ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Senin, 22 Oktober 2012

Don't Touch My...?? [Part 1]








Tittle     : Don’t Touch My...??
Author  : Micheel Ppyong (Kang Minhee)
Genre   : Romance
Cast      : Jo Kwangmin
               No Eunbin (Minwoo’s yeodongsaeng)
               No Minwoo

PS : Annyeong~ Author cuma pengen ngasi tau.. Sebenernya, No Eunbin itu nama noonanya Minwoo tapi ga tau kenapa, author pengennya Eunbin di cerita ini adalah yeodongsaengnya Minwoo bukan Noonanya, mungkin biar lebih imut gimana gitu #plak Gomawo buat yg udah mau baca ff author ini.. And don't be silent reader ya, kritik dan saran kalian author tunggu lho.. :D Aah.. Author banyak cincong ya? Oke deh, kita mulai aja...

Kwangmin pov

“Jo Kwangmin, aku menyukaimu..”

...
“Mianhaeyo..” aku membungkuk dalam padanya.

* * *
Dia yeoja ke berapa ya? Aku tidak bisa menghitung jumlah yeoja-yeoja yang telah menyatakan perasaanya padaku. Mereka terlalu banyak dan aku tidak pandai berhitung. Berbeda sekali dengan hyungku, Jo Youngmin yang pandai fisika dan matematika. Tapi kenapa ada begitu banyak yeoja yang menyukaiku? Padahal menurutku wajahku ini biasa saja.. atau aku yang pabo ya? –a
“Dengan yang ini, totalnya sudah 18,” kata Minwoo seolah bisa membaca pikiranku.
“Jinjjayo? Apa benar sudah sebanyak itu?”
“Sampai kapan kau dan hyungmu akan tetap berhati dingin dan sama sekali tidak mengerti apa itu cinta?”
“Mwo? Aku mengerti apa itu cinta hanya saja..”
“Hanya saja apa?”
“Aku tidak mau asal memilih. Lagipula mereka tidak benar-benar menyukaiku, mereka hanya kagum sesaat, bukan cinta. Bagaimana mereka bisa mencintaiku? Mereka sama sekali tidak mengenalku..”
“Terserah”
“Tapi... bukankah kau juga sama saja? Kau juga selalu menolak yeoja-yeoja yang datang padamu?!”
“Hiss... itu karena aku sudah punya seseorang yang aku cintai..”
“Ah! Woo, kenapa sampai sekarang kau tidak memberitahuku siapa sebenarnya yeojachingumu?!” aku merengek seperti anak kecil padanya.
“Tidak mau!”
“No Minwoo!”
“Andwe!”
Aku menyerah. Dia memang keras kepala. Aku berpikir sejenak sebelum bertanya padanya dengan wajah polos. “Apa aku benar-benar tampan?”
...
Buk
Minwoo melempariku dengan buku menu yang ada di tangannya.
“Auw!” aku mengerang kesakitan
“Dasar pabo!!”
Kwangmin pov end

* * *
Author pov
Eunbin berjalan membawa dua kardus besar yang menutupi pandangannya. Kardus itu berisi buku-buku yang baru saja dibelinya. Hari ini anak ajusshi Lee, supir keluarganya, jatuh sakit jadi hari ini ia harus pergi ke manapun tanpa mobil. Huft~
“Ajusshi Lee cepat kembali! Apa kau tidak tahu bahwa kardus-kardus ini sangat berat?!”
“Ani. Aku memang tidak tahu..” sebuah suara yang sudah sangat dikenalnya menyahut dari arah depan. Eubin menurunkan kedua ardus itu lalu melhat namja di hadapannya. Senyumnya merekah karena Kwangmin, tetangga sekaligus teman kecilnya, berdiri di hadapannya.
“Kwangminnie!!”
“Aish.. kenapa kau selalu berteriak seperti itu padaku?!” Kwangmin terlihat kesal.
“Mau bagaimana lagi? Aku kan senang sekali jika bertemu denganmu..”
Kwangmin tidak menghiraukan Eunbin. Ia mengambil satu kardus di tangan Eunbin lalu berjalan lebih dulu. Eunbin setengah berlari menyusulnya. Rumah mereka bersebelahan jadi arah mereka sama.
“Berat..” gumam Kwangmin pelan.
“Kubilang juga apa!” kata Eunbin kesal padanya. “Kwangmina, kenapa aku jarang melihatmu akhir-akhir ini?”
Kwangmin melirik eunbin sekilas. “Aku kerja, pabo!”
“Tapi ini kan sedang liburan, kenapa kau harus bekerja? Lagipula keluargamu adalah keluarga yang berkecukupan..”
“Memang kenapa? Aku suka bekerja, daripada tidak melakukan apa-apa di rumah..”
“Ck! Meskipun begitu, apa mungkin pekerjaanmu sampai bisa membuatmu sibuk? Apa bukan karena kau sudah punya yeojachingu?” Eubin menatap kwangmin sengit.
“Jadi kau berharap saat ini aku sudah punya seorang yeoja?”
“Mwo? Ani! Tentu saja tidak. kau tahu kan bagaimana perasaanku padamu?”
Kwangmin mendongak menatap langit sore. “Tentu saja. Hampir setiap hari kau mengatakannya padaku..”
“Bagus kalau kau masih mengingatnya tapi kenapa kau tidak pernah bilang apa-apa padaku?”
“Memangnya apa yang harus kukatakan? Aku juga menyukaimu? Ani, perasaanku padamu tidak sama seperti perasaanmu padaku. Aku sayang padamu, sebagai chinguku, sebagai adik minwoo, kau sudah kuanggap seperti saengku sendiri..”
“Hiss.. selalu itu yang kauucapkan! Sini berikan padaku!” Eunbin mengambil kardus yang dibawa Kwangmin lalu berjalan cepat masuk ke rumahya. “Ah satu lagi!” ia berhenti melangkah lalu berbalik pada Kwangmin. “aku baru saja membeli buku yang selama ini kau cari-cari, The Legend of Moon, sebenarnya aku ingin meminjamkannya padamu, tapi kau membuatku sebal! Dasar namja jelek!” Eunbin masuk ke dalam rumahnya, menutup pagar dengan keras dan meninggalkan Kwangmin yang terlihat menyesal.

* * *
Eunbin pov
Dasar eunbin pabo! Kenapa juga kau harus jatuh cinta pada namja seperti Kwangmin?! Benar kata oppaku, Minwoo, Youngmin-Kwangmin memang saudara kembar yang sama-sama pabo! Apalagi Kwangmin pabo itu!
Dasar kwangmin pabo! Pabo! Paboooo! Aku benci padamu! Benci sekali!
Eunbin pov end

* * *
Tok tok
“Nugu?” eunbin mengalihkan perhatian dari buku yang sedang ia baca.
“Mianhe, nona.. ini saya Song. Makan malam sudah siap, tuan dan nyonya meminta nona untuk segera menuju ruang makan..”
“Ah! Arra, beri tahu mereka, aku akan segera turun..”
Eunbin bangkit berdiri lalu mematut diri di depan cermin. Ia menuruni tangga menuju ruang makan.
“Duduklah, chagi..” kata Eomma saat melihatnya mendekati mereka.
Eunbin duduk di kursi di hadapan Eomma. Makan malam telah disiapkan. Ia melahap makanannya dengan semangat. Ia sangat lapar karena lupa makan siang.
“Uhuk..uhuk..” Eunbin tersedak.
“Pelan-pelan saja, Eunbin..” kata Appa perhatian.
Eomma menyodorkan segelas air. Eunbin meminum habis air putih yang disodorkan Eomma padanya.
“Hah~” ia menghela napas lalu menatap kedua orangtuanya yang sedang menatapnya lekat-lekat. “Eomma? Appa? Waeyo?” tanyanya.
“Em.. sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan denganmu..” kata appa.
“Mwo?”
“Appa.. em.. bagaimana mengatakannya padamu ya? Appa punya permintaan..”
“Permintaan? Permintaan apa?”
“Appa.. appa ingin menjodohkanmu dengan anak teman appa..”
...
Hening
“Eunbin..?” eomma memanggilku. “Kau dan dia tidak perlu mengikat janji apapun. Kami tidak memaksa kalian untuk bertunangan sekarang, apalagi menikah. Mengingat usiamu yang masih 16 tahun, kalian bisa berpacaran dulu.“
“Menjodohkanku? Dengan siapa?” eunbin bertanya seperti orang linglung.
“Dengan anak teman appa, namanya Seokyo. Usianya 21 tahun. Dia sekolah di LA dan liburan ini dia datang ke Korea. Dia anak yang baik dan tam..”
“Apa aku mengenalnya?” Eunbin memotong perkataan appanya.
“Ah, tentu saja tidak. Tapi itu tidak masalah kan? Kalian bisa berkenalan du..”
“apa aku mengenalnya?!” Ia mengulang pertanyaan yang sama dengan berteriak. Ia bukanlah anak yang tidak sopan atau berani membantah. Ini pertama kalinya ia berteriak pada orangtuanya. “Walau kalian bilang aku dan dia bisa berkenalan dan berpacaran dulu toh akhirnya kalian akan memaksaku untuk menikah dengannya. Ini bukan dinasti  Joseon! Aku tidak mau dijodohkan dengan siapapun. Dan kuharap Appa dan Eomma mengerti perasaanku..”
Eunbin bangkit berdiri dan menundukkan kepalanya lalu berjalan menuju kamarnya dengan cepat.
“Eunbin! Appa sudah berjanji pada teman appa untuk memepertemukan kalian hari sabtu nanti! Appa tidak mau tahu, sabtu nanti kau harus ikut appa bertemu dengannya!!”
Brak
Eunbin membanting pintunya. Ia kesal, sangat kesal. Ada apa sebenarnya dengan kedua orangtuanya?! Kenapa mereka tiba-tiba bicara tentang perjodohan?!
Eunbin menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. “Aku tidak mau dijodohkan.. aku hanya mencintai Jo Kwangmin...”

* * *
Eunbin masuk ke kafe itu. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe. Itu dia!  Ia berlari menuju Minwoo. Minwoo tampak terkejut ketika melihat Eunibin berdiri di hadapannya.
“Eunbin? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Oppa, bisa kita bicara sebentar?”
Minwoo mengangguk dengan bingung. “Em.. kajja, ikut aku!” Minwoo menggandeng tangan yeodongsaeng-nya. Ia bisa merasa Eunbin sedang bersedih.
Mereka berjalan menuju ruang loker pegawai lalu duduk di sebuah kursi panjang di ujung ruangan.
“Waeyo, eunbin?” Minwoo menatap saengnya dengan khawatir. Jika ia rela datang kemari jauh-jauh, sendirian pula, mungkin ini masalah yang cukup serius.
“Mian karna mengganggumu saat jam kerja tapi aku tidak tahu harus membicarakan hal ini pada siapa lagi..” air mata Eunbin mengalir di pipinya. “Appa ingin menjodohkanku dengan anak temannya..”
Mata Minwoo membulat seketika. Appa ingin menjodohkan Eunbin? Apa ini karena cerita Eommanya beberapa hari yang lalu? Tapi perjodohan sama sekali tidak ada dalam benaknya. Ia sangat mengenal Appanya, Appa tidak sekolot itu.. “Lalu? Apa yang kau katakan pada Appa?”
“Ia.. ia menyuruhku untuk menemui.. a..anak teman Appa pada sabtu ini.. hiks.. eottokhe, Oppa?” Eunbin menangis lebih keras. Minwoo memeluk eunbin dan mengusap-usap bahunya pelan.
Ia melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata saengnya itu. “Ulljima, chagi.. tenanglah, aku akan bicara hal ini pada mereka. Mereka tidak bisa seenaknya. Kau temui dulu namja itu. Beberapa hari lagi aku akan pulang ke rumah dan berbicara pada mereka. Arrachi?” Minwoo tersenyum menenangkan yeodongsaengnya.
Eunbin mengangguk perlahan. Mau bagaimana lagi? Ia datang ke kafe Minwoo untuk meminta bantuannya, agar ia mau membicarakan masalah ini dengan kedua orangtuanya. Ia tahu Minwoo pasti bisa diandalkan.
“Eunbin, kau pulang saja dulu, ne. Tidak ada gunanya kau menangis di tempat kerjaku. Kajja, kuantar kau ke depan..” Minwoo merangkul bahu saengnya. Mereka berjalan menuju pintu kafe.
Saat menuju pintu keluar, Kwangmin melihat mereka berdua. Ia melihat Eunbin yang menangis dan Minwoo yang menuntunnya keluar. Karena sudah mengenal mereka bertahun-tahun, naluri Kwangmin berkata bahwa mereka sedang ada masalah, yang cukup serius.
Tak berapa lama Minwoo kembali. Ia menghembuskan napas dengan berat.
“Waeyo?” tanya Kwangmin setelah mendekati Minwoo.
Minwoo tersenyum padanya. “Tidak ada apa-apa. Hanya masalah biasa..” katanya santai.
“Jinjja?” Kwangmin tidak yakin dengan perkataan Minwoo.
Minwoo hanya menggangguk dan menepuk bahunya. “Sudah, cepat kerja sana!”

* * *
Flashback
Beberapa hari yang lalu, Eomma Minwoo datang ke kafe itu. Wajahnya gelisah dan sedikit pucat.
“Eomma? Waeyo?” tanya Minwoo setelah duduk di hadapan Eommanya. Ia meletakkan secangkir espresso hangat di depan Eommanya.
“Minwoo, Eomma tidak seharusnya memberi tahumu tentang hal ini. Tapi eomma rasa, kau sudah cukup dewasa dan eomma butuh bantuanmu..” Eomma berhenti bicara lalu menatap Minwoo sesaat. “Perusahaan Appa sedang mengalami masa kritis. Terjadi penurunan omset pada beberapa bulan terakhir. Appamu sedang berusaha keras untuk mencari pinjaman pada bank, tapi kau tahu kan, mencari pinjaman pada bank sangat susah. Walaupun perusahaan kita sudah punya nama. Kabar penurunan omset ini sudah tersebar, pihak bank jadi ragu-ragu untuk memberikan pinjaman.”
Minwoo mengerutkan kening. Selama ini ia tahu bahwa perusahaan Appanya, yang bergerak di bidang entertaiment, melaju dengan pesat. Baru kali ini ia mendengar bahwa perusahaan ayahnya sedang di ujung tanduk.
“Kami bisa saja tidak ambil pusing dengan masalah ini, jika saja... jika kita mengalami kebangkrutan, mau dikemanakan artis-artis kita? Kasihan mereka..” Eomma menerawang jauh ke depan. Perusahaan suaminya tidak dibangun dengan mudah. Ia tahu betapa besar usaha suaminya dalam mendirikan perusahaan ini. Butuh keringat dan darah. Jika perusahaan ini bangkrut, banyak pegawainya yang akan kehilangan pekerjaan, banyak kepala keluarga yang tidak bisa menghidupi keluarganya dan banyak artis yang akan menuju titik nol popularitasnya, kembali ke awal.
“Beberapa hari yang lalu, Lee Jinki, teman appamu, datang ke perusahaan. Ia menawarkan kerja sama dengan modal yang besar..”
Minwoo tersenyum mendengarnya. Tapi ia merasa eommanya tidak gembira dengan hal ini. Eomma tampak sedih dan putus asa. “Waeyo, eomma?”
“Eomma sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia lelaki yang baik sekaligus lelaki yang pandai. Eomma rasa, ia membantu Appamu karena suatu hal. Ia pasti menginginkan sesuatu yng menguntungkannya. Tapi eomma tidak tahu apa itu..”
“Sudahlah, eomma.. mungkin itu hanya perasaan Eomma saja. Kita lihat saja apa yang akan terjadi...”
Flasback End

Ternyata dugaan Eommanya tidak salah. Inilah yang terjadi. Eunbin, yeodongsaengnya, harus mau mengikuti perjodohan yang diinginkan oleh teman appa itu. Walau perusahaan mereka akan bangkrut, appa tidak bisa mengorbankan kebahagiaan Eunbin yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Ia harus bicara pada Appanya. Harus!

***
Eunbin melihat bayangannya di depan kaca.
“Nona, anda sangat cantik. Nomu yeppo!” Song tersenyum senang melihat penampilan Nonanya.
“Jinjjayo?” kata Eunbin dengan malas. Ia berjalan dengan diseret-seret. Sesuai perkataan Minwoo, ia akhirnya menyetujui untuk pergi menemui anak teman appanya itu. Hanya kali ini saja!
“Kau sudah siap?” tanya appa saat melihat Eunbin menuruni tangga. Ia tersenyum senang karena putrinya mau mendengarkan perkataannya.
“Ne..” Eunbin menjawab singkat.
“Kalau begitu berangkatlah. Appa tidak bisa ikut, appa sedang tidak enak badan..”
“Ne. Aku pergi dulu, Appa..” Eunbin berpamitan lalu berjalan cepat menuju luar rumah. Song dengan setia mengikutinya di belakang. Pelayan setianya itu membukakan pagar untuk nonanya.
Eunbin melangkah keluar rumah dengan perlahan. Ingin sekali ia kembali ke kamarnya, mengganti gaun yang sedang dipakainya dengan piama, lalu pergi tidur. Ia tidak mau pergi, sungguh!
Buk
Sebuah benda berkulit melayang menuju kepala eunbin. Eunbin sempoyongan dan hampir saja jatuh jika Song tidak menahannya.
“Hei!” Eunbin kesal sekali. Rambutnya yang sudah ditata rapi oleh Song, kini berantakan. Ia menoleh pada pelempar bola itu, yang tidak lain adalah Jo Kwangmin.
Kwangmin yang sedang bermain bola basket sendirian, tidak melihat Eunbin keluar dari rumahnya. Tanpa sengaja, bola itu melayang tepat mengenai kepala yeoja itu. Ia berlari mendekati Eunbin yang tampak cantik dan rapi malam itu. “Ah, mianhe.. aku tidak tahu kalau kau sedang keluar dari rumahmu. Aku tidak sengaja..” Kwangmin memperhatikan Eunbin dengan seksama.
“Wa, wae?!” kata Eunbin terbata. Tidak biasanya Kwangmin memperhatikannya seperti itu. Apa ia tampak cantik malam ini?
“Ani. Hanya saja, kau aneh malam ini..”
“A, aneh?” Apa maksudnya?!!
“Kenapa kau tidak berteriak? Bukannya kau selalu berteriak kegirangan saat melihatku?” Kwangmin mencibir dan menggodanya. “Apa aku berubah jadi buruk rupa?” Kwangmin merapikan rambutnya seolah meyakinkan Eunbin bahwa ia masih tampan. “Apa... kau sudah tidak punya perasaan apa-apa padaku?”
Eunbin tahu Kwangmin hanya bercanda. Tapi entah kenapa ia merasa sedih. Sangat sedih hingga membuatnya meneteskan air mata tanpa sadar.
Kwangmin kaget karna Eunbin menangis tiba-tiba. “Eunbin? K, kau kenapa?”
“Aku...” Air mata Eunbin terus mengalir. Semakin lama semakin deras. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Kwangmin tapi tak bisa. Suaranya tidak keluar.
“Eunbin...?”

TBC

Tunggu kelanjutannya ya! Gomawo :D

6 komentar:

  1. Like this thor :D
    Ditunggu lanjutannya..
    itu entar si Eunbin jadinya sama siapa thor? wkwkwk

    BalasHapus
  2. Nice ff...
    Thor lanjutannya yaaaa... jangan lama-lama ya thor,.
    ^^

    BalasHapus
  3. bru sempet buka laptop
    author maen ps terus :P #plak

    gomawo karna dah mw baca ffku n dah mw komen ^^
    aku usahain jdi cepet ya..

    @koreamanialover : liat aja entar :D

    BalasHapus
  4. Kapan di lanjutkan? ._.(tidak sabar)

    BalasHapus
  5. @leonita : masih dalam proses XD

    BalasHapus