ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Jumat, 20 Juli 2012

Mr. Hot Chocolate (Part 6) ~ END


Tittle                       : Mr. Hot Chocolate (Part 6) – END
Author                     : Micheel Ppyong
Genre                      : Romance
Cast                         : Shim Hyunseong (boyfriend)
                                   Yoon Bora (Sistar)
                                   Yoon Yura (OC)
                                   Yoonhe (OC)
                                   Lee Jieun (IU)
                                   All Member Boyfriend




***



Wiu...Wiu... wiu.. wiu...

Kini aku dan Hyunseong sudah berada dalam ambulance yang mengantar kami ke rumah sakit terdekat. Semakin lama pipiku semakin perih dan kini mulai membiru. Tapi semua itu tak penting bagiku.

Yang penting adalah keselamatan Hyunseong. Ia masih tak sadarkan diri. Darahnya terus mengucur. Aku takut. Sungguh sangat takut. Dia jadi begini karena aku. Seandainya aku diam saja dan tidak berteriak, Hyunseong tidak akan mendengar suaraku dan tidak akan datang menolongku.

“Hiks.. Hiks.. Hyunseong.. Hiks..” Air mataku jatuh. Belum pernah aku setakut ini.

“Hyunseong-ah? Hiks.. Hyunseong-ah, kau bisa mendengarku? Hyun.. Hyunseong-ah, ku.. kumohon, bangunlah!” Aku memegang tangan Hyunseong. Dingin, hanya itu yang kurasakan...


***

Kami sudah sampai di rumah sakit.

Hyunseong dibawa ke ruang UGD untuk segera ditangani tenaga medis.

Aku ingin sekali ikut masuk ke ruangan itu tapi seorang perawat menghalangiku.

Hyunseong-ah.. Hyunseong-ah.. berulang kali aku memanggil namanya dalam hati sambil berjalan mondar-mandir di lorong sepi itu.

Apa yang bisa kulakukan saat ini? Aku ingin sekali membantu para uisa dan perawat-perawat itu. Walau kutahu, tak ada hal bisa kulakan di dalam ruang UGD itu.

Aku mengambil sebuah ponsel dari saku mantelku. Ponsel milik Hyunseong. Kucari nomor yang sekiranya bisa kuhubungi. Aku menelepon nomor Appa dan Eomma-nya. Sial|! Keduanya tidak mengangkat.

Kucoba menghubungi nomor speed dial-nya..

Tuut.. Tuuut..

"Yeobuseyo? Waeyo, Hyunseong?" suara Boss!

"Boss?

"Mwo? Nugu?"

"Bora. Aku Bora."

"Bora? Kenapa ponsel Hyunseong ada padamu?"

"Ceritanya panjang, Boss. Tapi bisakah kau datang kemari? Ke Pusat Kesehatan Asan? Hyunseong-ah sedang terluka."

"Aigo! A-arraseo, aku berangkat sekarang juga!"

Tuut... Sambungan terputus.

"Hah~" Aku menghela napas dan bersandar ke dinding. Kupenjamkan mataku. Bisa kurasakan aku terengah-engah dan jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya.

"Onnie.." Yura, yang sedari tadi hanya duduk dan memperhatikan, berjalan mendekatiku.

"Nae.."

"Siapa dia?"

"Maksudmu?"

"Siapa sebenarnya namja itu?"

"Ah, eh, dia.. Dia teman kerjaku.."

"Jinjjayo?" Yura menatapku serius.

"Waeyo, Yura? Jebal.. Jangan memandangiku seperti itu! Kau membuatku takut!"

"Benarkah dia hanya teman kerjamu?"

"Nae.. Nae."

"Kau berbohong.."

"Apa?"

"Sudahlah, Onnie. Lupakan saja.."


...


"Onnie! Onnie, onnie!" Suara Yura memanggilku. Kubuka mataku dan melihat Yura berdiri tepat di hadapanku. Ternyata aku ketiduran..

"Waeyo, Yura?"

"Temanmu itu baru saja dipindahkan ke ruang rawat.."

"Jinjjayo?" Aku bangkit berdiri dengan cepat. Kulihat perawat-perawat itu keluar dari UGD disusul seorang uisa paruh baya. Aku dan Yura mendekatinya.

"Eottokhe, Uisa? Bagaimana keadaanya?"

Uisa itu menyeka keringat di dahinya. "Dia kehilangan banyak darah, tapi untung saja stok darah golongan B masih tersedia di rumah sakit. Kami sudah menjahit luka tusukan di perutnya. Dia harus banyak istirahat dan tidak boleh banyak bergerak. Saat ini, dia masih tidur karena pengaru obat bius. Mungkin besok dia akan sadar.."

"Huft~" aku menghela napas lega. "Gamsahamnida, Uisa. Terima kasih banyak.."

Uisa menggangguk singkat lalu berjalan pergi

Aku dan Yura, lebih tepatnya aku saja, berjalan cepat dan hampir berlari menuju kamar rawat Hyunseong. Aku melihat dia terbaring lemah di tempat tidur. Begitu banyak perban yang melekat di tubuhnya.

Aku mendekat lalu duduk di kursi di samping ranjang Hyunseong.

"Hyunseong-ah, mianhe... Jeongmal mianhe.. Ini semua salahku. Seandainya aku segera pulang, seandainya kau tidak bertemu denganku, seandainya aku tidak beteriak.. Se.. seandainya kau tidak mengenalku.." Apa? Apa yang barusan kukatakan? Seandainya dia tak mengenalku, benarkah itu yang kumau..?

Ceklek

Pintu kamar itu terbuka. Boss beridiri di sana dengan terengah-engah. "Bora-ah... ba.. hh.. bagaimana keadaannya?"

Aku menjelaskan semua yang perlu kujelaskan dan menjawab semua pertanyaan dari Kim Donghyun.

"Bora-ah, kau pulanglah. Ini sudah lewat tengah hari. Lebih baik kau pulang dan beristirahat. Kau pasti lelah."

"Apa? Ah, aniya. Aku tidak apa-apa. Aku ingin tetap di sini.."

"Bora-ah, jebal. Pulanglah. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga Hyunseong."

"Tapi.."

"Sudahlah, Onnie. Kita pulang saja. Kau bisa mengunjunginya besok." kata Yura.

"Hah~ Arraseo... Boss, aku pulang dulu." Aku beranjak mendekati pintu bersama Yura.

"Bora-ah.." Boss memanggilku pelan.

Aku berbalik cepat. Berharap dia berubah pikiran dan memperbolehkanku tetap di sini.

"Gomawo.."

Aku lemas. Ternyata aku salah. Aku diam sejenak sebelum akhirnya berkata pelan, "Aniya. Seharusnya aku yang berkata terima kasih padamu dan..." Aku membungkuk 90 derajat padanya. "Jeongmal mianhe..."


Bora Pov End


...


Author Pov


Pagi itu mentari bersinar terang. Padahal ini masih pertengahan Februari, belum waktunya musim semi datang.

Bora tertidur lelap karna kelelahan. Baginya, peristiwa semalam serasa terjadi bertahun-tahun yang lalu. Walaupun begitu, peristiwa itu tetap saja membuat Bora gelisah. Ia tetap terjaga hingga pukul 4 pagi.

Yura masuk ke kamar onnie-nya dengan perlahan dan berusaha untuk tidak membuat suara sepelan apapun, ia takut onnie-nya terbangu.

Mereka hanya tinggal berdua di apartemen yang cukup besar itu. Orang tua mereka adalah pengusaha di bidang periklanan di Jepang. Mereka sudah mengajak Bora dan Yura untuk pindah ke Jepang tapi mereka menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan kehidupan mereka di Korea.

Yura menatap onnie-nya yang tertidur pulas. Belum pernah sebelumnya ia melihat onnie-nya begitu khawatir seperti tadi malam. Siapa sebenarnya namja itu? Ketika kutanya, dia menjawab namja itu hanyalah teman kerjanya. Tapi.. kenapa ia seperti cacing kepanasan saat memikirkan namja itu? Huh- Dasar pabo onnie!


...



Bora menatap bingung pada lemari pakaiannya. "Baju apa yang sebaiknya kupakai?"

Yura menatap sengit pada onnie-nya. "Apa benar kau adalah onnie-ku, Yoon Bora? Kenapa kau begitu pabo?!"

Bora mengerutkan keningnya.

"Em.. Tunggu sebentar.. Apa.. apa namja itu adalah tuan coklat panas yang sering kau ceritakan padaku?"

"Mwo?" Bora bertambah bingung.. --a

"Hisss... Apa benar dia hanya teman kerjamu? Kenapa aku merasa... Hais... Yoon Bora! Tidakkah kau merasakan sesuatu?"

"Em.. aku sedikit lapar.."

Pluk. Sebuah bantal besar mendarat di wajah Bora.

"Aku serius!"

"Yura, jebal! Kau sungguh membuatku bingung! Jangan berputar-putar seperti itu!"

"Hisss... Pikirkan baik-baik! Kau begitu khawatir dengan keadaannya semalam. Kau ingin tetap tinggal di rumah sakit walau Bosmu telah datang dan menyuruhmu untuk pulang. Kau tidak tidur hingga pagi karena memikirkan namja itu. Begitu bangun tidur kau ingin segera pergi ke rumah sakit. Dan sekarang, kau bingung memilih baju mana yang cocok kau gunakan untuk bertemu dengannya... DI RUMAH SAKIT!!! Hah~"

Bora memandang Yura dengan tatapan polos. "Apa?"

Yura menarik napas panjang... "Kau jatuh cinta padanya, Pabo!!"

...


Aku jatuh cinta pada Hyunseong-ah? Jinjjayo? Bora bertanya pada dirinya sendiri. Ia memandang ke luar jendela bus. "Jatuh cinta? Secepat inikah?"

Bus telah sampai di depan Pusat Kesehatan Asan. Bora turun dari bus lalu melangkah ke rumah sakit itu. Ia terus saja memikirkan perkataan Yura hingga tak sadar sudah sampai di depan kamar Hyunseong. Ia masuk ke kamar itu dengan setengah melamun.

"Awas!!"

Duak

"Auw!" Bora menjerit kesakitan. Sebuah bola baseballl baru saja mengenai dahinya dengan cukup keras. Bora melihat di kamar itu bukan hanya ada Hyunseong dan Boss tetapi semua pegawai Sweet Romance ada di sana.

Minwoo mendekati Bora. "Bora-noona, mianhe. Kami hanya sedang bermain-main saat Youngmin menantangku untuk melempar bola itu dengan keras dan kebetulan Noona datang. Mianhe, Noona. Aku tidak sengaja..." Minwoo mengeluarkan jurus andalannya, puppy esye... Cling..cling..cling... *.*

"Akh, nae. Gwaenchanayo. Tapi... kenapa kalian semua ada di sini?"

"Tentu saja kami ingin menjenguk Hyunseongie, Bora!" IU berjalan mendekati Bora lalu menariknya keluar dari kamar itu.

"I, IU? Waeyo?"

"Aku lapar! Temani aku sarapan..." Mereka berjalan ke kantin rumah sakit lalu duduk di salah satu bangku di sudut setelah membeli makanan.

"Jangan khawatir.. Hyunseongie baik-baik saja" IU melahap tteobokki-nya.

"Apa?"

"Boss bilang semalam kau terlihat begitu cemas. Kau baru pulang setelah Hyunseongie dipindahkan dan itu sudah lewat tengah malam. Dan sekarang kau sudah datang ke rumah sakit walau ini masih pukul 8 pagi. Bukankah kau pernah bilang padaku bahwa kau tidak bisa bangun sebelum jam 9? Jadi kesimpulannya, kau terlalu cemas, Bora.."

Terlalu cemas... Jadi yang dikatakan Yura itu salah kan? Aku bukan jatuh cinta pada Hyunseong, tapi aku terlalu cemas akan keadaannya.. kata Bora dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri..

"IU, bagaimana mungkin aku tidak cemas? Hyunseong-ah terluka parah karena aku.."

"Aniya. Dia tidak bilang kalau dia terluka karenamu"

"Tapi, tapi tetap saja..."

"Sudah, Bora. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Lebih baik kau bicara saja dengannya. Aku lapar. Jadi jebal... Biarkan aku makan!!"

...
Bora Pov

"Kami pulang dulu.. Hyunseong-hyung, kau harus cepat sembuh! Besok kami datang lagi! Annyeong~" Kwangmin melambaikan tangannya dan tersenyum lebar, tidak peduli pada Youngmin yang sudah berjalan jauh meninggalkannya dan Minwoo yang menarik-nariknya supaya bergegas.

"Bora, jaga dia baik-baik! Aku pulang dulu.." IU berpamitan sebelum menutup pintu kamar itu.

Kini hanya tinggal aku dan Hyunseong di kamar itu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku mendekatinya lalu duduk di kursi di samping tempat tidurnya.

"Hyunseong-ah, aku..."

"Bora-ah, mianhe..."

Kami bicara bersamaan.

"Biarkan aku bicara dulu..." kataku.

Hyunseong mengangguk perlahan.

"Hyunseong-ah, aku marah begitu marah padamu! Aku tidak habis pikir.. Kau sungguh pabo, Hyunseong!!"

Hyunseong terkejut saat mendengar perkataanku. Apalagi aku membentaknya.

"Kau, kenapa kau menolongku? Apa kau lupa jika selama seminggu ini aku tak menghiraukanmu? Waeyo, Hyunseong? Kenapa?" Suaraku semakin pelan dan melambat. Air mataku jatuh perlahan. "Kenapa kau membuatku begitu takut dan khawatir? Aku begitu takut saat melihatmu pingsan dan darah mengucur deras dari lukamu..." Aku mulai sesegukan. "Kau mau membuatku mati ketakutan?"


Hyunseong Pov

Aku melihat Bora menangis. Bahunya berguncang dan ia mulai sesegukan. "Kau mau membuatku mati ketakutan?" ia bertanya di sela-sela tangisnya.

Apa ketakutan yang kau rasakan sama besarnya dengan ketakutan yang kurasakan saat mendengarmu menjerit semalam?

Aku duduk di tempat tidurku. Kugapai kepalanya yang tidak bagitu jauh dariku lalu kurapatkan ia kepelukanku. "Jeongmal mianhe, Bora..." Aku sudah memeluk dan mengelus rambutnya tapi Bora tetap saja menangis. "Bora-ah, ullijima... Jebal, ullijima.."

"Aniya.. Ini bukan salahmu, Hyunseong-ah. Ini sepenuhnya salahku. Aku yang menyebabkan kau terluka seperti ini.."

"Bora-ah, jebal.. Jangan salahkan dirimu lagi. Aku melakukannya karena aku takut kau kenapa-napa.. Sudah, berhentilah menangis.." Kudekap dia lebih erat, tak peduli jika piamaku jadi basah karena air matanya Aku memeluknya sampai ia berhenti menangis. Terus memeluknya tanpa tahu ada sepasang mata yang terus memperhatikan kami.

Hyunseong Pov End
...
Bora Pov


Hari ini sudah hari ketiga Hyunseong dirawat di rumah sakit. Walau Hyunseong selalu bilang bahwa ia sudah segar bugar, Uisa tetap saja masih tidak mau memperbolehkannya pulang. Mungkin beberapa hari lagi.

Aku tersenyum mengingat Hyunseong yang terus saja mengeluh ingin cepat pulang. Ia tidak suka rumah sakit. Ia bilang tempat itu membosankan, makanan yang disediakan juga tidak enak dan terasa hambar walaupun begitu ia tetap menghabiskannya.

Huft~ Kenapa aku selalu gembira saat bertemu dengannya ya? Apa benar aku jatuh cinta? Aish... Sampai sekarang pun aku masih bingung.. Apa yang kurasakan saat ini adalah jatuh cinta seperti kata Yura atau hanya rasa cemas seperti kata IU?

Buk

Aku menabrak seorang yeoja. Kami berdua jatuh bersamaan.

"Mianhe.. Mianhe, Nona..." yeoja itu menunduk beberapa kali meminta maaf.

"Ani.. Aku juga salah, berjalan sambil melamun.." Aku tersenyum pada yeoja yang terlihat beberapa tahun lebih muda dariku itu. Matanya lebar, tidak seperti kebanyakan orang korea. Kulitnya putih dengan bibir mungil berwarna merah muda. Dia terlihat sangat manis apalagi dengan potongan rambut pendeknya. Terlihat seperti boneka cantik..

Aku bangkit berdiri lalu membantu yeoja itu berdiri juga. "Kau mau menjenguk seseorang... ee..." kataku terhenti, bingung harus memanggilnya apa.

"Yoonhee. Namaku Yoonhee. Nae, aku ingin menjenguk namjachinguku. Dia baru beberapa hari ini dirawat di rumah sakit ini." Ia menjawab dengan wajah sedih.

"Kau sudah tahu dimana dia dirawat?"

"Nae.. Aku sudah pernah menjenguknya sekali. Kalau itu bisa dikatakan menjenguk..."

"Oh.. Arraseo..."

Tiba-tiba IU datang dan memanggilku. Aku ingin menemani yeoja itu menuju kamar namjachingu-nya tapi ternyata IU terus saja memaksaku untuk menemaninya sarapan (lagi -_-) di kantin.

"Mianhe, Yoonhee.. Aku pergi dulu, temanku sudah menunggu. Semoga kita bisa bertemu lagi.." Aku membungkuk 90 derajat padanya lalu berjalan cepat menyusul IU...

...


IU sungguh menyebalkan!!!

Apa ia datang ke rumah sakit hanya untuk sarapan??! Saat aku menemaninya sarapan, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia bilang itu adalah namjachingu barunya yang ingin bertemu. Dengan semangat ia pergi meniggalkanku yang bahkan belum sempat mengomel padanya..

Hah!! Ingin sekali aku berteriak tepat di telinganya...

Tapi itu tak bisa kulakukan saat ini. Karena aku masih di rumah sakit dan aku telah berjanji pada Hyunseong bahwa aku akan datang pagi ini. Kasihan Hyunseong jika harus sendirian di kamarnya yang menurutnya sungguh membosankan..

Aku berjalan menuju kamar Hyunseong. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, aku sedikit heran karena pintu kamarnya sedikit terbuka. Aku mengintip ke balik pintu itu, ingin tahu ada apa di dalam.

Aku melihat...

Hyunseong sedang berbicara dengan seorang yeoja berambut coklat pendek. Wajahnya nampak sedih.

Yeoja itu menunduk dan meletakkan kepalanya di tempat tidur Hyunseong.

Hyunseong mengelus rambut yeoja itu dengan lembut...

Yeoja itu mengangkat kepalanya. Aku melihat yeoja itu menangis dan... yeoja itu adalah yeoja yang kutabrak tadi! Yoonhee, yeoja yang datang kemari untuk menjenguk namjachingunya. Namjachingunya...

Jadi, yang Yoonhee maksud namjachingu adalah Hyunseong...?

Tiba-tiba dadaku sakit. Sakit sekali.. Rasanya melebihi rasa sakit saat Hyejoon meninggalkanku. Sakit...

"Akh.." tanpa sadar aku mengerang. Dan aku tahu jika Hyunseong dan yeoja itu bisa mendengar suaraku.

"Nugu?" Hyunseong bertanya heran.

Aku tak tahu haru melakukan apa, aku tidak ingin dia tahu aku ada di sini. Tidak.. Ini sudah cukup membuatku sakit..

Aku berlari, berlari sekuat aku berlari. Berlari tanpa tahu kapan aku akan berhenti...

...


Hari ini dingin. Dingin sekali, sangat berbeda dengan cuaca beberapa hari lalu.

Apa cuaca juga ingin mempermainkanku seperti hatiku yang selalu membuatku bingung?

Hah~ Sudah tiga hari aku tidak menjenguk Hyunseong. Bukan tidak menjenguk tapi aku takut untuk menjenguknya. Takut jika saat aku melihatnya, aku akan merasakan sakit itu lagi...

"Bora, tenang saja.. Kau tidak perlu khawatir.. Tunggu sebentar saja, semua akan jelas.. Akan sangat jelas.." IU tersenyum aneh padaku. Belum sempat aku berkata sepatah kata pun, IU melesat pergi.

"Apa.. maksudmu? Hei! Kenapa kau pergi begitu saja?! Hisss..."

Wusss... Angin kencang menerpaku. Brrrrr... Dingin sekali..

"Yak! Dingin.." Aku masuk ke kafe. Lebih baik di dalam ruangan jika ku tidak ingin mati beku. Aku duduk di kursi di ujung ruangan itu.

Kursi sama yang kududuki saat aku datang kemari malam natal lalu. Hari dimana aku bertemu tuan coklat panas itu. Tuan coklat panas...

Belakangan ini aku tidak pernah memikirkannya. Sedetik pun tidak. Apa ini karena Hyunseong?

Hahaha~ Ini sungguh menggelikan. Akhirnya aku menyadari bahwa aku mencintainya, sungguh mencintainya. Dan.. kenapa aku baru sadar saat aku mangetahui bahwa sebenarnya Hyunseong sudah memiliki Yoonhee sebagai yeojachingunya?

Tess

Air mataku jatuh. Aku menangis seperti malam natal itu. Seperti deja vu, sebuah cangkir diletakkan di meja di hadapanku. Aku melirik cangkir itu. Cangkir berisi coklat panas...

Coklat panas! Aku mendongak, berusaha melihat orang di depanku...

"Hyunseong...?"

"Nae?" Ia berlutut di hadapanku.

Aku diam tak berkutik. Kenapa dia ada di sini...?

"Apa kau sudah keluar dari rumah sakit..?"

Hyunseong tidak menjawab pertanyaanku dan justru balik bertanya "Kenapa kau tidak datang menjengukku tiga hari ini?"

"Apa? A-aku.. aku.."

"Yeoja yang kau lihat di kamarku itu.."

Apa lagi ini? Kenapa dia...

"Nae.. Dia adalah yeojachinguku saat itu. Hanya sampai saat itu."

"Apa?" Aku bertanya bingung. Kenapa Hyunseong mengatakan hal-hal yang tak dapat aku mengerti?

"Dia sudah pernah menjengukku sebelumnya. Tapi ternyata saat ia datang ke kamarku, dia melihatku sedang memelukmu yang menangis hari itu. Dan kedatangannya waktu itu adalah... untuk mengakhiri hubungan kami.. Kami sudah selesai, kalau itu yang mau kau tahu.. Aku tidak tahu ini pantas kukatakan atau tidak, tapi.. Bora-ah, neol saranghae.."

Aku terkejut. Sungguh terkejut. Apa aku salah dengar..?

"Aku tahu semuanya. Ceritamu tentang.." Hyunseong tersenyum lebar. "Tentang tuan coklat panasmu.. mungkin kau tidak percaya, tapi akulah tuan coklat panasmu itu, Bora.."

Aku memandangnya. Memandang tepat di matanya. "Hyuseong-ah... Da-dari mana kau tahu semua itu?"

"Dari IU.." Hyunseong menjawab santai. "Jadi, Bora... Apa jawabanmu?"

"Hei.. menunduk sedikit! Aku tidak bisa melihat mereka!" Terdengar suara berisik di belakang dinding pembatas ruangan.

"Aigooo.. Kenapa kau cerewet sekali, Jeongmin-hyung?! Kita bisa ketahuan!" terdengar suara Kwangmin berteriak.

"Hei, Kwang! Kau yang membuat kita ketahuan!"

"Apa maksudmu, Hyung?"

BRUK

Kwangmin dan Jeongmin jatuh..

"Hei! Sudah kukatakan jangan mengintip ataupun menguping!" Hyunseong berkata kesal pada mereka yang sedari tadi bersembunyi di balik dinding pembatas.

Aku menatap mereka satu persatu. Kenapa mereka suka sekali berbuat usil? Hehehe~ Aku tersenyum evil.

Hyunseong-ah, gwaenchanayo.. Tidak apa-apa. Aku senang jika mereka merasa iri.." aku tersenyum pada Hyunseong.

"I..ri?"

Aku berdiri mendekati Hyunseong lalu berjinjit dan memeluknya. Dengan cepat kudekatkan bibirku padanya dan menciumnya di hadapan semua pegawai Sweet Romance..

"Haah..."

"Woo, tutup matamu! Kau masih kecil untuk melihatnya!"

"Diam kau, Kwang!"

:P


..THE END..
^ Gomawo buat yang udah baca FF-ku yang pertama ini. Bagus ga? Kalo menurut reader bagus, makasih banget...^^ Kalo jelek dan gaje, maaf ya.. Semoga aku bisa terus nulis dan bisa lebih baik lagi deh.. Gomawo :) ^

2 komentar: