ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Senin, 05 November 2012

Don't Touch My...?? [Part 2]




Tittle     : Don’t Touch My...?
Author  : Micheel Ppyong
Cast      : No Eunbin (Minwoo’s yeodongsaeng)
                Key
                Jo Kwangmin
                No Minwoo


“Aku...” Air mata Eunbin terus mengalir. Semakin lama semakin deras. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Kwangmin tapi tak bisa. Suaranya tidak keluar.
“Eunbin...?”

 

 * * *

“No Eunbin! Kau kenapa?” Kwangmin mengguncang-guncang bahu Eunbin
Apa yang harus kukatakan? Batin Eunbin. Ia menghapus air matanya tak kentara dan berusaha tersenyum pada Kwangmin. “Ani. Nan gwaenchana.. Mianhe, aku harus pergi. Annyeong..”
Eunbin mengambil langkah cepat menuju mobilnya. Ia masuk ke dalamnya dan tidak berapa lama mobil itu melaju meninggalkan Kwangmin yang menatapnya khawatir..


* * *

Kim Kibum tersenyum pada yeoja yeoppo di hadapannya. Tapi sayang, yeoja itu tidak membalas senyumnya. Ia hanya menatap dingin pada Jinki, appanya.
“Kau pasti, Eunbin, kan?” kata Jinki pada yeoja itu. Yeoja itu mengangguk perlahan. “Baiklah kalau begitu, mari kita mulai makan malam ini.”
Beberapa pelayan masuk ke ruang makan. Masing-masing membawa sepiring besar makanan, baik masakan korea maupun barat. Semua ditata rapi di atas meja. Mereka menyajikan kira-kira 12 macam masakan hanya untuk 3 orang.
Pemborosan! batin Eunbin.
“Oh, ya, kalian belum saling kenal, kan? Baiklah, Eunbin, ini anakku, Kim Kibum. Kau bisa memanggilnya Key. Usianya baru menginjak 21 tahun, beberapa tahun lebih tua darimu. Saat ini ia sedang liburan ke Seoul dan kuharap kalian bisa lebih dekat...”
Eunbin mendengarkan penjelasan ajjushi itu dengan malas. Ia memandang namja di hadapannya dengan seksama. Ia tampan.. dan manis. Kesan pertamanya saat melihat namja itu adalah Kibum ini cukup baik. Tapi entahlah, siapa tahu dia hanya mengenakan topeng?
“Sudahlah, Appa. Lebih baik kita makan saja. Perkenalan bisa kami lakukan sendiri. Aku bukan anak kecil yang terbata-bata saat bicara..” kata Kibum tenang.
“Ah, arra..”
Mereka makan dalam diam. Kibum menyantap makanannya dengan tenang sedangkan Eunbin hanya mengaduk-aduk makanannya. Jinki terus memperhatikan tingkah mereka berdua.  Ia merasa, hanya ia yang antusias dengan perjodohan ini. Tidak dengan Eunbin maupun Kibum..
Masih diingatnya kebingungan Kibum beberapa hari yang lalu saat ia menceriatakan tentang perjodohan ini.
“Mwo? Perjodohan? Apa maksud Appa?” katanya saat itu.
“Ne. Perjodohan. Kurasa usiamu sudah cukup untuk, setidaknya bertunangan.”
“Aigo.. Appa, usiaku baru 21. Dan tidak ada hukum yang mengatakan bahwan namja-namja di dunia ini harus bertunangan di usia 21 tahun..”
Jinki mengangkat tangan kanan, tanda ia tidak ingin mendengar apapun dari Kibum...

* * *

“Mian atas kemauan aneh appaku..” Key menatap wajah samping Eunbin yang dingin.
“Mwo?” Eunbin menatap bingung pada Key yang duduk di sampingnya di tepi kolam itu. Ia tidak mendengar apa yang dikatakan namja itu. ia sibuk memerhatikan kolam renang di hadapannya. Airnya begitu bening. Bulan saja senang berlama-lama memancarkan sinar membentuk bayangannya di air kolam itu.
“Aku minta maaf karena kemauan aneh appaku, kau terpaksa mengikuti perjodohan konyol ini...” Key menunduk sambil menarik napas panjang. Ia sungguh tidak mengerti apa keinginan appanya.
“Ah, gwaenchana...” Eunbin berhenti bicara. Ia menghujani Key dengan tatapan bertanya.
“Wae?”
“Em.. ani. Apa aku harus memanggilmu.. oppa?” Eunbin menunduk dalam. Ia tidak biasa memanggil namja yang lebih tua darinya dengan sebutan oppa, tentu saja pengecualian pada Minwoo.
“Hehehe..” Key tersenyum simpul. “Terserah kau saja.. terserah apa yang kau mau, asal itu membuatmu nyaman bersamaku..”
“Arraseo...” Eunbin menatap Key ragu-ragu. “Oppa...”
Key menoleh cepat pada Eunbin lalu menatap yeoja itu tepat di matanya yang bening. Mata mereka bertemu.
Bagaimana bisa ada yeoja semanis dia? batin Key.
Tanpa sadar, Key mendekati Eunbin perlahan. Mata mereka masih bertemu. Key merasa ada medan magnet di antara mereka berdua. Ada sesuatu yang menariknya semakin dekat pada yeoja itu.
Eunbin hanya diam terpaku saat wajah Key semakin dekat dengannya. Ia bisa mencium bau namja itu, bau yang manis dan lembut. Hangat hembusan napas Key mengenai wajahnya. Key semakin dekat dengan Eunbin...
Trrrt..trrrt...
Seakan tersadarkan oleh dering ponsel, mereka berdua menjauh dengan cepat.
Dengan gugup Eunbin meraih ponsel di sakunya. “Yeo.. yeobuseyo?”
“Eunbin! Ini aku, Eunji! Bagaimana kabarmu?” suara nyaring seorang yeoja yang sudah sangat dikenal oleh Eunbin.
“Wa, waeyo, Eonni?” kata Eunbin tergagap. Key masih duduk berada di tepi kolam, meski ia berdiri sedikit jauh darinya, tetap saja Key masih bisa melihatnya yang mengangkat telepon.
“Eonni? Sejak kapan kau sesopan itu padaku? Hahaha.. Tidakah kau rindu pada sepupu tercintamu ini?”
“Ah? Tentu. Tentu saja aku merindukanmu..”
“Arra, besok aku ke rumahmu. Bersiap-siaplah! Annyeong~”
Tuut.. Telepon terputus.
“Ada urusan penting?” tanya Key masih sedikit jauh dari Eunbin.
Ani. Sebenarnya Eunbin tidak ada urusan apa-apa. Toh Eunji akan datang besok pagi, tapi entah kenapa, Enbin menganggukkan kepalanya perlahan.
“Geurae. Aku mengerti. Pergilah, lagipula ini sudah malam...” kata Key sambil terus menatap bebatuan putih di bawah kakinya, yang sama sekali tidak penting untuk dilihat. “Perlu kuantar?” tawarnya.
“Ti, tidak perlu..” Eunbin bangkit berdiri dengan cepat lalu setengah berlari melewati Key yang hanya berdiri tegak di posisinya. Ia membungkuk sedikit saat melewati Key. “Selamat malam..” katanya.
“Ne. Selamat malam...”

* * *

Eunbin pov

Aku bersandar pada kursi mobilnya. “Huft~”
Aku rasa perjodohan ini tidak akan pernah berhasil. Pertemuan pertama mereka saja sudah hancur begini. Walau bagaimanapun, aku tetap akan menolak perjodohan ini. Aku tidak mengenal Kim Kibum, walau bisa saja kami saling mengenal lebih dekat lagi dengan pertemuan-pertemuan selanjut... ah, andwe! Aku tidak akan mau datang ke pertemuan seperti ini lagi. Ini sudah cukup menjadi pengalaman berharga bagiku..
Lagipula...
Tatapan mata Key tadi...
Ah, pabo! Aku kan hanya mencintai Kwangmin!!

Eunbin pov end

* * *

“Ayo kita jalan-jalan! Kita belanja barang-barang bagus sekaligus bersenang-senang! Hari ini hari terakhir libur musim panasmu, kan? Jangan sia-siakan kesempatanmu, Eunbin!” Eunji menarik tangan Eunbin untuk pergi dengannya.
“Eonniiii... aku sedang tidak ingin pergi jalan-jalan denganmu!”
“Aish.. kenapa kau tidak mau pergi denganku? kau ini kejam sekali!”
“Bukan begitu, eonnie. Aku tidak ingin pergi kemana-mana, dengan siapapun, termasuk Eonnie..”
“Bagaimana jika dengan Kwangmin?”
Mata Eunbin langsung membulat. “Kwangmin..?”
“Ne. Aku sudah meneleponnya kemarin, dan ia setuju untuk pergi dengan kita..”
“Ayo, berangkat!” seru Eunbin sambil menyambar tangan Eunji.

* * *

“Hei kalian berdua! Ayo cepat jalan! Toko favoritku hari ini sedang diskon, kalau tidak cepat pergi, aku akan kehabisan barang-barang bagus!” Eunji berlari mendekati Eunbin dan Kwangmin yang berjalan lambat di belakangnya. Ia menarik tangan kedua orang itu lalu memaksa mereka berjalan cepat.
Mereka memasuki kawasan pertokoan di daerah Kangnam itu. eunji berlari menuju toko incarannya. Toko itu penuh sekali dengan pengunjung, di depan toko terpampang kain bertulisan DISCOUNT 50% besar-besar. Eunji masuk ke kerumunan orang-orang lalu menghilang di antara mereka.
Eunbin dan Kwangmin yang ditinggalkan Eunji hanya diam mematung di depan toko itu.
“Kau sudah sarapan?” tanya Kwangmin tiba-tiba.
Eunbin tidak menjawab tapi mengangguk perlahan. Ia memang belum makan dari pagi dan sekarang sudah jam 10 pagi.
“Kajja.. kita cari makanan..” Kwangmin berjalan mendahului Eunbin yang mengikuti di belakang. Mereka pergi ke restoran mi dingin lalu memesan seporsi untuk masing-masing. Mereka makan dalam diam dan sedikit canggung sampai Kwangmin bertanya pada Eunbin, “Ada apa sebenarnya?”
“Eh? Mwo?” kata Eunbin karena tidak mendengar apa yang Kwangmin katakan.
“Kau kenapa?” tanya Kwangmin yang menatap cemas pada Eunbin.
“Memangnya aku kenapa” tanya Eunbin pura-pura tidak mengerti apa yang sedang Kwangmin tanyakan.
“Kenapa semalam kau menangis?”
Eunbin menunduk perlahan. “Nan gwaenchana...”
“Aku bertanya kenapa kau menangis, bukan bagaimana keadaanmu..”
“Walau kuberi tahu pun, kau tak akan mengerti dan tak akan peduli..”
Kwangmin menoleh pada Eunbin. Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. “Kenapa kau jadi begini? Kau tidak seceria biasanya. Kau bukan No Eunbin yang kukenal, aku seakan tidak mengenalmu..”
Eunbin menunduk dalam. Ia tak ingin Kwangmin melihat air matanya yang mulai jatuh membasahi pipi. “Terserah kau mau bilang apa. Aku tak peduli.. aku sudah cukup lelah menunggumu untuk membalas perasaanku. Ini sudah 4 tahun, dan aku tidak ingin menambah tahun-tahun tak berarti lagi karenamu..”
Eunbin meletakkan sumpit dan sendoknya. Ia bangkit berdiri lalu berjalan meninggalkan Kwangmin yang terpaku menatap kepergian adik Minwoo itu..

* * *

“Selamat pagi, Nona..” Ajjusshi Lee membukakan pintu penumpang untuk Eunbin.
Eunbin masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara, membuat Ajjushi Lee bingung dengan sikap nonanya yang tidak seperti biasa.
Mobil melaju cepat meninggalkan rumah keluarga No, mengantar nona mudanya berangkat ke sekolah.
Seorang namja yang sedari tadi memerhatikan kejadian singkat di depan rumah tetangganya, keluar dari balik pagar rumahnya. Ia menghembuskan napas. “Waeyo, Eunbin?”

* * *

“Eunbin!” sebuah suara mengagetkan Eunbin yang berjalan memasuki kelas. Dilihatnya Minhee berlari mendekatinya dengan tergesa-gesa.
“Minhee? Waeyo?” tanya Eunbin cemas.
Minhee tersenyum lebar padanya. “Ani. Tidak ada apa-apa. Aku hanya merindukanmuuuu...” katanya sambil memeluk Eunbin erat-erat.
“AIH! Kau.. Kau membuatku sulit bernapas!!”
Minhee melepaskan pelukannya lalu tersenyum simpul.
“Kekeke... aku bercan..” Minhee berhenti bicara saat melihat Minwoo, oppa Eunbin, dan Youngmin masuk ke kelas mereka. “Mereka mencarimu. Aku pergi dulu..” katanya dingin.
Eunbin menoleh ke pintu kelas dan mendapati Minwoo sedang menuju ke arahnya. Ada juga Jo Youngmin, hyung kembar Kwangmin, berdiri di depan pintu kelas dan melirik tajam pada Minhee yang lewat di depannya. Entah ada apa di antara mereka sebenarnya.
“Mian aku baru bisa menemuimu hari ini. Bagaimana sabtu lalu?” kata Minwoo yang duduk di kursi sebelah yeodongsaengnya.
Eunbin diam tak menjawab pertanyaan oppanya.
“No Eunbin, apa kau masih ingin melanjutkan perjodohan ini?”
Eunbin merenungkan perkataan Minwoo. Sebenarnya, perjodohan ini tidak menjadi masalah baginya. Mereka tidak harus menikah saat ini. Lagi pula Key sangat baik padanya, walau ia yakin jika ia bertemu lagi dengan Key, mereka pasti akan canggung karena peristiwa di tepi kolam waktu itu. Ne, Eunbin tidak keberatan... jika saja ia bisa melupakan namja kembaran Jo Youngmin itu.
“Kau tidak mau melanjutkannya, kan?”
Eunbin tidak menjawab, ia hanya menatap kosong pada oppanya.
“No Eunbin!!!” teriak Minwoo kesal.
Tess.. Air mata Eunbin jatuh perlahan. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sangat cengeng, selalu menangis jika merasa lelah.
“Huft~ Kuanggap itu berarti tidak..” Minwoo mengelus puncak kepala yeodongsaengnya lalu pergi meninggalkan kelas Eunbin.

* * *

“Ada apa sebenarnya, Hyung?” tanya Kwangmin begitu Youngmin kembali ke kelas setelah menemani Minwoo ke kelas adiknya.
“Apa maksudmu?” Youngmin bingung kenapa Kwangmin tiba-tiba bertanya tidak jelas.
“Ada apa dengan Eunbin? Bukankah kau baru saja pergi ke kelasnya bersama Minwoo?”
“Aaah.. Itu..” Youngmin menoleh kiri kanan. Ia mencari Minwoo karena ingin bertanya bolehkah ia menceritakan hal ini pada Kwangmin.
“Appaku ingin menjodohkannya dengan anak temannya..” kata Minwoo yang tiba-tiba muncul setelah kembali dari kantin.
“Mwo?” kening Kwangmin berkerut karena bingung. “Apa maksudmu?”
“Karena suatu hal, appaku terpaksa menjodohkan Eunbin dengan anak temannya...”
“Menjodohkan? Apa karena ini, Eunbin jadi sedih akhir-akhir ini?” gumam Kwangmin tanpa sadar. “Apa Eunbin tidak menolaknya?”
“Entahlah..” jawab Minwoo pelan.

* * *
Key Pov

Aku memandang ruang keluarga di mana aku berada saat ini. Selalu begini, rumah ini selalu kosong seperti tak berpenghuni. Aku akan pulang ke rumah dan mendapati rumah ‘sebesar ini’  dalam keadaan kosong. Aku akan selalu kesepian karena Appa tak ada di rumah, sibuk dengan pekerjaannya. Eommaku sudah meninggal saat aku berusia 12 tahun. Mungkin inilah yang menjadi penyebab mengapa Appa lebih suka sibuk dengan pekerjaannya, mungkin dengan bekerja, Appa bisa sedikit melupakan Eommanya.
Aku tidak memiliki saudara. Selalu kesepian karena tidak punya teman di rumah dan akan begitu senang saat Appa pulang kerja. Terkadang aku membenci Appaku yang tidak seperti appa teman-temanku yang lain, yang selalu mengucapkan selamat saat anaknya berulang tahun...
“Huft~” Key menghembuskan napas. Ia melihat jam dinding besar di ruangan itu. Jam 2 siang... Tiba-tiba terlintas wajah yeoja manis itu di benakku, No Eunbin. “Apakah ia sudah pulang sekolah?”

Key Pov End

* * *

“Eunbin! Aku pulang dulu. Annyeong...” Minhee melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan Eunbin yang masih menunggu Ajjushi Lee untuk menjemputnya.
Jam sekolah telah usai dan tapi ia tidak ingin segera pulang. Ia akan menyuruh Ajjushi Lee untuk mengantarnya ke pusat pembelanjaan. Ia akan jalan-jalan dan membeli apa saja yang ia inginkan untuk mengurangi kesedihannya.
“Eunbin..” seseorang menepuk bahunya perlahan.
Begitu eunbin berbalik, dilihatnya Key sedang berdiri di hadapannya. Namja itu tersenyum kikuk padanya.
“Oppa..?”

* * *
Kwangmin Pov

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung berjalan cepat menuju kelas Eunbin. Entah mengapa tetapi aku ingin sekali menemuinya. Begitu sampai di kelasnya, kudapati kelas itu telah kosong. “Cepat sekali perginya..”
Aku berjalan ke araha gerbang, siapa tahu ia masih di sana. Jika tidak ada juga, mungkin aku akan mengetuk pintu rumahnya dan berbicara dengan Eunbin di rumahnya.
Itu dia!
Kulihat dia melambaikan tangan pada sahabatnya yang bernama Minhee itu. “Eun...”
Seorang namja mendekatinya. Eunbin menoleh pada namja yang tersenyum kikuk padanya itu. Ia sempat kaget sesaat sebelum akhirnya tersenyum malu pada namja itu. Mereka berbincang-bincang sesaat sebelum akhirnya Eunbin mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. “Eomma, mianhe.. bisa tolong sampaikan pada Ajjushi? Ia tidak perlu menjemputku. Aku akan pulang bersama Key-oppa. Kami ingin jalan-jalan sebentar...”
Aku tidak mendengar apa kelanjutannya. Mereka berdua berjalan berdampingan menuju sebuah mobil yang diparkir di halaman sekolah itu. Namja itu membukakan pintu penumpang di samping kursi pengemudi lalu menyuruh Eunbin masuk.
Beberapa saat kemudian mobil itu melaju keluar dari gerbang sekolah. Meninggalkanku yang terus menatap mobil itu, sampai benar-benar menghilang dari pandangan...

Kwangmin Pov End
* * *

“Kurasa ini bagus untukmu..” kata Key sambil menunjukkan sebuah gelang titanium yang berkilau terkena sinar lampu. Gelang itu terlihat unik dengan ukiran bungan mawar yang sedang mekar.
“Jinjjayo?” Eunbin menatap penuh perhatian pada gelang itu. Benar, gelang itu sangat bagus dan ia sangat menyukainya. Eunbin rasa Key pintar memilih, karena gelang itu cocok dengan seleranya.
“Kau suka?” tanya Key melihat Eunbin tertarik dengan gelang itu.
Eunbin mengangguk dan tersenyum manis padanya.
“Nona, tolong bungkuskan yang ini..” Key memberikan gelang itu pada penjaga toko lalu mengeluarkan dompet dari sakunya.
“Tidak perlu. Aku akan membelinya sendiri..” kata Eunbin cepat sambil mengeluarkan dompetnya juga.
Key menahan tangan Eunbin. “Biar aku yang bayar. Aku ingin membelikan sesuatu untukmu..” Key tersenyum padanya.
Eunbin berhenti memaksa untuk membayar sendiri gelang itu. Ia rasa Key memang bersungguh ingin membelikan gelang itu untuknya.
“Kajja! Kita makan siang ne? Aku lapar..”
Mereka berjalan menuju restoran daging di dekat situ. Memesan bulgogi dan mengobrol sambil menunggu pesanan mereka datang.
“Apa hobimu, Eunbin?”
“Em? Aku suka membaca, tapi tidak suka belajar.. Jadi hobiku adalah membaca tetapi sangat tidak suka belajar.”
“Oh ya? Apa nilaimu tidak jelek jika kau tidak belajar?”
“Hehehe..” Eunbin tertawa renyah. “Tidak begitu buruk tetapi tidak bisa dibilang bagus juga..”
Obrolan mereka terus berlanjut. Kadang serius, bercanda dan tertawa bersama. Mereka terus bicara bahkan saat makanan datang dan perut mereka terasa lapar.

* * *

Di tempat lain, Minwoo sedang menunggu appanya di ruang keluarga. Song sedang memanggilkan appanya yang berada di lantai dua. Hari ini Minwoo datang untuk bicara pada appanya, tentang perjodohan Eunbin dengan anak teman appanya itu.
“Woo?” suara Eomma mengagetkan Minwoo.
“Eomma..”
“Ada apa, Woo?” tanya Eommanya yang masih mengenakan baju rapi dan terlihat resmi. Sepertinya Eomma baru saja pulang dari suatu tempat.
“Ani. Aku hanya ingin berkunjung..”
“Tidak biasanya kau datang kemari kecuali hari libur. Kau sudah makan?”
“Belum. Tapi nanti saja aku makan dengan Appa, Eomma dan Eunbin..”
“Eunbin? Kurasa ia tidak akan makan di rumah. Ia sedang jalan-jalan dengan anak Jinki..”
“Mwo?” Minwoo terlihat kaget dengan pernyataan Eommanya. “Eunbin jalan-jalan dengan anak Ajjushi itu? Bukankah ia menolak untuk dijodohkan?”
“Ah, kau benar. Tapi sepertinya Eunbin menyukai Key. Eomma sudah pernah bertemu dengan namja itu, dia baik dan sopan..”
“Tapi Eunbin bilang padaku ia tidak ingin dijodohkan. Bahkan ia menangis saat mengatakannya..”
“Jinjja?”
“Eomma, tidak bisakah kita menghentikan perjodohan ini? Aku lihat Eunbin sangat sedih akhir-akhir ini. Apa Eomma tidak kasihan padanya?”
“Minwoo, tentu saja Eomma tidak setuju dengan perjodohan ini. Tapi dengarkan Eomma, jika Eunbin bertahan dalam perjodohan ini selama setahun saja, maka ia tidak perlu melanjutkannya. Ia tidak perlu bertunangan bahkan menikah dengan Key. Eomma yakin, Appa pasti bisa menyelesaikan masalah perusahaan dalam setahun. Setelah masalah perusahaan selesai, kita tidak butuh lagi bantuan Jinki. Eunbin bisa lepas dari perjodohan ini..”
Eomma menatap Minwoo yakin, tanpa mengetahui bahwa Jinki yang sedang bertamu saat itu mendengar semua ucapannya..

* * *

“Sudah sampai..” Key turun dari mobil lalu memutar untuk membukakan pintu untuk Eunbin. Eunbin keluar dari mobil dengan beberapa kantong belanja. Key-lah yang membelikan semua barang itu.
“Gomawo. Terima kasih untuk hari ini..” Eunbin tersenyum padanya.
“Cheonma, Eunbin..”
Tatapan mereka bertemu. Entah apa yang membuat mereka tetap pada posisi mereka. Tidak ada yang berusaha melepaskan pandangan satu sama lain.
“Nona? Kau sudah pulang?” tiba-tiba Song keluar rumah. Ia menatap bingung pada kedua orang yang kikuk itu.
“Ah, eh.. Ne..” jawab Eunbin salting.
“Arra. Saya masuk dulu, Nona, Tuan..” Song masuk ke dalam rumah lagi.
Eunbin menunduk dan berkata pelan, “Aku masuk dulu..” Ia berbalik meninggalkan Key. Tapi baru beberapa langkah, Key memanggilnya.
“Eunbin..”
Eunbin berbalik mendengar panggilan Key. Dan ia mendapati wajah Key begitu dekat dengannya. Sesaat kemudian dirasakannya sesuatu yang hangat menempel pada bibirnya. Ia memejamkan mata, Key menciumnya...


TBC

Tunggu kelanjutannya ya ^^

5 komentar:

  1. Mian kalo critanya rada ga nyambung n gaje
    Author bwt ini dg cepet", author mw pergi retret jdi takut ga sempet kelar..
    Gomawo bwt yg udah mw baca n ngasih reaksi^^
    Author bakal berjuang lebih keras lagi d part selanjtnya :D

    BalasHapus
  2. akhirnya keluar juga ya lanjutannya..
    Ditunggu next partnya ya thor..

    BalasHapus
  3. gomawo ^^
    author usahain cepet jadi ya :D

    BalasHapus
  4. tumben nih sing hyung nya kwang gak join
    biasanya always together heheeh

    BalasHapus