ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Rabu, 26 Juni 2013

SongFic : This is Not A Trap







Tittle :  This is Not A Trap
Author : Micheel Ppyong aka Kang Minhee (@misskang2605)
Rating : PG-16
Lenght : Oneshoot
Genre : SongFic, Sad Romance, Mysterious Ending
Cast :
 - Henry
 - Kim Jaera

SongFic ini sudah dibuat sejak MV Henry Trap realese. Tapi author nyendat-nyendat nulisnya -___- SongFic ini author buat karena author suka banget ama lagunya! “I’m trapped! I’m trapped!!” #jogetgila -___- Padahal ff author yang WAM aja belom selesai, sekarang malah buat nih SongFic, belum lagi satu ff yang masih belom jadi! Kayaknya author ketularan min Steph nih #lirik min Steph #ditabokin!! Gak papa lah~ Itung-itung menu pembuka buat WAM chapter 3(?) Wkwkwkwk~
Author curcol banget! Langsung aja yaaa :*

Don’t be a plagiator!!
Don’t forget to RLC!!
And always love me XD
Check this out >>


"Kau bahkan tidak tahu apa yang selama ini aku rencanakan!! Kau terlalu egois untuk peduli!! Terlalu naif untuk mengerti!!"

***

"Kau sudah merencanakannya?" Henry menatap tajam pada gadisnya yang berdiri kaku membelakanginya.

Gadis itu hanya menggigit bibir bawahnya. Namja itu pikir apa? Ia sudah merencanakannya? Merencanakan apa?!!

"Jaera!! Marhaebwa!!"

Tahan Jaera, kau harus menahannya..

Jaera menengadahkan wajahnya. Berusaha sebisa mungkin agar air matanya tidak berlomba-lomba untuk jatuh membasahi pipinya.

"Aku tahu, aku memang tidak pernah bisa membahagiakanmu. Kau selalu menderita bersamaku, kan?"

Sial!! Kenapa ia harus bicara seperti itu?!

"Aku memang tidak bisa menyatakannya terang-terangan, tapi asal kau tahu, aku mencintaimu, Jaera! Sangat mencintaimu, sampai-sampai aku merasa kau adalah oksigenku, aku akan mati tanpamu!!"

Bagus, air matanya kini menderas.

Jaera benci suasana ini. Ia tidak pernah membelakangi kekasihnya itu. Apalagi harus menangis tanpa diketahui namja itu. Henry selalu memeluknya, menenangkannya.

Andwae! Ia tidak boleh menangis di saat-saat seperti ini. Ini semua harus diakhiri! Harus!!

Jaera mengangkat tangannya lalu menghapus air matanya dengan kasar. Namun ternyata gerakan itu sama sekali tidak disadari oleh Henry.

"Kim Jaera! Ada apa denganmu?!"

"Diam!!" Teriak Jaera putus asa. Sekaranglah waktunya. Ia berbalik pada Henry.

Jangan pasang wajah seperti itu. Jangan terlihat putus asa!

Jaera berjalan cepat mendekati Henry, menghapus jarak" di antara mereka. "Aku rasa ini yang terbaik.."

"Jaera!!"

"Henry!! Apa yang mau kaupertahankan?! Hubungan seperti ini?!" Jaera menelan ludahnya susah payah. Tangannya yang gemetar mengepal kuat. Ia harus bisa mengatakannya. "Aku tidak bisa bersamamu lagi. Aku tidak bahagia bersamamu. Kita hanya membuang-buang waktu.."

Henry menatap takjub pada gadis di hadapannya. Membuang-buang waktu? 2 tahun ini adalah pembuang-buangan waktu bagi Jaera?

"Kau tidak berarti apa-apa bagiku. Kau bahkan tidak bisa membuatku benar-benar mencintaimu. Aku menderita bersamamu Henry!!"

"Kau tidak benar-benar mencintaiku? Apa maksudmu, Jaera?"

"Hh!" Jaera mendengus. Ia mengangkat tangannya, jari telunjuknya mengarah pada dada Henry. "Asal kau tahu, aku tidak pernah mencintaimu, sedetikpun tidak!!"

DARR

Sebuah petir bernama Jaera menyambar hatinya. Perih sekali.

"Jadi lepaskan aku sekarang juga!" Jaera memasang wajah datarnya. Ia menatap wajah Henry, setiap pahatan sempurna pada wajah namja yang menghiasi hari-harinya 2 tahun ini. Berusaha merekam-mengingat- wajahnya. Merekam dalamnya mata hitam namja itu di otaknya, juga di hatinya. Ini untuk yang terakhir kalinya bagimu, Jaera. "Semoga kau bahagia, Henry.."

Jaera melangkahkan kakinya keluar dari apartemen namja itu. Ia pergi dan takkan pernah kembali walau itulah harapan terbesarnya saat ini, berbalik pada Henry dan berlari ke dalam pelukan namja itu. Mengatakan padanya bahwa ini semua hanya sandiwara. Ini hanya bagian dari kejahilannya. Hanya bercanda. Tapi inilah kenyataan, kenyataan yang membuatnya merasakan sakit luar biasa-di hatinya.

***

Tamat sudah riwayatnya. Jaera meninggalkannya-dan kali ini bukan jenis peninggalan sehari-seminggu tapi benar-benar peninggalan berbulan-bulan, bertahun-tahun atau bahkan selamanya.

Kenapa?

Apa yang terjadi?

Apa salahnya?

Kenapa?!!

PRANG

Vas kecil berisi bunga mawar putih-bunga kesayangan Jaera-pecah berkeping-keping di lantai. Hasil sentakan keras Henry yang dilakukan secara sengaja.

Vas itu ternyata tidak cukup sama sekali. Ia mengambil segala benda yang bisa ia raih dan ia lempar sesuka hatinya. Semuanya-termasuk pigura foto mesranya dengan sang yeoja tercinta.

PRANG

Kaca pigura itu pecah berkeping-keping. Membuat efek dramatis pada foto kedua insan yang saat itu masih merajut cinta yang bergelora. Senyum merekah tidak hanya tercetak pada bibir mereka tapi juga pada sepasang mata mereka masing-masing yang berbinar-binar.

Terlihat sempurna. Terlihat begitu nyata. Tanpa celah. Tanpa tipuan. Tanpa jebakan.

Ia harus tenang. Harus tenang. Ia bukan lagi remaja pemberontak yang penuh emosi. Ia pria dewasa yang bisa menghadapi masalah dengan kepala dingin.

Henry setangah berlari menuju kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel. Mencuci wajahnya seperti orang gila. Membasuh wajahnya yang kelam dengan air dingin. Mungkin dengan ini ia bisa sedikit tenang.

Diangkatnya kepalanya lalu diperhatikan seseorang di hadapannya-dalam cermin. Namja itu begitu menyedihkan-mengenaskan. Henry benci wajah itu, wajah yang terlihat putus asa itu.

"AAAAARRGGHHH!!!!" Henry meninju cermin di hadapannya..

PRANG

Cermin itu retak. Entah menjadi berapa bagian. Tangan Henry pun mengeluarkan darah segar yang terus mengalir dan tak dihiraukannya. Luka di tangannya tidak sebanding dengan luka hatinya. Tidak sesakit dan seperih hatinya.

"Kim Jaera.." gumamnya pelan. Apa yang Jaera lakukan padanya? Kenapa Jaera meninggalkannya? Namja ini mencintai Jaera. Sangat mencintainya hingga ia merasa sesak dan sulit bernapas tanpa kehadiran gadis itu. Ia bahkan tidak tahu siapa ia sekarang ini. Ia tidak mengenal dirinya sendiri tanpa gadis itu di sisinya.

***

Tess

Air mata jatuh kembali membasahi pipinya yang terlihat pucat. Setelah ia keluar dari apatemen Henry, tangisnya pecah. Air mata tumpah ruah membasahi wajahnya yang putus asa.

Ini bukan keinginannya. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu ia salah. Ia tahu ia menyesal. Tapi inilah jalan yang harus dipilihnya. Harus ia ambil. Bukan semata-mata karena keegoisannya, namun karena keadaan yang membuatnya harus memutuskan ini semua.

Jika seseorang bertanya, sebesar apakah cintanya pada namja itu, maka ia akan menjawab, "Tidak dapat kuhitung seberapa besarnya. Tidak dapat kuukur seberapa dalamnya. Tapi aku tahu, aku mencintainya segenap raga yang kugunakan ini serta segenap jiwa yang mengisi raga ini.."

Tak pernah Jaera perkirakan ia akan jatuh begitu dalam pada pesona namja itu. Henry seperti jerat baginya. Sekali ia tertangkap, ia takkan bisa lepas. Tetapi Jaera salah, Henry bukanlah jerat atau jebakan-jabakan yang lain. Namja itu adalah cintanya, hidupnya.

Seandainya ia bisa menolak, maka ia akan melakukannya. Tapi tidak. Ia tidak dapat..

Jaera mengusap matanya dengan kasar. 'Berhenti menangis, bodoh!!'

Ia bangkit dari duduknya di halte bus di depan gedung apartemen Henry. Ia harus pergi dari sini. Jangan sampai Henry keluar apartemen lalu melihatnya terduduk lesu di halte dengan mata sembap. Namja itu akan memaksanya bicara alasan mengapa ia harus meninggalkannya. Henry bisa saja memaksa Jaera kembali padanya, dan Jaera tidak yakin bisa menolak namja itu untuk yang kedua kalinya. Mungkin saja saat ia melihat namja itu lagi, ia justru akan berlari ke pelukan hangatnya.

Ia harus pergi. Harus!!

***

"Neomu yeoppo, Agashi.."

Jaera tersenyum kecil mendengar penata riasnya memuji dirinya. Seandainya saja senyumnya itu adalah senyum tulus-bukan senyum terpaksa seperti yang ia lakukan saat ini.

"Gomapseumnida.." kata Jaera.

Penata rias itu tersenyum dan mengangguk. Ia keluar dari ruang dimana Jaera dirias.

Jaera menatap bayangan dirinya di cermin. Rambut coklatnya ditata dengan rapi. Terangkat tinggi dan digelung indah. Wajahnya bermake-up tipis dan natural. Bahunya yang terbuka memperlihatkan bahunya yang seputih susu. Gaunnya putih dan indah. Dengan ornamen-ornamen menyelimuti gaun itu serta panjang gaun yang membuatnya harus menjinjing gaun putih itu saat kakinya melangkah. Semua begitu cantik. Tapi tidak dengan wajah gadis pemakainya. Wajahnya datar, dingin dan penuh dengan rasa putus asa.

Hari ini hari pernikahannya. Ani. Bukan dengan Henry, tapi dengan namja pilihan orangtuanya.

Jaera kembali menatap cermin. Pandangannya tertuju pada vas bunga di atas meja kecil di sudut ruangan. Vas itu berisi bunga mawar putih, bungan kesayangannya..

Seperti tayangan film, tiba-tiba roll itu berputar pada hari dimana Henry memberinya bunga mawar putih untuk pertama kalinya pada Jaera.

"Kudengar kau menyukai bunga ini.." Kata namja itu dengan wajah yang tersipu. Ia terlihat lucu sekali hari itu.

Jaera tersenyum kecil. Ia mengingat kembali kejadian-kejadiannya bersama Henry dulu. Ketika kencan pertama mereka. Malam natal pertama mereka, tahun baru mereka, hari valentine, anniversary.

Tess

Air matanya jatuh.

"Huh" dengus Jaera kesal. Ia pikir ia tidak akan bisa menangis lagi. Hampir sebulan ia menangis tanpa henti. Pagi di saat ia bangun dari tidur, malam saat ia belum menutup mata. Matanya terlalu perih untuk menangis, terlalu kering untuk mengeluarkan air mata lagi. Namun ia salah kira. Buktinya air mata kedua telah menyusul, jatuh membasahi pipinya yang pucat.

Ia ingat ciuman pertama mereka. Hari dimana Henry berulang tahun..

"Aku bingung, apa yang harus kubelikan untukmu sebagai hadiah ulang tahun. Jadi aku tanya saja padamu, ne?" Perkataannya masih terngiang jelas dalam benak.

"Ehm.." Namja itu terlihat berpikir keras. Tiba-tiba senyum jahilnya merekah.

"Mwo?"

"Biarkan aku menciummu.."

Sebelum gadis itu menjawab, Henry telah menarik pinggang Jaera ke dalam pelukannya. Tangannya terangkat membelai pipi Jaera yang cubby dan merona. Ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Sedetik kemudian, Jaera bisa merasakan bibir lembut Henry telah tertanam pada bibirnya. Rasanya hangat dan lembut. Jaera berani bertaruh, bibir Henry adalah benda terlembut yang pernah ia rasakan.

Tangan Jaera terangkat menyentuh bibirnya. Ia masih mengingat rasa itu. Rasa bibir namja yang ia cintai itu di bibirnya. Itu ciuman pertama mereka, sekaligus ciuman pertama Jaera.

"Hk.." Jaera terisak pelan. Ia tidak peduli dengan make-upnya. Terserah mau luntur atau hilang, ia tidak peduli. Ia hanya ingin sakit dalam hatinya hilang. Ia ingin dapat melepas semua kenangannya dengan Henry, walau jauh di lubuk hatinya, ia ingin kenangan-kenangan itu tak berakhir. Tidak berhenti sampai di sini, tapi akan terus tercipta kenangan-kenangan baru lainnya.

"Saranghaeyo, Henry. Jeongmal.." Katanya sepenuh hati dalam tangisnya.

Aku mencintaimu, seandainya saja ia bisa mengatakannya pada namja itu seperti yang biasa ia lakukan dulu.


Seandainya ia bisa menentukan panjang hidup manusia. Seandainya appanya yang kritis tidak memohon padanya untuk menikah dengan namja yang bahkan tidak ia kenal sebagai permintaan terakhirnya. Seandainya penyakit appanya tidak pernah ada.

Seandainya ia tidak jatuh cinta sedalam ini pada Henry..

Ani. Jika ia bisa memilih, ia tetap akan memilih untuk jatuh cinta pada namja itu. Bagaimana pun akhirnya..

***

"Berhenti melukai dirimu sendiri, Henry!!" teriak seorang namja sambil mengguncang bahu Henry yang teruduk lesu di sudut ruangan. Tatapannya kosong pada ujung kakinya.

"Ini sudah sebulan! Kau seperti mayat hidup!!" teriak namja itu lagi.

Henry tetap tidak mempedulikannya. Ia menulikan telinganya. Membutakan matanya. Membekukan hatinya.

Namja itu, Cho Kyuhyun, terlihat geram pada sahabatnya itu.

BUAKKK

Tinjunya sukses mengenai Henry. Keterkejutan membuat Henry menatap Kyuhyun. Tatapannya benar-benar menyedihkan. Tak ada sinar dalam kedua bola matanya. Ia bahkan tidak menyadari sudut bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah, akibat dari pukulan Kyuhyun yang cukup kencang.

"Dasar pengecut!! Kau mengurung dirimu sendiri. Menyiksa dirimu sendiri!! Jika kau benar-benar mencintainya, kejar dia! Raih dia dalam pelukanmu! Jangan berdiam diri seperti pengecut, bodoh!!"

"Tapi, Hyung.." kata pertama yang ia keluarkan selama sebulan ini. "Jaera-lah yang melepaskanku.."

"Terserah kau mau bagaimana! Aku hanya memberitahukan ini padamu. Jaera akan menikah hari ini.." Setelah itu Kyuhyun berjalan cepat meninggalkan Henry yang terkejut bukan main.

Apa-apaan ini? Jaera akan menikah? Bahkan belum tepat sebulan mereka berpisah!!

"Aku mencintaimu.."

"Aku mencintaimu.."

"Aku mencintaimu.."

Henry memegang kepalanya kuat-kuat. Kenapa suara itu mengiang-ngiang terus di telinganya?!

Kenapa harus kata itu?! Kenapa harus suara Jaera?!!

Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur. Ia harus menenangkan diri. Dibukanya lemari penyimpanan, mencari wine-nya. Tangannya gemetar saat meraih botol wine itu. Dengan kasar, ia membuka tutup botol dan meneguk cairan itu dengan rakus.

Aku harus melupakannya. Aku harus melupakannya..

Pandangan Henry terarah pada pantry di hadapannya.

"Kau mau sarapan apa?" Banyangan Jaera muncul di hadapannya dengan senyumnya yang begitu manis.

Henry melempar botol wine di tangannya.

PRANGG

"Aku menderita bersamamu.."

"Aku tidak pernah mencintaimu, sedetik pun tidak!!"

Henry menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir banyangan dan suara gadis itu. Tiba ia melihat bayangan gadis itu dalam gaun pengantin. Ia begitu cantik. Semuanya begitu indah, kecuali wajahnya yang pucat dan lelah.

"Saranghae, Henry. Jeongmal.." ucapnya pelan. Air mata menghiasi gadis itu. Ia terlihat tersiksa. Henry ingin sekali membawa gadis itu dalam pelukannya.

"Nado saranghae, Jaera. Jeongmal.."

Ya, ia mencintai gadis itu. Sangat mencintainya.

Ia harus mempertahankan gadis itu!!

Henry meraih kunci mobilnya lalu berlari keluar apartemen. Ia harus mencegah gadis itu menjadi milik namja lain. Ia tidak akan rela!!

***

Jaera berjalan perlahan pada karpet merah dalam gereja besar itu. Di ujung karpet merah ini berdiri seorang namja yang bahkan ia tidak kenal. Hanya sekali-dua kali ia bertemu dengannya.

Janji suci itu diucapkan oleh Pastor. Jaera hanya menatap kosong pada karpet merah di bawah kakinya. Sesekali diliriknya namja tampan di hadapannya.

Apa yang harus ia lakukan?

***

Brrrmmmm

Suara mesin mobil itu terdengar kencang. Seharusnya polisi datang padanya sekarang. Menilangnya atas pelanggaran lalu lintas, melaju dengan kecepatan melebihi aturan. Namun nasib baik menaunginya hari ini.

Tunggu aku, Jaera! Tunggu aku!!

Pedal gas kembali diinjak Henry. Kali ini kecepatannya 120 km per jam. Ia tidak peduli. Ia harus bertemu dengan gadis itu.

Traffic light berwarna merah!

Sial!!

Namun Henry sama sekali tidak peduli. Ia menerobos traffic light itu dan melaju tanpa mengurangi kecepatannya.

Kalimat 'nasih baik menaunginya hari ini' ternyata salah.

Sebuah truk pengangkut melaju ke arah mobilnya dengan kecepatan sedang. Henry tak menyadarinya sampai sebuah klakson menyentaknya kembali ke permukaan.

TIIIIIIIIIIIINNNNNN

BRUAKK

BRUAKK

Tubuh Henry terjepit. Rasanya sakit. Perih.

Ia harus menemui Kim Jaera.

Harus..

"SARANGHAE, Kim JAERA!! JEONGMAL!!!!" teriaknya di sela-sela kesadarannya yang mulai hilang. Dan kata cinta itu menjadi kata terakhirnya...

***

"Apa kau bersedia, Kim Jaera?"

Jaera merasakan air matanya jatuh kembali. Ia pun mengangguk lemah. "Aku bersedia.."



FIN

Jaongmal gomawoyo udah mau baca ^^

5 komentar:

  1. Sad ending :"(

    BalasHapus
    Balasan
    1. disesuain ama lirik lagunya..

      ini jo ta? o . o

      Hapus
  2. hueee T.T
    lg malem2 gini baca ff galau T.T

    ngomong2, kita sepikiran > "aku merasa kau adalah oksigenku, aku akan mati tanpamu!"
    kekeke.. xD
    ituloh ff aku yg breathe xD

    BalasHapus
  3. DARR!!! (?)
    aku jga ktaghan ma lgunya Henry yg Trap, brarti kta jdoh dong(?) ._. *plak,! bohong deh, aku msih normal kok(?) -_-v ini ciyus loh, blan puasa, eh lupa, udah lwat yak? *keliatan bnget sngjanya nya -_-*abaikan*
    Uhye~(?) sbnrnya aku udh bca ni ff jauh, jauh, jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhh sebelumnya, klo gak slh shri ssdah d rilis*emg teaser? *abaikan -_-* tpi bru smpet komen skrg, ada something -_- yg mmbuatku ngempet dan hiatus dri perusuhan -_- udah ah! Bnyak teaser mau komen ff aja -_- mian yak? Lbran loh eon, thr ... biasa ...(?)
    Maap absurd, slnjtnya mngkin bkal aku trusin d cuap2
    iiiih ... aku gemes bnget wktu bca ni ff, pnuh dgn esmosi yg membara, jdaarr!! (?) uuhh ... tpi esmosi yg berakhir sad ending u,u*sedot ingus(?)*-_-
    Udah ah, aku tkut bkin authornya teler gra2 bca komen aku, si yu leter(?) -_-

    Ay laik it! *bahasa inggris parah bnget -_- mohon maklumi -_-*

    BalasHapus