik. Sekitar dua jam kami duduk di ruang latihan, aku benar-benar kagum padanya. Pelajaran yang dengan sulit aku pelajari, tapi yeoja ini malah dengan mudah membuatku mengerti. Jarum jam menunjukan di angka tujuh, si dewi geongbu ini meminta ijin untuk pulang pada eommaku. Eomma memintaku untuk mengantarnya pulang, namun yeoja di sampingku menolak tawaran eomma dengan sopan. Ia bilang akan pulang sendiri saja karena rumahnya tidak begitu jauh dari sini. Aku sendiri juga malas karena aku harus segera pergi menemui hyung-hyungku di ruang latihan yang tak jauh dari rumahku.
"Yaa Jeon kook-a, kau datang juga akhirnya." ucap Jimin hyung sesampaiku di ruang latihan.
"Uri hyung eodi-e?" tanyaku menanyakan keberadaan Risang hyung.
“Eum, wae?” aku melihat Risang hyung yang tengah duduk sembari menyilakan kedua tangannya.
“Yeoja yang menjadi pengajar kita adalah yeoja yang benar-benar pintar.” Ujarku padanya.
Sepertinya hyungku masih tak tertarik dengan ucapanku, aku memang tau seperti apa hyungku ini, dia adalah seorang namja yang keren tapi membenci pelajaran sekolah. Mungkin jika Korea tidak mewajibkan warganya bersekolah sampai lulus sma hyungku yang satu ini pasti sudah berhenti dari smp.
“Pasti dia yeoja yang cupu dan kutu buku, bahkan penampilan yeoja itu you know its not nice.” Hyung kau salah besar, yeoja ini bahkan tak terlihat pintar sama sekali. Tindakan serta perilakunya tidak menunjukan bahwa dia seseorang yang pintar.
“Hey Jeon kook, cepat cari koreografi untuk latihan! Kau sibuk dengan belajar saja, kau sudah pintar meski tanpa belajar, berbeda dengan hyungmu, benar-benar dua sodara yang berbeda kapasitas otak.” Ungkap Suga hyung dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hyung mulsuneyo?" Tanya Risang hyung terlihat kesal.
Di Bts aku adalah koreografi dance bersama Suga hyung dan J-hope hyung. Suga hyung benar-benar hebat, pasalnya dia adalah pencipta lagu-lagu kami. Rapmons hyung juga tak kalah hebatnya, sebagian besar lagu-lagu kami dialah penciptanya, yaah... meskipun dia tak begitu pandai dalam dance. Aku dan hyungku sedang mencari-cari koreo untuk dance lagu yang berjudul danger. Bts memang tak seterkenal boyband Exo, Teen top atau boy band lainnya karena memang kami belum mempunyai agensi untuk bersandar. Tapi Bts cukup terkenal di kalangan anak muda karena kami telah banyak menggelar konser kecil-kecilan. Kami memang berniat bergabung dalam Bighit entertainment tapi kami masih berpikir-pikir untuk itu. Pasalnya jika kami punya agensi kami akan sibuk dengan schedule yang mungkin akan mengurangi jadwal belajarku. Jin hyung pernah mengatakan “Kita tak usah muluk-muluk untuk itu, cukup kita seperti ini saja, jadikan music hidup kalian. Karena kita akan bersenang-senang dengan music.” Aku sependapat dengan Jin hyung. Para fans kami juga ingin agar kami segera menandatangani kontrak bersama Bighit dan debut dengan lagu-lagu yang kami ciptakan.






***


 
#Jaemi *pov*
Aku memasuki kelas setelah seminggu lebih absen karena pergi ke Indonesia. Dengan tenang aku menduduki tempat duduk yang biasa ku duduki.
“Kau sudah kembali?” Tanya L padaku, aku hanya menganggukan kepalaku dengan malas. “Waaah kau beli dimana snackback itu?” tanyanya lagi. Aku tak menjawab pertanyaannya melainkan mengirimi pesan padanya.
“Indonesia, jangan banyak tanya karena aku sedang malas?” Pesanku padanya. Aku memang memakai snackback ganja dan sepatu ganja yang aku beli di Indonesia.
“Bikyeo (minggir)?” ucap seorang namja padaku, sebelumnya aku tak pernah melihatnya, sebenarnya siapa namja ini? Berani sekali menyuruhku untuk pindah?
“Neon nuguya (Kau siapa)?”
“Dia anak baru Jaemi-a.” jelas L.
“Aaaah dia yang kalian sebut-sebut dewi geongbu?” Kenapa dengan namja ini? Kenapa dia begitu intens melihatku? “Ternyata tak sesuai dengan perkiraanku.”
“Mwo? Mulsuneyo?”
“Anya, deso (lupakan)? Geunyang bikyeo (menyingkirlah)? Ini tempat dudukku.” ucap namja ini dengan percaya diri.
“What?” aku tak memperdulikannya meskipun dia memintaku untuk pindah. Benar-benar tak tau malu, tempat duduk ini sudah aku duduki bahkan sebelum dia pindah ke sekolah ini.
“Bikyeo ragu?” ucapnya sembari melepas earphoneku dengan kasar. Dengan kesal aku berdiri kemudian melepas snackbackku. Aku baru sadar bahwa dia juga memakai snackback berwarna putih bertuliskan “Lost Angeles” yang dulunya benar-benar aku inginkan.
“Yaa! Haah jinjja…”
“Bukankah dulu sudah aku bilang bahwa ini tempat duduk Jaemi.” L turut berdiri membantuku melawan si bocah tengil ini. Tak lama kemudian guru wali memasuki kelas.
“Ada apa ini?” Tanya seonsaengnim mendekat kearah kami.
“Jaemi mana oleh-olehku? Kau baru dari Indonesiakan?” Aku heran dengan seonsaengnim ini, kenapa malah tanya oleh-oleh?
“Di rumah.” Jawabku datar.
“Benarkah?”
“Nee, ayahku menjualnya.”
“Ru… ru…”
“Rujak i ye yo.” Saut Sae ron yang entah dari mana.
“Aaah iya itu. Hisss.” Geram seonsaengnim yang hendak memukulku. “Cepat duduk di tempat kalian dan kau Risang pergi ke gudang untuk mengambil tempat dudukmu!” Aku tersenyum sinis pada namja yang mungkin tengah kesal pada seonsaengnim.



***
#Risang *pov*
Aku berjalan menuju gudang di atap gedung, seonsaengnim itu membuatku kesal, ditambah lagi si dewi geongbu itu.
“Eoppa?” Sapa seorang yeoja padaku yang sontak membuatku membelalakan mataku.



 Bersambung…

2 komentar:

  1. waahh daebakkk, bagus thor, ceritanya seruuu, eh iya maaf aku komentnya langsung di part ke 3 :D pengen sekalian aja, gpp kan thor? *gpp dong ? ^_^
    oh iya aku mau kritik dikit gpp juga kan thor ?
    awal part 1 sm 2 emang agak kurang nyambung ama alurnya tp yg part 3 ini udah lumayan kok ..
    yaa udin segini ajin, fighting for next chapter thor !! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru nongol jarang buka bloger akunya, udah pernqh di post sampai ending dan udah di edit lebih baik lagi dengan main cast berbeda tapi taehyungnya tetep. Maaf banget ya slow respon. Ini di stop sampai disini, kalau mau baca sampai end coba kunjungi fb imagination

      Hapus