Tittle : Don’t Touch My...?
Author : Micheel
Ppyong
Cast : No Eunbin (Minwoo’s yeodongsaeng)
Key
Jo
Kwangmin
No Minwoo
“Aku...”
Air mata Eunbin terus mengalir. Semakin lama semakin deras. Ia ingin mengatakan
sesuatu pada Kwangmin tapi tak bisa. Suaranya tidak keluar.
* * *
“No Eunbin! Kau kenapa?” Kwangmin
mengguncang-guncang bahu Eunbin
Apa
yang harus kukatakan? Batin Eunbin. Ia menghapus air matanya tak kentara
dan berusaha tersenyum pada Kwangmin. “Ani. Nan gwaenchana.. Mianhe, aku harus
pergi. Annyeong..”
Eunbin mengambil langkah cepat
menuju mobilnya. Ia masuk ke dalamnya dan tidak berapa lama mobil itu melaju
meninggalkan Kwangmin yang menatapnya khawatir..
* * *
Kim Kibum tersenyum pada yeoja
yeoppo di hadapannya. Tapi sayang, yeoja itu tidak membalas senyumnya. Ia hanya
menatap dingin pada Jinki, appanya.
“Kau pasti, Eunbin, kan?” kata
Jinki pada yeoja itu. Yeoja itu mengangguk perlahan. “Baiklah kalau begitu,
mari kita mulai makan malam ini.”
Beberapa pelayan masuk ke ruang
makan. Masing-masing membawa sepiring besar makanan, baik masakan korea maupun barat.
Semua ditata rapi di atas meja. Mereka menyajikan kira-kira 12 macam masakan
hanya untuk 3 orang.
Pemborosan!
batin Eunbin.
“Oh, ya, kalian belum saling kenal,
kan? Baiklah, Eunbin, ini anakku, Kim Kibum. Kau bisa memanggilnya Key. Usianya
baru menginjak 21 tahun, beberapa tahun lebih tua darimu. Saat ini ia sedang
liburan ke Seoul dan kuharap kalian bisa lebih dekat...”
Eunbin mendengarkan penjelasan
ajjushi itu dengan malas. Ia memandang namja di hadapannya dengan seksama. Ia
tampan.. dan manis. Kesan pertamanya saat melihat namja itu adalah Kibum ini
cukup baik. Tapi entahlah, siapa tahu dia hanya mengenakan topeng?
“Sudahlah, Appa. Lebih baik kita
makan saja. Perkenalan bisa kami lakukan sendiri. Aku bukan anak kecil yang
terbata-bata saat bicara..” kata Kibum tenang.
“Ah, arra..”
Mereka makan dalam diam. Kibum
menyantap makanannya dengan tenang sedangkan Eunbin hanya mengaduk-aduk
makanannya. Jinki terus memperhatikan tingkah mereka berdua. Ia merasa, hanya ia yang antusias dengan
perjodohan ini. Tidak dengan Eunbin maupun Kibum..
Masih diingatnya kebingungan Kibum
beberapa hari yang lalu saat ia menceriatakan tentang perjodohan ini.
“Mwo? Perjodohan? Apa maksud Appa?”
katanya saat itu.
“Ne. Perjodohan. Kurasa usiamu
sudah cukup untuk, setidaknya bertunangan.”
“Aigo.. Appa, usiaku baru 21. Dan
tidak ada hukum yang mengatakan bahwan namja-namja di dunia ini harus bertunangan
di usia 21 tahun..”
Jinki mengangkat tangan kanan,
tanda ia tidak ingin mendengar apapun dari Kibum...
* * *
“Mian atas kemauan aneh appaku..”
Key menatap wajah samping Eunbin yang dingin.
“Mwo?” Eunbin menatap bingung pada
Key yang duduk di sampingnya di tepi kolam itu. Ia tidak mendengar apa yang
dikatakan namja itu. ia sibuk memerhatikan kolam renang di hadapannya. Airnya
begitu bening. Bulan saja senang berlama-lama memancarkan sinar membentuk
bayangannya di air kolam itu.
“Aku minta maaf karena kemauan aneh
appaku, kau terpaksa mengikuti perjodohan konyol ini...” Key menunduk sambil
menarik napas panjang. Ia sungguh tidak mengerti apa keinginan appanya.
“Ah, gwaenchana...” Eunbin berhenti
bicara. Ia menghujani Key dengan tatapan bertanya.
“Wae?”
“Em.. ani. Apa aku harus
memanggilmu.. oppa?” Eunbin menunduk dalam. Ia tidak biasa memanggil namja yang
lebih tua darinya dengan sebutan oppa, tentu saja pengecualian pada Minwoo.
“Hehehe..” Key tersenyum simpul.
“Terserah kau saja.. terserah apa yang kau mau, asal itu membuatmu nyaman
bersamaku..”
“Arraseo...” Eunbin menatap Key
ragu-ragu. “Oppa...”
Key menoleh cepat pada Eunbin lalu
menatap yeoja itu tepat di matanya yang bening. Mata mereka bertemu.
Bagaimana
bisa ada yeoja semanis dia? batin Key.
Tanpa sadar, Key mendekati Eunbin
perlahan. Mata mereka masih bertemu. Key merasa ada medan magnet di antara
mereka berdua. Ada sesuatu yang menariknya semakin dekat pada yeoja itu.
Eunbin hanya diam terpaku saat
wajah Key semakin dekat dengannya. Ia bisa mencium bau namja itu, bau yang
manis dan lembut. Hangat hembusan napas Key mengenai wajahnya. Key semakin
dekat dengan Eunbin...
Trrrt..trrrt...
Seakan tersadarkan oleh dering
ponsel, mereka berdua menjauh dengan cepat.
Dengan gugup Eunbin meraih ponsel
di sakunya. “Yeo.. yeobuseyo?”
“Eunbin! Ini aku, Eunji! Bagaimana
kabarmu?” suara nyaring seorang yeoja yang sudah sangat dikenal oleh Eunbin.
“Wa, waeyo, Eonni?” kata Eunbin
tergagap. Key masih duduk berada di tepi kolam, meski ia berdiri sedikit jauh
darinya, tetap saja Key masih bisa melihatnya yang mengangkat telepon.
“Eonni? Sejak kapan kau sesopan itu
padaku? Hahaha.. Tidakah kau rindu pada sepupu tercintamu ini?”
“Ah? Tentu. Tentu saja aku
merindukanmu..”
“Arra, besok aku ke rumahmu.
Bersiap-siaplah! Annyeong~”
Tuut.. Telepon terputus.
“Ada urusan penting?” tanya Key
masih sedikit jauh dari Eunbin.
Ani. Sebenarnya Eunbin tidak ada
urusan apa-apa. Toh Eunji akan datang besok pagi, tapi entah kenapa, Enbin
menganggukkan kepalanya perlahan.
“Geurae. Aku mengerti. Pergilah,
lagipula ini sudah malam...” kata Key sambil terus menatap bebatuan putih di
bawah kakinya, yang sama sekali tidak penting untuk dilihat. “Perlu kuantar?”
tawarnya.
“Ti, tidak perlu..” Eunbin bangkit
berdiri dengan cepat lalu setengah berlari melewati Key yang hanya berdiri
tegak di posisinya. Ia membungkuk sedikit saat melewati Key. “Selamat malam..”
katanya.
“Ne. Selamat malam...”
* * *
Eunbin pov
Aku bersandar pada kursi mobilnya.
“Huft~”
Aku rasa perjodohan ini tidak akan
pernah berhasil. Pertemuan pertama mereka saja sudah hancur begini. Walau
bagaimanapun, aku tetap akan menolak perjodohan ini. Aku tidak mengenal Kim
Kibum, walau bisa saja kami saling mengenal lebih dekat lagi dengan
pertemuan-pertemuan selanjut... ah, andwe! Aku tidak akan mau datang ke
pertemuan seperti ini lagi. Ini sudah cukup menjadi pengalaman berharga
bagiku..
Lagipula...
Tatapan mata Key tadi...
Ah, pabo! Aku kan hanya mencintai
Kwangmin!!
Eunbin pov end
* * *
“Ayo kita jalan-jalan! Kita belanja
barang-barang bagus sekaligus bersenang-senang! Hari ini hari terakhir libur
musim panasmu, kan? Jangan sia-siakan kesempatanmu, Eunbin!” Eunji menarik
tangan Eunbin untuk pergi dengannya.
“Eonniiii... aku sedang tidak ingin
pergi jalan-jalan denganmu!”
“Aish.. kenapa kau tidak mau pergi
denganku? kau ini kejam sekali!”
“Bukan begitu, eonnie. Aku tidak
ingin pergi kemana-mana, dengan siapapun, termasuk Eonnie..”
“Bagaimana jika dengan Kwangmin?”
Mata Eunbin langsung membulat.
“Kwangmin..?”
“Ne. Aku sudah meneleponnya
kemarin, dan ia setuju untuk pergi dengan kita..”
“Ayo, berangkat!” seru Eunbin
sambil menyambar tangan Eunji.
* * *
“Hei kalian berdua! Ayo cepat
jalan! Toko favoritku hari ini sedang diskon, kalau tidak cepat pergi, aku akan
kehabisan barang-barang bagus!” Eunji berlari mendekati Eunbin dan Kwangmin
yang berjalan lambat di belakangnya. Ia menarik tangan kedua orang itu lalu
memaksa mereka berjalan cepat.
Mereka memasuki kawasan pertokoan
di daerah Kangnam itu. eunji berlari menuju toko incarannya. Toko itu penuh
sekali dengan pengunjung, di depan toko terpampang kain bertulisan DISCOUNT 50%
besar-besar. Eunji masuk ke kerumunan orang-orang lalu menghilang di antara
mereka.
Eunbin dan Kwangmin yang
ditinggalkan Eunji hanya diam mematung di depan toko itu.
“Kau sudah sarapan?” tanya Kwangmin
tiba-tiba.
Eunbin tidak menjawab tapi
mengangguk perlahan. Ia memang belum makan dari pagi dan sekarang sudah jam 10
pagi.
“Kajja.. kita cari makanan..”
Kwangmin berjalan mendahului Eunbin yang mengikuti di belakang. Mereka pergi ke
restoran mi dingin lalu memesan seporsi untuk masing-masing. Mereka makan dalam
diam dan sedikit canggung sampai Kwangmin bertanya pada Eunbin, “Ada apa
sebenarnya?”
“Eh? Mwo?” kata Eunbin karena tidak
mendengar apa yang Kwangmin katakan.
“Kau kenapa?” tanya Kwangmin yang
menatap cemas pada Eunbin.
“Memangnya aku kenapa” tanya Eunbin
pura-pura tidak mengerti apa yang sedang Kwangmin tanyakan.
“Kenapa semalam kau menangis?”
Eunbin menunduk perlahan. “Nan
gwaenchana...”
“Aku bertanya kenapa kau menangis,
bukan bagaimana keadaanmu..”
“Walau kuberi tahu pun, kau tak
akan mengerti dan tak akan peduli..”
Kwangmin menoleh pada Eunbin.
Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. “Kenapa kau jadi begini? Kau tidak seceria
biasanya. Kau bukan No Eunbin yang kukenal, aku seakan tidak mengenalmu..”
Eunbin menunduk dalam. Ia tak ingin
Kwangmin melihat air matanya yang mulai jatuh membasahi pipi. “Terserah kau mau
bilang apa. Aku tak peduli.. aku sudah cukup lelah menunggumu untuk membalas
perasaanku. Ini sudah 4 tahun, dan aku tidak ingin menambah tahun-tahun tak
berarti lagi karenamu..”
Eunbin meletakkan sumpit dan
sendoknya. Ia bangkit berdiri lalu berjalan meninggalkan Kwangmin yang terpaku
menatap kepergian adik Minwoo itu..
* * *
“Selamat pagi, Nona..” Ajjusshi Lee
membukakan pintu penumpang untuk Eunbin.
Eunbin masuk ke dalam mobil tanpa
banyak bicara, membuat Ajjushi Lee bingung dengan sikap nonanya yang tidak
seperti biasa.
Mobil melaju cepat meninggalkan
rumah keluarga No, mengantar nona mudanya berangkat ke sekolah.
Seorang namja yang sedari tadi
memerhatikan kejadian singkat di depan rumah tetangganya, keluar dari balik
pagar rumahnya. Ia menghembuskan napas. “Waeyo, Eunbin?”
* * *
“Eunbin!” sebuah suara mengagetkan
Eunbin yang berjalan memasuki kelas. Dilihatnya Minhee berlari mendekatinya
dengan tergesa-gesa.
“Minhee? Waeyo?” tanya Eunbin
cemas.
Minhee tersenyum lebar padanya.
“Ani. Tidak ada apa-apa. Aku hanya merindukanmuuuu...” katanya sambil memeluk
Eunbin erat-erat.
“AIH! Kau.. Kau membuatku sulit
bernapas!!”
Minhee melepaskan pelukannya lalu
tersenyum simpul.
“Kekeke... aku bercan..” Minhee
berhenti bicara saat melihat Minwoo, oppa Eunbin, dan Youngmin masuk ke kelas
mereka. “Mereka mencarimu. Aku pergi dulu..” katanya dingin.
Eunbin menoleh ke pintu kelas dan
mendapati Minwoo sedang menuju ke arahnya. Ada juga Jo Youngmin, hyung kembar Kwangmin,
berdiri di depan pintu kelas dan melirik tajam pada Minhee yang lewat di
depannya. Entah ada apa di antara mereka sebenarnya.
“Mian aku baru bisa menemuimu hari
ini. Bagaimana sabtu lalu?” kata Minwoo yang duduk di kursi sebelah
yeodongsaengnya.
Eunbin diam tak menjawab pertanyaan
oppanya.
“No Eunbin, apa kau masih ingin
melanjutkan perjodohan ini?”
Eunbin merenungkan perkataan
Minwoo. Sebenarnya, perjodohan ini tidak menjadi masalah baginya. Mereka tidak
harus menikah saat ini. Lagi pula Key sangat baik padanya, walau ia yakin jika
ia bertemu lagi dengan Key, mereka pasti akan canggung karena peristiwa di tepi
kolam waktu itu. Ne, Eunbin tidak keberatan... jika saja ia bisa melupakan
namja kembaran Jo Youngmin itu.
“Kau tidak mau melanjutkannya,
kan?”
Eunbin tidak menjawab, ia hanya
menatap kosong pada oppanya.
“No Eunbin!!!” teriak Minwoo kesal.
Tess.. Air mata Eunbin jatuh
perlahan. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sangat cengeng, selalu menangis jika
merasa lelah.
“Huft~ Kuanggap itu berarti
tidak..” Minwoo mengelus puncak kepala yeodongsaengnya lalu pergi meninggalkan
kelas Eunbin.
* * *
“Ada apa sebenarnya, Hyung?” tanya
Kwangmin begitu Youngmin kembali ke kelas setelah menemani Minwoo ke kelas
adiknya.
“Apa maksudmu?” Youngmin bingung
kenapa Kwangmin tiba-tiba bertanya tidak jelas.
“Ada apa dengan Eunbin? Bukankah
kau baru saja pergi ke kelasnya bersama Minwoo?”
“Aaah.. Itu..” Youngmin menoleh
kiri kanan. Ia mencari Minwoo karena ingin bertanya bolehkah ia menceritakan
hal ini pada Kwangmin.
“Appaku ingin menjodohkannya dengan
anak temannya..” kata Minwoo yang tiba-tiba muncul setelah kembali dari kantin.
“Mwo?” kening Kwangmin berkerut
karena bingung. “Apa maksudmu?”
“Karena suatu hal, appaku terpaksa
menjodohkan Eunbin dengan anak temannya...”
“Menjodohkan? Apa karena ini,
Eunbin jadi sedih akhir-akhir ini?” gumam Kwangmin tanpa sadar. “Apa Eunbin
tidak menolaknya?”
“Entahlah..” jawab Minwoo pelan.
* * *
Key Pov
Aku memandang ruang keluarga di
mana aku berada saat ini. Selalu begini, rumah ini selalu kosong seperti tak
berpenghuni. Aku akan pulang ke rumah dan mendapati rumah ‘sebesar ini’ dalam keadaan kosong. Aku akan selalu kesepian
karena Appa tak ada di rumah, sibuk dengan pekerjaannya. Eommaku sudah
meninggal saat aku berusia 12 tahun. Mungkin inilah yang menjadi penyebab mengapa
Appa lebih suka sibuk dengan pekerjaannya, mungkin dengan bekerja, Appa bisa
sedikit melupakan Eommanya.
Aku tidak memiliki saudara. Selalu
kesepian karena tidak punya teman di rumah dan akan begitu senang saat Appa
pulang kerja. Terkadang aku membenci Appaku yang tidak seperti appa
teman-temanku yang lain, yang selalu mengucapkan selamat saat anaknya berulang
tahun...
“Huft~” Key menghembuskan napas. Ia
melihat jam dinding besar di ruangan itu. Jam 2 siang... Tiba-tiba terlintas
wajah yeoja manis itu di benakku, No Eunbin. “Apakah ia sudah pulang sekolah?”
Key Pov End
* * *
“Eunbin! Aku pulang dulu.
Annyeong...” Minhee melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan Eunbin
yang masih menunggu Ajjushi Lee untuk menjemputnya.
Jam sekolah telah usai dan tapi ia
tidak ingin segera pulang. Ia akan menyuruh Ajjushi Lee untuk mengantarnya ke
pusat pembelanjaan. Ia akan jalan-jalan dan membeli apa saja yang ia inginkan
untuk mengurangi kesedihannya.
“Eunbin..” seseorang menepuk
bahunya perlahan.
Begitu eunbin berbalik, dilihatnya
Key sedang berdiri di hadapannya. Namja itu tersenyum kikuk padanya.
“Oppa..?”
* * *
Kwangmin Pov
Begitu bel pulang sekolah berbunyi,
aku langsung berjalan cepat menuju kelas Eunbin. Entah mengapa tetapi aku ingin
sekali menemuinya. Begitu sampai di kelasnya, kudapati kelas itu telah kosong.
“Cepat sekali perginya..”
Aku berjalan ke araha gerbang,
siapa tahu ia masih di sana. Jika tidak ada juga, mungkin aku akan mengetuk
pintu rumahnya dan berbicara dengan Eunbin di rumahnya.
Itu dia!
Kulihat dia melambaikan tangan pada
sahabatnya yang bernama Minhee itu. “Eun...”
Seorang namja mendekatinya. Eunbin
menoleh pada namja yang tersenyum kikuk padanya itu. Ia sempat kaget sesaat
sebelum akhirnya tersenyum malu pada namja itu. Mereka berbincang-bincang
sesaat sebelum akhirnya Eunbin mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
“Eomma, mianhe.. bisa tolong sampaikan pada Ajjushi? Ia tidak perlu
menjemputku. Aku akan pulang bersama Key-oppa. Kami ingin jalan-jalan
sebentar...”
Aku tidak mendengar apa
kelanjutannya. Mereka berdua berjalan berdampingan menuju sebuah mobil yang
diparkir di halaman sekolah itu. Namja itu membukakan pintu penumpang di
samping kursi pengemudi lalu menyuruh Eunbin masuk.
Beberapa saat kemudian mobil itu
melaju keluar dari gerbang sekolah. Meninggalkanku yang terus menatap mobil
itu, sampai benar-benar menghilang dari pandangan...
Kwangmin Pov End
* * *
“Kurasa ini bagus untukmu..” kata
Key sambil menunjukkan sebuah gelang titanium yang berkilau terkena sinar
lampu. Gelang itu terlihat unik dengan ukiran bungan mawar yang sedang mekar.
“Jinjjayo?” Eunbin menatap penuh
perhatian pada gelang itu. Benar, gelang itu sangat bagus dan ia sangat
menyukainya. Eunbin rasa Key pintar memilih, karena gelang itu cocok dengan
seleranya.
“Kau suka?” tanya Key melihat
Eunbin tertarik dengan gelang itu.
Eunbin mengangguk dan tersenyum
manis padanya.
“Nona, tolong bungkuskan yang
ini..” Key memberikan gelang itu pada penjaga toko lalu mengeluarkan dompet
dari sakunya.
“Tidak perlu. Aku akan membelinya
sendiri..” kata Eunbin cepat sambil mengeluarkan dompetnya juga.
Key menahan tangan Eunbin. “Biar
aku yang bayar. Aku ingin membelikan sesuatu untukmu..” Key tersenyum padanya.
Eunbin berhenti memaksa untuk
membayar sendiri gelang itu. Ia rasa Key memang bersungguh ingin membelikan gelang
itu untuknya.
“Kajja! Kita makan siang ne? Aku lapar..”
Mereka berjalan menuju restoran
daging di dekat situ. Memesan bulgogi dan mengobrol sambil menunggu pesanan
mereka datang.
“Apa hobimu, Eunbin?”
“Em? Aku suka membaca, tapi tidak
suka belajar.. Jadi hobiku adalah membaca tetapi sangat tidak suka belajar.”
“Oh ya? Apa nilaimu tidak jelek
jika kau tidak belajar?”
“Hehehe..” Eunbin tertawa renyah. “Tidak
begitu buruk tetapi tidak bisa dibilang bagus juga..”
Obrolan mereka terus berlanjut. Kadang
serius, bercanda dan tertawa bersama. Mereka terus bicara bahkan saat makanan
datang dan perut mereka terasa lapar.
* * *
Di tempat lain, Minwoo sedang
menunggu appanya di ruang keluarga. Song sedang memanggilkan appanya yang
berada di lantai dua. Hari ini Minwoo datang untuk bicara pada appanya, tentang
perjodohan Eunbin dengan anak teman appanya itu.
“Woo?” suara Eomma mengagetkan
Minwoo.
“Eomma..”
“Ada apa, Woo?” tanya Eommanya yang
masih mengenakan baju rapi dan terlihat resmi. Sepertinya Eomma baru saja
pulang dari suatu tempat.
“Ani. Aku hanya ingin berkunjung..”
“Tidak biasanya kau datang kemari
kecuali hari libur. Kau sudah makan?”
“Belum. Tapi nanti saja aku makan
dengan Appa, Eomma dan Eunbin..”
“Eunbin? Kurasa ia tidak akan makan
di rumah. Ia sedang jalan-jalan dengan anak Jinki..”
“Mwo?” Minwoo terlihat kaget dengan
pernyataan Eommanya. “Eunbin jalan-jalan dengan anak Ajjushi itu? Bukankah ia menolak
untuk dijodohkan?”
“Ah, kau benar. Tapi sepertinya
Eunbin menyukai Key. Eomma sudah pernah bertemu dengan namja itu, dia baik dan
sopan..”
“Tapi Eunbin bilang padaku ia tidak
ingin dijodohkan. Bahkan ia menangis saat mengatakannya..”
“Jinjja?”
“Eomma, tidak bisakah kita
menghentikan perjodohan ini? Aku lihat Eunbin sangat sedih akhir-akhir ini. Apa
Eomma tidak kasihan padanya?”
“Minwoo, tentu saja Eomma tidak
setuju dengan perjodohan ini. Tapi dengarkan Eomma, jika Eunbin bertahan dalam
perjodohan ini selama setahun saja, maka ia tidak perlu melanjutkannya. Ia tidak
perlu bertunangan bahkan menikah dengan Key. Eomma yakin, Appa pasti bisa
menyelesaikan masalah perusahaan dalam setahun. Setelah masalah perusahaan
selesai, kita tidak butuh lagi bantuan Jinki. Eunbin bisa lepas dari perjodohan
ini..”
Eomma menatap Minwoo yakin, tanpa
mengetahui bahwa Jinki yang sedang bertamu saat itu mendengar semua ucapannya..
* * *
“Sudah sampai..” Key turun dari
mobil lalu memutar untuk membukakan pintu untuk Eunbin. Eunbin keluar dari
mobil dengan beberapa kantong belanja. Key-lah yang membelikan semua barang
itu.
“Gomawo. Terima kasih untuk hari
ini..” Eunbin tersenyum padanya.
“Cheonma, Eunbin..”
Tatapan mereka bertemu. Entah apa
yang membuat mereka tetap pada posisi mereka. Tidak ada yang berusaha
melepaskan pandangan satu sama lain.
“Nona? Kau sudah pulang?” tiba-tiba
Song keluar rumah. Ia menatap bingung pada kedua orang yang kikuk itu.
“Ah, eh.. Ne..” jawab Eunbin
salting.
“Arra. Saya masuk dulu, Nona,
Tuan..” Song masuk ke dalam rumah lagi.
Eunbin menunduk dan berkata pelan, “Aku
masuk dulu..” Ia berbalik meninggalkan Key. Tapi baru beberapa langkah, Key
memanggilnya.
“Eunbin..”
Eunbin berbalik mendengar panggilan
Key. Dan ia mendapati wajah Key begitu dekat dengannya. Sesaat kemudian
dirasakannya sesuatu yang hangat menempel pada bibirnya. Ia memejamkan mata,
Key menciumnya...
TBC
Tunggu kelanjutannya ya ^^
Mian kalo critanya rada ga nyambung n gaje
BalasHapusAuthor bwt ini dg cepet", author mw pergi retret jdi takut ga sempet kelar..
Gomawo bwt yg udah mw baca n ngasih reaksi^^
Author bakal berjuang lebih keras lagi d part selanjtnya :D
Enggak kok..
HapusFFnya kerenn ^^
akhirnya keluar juga ya lanjutannya..
BalasHapusDitunggu next partnya ya thor..
gomawo ^^
BalasHapusauthor usahain cepet jadi ya :D
tumben nih sing hyung nya kwang gak join
BalasHapusbiasanya always together heheeh