Title: Bring me, Butterfly..
Main
Cast: Kwon Jiyong
(Bigbang) & Lee Jin Ah (OC)
Other
Cast: Bigbang’s &
2NE1’s member
Genre: Romance
Length: Doubleshot
Author: HaranaPanda
A/N: hadiah ulang tahun yang terlalu ngaret._.
maap ya @Nafa Assifa
and, its my first photoshop! hahaha.. jelek ya -_-
well, enjoyed~
***
Memang
menyenangkan duduk menyendiri di depan jendela kamar seperti ini. Apalagi
sambil menontoni butiran salju yang turun. Musim salju kali ini agaknya lebih
dingin dari tahun lalu.
Aku
menggigil. Kurapatkan syal di leherku. Padahal penghangat ruangan sudah
dinyalakan. Namun, tetap saja tak mampu menangkis dinginnya musim salju. Tapi,
untunglah musim salju tinggal beberapa hari lagi. Aku sudah bisa merasakan
udara musim semi yang hangat.
Kaki
ku yang sedari tadi kusuruh melipat, ku renggangkan sedikit untuk menghilangkan
pegal. Bangku kayu yang menjadi tempat favorit dikamarku ini, ku geser sedikit
mendekat ke arah jendela. Kali ini pemandangan terlihat agak lebih baik. Walau
tetap putih. Kembali mataku mengikuti butiran-butiran putih itu.
Tak
sengaja, dari kejauhan, aku melihat sesuatu melayang ke arah jendelaku.
Bersinar. Semakin lama, semakin dekat. Rupanya seekor kupu-kupu. Senyum kecil
menghias di wajahku. Heran. Masih ada saja kupu-kupu yang tahan di musim
seperti ini. Kupu-kupu itu, melayang-layang tepat di depan jendela kamarku.
Mwo? Aku tak salah lihatkan? Di sekitar
tubuh makhluk kecil ini, berpendar warna-warna yang lucu. Biru, lalu hijau.
Kemudian agak merah muda. Bukan konsisten dengan satu warna seperti sejenisnya.
Tiba-tiba saja dari arah belakang, kanan, dan kiri kupu-kupu itu, muncul lebih
banyak kupu-kupu. Mereka mendekati kupu-kupu yang pertama sampai tadi.
Pendarannya makin kuat. Aku membelalakan mata, terkejut.
‘Dari mana datangnya makhluk-makhluk ini?
Bagaimana bisa mereka bertambah sebanyak ini?’ batinku agak merinding.
”Lee Jin Ah!!” sebuah teriakan dari
bawah menyadarkanku dari keterkejutan itu.
”Ne, eomma?” sahutku.
”Ige, eomma
buatkan coklat hangat untukmu. Kajja,
turunlah!” seru eomma lagi.
”Ne! Aku segera turun!” aku lekas bangkit
dari tempat dudukku. Kulirik jendela hendak melihat kerumunan kupu-kupu itu.
Dan
tebak apa yang ku dapatkan? Mereka hilang! Coba kau pikir. Ini tidak logis!
Bagaimana bisa segerombolan besar kupu-kupu menghilang dengan begitu cepatnya
dan tanpa jejak sedikitpun?
Aku
mengucek mata ku lalu kembali melihat kearah luar. Sama.
Mimpi.
Ya, aku pasti Cuma bermimpi. Mimpi yang sangat singkat.
Aku
melihat keluar jendela lagi. Menghela napas sebelum akhirnya berjalan menuruni
tangga menuju ruang makan.
***
”Ah,
sedap sekali!” ujarku setelah menghabiskan tegukan terakhir.
”Dasar
gembul. Itu gelas ketiga, bukan?” tanya Seungri,
dongsaengku, padaku.
”Apa?
Gembul?! Berani sekali kau berkata seperti itu pada noona-mu ini!” aku bangkit dari kursi dan menjitaknya yang duduk tepat
didepanku.
”Ya!
Apa yang noona lakukan? Sakit tau!”
ringis Seungri
sambil mengelus kepalanya. Kujulurkan lidah mengejek.
”Hahaha..
kalian ini masih seperti anak kecil saja.” ujar appa yang melihat kelakuan kami berdua.
”Noona yang memulainya.” tuduh Seungri
”Mwo? Aku? Enak saja kau bicara. Itu kan
kau yang mulai.” aku kembali bersiap melancarkan seranganku kepadanya.
”Kalian
ini. Sudah, hentikan. Seharusnya kalian sadar umur kalian sekarang.” eomma datang melerai kami sambil membawa
snack. Aku dan Seungri hanya terkekeh seolah tak bersalah.
”Oh,
sepertinya aku akan naik ke kamarku.” aku berjalan ke arah tangga.
”Wae? Takut denganku?” Seungri meledekku. Aku
menatap tajam padanya seolah berkata, ’jangan
macam-macam denganku!’. Seungri memutar bola matanya. Mengabaikanku. Aku mendengus sambil
melenggang naik.
”Kau
tidak ingin makan snack, sandara?” tanya eomma.
”Aniyo, eomma. Oh iya, jeongmal gomawo untuk coklat hangatnya
yang lezat.” aku tersenyum lalu mulai menaiki tangga kembali.
***
Sesampainya
dikamar, aku lekas mengecek keadaan di luar jendela. Masih sama seperti
terakhir kali aku meninggalkannya. Kupu-kupu tadi juga sepertinya tidak akan
menampakan wujudnya lagi. Aku kembali duduk di kursi malasku yang selalu
ter-set tepat di depan jendela. Aku kembali menatap lurus keluar.
Sebenarnya,
aku kesepian. Walaupun aku tengah berkuliah dan memiliki segudang pekerjaan,
tetap saja aku merasa sepi. Huft. Andai ada keajaiban yang bisa membuat hatiku
hangat dan tersenyum. Yah, anggaplah aku sedang memohon pada salju yang terus
turun itu.
Hoam..
aku menguap. Sepertinya, coklat hangat tadi berhasil membuatku mengantuk. Aku
agak membenarkan posisi dudukku. Lumayan nyaman. Perlahan, aku memejamkan mata.
Hendak menjelajahi alam bawah sadarku.
Namun,
belum lama aku
tetidur, sebuah suara dengkuran kecil mengusikku. Ku tegakkan dudukku lalu
menengok ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa dikamar ini. Hanya aku.
Hening.
Suara dengkuran itu berhenti. Merinding. Aku berusaha mengabaikannya. Kembali
ku coba untuk tidur kembali.
Lagi.
Dengkuran kecil itu terdengar lagi. Kali ini sedikit lebih keras. Aku
bergeming. Takut bertemu hal yang tidak-tidak jika aku malah mencari asal
dengkuran tersebut.
’Aigoo! Suara apa itu?’ batinku ketakutan.
Hening sesaat. Kemudian, suara dengkuran tadi kembali terdengar.
”Aish!
Suara apa sih, itu?! Mengganggu sekali!” akhirnya, aku habis kesabaran. Lekas
saja aku bangkit dan mencari sumber dengkuran tersebut. Aku memindai tiap inci
kamar.
Tertangkaplah
oleh ekor mataku ada seseorang yang sedang duduk di sofa depan penghangat.
Orang itu memakai topi hitam seperti pesulap yang tidak terlalu tinggi.
Berambut pendek keemasan. Aku kembali merinding. Entah mengapa.
Perlahan,
aku berjingkat mendekatinya. Semakin aku mendekat, makin jelaslah suara
dengkuran dari mulutnya.
”Siapa
kamu?” ku beranikan diri bertanya padanya. Aku masih mengambil jarak aman
sebelum benar-benar mendekat padanya.
Tidak
terdengar jawaban. Aigoo! Aku lupa ia sedang
tertidur. Aku menepuk dahiku.
”Seungri-ah?” pabo sekali aku masih bertanya
pada orang tidur.
Perlahan, aku kembali berjingkat.
Sekiranya aku sudah berada lumayan dekat dengannya, aku menelengkan kepala.
Kini, aku berhadapan dengan wajahnya yang tertutup topi. Ku perhatikan dia dari
ujung kaki ke ujung topinya. Setelan yang aneh. Jas merah sewarna apel,
celana panjang yang hanya sebetisnya, dan sepatu boots hitam yang tidak terlalu tinggi.
Tunggu!
Boots?! Berani sekali dia menginjak karpet bulu ku dengan sepatu
bootsnya!
Ah,
lupakan.
Aku
mengamatinya lagi. Dari penampilannya, kupikir dia seorang namja. Namun, aku belum sepenuhnya bisa memastikan karna belum
melihat wajahnya. Hanya mulut kecilnya yang sesekali mendengkur kecil.
Sedikit
demi sedikit, aku bergeser mendekatinya. Ku ulurkan tanganku, hendak mengangkat
topinya. Tiba-tiba, aku berdebar. Takut membangunkan namja ini. Aku menahan napas. Tanganku dengan ujung topinya tinggal
beberapa centi lagi. Aku hampir menyentuhnya.
GREP!!
Nyaris
aku menjerit karna terkejut. Tangan namja
yang kukira tidur ini, tiba-tiba menahan tanganku.
Jantungku berdegup makin
kencang. Ya ampun! Dia tidak sadar apa, kalau dia hampir membuat jantungku
meloncat keluar.
”Tak
usah repot-repot. Aku bisa sendiri.” Namja
itu membuka topi yang menutupi wajahnya. Aku terlalu terkejut untuk
berkata-kata.
Terlihatlah
oleh ku wajahnya yang, harus ku akui, tampan. Matanya yang memiliki binar yang
manis. Pipinya yang seperti
porselen.
Omo! Dia tidak terlihat seperti namja. Dia malah terlihat seperti
seorang yeoja.
Aku
melepaskan tanganku dari genggamannya lalu memalingkan wajahku. Yah, kurasakan
muka ku memanas. Mungkin garis-garis merah itu telah memenuhi wajahku.
‘Hiyaah! Apa-apaan aku
ini?! Kenapa jantungku tak mau berhenti berdebar? Ah, bersikaplah seperti
biasa, Jina!’ umpatku dalam hati.
”Siapa
kau? Apa yang kau lakukan di dalam kamarku?” tanyaku sambil memandangnya sinis. Berusaha tak
terlihat gugup.
”Ah,
jadi begini kamar seorang yeoja.
Aneh.” jawabnya.
”Mwo? Kau bilang apa? Aneh? Berani sekali
kau! Sudah
masuk kamarku tanpa izin, memakai boots dalam kamar, lalu mengatakan kamarku
aneh! Siapa
sih kau?” tanyaku lebih sinis lagi. Bukannya merasa bersalah, dia malah terkekeh kecil.
”Aku
belum memperkenalkan diri rupanya. Panggil saja aku Jiyong.” dia mengangkat topinya sambil membungkukan badan.
”Jiyong?
Nama yang aneh. Kau tau punya marga?” giliranku yang mengatainya.
”Marga
ya? Kurasa aku tak memerlukannya. Ngomong-ngomong, siapa namamu Agasshi? Aku sudah memperkenalkan diri.” tanyanya dengan
sopan. Aku mendengus lalu bersidekap.
”Lee Jin Ah. Orang-orang memanggilku Jina.” aku memperkenalkan
diriku secara singkat.
”Ah,
Jina-ssi. Senang berkenalan
denganmu. Yah, sepertinya cukup sampai disini.” Jiyong tersenyum kearahku. Ia berjalan
ke arah pintu.
Eh?
Apa yang akan orang tua ku bilang jika melihat seorang namja baru saja keluar dari kamarku? Aku lekas melangkah cepat ke
arahnya.
”Oh iya!” ia menghentikan
langkahnya tepat di ambang pintu. Aku pun turut berhenti.
”Annyeong haseyo.” ujarnya tanpa menoleh
lalu melangkah keluar kamar. Entah mengapa, aku tau dia tersenyum di balik
punggungnya.
Aku bengong. Agak terkejut dengan ucapannya tadi. Tersadar, aku kembali
mengejarnya.
Sesampainya
di luar kamar, aku sangat kaget. Jiyong menghilang begitu saja. Padahal, ia
belum terlalu lama keluar dari kamar. Aku berlari ke kamar Seungri yang berada tepat di
samping kamarku.
”Seungri-ah!” aku mendobrak kamarnya. Terlihatlah oleh ku bahwa Seungri sedang berganti pakaian.
Aku lekas menutup mataku dan berbalik.
”Aigoo! Apa yang noona lakukan? Kenapa tidak mengetuk dulu, pabo?!” ia lekas menyelesaikan urusan berganti pakaiannya. Aku lekas
berbalik.
”Mwo? Pabo?!”
aku mendekatinya. Hendak memberikan jitakan di kepalanya. Namun, urung
kulakukan karna teringat tujuan semulaku.
”Ah,
Seungri-ah. Tidak kah kau melihat namja
aneh yang berjalan keluar kamarku?” tanya ku.
”Ani. Noona
kan melihat sendiri pintu kamarku tertutup. Bagaimana aku bisa melihat
keluar?” tanya nya balik. Aku menepuk dahiku sendiri.
”Hmm..
kau benar. Mianhae telah mengganggumu, Seungri-ah.”
aku keluar dari kamarnya dan menutup pintu.
Apakah
tadi Cuma ilusi ku? Tapi, tadi aku jelas-jelas berbicara dengannya. Ah, lupakan
saja. Hari ini aku sudah bermimpi dua kali. Dan kedua mimpi itu tidak logis
sama sekali.
Aku
menghela napas. Sepertinya aku perlu beristirahat. Aku agak pusing. Lagipula,
besok aku ada ulangan di kuliahku. Aku harus mendinginkan kepalaku. Aku lekas
berjalan ke arah kamarku tanpa menyadari seekor kupu-kupu bercahaya
melayang-layang dibelakangku.
***
yah, hahaha.. ff comeback ku~
di nikmatin aja lah meski jelek jg -_-
jgn lupa komen and reaksi ne! i will so happy ^^
HIHIWW ;3 FFnya bagus kok saeng ^^ tunggu FF comeback dari eonni yahh ^^
BalasHapusiya kah?? #terharuberat
Hapussiplah eonni! pasti di tunggu kok ><
aku komen apa? aku harus ngomong apa? aku ngapain? aku harus ngebacot(?) apa? terus ngapain aku komen? .___.
BalasHapusaku kasih jempol kaki ja deh .______.*DORR!!*ditembak mati author Harapanda* ciyusan ini bercanda, aku bener2 bingung mau coment apa*mikir keras*
yah ... pokoknya We Ow We(?) bangetzzz(?) ceritanya >,< tpi ada siswanto yg mengganjal, genrenya, menrtku drpda romance, kyanya fluff deh, meski aku lpa genre fluff itu mnjlar k mana .__. soalnya klo romance kan harusnya lope2(?) githu ... .__. yo wes, iku ae saran aku, sing wae teteh teu kasinggung .________.*sungkem*
ahaha.. drpd bingung mo komen apa, mending traktir author ^^ #plak #gakdahubungannya -_-
Hapusjeongmal? gomawo :*
begitukah?
aku jg bingung klo ngasih genre2 gitu._.
lgan ini blom inti cerita nya kok! klo udh nyampe pasti ada lope2nya~
hahaha.. tapi makasih sarannya :*