Title: November
Wish
Main Cast: Min
Hyun Ra (OC aka author) & Kang Dae Sung (BigBang)
Genre: Sad
Romance
Length: Vignette
Author: HaranaPanda
A/N: disini
reader menjadi daesung (^^)/
***
Tut.. tut..
Di keheningan kamar rumah sakit, suara mesin detak jantung,
setia menemaniku menunggumu. Entah ini sudah hari keberapa aku disini. Kutatap wajahmu
nanar. Wajah yeojachingu ku yang telah pucat. Seolah tak ada lagi warna
kehidupan untuk dirimu. Masker oksigen, setia menutupi hidung dan mulut mu. Kabel-kabel
terpasang di tubuhmu. Tangan, leher, kepala. Ingin sekali aku menukar tubuhmu
dengan tubuhku ini.
Pelan, ku belai kepalamu yang tertutup topi rajutan. Rambut panjangmu yang sebahu dan berwarna kemerahan, entah hilang kemana karna rontok akibat kemoterapi.
Kuturunkan tanganku ke pipimu yang tirus. Ku amati sekali lagi wajahmu.
Aku rindu padamu. Sangat.
Rindu senyumanmu.
Rindu tawamu.
Rindu tangan yang menyentuh ku lembut.
TES..
Hangat. Apa ini dipipiku? Aku memegang pipiku. Oh, sial!
Airmata ku ternyata. Aku lekas menghapusnya.
“oppa menangis?” Tanya sebuah suara. Aku terkejut. Menoleh
ke kanan dan ke kiri. Mencari asal suara.
“di bawah oppa. Hahaha..” aku lekas melihat kebawah. Kini
taulah aku suara siapa. Di depanku kini, terlihat kau, malaikatku yang sedang terkekeh.
“oh, kau sudah bangun.” Kataku. Alih-alih menghindar dari
pertanyaanmu tadi.
“oppa, jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan.” Kau
merenggut padaku.
“ahahaha.. arraseo, arraseo. ani. Siapa yang menangis?”
ujarku berdusta.
“geotjimal. Dasar oppa.” kau terkekeh lagi.
“hahaha.. ne, ne. aku kalah darimu, hyun ra.” Aku ikut
tertawa. Ternyata malaikatku belum kehilangan tawanya. Tanpa sadar aku
tersenyum.
“yeobo, mau aku ambilkan apa?” Tanya ku.
“ah, tidak usah oppa. Aku tak ingin apapun. Aku ingin oppa
disini.” Jawabmu. Biarpun samar, aku dapat melihat rona merah di wajahmu.
Tiba-tiba terlintas pikiran untuk menggoda mu.
“wajahmu kenapa, yeobo? Cuaca kan tidak panas. Kok muka mu memerah?”
ujarku sambil menyentuh wajahmu.
“ih, oppa. Jangan menggodaku!” kini wajahmu mulai jelas
terlihat memerah. Aku tertawa lepas melihatmu seperti itu.
“wah, makin merah! Sepertinya butuh sesuatu untuk
mendinginkannya.” Aku berpura-pura berpikir sambil meletakkan tangan kanan di
dagu ku. Alih-alih melirik ke arahmu. Terlihat kau yang mengamatiku penasaran.
“ah, aku tau!” seru ku tiba-tiba.
“mwo?” tanyamu.
“ige.” Aku mengecup pipimu lembut. Kini, wajahmu benar-benar
memerah dengan hebat.
“kyaa! Oppa!” kau menjerit panik. Malu karna wajahmu
terlihat memerah di hadapanku. Aku tidak begitu mendengarmu karna terlalu sibuk
tertawa.
“ah, ternyata malah bertambah merah!” kataku dengan wajah
innoncent di sela-sela tawaku. Kau merenggut. Lalu, memukul kepalaku yang
sedang menunduk.
“aw! Yeobo, apo.” Erangku sambil mengelus-elus kepala.
“biarin.” Kau memalingkan muka. Berpura-pura marah.
‘tau kah kau, yeobo?
Ketika kau seperti itu, kau malah terlihat manis.’ Batinku dalam hati.
“ah, min hyun ra. Jangan marah. Atau aku akan menciummu
lagi?” ancamku nakal.
“ih, oppa!” akhirnya kau kembali menatapku. Aku tersenyum
padamu. Kita berdua terdiam. Sibuk dengan angan masing-masing.
“oya, taukah kau, yeobo?” tanyaku memecahkan keheningan.
“mwo, oppa?”
“sekarang 1 November loh!”
“hemm.. ne. lalu?” tanyamu bingung. Aku agak terkejut.
“ini kan
hari ulang tahunmu, yeobo! Kau tidak ingatkah?” aku menyentuh kepalamu.
Takut-takut kau kehilangan ingatan.
“eh! Jinjja? Mian aku lupa, oppa!” kau tertawa kecil
mengetahui kebodohanmu tadi.
“omo, sampai ulang tahun mu sendiri kau lupakan.” Aku
menepuk dahiku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“tapi kau tidak lupa ulang tahunku kan ?” aku memasang muka berharap.
“mana mungkin, oppa! Ulang tahunmu 26 april kan , oppa?” jawabmu
dengan muka polos.
“benar! Huh, aku sudah panik saja.” aku menghela napas lega.
“waeyo oppa? Kau tak ingin aku melupakanmu, ya?” tanyamu
menahan tawa. Aku yang kepergok seperti itu hanya mampu tersenyum-senyum salah
tingkah.
“oya, saengil chukkahaehamnida, yeobo.” Ujarku sambil
mengecup dahimu. Kau memejamkan mata. Menikmati sentuhan bibirku dikeningmu.
“ne. jeongmal gomawo, oppa.” Katamu setelah aku melepaskan
kecupanku.
“nah! Sekarang kau buatlah b-day wish dan November wish.”
Aku tersenyum manis kepadamu.
“November wish?” tanyamu.
“pokoknya ucapkan saja! Katanya, saat kau memohon saat bulan
November, permohonanmu akan terkabul.” Jelasku padamu. Kau hanya menganggukkan
kepala.
“sekarang pejamkan matamu.” Kataku padamu. Kau menurut dan
mulai memejamkan lama. Beberapa menit kemudian, kau membuka matamu.
“nah, yeobo. Apa yang kau harapkan?” tanyaku agak penasaran.
“memang boleh di ceritakan kepada orang lain?” kau balik
bertanya padaku dengan wajah polos.
“ya! Masa pada namjachingu sendiri, kau tidak mau cerita.”
Aku merenggut. Kamu tertawa kecil.
“ne, arraseo. oppa jangan marah dong! Jelek tau.” Kau
lagi-lagi tertawa. Akupun tersenyum singkat. Berpura-pura masih marah.
‘bagaimana aku sanggup
marah kepadamu kalau kau terlalu manis, yeobo.’ Batinku. Akhirnya, akupun
tertawa kecil dan mengelus kepalamu lembut. Kau membalas senyumku.
“aku tidak berharap apa-apa, oppa.” Jawabmu. Aku tersentak.
“wae?” tanyaku. Kau masih tersenyum lembut ke arahku.
“tidakkah kau berharap akan terus bersamaku selamanya?”
tanyaku lagi.
“oppa, tidak ada selamanya untukku. Mungkin, esokpun tidak
ada.” kau memandang mataku dalam. Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang amat
sangat disana.
“apa yang kau katakan, yeobo! Kita akan terus bersama.
Arraseo, aku akan memohon untuk kita berdua.” Aku memejamkan mataku. Dalam hati
aku memohon..
‘tuhan, jangan ambil
dia dariku. Aku mencintainya. Biarkan aku bersamanya sampai mati.’ Tanpa
sadar, sebutir aimata mengalir.
“oppa, uljima.” Pinta mu. Dari nada bicara mu, aku dapat
mendengar kalau kau juga ingin menangis. Aku membuka mata dan menghapus airmata
ku.
“ne. mianhae membuatmu panik, yeobo.” Aku mengelus kepalanya
lagi.
“oppa, gomawo sudah memohon untuk kita. Tapi, oppa,
terimalah kenyataan kalau kanker bodoh ini memang takkan menurutinya.” Kau
tersenyum padaku. Tiba-tiba air mata meluncur dari matamu. Aku panik ketika
melihatmu menangis. Aku ingin menghapus airmatamu, tapi kau menahan tanganku.
Seolah berkata bahwa kau ingin membiarkan airmatamu menyampaikan perasaanmu
yang terluka. Akhirnya, aku hanya mendiamkan mu. Membiarkanmu terus menangis
sambil memegang tanganmu dan sesekali mengelusnya.
Tutut.. tutut..
Entah, telingaku yang rusak atau aku memang mendengar mesin
detak jantungmu berbunyi tidak teratur. Aku lekas mengangkat kepalaku.
Memastikan. Dan tampak lah disebrangku, layar berukuran sedang yang tengah
mempertontonkan garis hijau yang menari-nari tak beraturan. Saat itulah,
jantungku mulai berdebar kencang. Aku melihat ke arahmu. Napasmu tampak
tersenggal-senggal. Aku benar-benar sangat panik. Aku hendak beranjak dari
kursi ku. Tapi, kau menahan tanganku.
“dae..sung o..oppa.. tet.. taplah di.. si.. ni..” pinta mu
dengan terbata-bata. Melihatmu bersusah payah hanya untuk mengucapkan itu,
membuatku ingin sekali memelukmu dan menangis. Aku berusaha melepaskan
tanganmu. Kau malah mempererat peganganmu.
“je.. jebal.. op.. pa. ”
pintamu lagi. Airmataku sudah benar-benar jatuh sekarang.
“ku mohon, yeobo. Biarkan aku memanggil dokter.” Aku
berusaha memelas.
“ta.. pi.. bag.. bagaima.. na.. jik.. a.. aku.. ma.. ti..
sebe.. lu.. m.. oppa.. tib..a?” tanyamu. Aku terdiam. Hati kecilku membenarkan
kata-katamu. Namun, sungguh. Saat ini aku benar-benar takut kehilanganmu.
“dae.. su.. ngie.. oppa.. jeb.. al.. argh!” kau mengerang.
Spontan saja aku memelukmu. Aku terus berbisik ditelingamu.
“jangan pergi. Jebal, jangan tinggalkan aku. Aku akan disini
bersamamu, yeobo.” Aku tau airmataku telah membasahi pundakmu. Kurasakan
tanganmu beranjak naik. Balas memelukmu. Entah kenapa, terlintas dikepalaku
bahwa itu adalah pelukan terakhir darimu. Aku berusaha menepis jauh-jauh
pikiran itu.
“o.. ppa..”
“ne, yeobo?”
“sa.. ra.. ng.. hae.. jeo.. ngm.. al.. sar.. rang.. hae..”
bisikmu. Kini, kurasakan kau yang menangis dalam pelukanku. Aku mengelus
kepalamu lembut. Mengecup kening dan pipimu. Lalu, kembali mendekapmu erat.
“nado, jeongmal saranghae, min hyun ra. Forever.” Balasku.
Mesin detak jantung terus berbunyi tidak beraturan. Perlahan tapi pasti,
suaranya semakin lemah. Terus melemah. Hingga terdengar bunyi panjang yang
memekakkan telinga dan seperti menusuk jantungku. Peganganmu di pinggangku
melemah dan akhirnya merosot jatuh. Kepalamu terkulai begitu saja di kepalaku.
Saat itulah aku harus menerima kenyataan..
Kau telah pergi..
Dan kau takkan kembali kepelukan ku untuk selamanya..
Pelan, ku letakkan tubuhmu. Sesaat, aku terbelalak lalu
mengucek mataku. Aneh. Aku melihat cahaya diwajahmu. Senyumanmu juga turut
terukir diwajahmu itu. Kulepaskan masker oksigenmu. Bibir mungil yang selalu
tersenyum itu, kini pucat. Aku mengecup lembut bibirmu. Sekali lagi, aku
mengelus pipimu yang kini dingin.
“I love you, yeobo. Forever. Beristirahatlah dengan tenang
disana. Aku tidak akan pernah melupakanmu.”
***
Gimana, gimana? Aneh ya T.T
Oya, author usul nih! Pas bagian akhir2, coba deh kalian
dengerin lagu “trying to smile-daesung”..
Dijamin nangis ^^ eh, gak tau sih klo kalian! Klo author sih
berkaca2 *curhat
Nah, jgn lupa komen + reaksi ya~
Posternya nyusul..
FF nya lumayan..
BalasHapustapi aku masih lebih suka yang "breathe" >.<
Terus ini covernya gak ada ya ra? ._.
Yah, ini aku buat nya kemaren postingnyandi hari yg sama jg -_-
BalasHapusjd mian klo rada aneh..
Hahaha.. gomawo udh suka breathe (^^)/
Blom minta fikha buatin._.v
Ceritanya sungguh mengharukan...
BalasHapus*numpang sedot ingus -.-
eh? benarkah?
BalasHapusklo gitu gomawo udh baca dan meninggalkan jejak >w<
i love this november wish, i was born in november month :)
BalasHapusahahaha.. makasih udh mampir, cong ^^
Hapuskeren ra,aku suka ceritanya...
BalasHapusmengharukan,ingin nangis tp ga bisa :)
inana^^
iya kah? hahaha.. makasih na ^^
Hapus