Tittle
: This is Not A Trap
Author
: Micheel Ppyong aka Kang Minhee (@misskang2605)
Rating
: PG-16
Lenght
: Oneshoot
Genre
: SongFic, Sad Romance, Mysterious Ending
Cast
:
- Henry
- Kim Jaera
SongFic ini sudah dibuat sejak MV Henry Trap realese. Tapi author
nyendat-nyendat nulisnya -___- SongFic ini author buat karena author suka
banget ama lagunya! “I’m trapped! I’m trapped!!” #jogetgila -___- Padahal ff
author yang WAM aja belom selesai, sekarang malah buat nih SongFic, belum lagi
satu ff yang masih belom jadi! Kayaknya author ketularan min Steph nih #lirik
min Steph #ditabokin!! Gak papa lah~ Itung-itung menu pembuka buat WAM chapter
3(?) Wkwkwkwk~
Don’t be a plagiator!!
Don’t forget to RLC!!
And always love me XD
Check this out >>
"Kau bahkan tidak tahu apa yang selama ini aku rencanakan!! Kau
terlalu egois untuk peduli!! Terlalu naif untuk mengerti!!"
***
"Kau sudah merencanakannya?" Henry menatap
tajam pada gadisnya yang berdiri kaku membelakanginya.
Gadis itu hanya menggigit bibir bawahnya. Namja itu
pikir apa? Ia sudah merencanakannya? Merencanakan apa?!!
"Jaera!! Marhaebwa!!"
Tahan Jaera, kau harus menahannya..
Jaera menengadahkan wajahnya. Berusaha sebisa mungkin
agar air matanya tidak berlomba-lomba untuk jatuh membasahi pipinya.
"Aku tahu, aku memang tidak pernah bisa
membahagiakanmu. Kau selalu menderita bersamaku, kan?"
Sial!! Kenapa ia harus bicara seperti itu?!
"Aku memang tidak bisa menyatakannya
terang-terangan, tapi asal kau tahu, aku mencintaimu, Jaera! Sangat mencintaimu,
sampai-sampai aku merasa kau adalah oksigenku, aku akan mati tanpamu!!"
Bagus, air matanya kini menderas.
Jaera benci suasana ini. Ia tidak pernah membelakangi
kekasihnya itu. Apalagi harus menangis tanpa diketahui namja itu. Henry selalu
memeluknya, menenangkannya.
Andwae! Ia tidak boleh menangis di saat-saat seperti
ini. Ini semua harus diakhiri! Harus!!
Jaera mengangkat tangannya lalu menghapus air matanya
dengan kasar. Namun ternyata gerakan itu sama sekali tidak disadari oleh Henry.
"Kim Jaera! Ada apa denganmu?!"
"Diam!!" Teriak Jaera putus asa. Sekaranglah
waktunya. Ia berbalik pada Henry.
Jangan pasang wajah seperti itu. Jangan terlihat putus
asa!
Jaera berjalan cepat mendekati Henry, menghapus
jarak" di antara mereka. "Aku rasa ini yang terbaik.."
"Jaera!!"
"Henry!! Apa yang mau kaupertahankan?! Hubungan
seperti ini?!" Jaera menelan ludahnya susah payah. Tangannya yang gemetar
mengepal kuat. Ia harus bisa mengatakannya. "Aku tidak bisa bersamamu
lagi. Aku tidak bahagia bersamamu. Kita hanya membuang-buang waktu.."
Henry menatap takjub pada gadis di hadapannya.
Membuang-buang waktu? 2 tahun ini adalah pembuang-buangan waktu bagi Jaera?
"Kau tidak berarti apa-apa bagiku. Kau bahkan
tidak bisa membuatku benar-benar mencintaimu. Aku menderita bersamamu
Henry!!"
"Kau tidak benar-benar mencintaiku? Apa maksudmu,
Jaera?"
"Hh!" Jaera mendengus. Ia mengangkat
tangannya, jari telunjuknya mengarah pada dada Henry. "Asal kau tahu, aku
tidak pernah mencintaimu, sedetikpun tidak!!"
DARR
Sebuah petir bernama Jaera menyambar hatinya. Perih
sekali.
"Jadi lepaskan aku sekarang juga!" Jaera
memasang wajah datarnya. Ia menatap wajah Henry, setiap pahatan sempurna pada
wajah namja yang menghiasi hari-harinya 2 tahun ini. Berusaha
merekam-mengingat- wajahnya. Merekam dalamnya mata hitam namja itu di otaknya,
juga di hatinya. Ini untuk yang terakhir kalinya bagimu, Jaera. "Semoga
kau bahagia, Henry.."
Jaera melangkahkan kakinya keluar dari apartemen namja
itu. Ia pergi dan takkan pernah kembali walau itulah harapan terbesarnya saat
ini, berbalik pada Henry dan berlari ke dalam pelukan namja itu. Mengatakan
padanya bahwa ini semua hanya sandiwara. Ini hanya bagian dari kejahilannya.
Hanya bercanda. Tapi inilah kenyataan, kenyataan yang membuatnya merasakan
sakit luar biasa-di hatinya.
***
Tamat sudah riwayatnya. Jaera meninggalkannya-dan kali
ini bukan jenis peninggalan sehari-seminggu tapi benar-benar peninggalan
berbulan-bulan, bertahun-tahun atau bahkan selamanya.
Kenapa?
Apa yang terjadi?
Apa salahnya?
Kenapa?!!
PRANG
Vas kecil berisi bunga mawar putih-bunga kesayangan
Jaera-pecah berkeping-keping di lantai. Hasil sentakan keras Henry yang
dilakukan secara sengaja.
Vas itu ternyata tidak cukup sama sekali. Ia mengambil
segala benda yang bisa ia raih dan ia lempar sesuka hatinya. Semuanya-termasuk
pigura foto mesranya dengan sang yeoja tercinta.
PRANG
Kaca pigura itu pecah berkeping-keping. Membuat efek
dramatis pada foto kedua insan yang saat itu masih merajut cinta yang
bergelora. Senyum merekah tidak hanya tercetak pada bibir mereka tapi juga pada
sepasang mata mereka masing-masing yang berbinar-binar.
Terlihat sempurna. Terlihat begitu nyata. Tanpa celah.
Tanpa tipuan. Tanpa jebakan.
Ia harus tenang. Harus tenang. Ia bukan lagi remaja
pemberontak yang penuh emosi. Ia pria dewasa yang bisa menghadapi masalah
dengan kepala dingin.
Henry setangah berlari menuju kamar mandi. Ia berdiri
di depan wastafel. Mencuci wajahnya seperti orang gila. Membasuh wajahnya yang
kelam dengan air dingin. Mungkin dengan ini ia bisa sedikit tenang.
Diangkatnya kepalanya lalu diperhatikan seseorang di
hadapannya-dalam cermin. Namja itu begitu menyedihkan-mengenaskan. Henry benci
wajah itu, wajah yang terlihat putus asa itu.
"AAAAARRGGHHH!!!!" Henry meninju cermin di
hadapannya..
PRANG
Cermin itu retak. Entah menjadi berapa bagian. Tangan
Henry pun mengeluarkan darah segar yang terus mengalir dan tak dihiraukannya.
Luka di tangannya tidak sebanding dengan luka hatinya. Tidak sesakit dan
seperih hatinya.
"Kim Jaera.." gumamnya pelan. Apa yang Jaera
lakukan padanya? Kenapa Jaera meninggalkannya? Namja ini mencintai Jaera.
Sangat mencintainya hingga ia merasa sesak dan sulit bernapas tanpa kehadiran
gadis itu. Ia bahkan tidak tahu siapa ia sekarang ini. Ia tidak mengenal
dirinya sendiri tanpa gadis itu di sisinya.
***
Tess
Air mata jatuh kembali membasahi pipinya yang terlihat
pucat. Setelah ia keluar dari apatemen Henry, tangisnya pecah. Air mata tumpah
ruah membasahi wajahnya yang putus asa.
Ini bukan keinginannya. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu
ia salah. Ia tahu ia menyesal. Tapi inilah jalan yang harus dipilihnya. Harus
ia ambil. Bukan semata-mata karena keegoisannya, namun karena keadaan yang
membuatnya harus memutuskan ini semua.
Jika seseorang bertanya, sebesar apakah cintanya pada
namja itu, maka ia akan menjawab, "Tidak dapat kuhitung seberapa besarnya.
Tidak dapat kuukur seberapa dalamnya. Tapi aku tahu, aku mencintainya segenap
raga yang kugunakan ini serta segenap jiwa yang mengisi raga ini.."
Tak pernah Jaera perkirakan ia akan jatuh begitu dalam
pada pesona namja itu. Henry seperti jerat baginya. Sekali ia tertangkap, ia
takkan bisa lepas. Tetapi Jaera salah, Henry bukanlah jerat atau
jebakan-jabakan yang lain. Namja itu adalah cintanya, hidupnya.
Seandainya ia bisa menolak, maka ia akan melakukannya.
Tapi tidak. Ia tidak dapat..
Jaera mengusap matanya dengan kasar. 'Berhenti
menangis, bodoh!!'
Ia bangkit dari duduknya di halte bus di depan gedung
apartemen Henry. Ia harus pergi dari sini. Jangan sampai Henry keluar apartemen
lalu melihatnya terduduk lesu di halte dengan mata sembap. Namja itu akan
memaksanya bicara alasan mengapa ia harus meninggalkannya. Henry bisa saja
memaksa Jaera kembali padanya, dan Jaera tidak yakin bisa menolak namja itu
untuk yang kedua kalinya. Mungkin saja saat ia melihat namja itu lagi, ia
justru akan berlari ke pelukan hangatnya.
Ia harus pergi. Harus!!
***
"Neomu yeoppo, Agashi.."
Jaera tersenyum kecil mendengar penata riasnya memuji
dirinya. Seandainya saja senyumnya itu adalah senyum tulus-bukan senyum
terpaksa seperti yang ia lakukan saat ini.
"Gomapseumnida.." kata Jaera.
Penata rias itu tersenyum dan mengangguk. Ia keluar
dari ruang dimana Jaera dirias.
Jaera menatap bayangan dirinya di cermin. Rambut
coklatnya ditata dengan rapi. Terangkat tinggi dan digelung indah. Wajahnya
bermake-up tipis dan natural. Bahunya yang terbuka memperlihatkan bahunya yang
seputih susu. Gaunnya putih dan indah. Dengan ornamen-ornamen menyelimuti gaun
itu serta panjang gaun yang membuatnya harus menjinjing gaun putih itu saat
kakinya melangkah. Semua begitu cantik. Tapi tidak dengan wajah gadis
pemakainya. Wajahnya datar, dingin dan penuh dengan rasa putus asa.
Hari ini hari pernikahannya. Ani. Bukan dengan Henry,
tapi dengan namja pilihan orangtuanya.
Jaera kembali menatap cermin. Pandangannya tertuju
pada vas bunga di atas meja kecil di sudut ruangan. Vas itu berisi bunga mawar
putih, bungan kesayangannya..
Seperti tayangan film, tiba-tiba roll itu berputar
pada hari dimana Henry memberinya bunga mawar putih untuk pertama kalinya pada
Jaera.
"Kudengar kau menyukai bunga ini.." Kata
namja itu dengan wajah yang tersipu. Ia terlihat lucu sekali hari itu.
Jaera tersenyum kecil. Ia mengingat kembali
kejadian-kejadiannya bersama Henry dulu. Ketika kencan pertama mereka. Malam
natal pertama mereka, tahun baru mereka, hari valentine, anniversary.
Tess
Air matanya jatuh.
"Huh" dengus Jaera kesal. Ia pikir ia tidak
akan bisa menangis lagi. Hampir sebulan ia menangis tanpa henti. Pagi di saat
ia bangun dari tidur, malam saat ia belum menutup mata. Matanya terlalu perih
untuk menangis, terlalu kering untuk mengeluarkan air mata lagi. Namun ia salah
kira. Buktinya air mata kedua telah menyusul, jatuh membasahi pipinya yang
pucat.
Ia ingat ciuman pertama mereka. Hari dimana Henry
berulang tahun..
"Aku bingung, apa yang harus kubelikan untukmu
sebagai hadiah ulang tahun. Jadi aku tanya saja padamu, ne?" Perkataannya
masih terngiang jelas dalam benak.
"Ehm.." Namja itu terlihat berpikir keras.
Tiba-tiba senyum jahilnya merekah.
"Mwo?"
"Biarkan aku menciummu.."
Sebelum gadis itu menjawab, Henry telah menarik
pinggang Jaera ke dalam pelukannya. Tangannya terangkat membelai pipi Jaera
yang cubby dan merona. Ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Sedetik
kemudian, Jaera bisa merasakan bibir lembut Henry telah tertanam pada bibirnya.
Rasanya hangat dan lembut. Jaera berani bertaruh, bibir Henry adalah benda
terlembut yang pernah ia rasakan.
Tangan Jaera terangkat menyentuh bibirnya. Ia masih
mengingat rasa itu. Rasa bibir namja yang ia cintai itu di bibirnya. Itu ciuman
pertama mereka, sekaligus ciuman pertama Jaera.
"Hk.." Jaera terisak pelan. Ia tidak peduli
dengan make-upnya. Terserah mau luntur atau hilang, ia tidak peduli. Ia hanya
ingin sakit dalam hatinya hilang. Ia ingin dapat melepas semua kenangannya
dengan Henry, walau jauh di lubuk hatinya, ia ingin kenangan-kenangan itu tak
berakhir. Tidak berhenti sampai di sini, tapi akan terus tercipta
kenangan-kenangan baru lainnya.
"Saranghaeyo, Henry. Jeongmal.." Katanya
sepenuh hati dalam tangisnya.
Aku mencintaimu, seandainya saja ia bisa mengatakannya
pada namja itu seperti yang biasa ia lakukan dulu.
Seandainya ia bisa menentukan panjang hidup
manusia. Seandainya appanya yang kritis tidak memohon padanya untuk menikah
dengan namja yang bahkan tidak ia kenal sebagai permintaan terakhirnya.
Seandainya penyakit appanya tidak pernah ada.
Seandainya ia tidak jatuh cinta sedalam ini pada
Henry..
Ani. Jika ia bisa memilih, ia tetap akan memilih untuk
jatuh cinta pada namja itu. Bagaimana pun akhirnya..
***
"Berhenti melukai dirimu sendiri, Henry!!"
teriak seorang namja sambil mengguncang bahu Henry yang teruduk lesu di sudut
ruangan. Tatapannya kosong pada ujung kakinya.
"Ini sudah sebulan! Kau seperti mayat
hidup!!" teriak namja itu lagi.
Henry tetap tidak mempedulikannya. Ia menulikan
telinganya. Membutakan matanya. Membekukan hatinya.
Namja itu, Cho Kyuhyun, terlihat geram pada sahabatnya
itu.
BUAKKK
Tinjunya sukses mengenai Henry. Keterkejutan membuat
Henry menatap Kyuhyun. Tatapannya benar-benar menyedihkan. Tak ada sinar dalam
kedua bola matanya. Ia bahkan tidak menyadari sudut bibirnya yang sobek dan
mengeluarkan darah, akibat dari pukulan Kyuhyun yang cukup kencang.
"Dasar pengecut!! Kau mengurung dirimu sendiri.
Menyiksa dirimu sendiri!! Jika kau benar-benar mencintainya, kejar dia! Raih
dia dalam pelukanmu! Jangan berdiam diri seperti pengecut, bodoh!!"
"Tapi, Hyung.." kata pertama yang ia
keluarkan selama sebulan ini. "Jaera-lah yang melepaskanku.."
"Terserah kau mau bagaimana! Aku hanya
memberitahukan ini padamu. Jaera akan menikah hari ini.." Setelah itu
Kyuhyun berjalan cepat meninggalkan Henry yang terkejut bukan main.
Apa-apaan ini? Jaera akan menikah? Bahkan belum tepat
sebulan mereka berpisah!!
"Aku mencintaimu.."
"Aku mencintaimu.."
"Aku mencintaimu.."
Henry memegang kepalanya kuat-kuat. Kenapa suara itu
mengiang-ngiang terus di telinganya?!
Kenapa harus kata itu?! Kenapa harus suara Jaera?!!
Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur. Ia harus
menenangkan diri. Dibukanya lemari penyimpanan, mencari wine-nya. Tangannya
gemetar saat meraih botol wine itu. Dengan kasar, ia membuka tutup botol dan
meneguk cairan itu dengan rakus.
Aku harus melupakannya. Aku harus
melupakannya..
Pandangan Henry terarah pada pantry di hadapannya.
"Kau mau sarapan apa?" Banyangan Jaera
muncul di hadapannya dengan senyumnya yang begitu manis.
Henry melempar botol wine di tangannya.
PRANGG
"Aku menderita bersamamu.."
"Aku tidak pernah mencintaimu, sedetik pun
tidak!!"
Henry menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir
banyangan dan suara gadis itu. Tiba ia melihat bayangan gadis itu dalam gaun
pengantin. Ia begitu cantik. Semuanya begitu indah, kecuali wajahnya yang pucat
dan lelah.
"Saranghae, Henry. Jeongmal.." ucapnya pelan.
Air mata menghiasi gadis itu. Ia terlihat tersiksa. Henry ingin sekali membawa
gadis itu dalam pelukannya.
"Nado saranghae, Jaera. Jeongmal.."
Ya, ia mencintai gadis itu. Sangat mencintainya.
Ia harus mempertahankan gadis itu!!
Henry meraih kunci mobilnya lalu berlari keluar
apartemen. Ia harus mencegah gadis itu menjadi milik namja lain. Ia tidak akan
rela!!
***
Jaera berjalan perlahan pada karpet merah dalam gereja
besar itu. Di ujung karpet merah ini berdiri seorang namja yang bahkan ia tidak
kenal. Hanya sekali-dua kali ia bertemu dengannya.
Janji suci itu diucapkan oleh Pastor. Jaera hanya
menatap kosong pada karpet merah di bawah kakinya. Sesekali diliriknya namja
tampan di hadapannya.
Apa yang harus ia lakukan?
***
Brrrmmmm
Suara mesin mobil itu terdengar kencang. Seharusnya
polisi datang padanya sekarang. Menilangnya atas pelanggaran lalu lintas,
melaju dengan kecepatan melebihi aturan. Namun nasib baik menaunginya hari ini.
Tunggu aku, Jaera! Tunggu aku!!
Pedal gas kembali diinjak Henry. Kali ini kecepatannya
120 km per jam. Ia tidak peduli. Ia harus bertemu dengan gadis itu.
Traffic light berwarna merah!
Sial!!
Namun Henry sama sekali tidak peduli. Ia menerobos
traffic light itu dan melaju tanpa mengurangi kecepatannya.
Kalimat 'nasih baik menaunginya hari ini' ternyata
salah.
Sebuah truk pengangkut melaju ke arah mobilnya dengan
kecepatan sedang. Henry tak menyadarinya sampai sebuah klakson menyentaknya
kembali ke permukaan.
TIIIIIIIIIIIINNNNNN
BRUAKK
BRUAKK
Tubuh Henry terjepit. Rasanya sakit. Perih.
Ia harus menemui Kim Jaera.
Harus..
"SARANGHAE, Kim JAERA!! JEONGMAL!!!!"
teriaknya di sela-sela kesadarannya yang mulai hilang. Dan kata cinta itu
menjadi kata terakhirnya...
***
"Apa kau bersedia, Kim Jaera?"
Jaera merasakan air matanya jatuh kembali. Ia pun
mengangguk lemah. "Aku bersedia.."
FIN
Jaongmal gomawoyo udah mau baca ^^
Sad ending :"(
BalasHapusdisesuain ama lirik lagunya..
Hapusini jo ta? o . o
Aduhh.. :'(
BalasHapushueee T.T
BalasHapuslg malem2 gini baca ff galau T.T
ngomong2, kita sepikiran > "aku merasa kau adalah oksigenku, aku akan mati tanpamu!"
kekeke.. xD
ituloh ff aku yg breathe xD
DARR!!! (?)
BalasHapusaku jga ktaghan ma lgunya Henry yg Trap, brarti kta jdoh dong(?) ._. *plak,! bohong deh, aku msih normal kok(?) -_-v ini ciyus loh, blan puasa, eh lupa, udah lwat yak? *keliatan bnget sngjanya nya -_-*abaikan*
Uhye~(?) sbnrnya aku udh bca ni ff jauh, jauh, jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh sebelumnya, klo gak slh shri ssdah d rilis*emg teaser? *abaikan -_-* tpi bru smpet komen skrg, ada something -_- yg mmbuatku ngempet dan hiatus dri perusuhan -_- udah ah! Bnyak teaser mau komen ff aja -_- mian yak? Lbran loh eon, thr ... biasa ...(?)
Maap absurd, slnjtnya mngkin bkal aku trusin d cuap2
iiiih ... aku gemes bnget wktu bca ni ff, pnuh dgn esmosi yg membara, jdaarr!! (?) uuhh ... tpi esmosi yg berakhir sad ending u,u*sedot ingus(?)*-_-
Udah ah, aku tkut bkin authornya teler gra2 bca komen aku, si yu leter(?) -_-
Ay laik it! *bahasa inggris parah bnget -_- mohon maklumi -_-*