ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Rabu, 22 Oktober 2014

Blazing Star [Chapter 3]


 

Blazing Star [Chapter 3]

by  Stephcecil
Cast : Kim Myungsoo, Son Naeun, Noh Yiyoung, Kim Taehyung / V, Lee Byunghun / L.Joe
Lenght : Chaptered || Genre : School Life, Music, Romantic, Friendship || Rating : Teen
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is pure based my imagination.
Summary : " Aku merindukanmu, Noh Yiyoung, "
Previous Part  : 1 || 2

***





Dilanda kejenuhan mutlak, seorang Son Naeun memilih untuk memandang ke luar ruang, melalui kaca bening kafe. Walau jelas pemandangan disana tidak layak disebut menarik. Tidak sama sekali. Hanya ada para pejalan kaki berlalu lalang. Gadis itu mendesah pelan sebelum melirik sosok lain di sampingnya, yang tak kalah dirundung bosan, Noh Yiyoung. Pemilik rambut blonde tersebut sibuk mengaduk-aduk hot chocolate seolah tak ada hal lain yang dapat dilakukan. Namun jelas, tidak ada cara lain terlintas dalam benak Yiyoung untuk membunuh waktu.

Dan berbicara mengenai waktu, mungkin hanya namja tampan bernama Kim Myungsoo, yang benar-benar menikmatinya kala itu. Ia tampak cukup bahagia menunggu sembari bermain game di ponselnya. Sesekali memekik kesal ketika kalah dalam level tertentu, yang kemudian disambut pelototan Naeun dan gelengan heran Yiyoung. Dia bisa saja tampan dan terkesan dingin dari luar. Tapi siapa sangka kepribadian Myungsoo jauh dari kata dewasa?

Disaat kesabaran Yiyoung mencapai ambang batas, gadis itu mendecakkan lidah. Ia menyeruput hot chocolate nya sebelum menyuarakan ketidaksabarannya. “ Kim Taehyung…. Kau akan habis begitu tiba disi- “

Namun perkataan penyandang marga Noh terpotong, ketika visual familiar muncul dalam batas pandangnya. Kim Taehyung, dialah penyebab mereka menunggu selama ini. Ya, dialah sosok yang mengusulkan agar mereka berkumpul di tempat itu –kafe dekat sekolah- dan seharusnya telah tiba 30 menit yang lalu. Well, tidak seharusnya mereka mempercayai seorang Taehyung, yang notabene hidup dengan jam karetnya.

Hari ini adalah akhir pekan, dimana itu berarti tidak ada kewajiban untuk pergi ke tempat bernama sekolah, yang tentunya merupakan kebahagiaan bagi para murid. Dan oleh sebab panggilan telepon yang diterima Myungsoo dari Taehyung, mereka berempat memutuskan untuk berkumpul siang ini. Didominasi oleh rasa penasaran akan identitas calon drummer yang dibicarakan Taehyung di telepon tadi malam.

Hey, maaf aku terlambat. Kau tahu, jalanan macet da- Ouh, Noh Yiyoung! “ Taehyung baru saja hendak mendaratkan pantatnya di antara Yiyoung - Myungsoo, dan menjelaskan alasan dibalik keterlambatan pemuda itu, ketika sang gadis blonde melayangkan pukulan pada punggung Taehyung. Sontak ia menoleh dan mendelik kesal, yang direspon Yiyoung dengan kedikan bahu. “ Kau membuat kami menunggu lama. “

Taehyung mendesis, “ Aku punya alasan tersendiri. Dan kau tidak harus memukulku! Bersikaplah sedikit feminim! “ gerutu Taehyung, yang membuat Yiyoung menjulurkan lidah tak peduli. Ya, lagipula ini bukan kali pertama seseorang mendeklarasikan protes pada dirinya. Hanya penampilan luar Yiyoung yang feminim, namun kelakuan gadis itu jauh dari definisi kata tersebut.

“ Ouh, baiklah teman-teman. Ayo kita langsung membicarakan inti pertemuan ini. “ lerai Naeun. Ia menggeleng-geleng melihat pertikaian konyol dua sahabatnya. Mereka tak ubahnya tom and jerry, selalu saja bertengkar tiap kali bertemu.

Yiyoung menggembungkan pipinya, sementara Taehyung mendengus keras. Dan setelah berhasil mendapatkan posisi duduk yang nyaman, ia pun berdeham meminta perhatian. “ Jadi.. tadi malam aku bertemu seseorang di toko musik, dan orang itu lihai memainkan drum. “ Yiyoung langsung berkomentar, “ Kurasa aku sudah tahu itu. “

Taehyung mendelik namun tidak menanggapi lebih lanjut komentar Yiyoung, ia meneruskan perkataannya, “ Dan yang mengejutkan, orang itu berada di sekolah yang sama dengan kita! “ Myungsoo menaikkan alisnya, sedikit terkejut dengan info tersebut. Sementara eskpresi tertarik tampak pada wajah Naeun dan Yiyoung. Taehyung terdiam sejenak, ia menyipitkan mata seraya berjuang mengingat sesuatu. “ Kalau tidak salah… orang itu bernama Lee Byunghun. “

“ Uhuk! “ Myungsoo tersedak Americano yang tengah diminumnya, dan setelah ia berhasil menguasai diri, ia tampak hendak mengatakan sesuatu, namun Yiyoung bergegas menyela, “ Lee Byunghun? Siswa pendiam itu? Ouh, ayolah.. kau pasti bercanda. “ ia menggeleng tidak setuju.

“ Kau yakin? Yang benar saja! Dia tidak tampak seperti drummer, tidak sedikit pun! “ kali ini Myungsoo bersuara.

Kening Taehyung berkerut heran, reaksi mereka seolah menyatakan jika mereka mengenal siapapun-yang-disebut-Lee-Byunghyun-itu. Well, setelah berpikir lebih lanjut, ia rasa tidak semua, sebab Naeun tetap dengan tenangnya menyeruput secangkir hot chocolate. Taehyung mengangkat sebelah tangannya di udara, “ Tunggu.. jadi kalian semua mengenal Lee Byunghun? “

Myungsoo mengangguk mantap. “ Dia teman sebangkuku, dan jelas satu kelas dengan kami. “ jelas pemuda itu, sekaligus mewakili Yiyoung dan Naeun yang mengangguk setuju. Namun keterkejutan kembali melanda –dan kali ini bukan hanya Taehyung, tapi juga dua orang lainnya- ketika Naeun menambahkan, “ Dan dia sepupuku. “ Noh Yiyoung sontak menoleh pada gadis disampingya dan melempar tatapan intens. “ Bisa kau ulangi sekali lagi? “ ia mencoba memastikan tidak ada yang salah dengan indra pendengarannya. Dan benar saja, ia memang tidak salah dengar. Karena Naeun mengedikkan bahu dengan entengnya, “ Lee Byunghun adalah sepupu dari pihak ibuku. “

“ Kenapa kau tidak memberitahuku? Dan apa kau tahu dia pemain drum? “ Yiyoung mengajukan dua pertanyaan sekaligus, yang kembali dijawab Naeun dengan santai. “ Kau tidak pernah bertanya. Ya, aku tahu dia hobi bermain drum, tapi kurasa dia tidak akan mau bergabung dengan kita. Jadi, aku tidak merekomendasikan dia pada kalian. “

Otak Yiyoung tengah mencerna sebuah fakta, bahwa siswa pendiam di kelasnya itu adalah bagian dari keluarga Naeun, dan selama 5 tahun persahabatan mereka, ia tidak tahu-menahu mengenai hal tersebut. Bukannya ia ingin ikut campur dalam urusan keluarga mereka, tapi dia hanya sedikit syok.

“ Jadi, apa lagi yang kita ketahui tentang Lee Byunghun ini? “ Myungsoo bertanya. Dan sesungguhnya hal itu tidak mengherankan, berdasarkan status Myungsoo sebagai siswa baru. Walaupun ia sebangku dengan pemuda pendiam itu, ia baru mengenal dia selama beberapa hari.

“ Dia sangat pintar, selalu mendapat nilai tertinggi ketika ujian. “ Naeun membagikan info tersebut, dan segera ditambahkan oleh Yiyoung. “ Sejak tahun pertama, belum ada yang mengalahkan nilainya. Dia selalu berada pada urutan pertama dalam ranking paralel. “

Myungsoo terdiam sejenak, meletakkan tangannya di bawah dagu sembari larut dalam pikirannya sendiri. Hal itu berlanjut hingga beberapa detik kemudian, ia menjentikkan tangannya di udara,
Guys, I got an idea! “ seru Myungsoo. Ya, karena terlampau bersemangat, ia tak sadar jika telah menggunakan bahasa dari tempat asalnya, Amerika. Myungsoo menggerakkan jari telunjuk ke depan-belakang, sebuah gestur yang mengisyaratkan pada ketiga temannya untuk mendekat. Setelah itu, Myungsoo mengatakan, “ Aku akan menantang dia pada ujian tengah semester. “

“ Menantang apa? “ Perkataan pemuda itu terdengar bagai kalimat abstrak di telinga Taehyung, ia sama sekali tidak mengerti maksud Myungsoo.

“ Tentu saja nilai. Aku akan menang dan membuat dia bergabung dengan kita. “ jawab Myungsoo enteng seraya tersenyum bangga. Dengan santai pula ia kembali menyandarkan punggung pada sandaran kursi kafe, menyesap americano yang sempat terlantarkan.

Sementara Yiyoung-Naeun-Taehyung saling berpandangan, pikiran yang sama menghampiri kepala mereka. Dan setelah detik-detik canggung sarat keheningan, ketiga orang tersebut larut dalam gelak tawa. Tentu saja, itu hal yang lucu, karena bagi mereka, belum ada siswa lain yang dapat mengalahkan kejeniusan seorang Lee Byunghun. Dalam setiap ujian, ia selalu mendapat nilai sempurna, dan mungkin rekor terendahnya adalah 95. Dia adalah murid kesayangan para guru dan jelas incaran universitas terutama. Lee Byunghun adalah tipe murid dengan masa depan gemilang. Tipe manusia yang tidak perlu repot mencari pekerjaan nantinya, karena justru perusahaan yang akan mencari dia.

Mendengar tawa renyah ketiga temannya, Myungsoo sontak mendongak dan menatap mereka dengan pandangan heran. Kerutan terlukis jelas pada dahinya. “ Apa ada yang lucu? “ untuk beberapa saat, tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut. Hingga akhirnya Naeun yang telah berhasil menguasai diri, memilih untuk menuntaskan rasa penasaran Myungsoo. “ Kau yang lucu. Apa kau tahu seberapa cerdas anak itu? Ouh ayolah.. walaupun aku tidak tahu seperti apa tepatnya kemampuanmu, tapi mengalahkan dia? Itu semacam mission impossible. “

“ Sebaiknya kau ganti rencanamu, dude. Kau jelas akan kalah. “ timpal Taehyung.

Myungsoo mendesah pelan dan menaikkan kedua alisnya, “ Jadi kau bilang, aku tidak boleh mencoba ide itu? “

Yiyoung merespon dengan anggukan mantap dan tawa berkepanjangan, namun ekspresi serius di wajah Myungsoo tidak berubah sama sekali. Dia tampak serius, larut dalam pikirannya. Dan setelah tawa ketiga temannya reda, ia berdeham cukup keras dan membuat perhatian tertuju padanya. “ Teman-teman, jika kalian berpikir aku akan menyerah semudah itu. Maka kalian salah. Aku akan tetap mencobanya. “ ia mengedikkan bahu seraya memamerkan deretan gigi putihnya.

Keheningan sempat melingkupi atmosfir di antara mereka. Semuanya terdiam, masih tidak percaya dengan kenekatan Myungsoo. Taehyung menggeleng heran, Naeun menelengkan kepala, dan Yiyoung mendecakkan lidahnya, kemudian berkata, “ Kau tahu? Aku belum pernah melihat orang senekat kau.”  yang disambut Myungsoo dengan tawa.


***

Berhubung hari masih sangat panjang, dan keempat orang tersebut tidak memiliki kegiatan untuk dilakukan, maka mereka memutuskan untuk pergi ke tempat karaoke. Untungnya, tidak memerlukan perjalanan jauh, karena kafe dan tempat karaoke hanya berjarak satu blok, dan tentu dapat ditempuh dengan jalan kaki, yang memakan waktu 15 menit.

Hanya ada satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan tingkah mereka sore itu, yang tidak lain merupakan ‘kegilaan’. Jika bukan, lalu kau sebut apa situasi kedua remaja lelaki yang menarikan trouble maker? Ya, trouble maker yang itu, lagu dengan koreografi terlampau sexy. Itu mungkin wajar dan tampak menarik jika ditarikan oleh sepasang pria-wanita, dan jelas tergolong normal. Tapi yang terjadi sekarang, jauh dari kata normal.

Son Naeun menyaksikan aksi kedua orang tersebut, dengan tatapan menjijikan. Bahkan Yiyoung menjulurkan lidah dan menggumamkan “iyuhh” ketika Myungsoo menyandarkan punggung pada dada Taehyung dan perlahan menurunkan tubuhnya, yang tentu saja merupakan bagian dari koreografi. Lalu ketika bagian refrain, Myungsoo melebarkan sebelah tangannya ke samping, dan Taehyung mendekatkan kepalanya ke arah pemuda itu, membuat jarak di antara wajah mereka tidak lebih dari 15 cm.

Setelah 3 menit berlalu, lagu trouble maker pun selesai dibawakan. Yiyoung menghela napas lega karena aksi yang menyiksa matanya telah berakhir. Sedangkan Naeun memutar bola matanya jengah, terlebih saat Myungsoo membungkukan badannya sembari mengucapkan terimakasih dengan nada sopan yang dilebih-lebihkan. Di sampingnya, Taehyung sibuk memasang cengiran lebar. Kemudian pemuda itu mendaratkan pantat di sofa sebelah Naeun, dan berbisik padanya, “ Bagaimana pendapatmu tentang penampilan barusan? “ yang kemudian dibalas Naeun, “ Menjijikan.. pfft..”

Taehyung tertawa karena respon Naeun, dan setelah itu kembali mengarahkan pandangan ke depan. Ia sedikit heran mendapati Myungsoo yang tetap berada di posisi semula, dengan tangan masih setia mengenggam mic pula. Kedua alisnya terangkat seketika, “ Kau belum selesai? “

Myungsoo menanggapi pertanyaan Taehyung dengan melempar seulas senyum misterius, menggeleng pelan. Setelahnya, ia berdeham keras meminta perhatian. Usahanya berhasil, sebab kini ketiga pasang mata lain tertuju pada Myungsoo. Setelah keheningan mutlak yang cukup singkat, ia berkata, “ Ladies and gentleman, aku harap kalian menikmati lagu yang akan kubawakan. “

Backsound lagu TVXQ-magic castle mengalun lembut, merasuki tiap indra pendengaran mereka. Lagu slow tersebut amat cocok dengan tipe suara Kim Myungsoo, membuat tiap melodi terasa indah, menyentuh tiap relung jiwa hingga titik terjauh. Saat itu ketiga pendengar begitu terpesona, dan tidak ada yang mereka lakukan selain terdiam, menikmati tiap nada yang menembus gendang telinga. Mereka terbawa suasana.

Tak ubahnya dengan Noh Yiyoung, suara Myungsoo membuat sesuatu dalam dirinya bergetar hebat. Mungkin rasa itu tidak jauh berbeda dengan rasa kagum ataupun terpesona. Tapi ia merasa, jauh di dalam sana, ada sesuatu yang aneh. Dan jelas, hal tersebut tidak membuatnya nyaman. Namun walaupun begitu, manik hitamnya terus terkunci pada milik Myungsoo. Ia ingin kabur dari kedua manik Myungsoo yang seolah menenggelamkan dirinya dalam pesona namja itu, namun ia tak kuasa. Hingga detik-detik berikutnya, ia bagaikan tersihir.

Mabeobui seongeul jina neupeul geonneo
Eodumui dunggul sok meolli geudaega boyeo
Ije naui soneul jababoayo
Uriui momi tteooreuneun geoseul neukkijyo

(Past the magic castle and across the swamp
Inside the dark cave, I see you far away
Now hold my hand
It feels like our bodies are floating)

Jayuropge jeo haneureul
Naragado nollaji marayo
Uriape pyeolpyeojil sesangi
Neomuna sojungi hamkkeitdamyeon

(Even when we freely fly in the sky
Don’t be surprised
The world that is spread out before us
Is so precious, if we’re together)

Bahkan ketika lagu selesai dinyanyikan, dan Myungsoo kembali berjalan ke tempat duduknya, debaran aneh di dada Yiyoung belum juga berakhir. Berbeda dengan reaksi kedua temannya, yang sibuk bertepuk tangan dan bersiul kagum, Yiyoung memilih untuk diam, fokus dalam mengenyahkan rasa aneh tersebut.

Ia menggigit bibir bawahnya dan diam-diam melirik sosok sang pemuda berambut hitam kelam, sementara akal sehat Yiyoung tengah berseteru hebat dengan hati nuraninya. Tidak. Ini tidak mungkin. Ia tidak mungkin memiliki perasaan semacam itu.


***

Jarum jam terus bergulir ke kanan, tanpa disadari waktu telah berlalu begitu cepat. Tentu saja, detik demi detik yang dilalui akan terasa singkat ketika dihabiskan dengan para sahabat. Dan kini, sesosok gadis tengah melajukan langah, menyusuri jalanan Seoul yang sepi. Udara malam dingin menyapu lembut permukaan kulitnya. Hanya terdapat cahaya redup dari lampu jalan, di samping sinar rembulan yang menyapa. Naeun mendekap kedua tangannya di depan dada. Pada jam seperti ini, hawa malam memang menusuk tulang, apalagi bagi ia yang hanya menggunakan jaket tipis diluar kausnya, tentu tidak cukup untuk memerangi udara malam hari.

Langkah gadis itu tampak konstan, sesekali ia melirik ke kanan-kiri. Sekedar berjaga-jaga jika terdapat sesuatu yang tidak diharapkan. Jujur, sebersit penyesalan menaungi benak Naeun, seharusnya ia menerima tawaran Myungsoo atau Taehyung yang ingin mengantarnya pulang tadi –yiyoung tidak dapat menemani, karena ia memilih untuk bermalam di tempat bibinya, yang berada jauh dari daerah tempat tinggal Naeun dan Yiyoung- karena ketakutan menggelayuti diri Naeun kini. Bagaimana tidak? Ini sudah nyaris tengah malam, dan ia –yang merupakan seorang gadis dan tidak menguasai sedikit pun ilmu bela diri- dengan berbekal segenap kenekatan, memutuskan untuk pulang seorang diri. Walau jalan yang harus ia tempuh cukup familiar, namun tak urung ia merasa khawatir.

Dan kegetiran Naeun jelas terbukti benar, saat ia menangkap segerombolan pemuda sangar di ujung jalan melalui manik hitamnya. Ia terperanjat seketika. Refleks, ia melangkah mundur dan hendak bergegas mengenyahkan diri dari sana. Namun rupanya ia terlambat. Salah seorang pemuda telah melihat sosok gadis itu. Sang pemuda menampakan senyum separuh mengerikan, yang membuat ia kembali melangkah mundur. Ia dilanda ketakutan mendalam. Terlebih di saat ia membalikan tubuh dan hendak mengambil langkah seribu, sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang. Seketika, Naeun membeku di tempat, seolah sepasang kakinya direkatkan oleh lem super. Dengan kasar, pemuda tadi memutar tubuh Naeun ke arahnya, hingga kini mereka berhadapan langsung. Sekujur raga Naeun terasa dingin, kedua tangan terkepal erat. Ia takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Naeun melirik melewati bahu lebar pemuda tadi, dan dilihatnya dua sosok pemuda lain yang berjalan mendekati mereka. Probabilitas kabur miliknya semakin menipis. Sudah jelas ia tidak dapat lari kemanapun, karena kalaupun dapat, ia pasti tertangkap tidak lama setelah ia membebaskan diri.

“ Bos, apa yang harus kita lakukan dengan dia? “ salah seorang pemuda di belakang bertanya pada pemuda yang tadi mencengkeram bahu Naeun. Orang tersebut pun menjawab dengan seringaian, “ Tentu saja kita akan bermain-main dengan dia, apalagi? “ yang membuat sang penanya terkekeh. Sedangkan pemuda terakhir hanya menatap Naeun dengan tatapan tajam menusuk, entah apa yang dia pikirkan, sebab ketika Naeun balas menatapnya, ia hanya mendengus meremehkan.

Pemuda yang dipanggil ‘bos’ itu mencermati Naeun dari bawah hingga keatas, kemudian ia bersiul pelan, “ Kau lumayan juga.. “ desisnya. Naeun hanya terpaku di tempat, tidak sanggup untuk melawan ataupun sekedar menggerakan kakinya sejengkal pun dari sana.

“ Kujamin kita akan bersenang-senang malam ini, cantik. “ kali ini pemuda berambut pirang –yang tadi memanggil ‘bos’- mendekati Naeun dan mengelus rambut Naeun, nyaris membuat gadis itu terjungkal karena terkejut. Naeun tidak menyukai perilaku mereka, namun toh, di samping mengernyit jijik, ia tidak mampu melakukan hal lain.

Tiba-tiba saja, sang ‘bos’ mencengkeram pergelangan tangan Naeun dengan cukup erat, seraya berkata, “ Ayo ikut kami. “ tentu saja Naeun tidak mau. Ia mencoba sekuat tenaga untuk membebaskan tautan tangan mereka, namun ia tidak sanggup. Selisih tenaga antara dirinya dengan berandalan tersebut terlalu besar, hingga mengakibatkan Naeun setengah terseret mengikuti langkahnya. “ Le-lepaskan.. “ lirihnya, yang tentu tidak digubris oleh satupun.

Perlahan namun pasti, ketakutan semakin menyeruak dalam diri Naeun, menguasai batin gadis itu, membuat dadanya sesak. Dan kedua manik hitam Naeun terasa basah seketika. Kabut bening mulai tercetak di sana, dalam kedua mata indah Son Naeun. Seiring dengan keputusasaan yang muncul, ia memejamkan kedua mata, menyerah pada daya tarik yang membuat tubuhnya terseret entah ke mana. Naeun menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Tepat ketika ia hendak benar-benar menyerah dan menepiskan segala keinginan untuk melawan, Naeun merasakan tautan tangan ia dan pemuda tadi terlepas. Sontak, gadis itu kembali mengaktifkan indra penglihatannya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sang berandalan telah terkapar di tanah, dengan ujung bibir yang mencucurkan darah. Naeun mengikuti arah pandang orang tersebut, yang menatap penuh amarah pada sosok asing di hadapannya, sang pelaku. Namun sosok itu tidak lagi asing bagi Naeun, malah teramat familiar. Dia adalah sosok yang menemani Naeun selama ini, mengajari Naeun arti rasa sayang yang sesungguhnya, menghapus air mata ia dikala sedih.

Dia adalah Jeon Jungkook.

Kejadian berikutnya tidak terlalu mengejutkan, berdasarkan fakta bahwa Jungkook merupakan bad boy di SMA Jung Sang. Tukang pembuat masalah, trouble maker sejati. Namun sebagai seorang kekasih, Naeun tidak ambil pusing dengan predikat Jungkook selama ini, terlebih sekarang, dimana ia menggunakan kebolehannya dalam bidang berkelahi. Tidak membutuhkan waktu lama bagi seorang Jeon Jungkook untuk menumpas para berandalan dan membuat mereka lari terbirit-birit. Bahkan tidak sedikit pun luka menghiasi wajah tampan Jungkook, setelah ‘perkelahian’ tak imbang tadi.

Ia pun mendengus kesal dan melayangkan tinju ke udara, seolah menumpahkan amarah di sana. Kemudian, ia membalikkan badan dan melihat sosok Naeun –yang belum bergerak seinci pun. Jungkook mendesah pelan sebelum akhirnya berjalan ke arah gadis kesayangannya. “ Kau tidak apa-apa? “

Sungguh sebuah pertanyaan retoris. Naeun pun tahu itu, hingga ia tidak merespon kalimat tanya tersebut. Di samping syok yang menyerbu, ia juga tahu jika Jungkook telah mengerti kondisinya kini. Tentu saja, ia jauh dari kata ‘tidak apa-apa. “

Memutuskan untuk tidak mendesak gadis itu lebih lanjut, Jungkook hanya melempar senyum menenangkan. Ia menghela napas sekali lagi sebelum mendekap Naeun ke dalam pelukannya. Lega. Kelegaan sungguh mendominasi diri Jungkook, ia begitu lega karena gadis yang ia cintai tidak terluka sedikit pun. Dan ia merasa dewi fortuna tengah berpihak padanya, karena tepat di saat ia pulang dari berlatih basket sendirian, ia bertemu dengan Naeun –dan tentu saja gerombolan pemuda tadi. Hingga ujung-ujungnya, ia mampu melindungi gadis yang ia kasihi.

Hangat. Naeun merasa kehangatan merambat melalui sekujur tubuhnya, memberi sejenis aliran listrik menenangkan, pada saat Jungkook mendekap ia dalam rengkuhannya. Namun di balik kenyamanan dan kehangatan tersebut, ia tahu ada rasa lain yang ingin mendominasi. Rindu.

Walau ia masih merasa marah dan kesal karena perilaku Jungkook. Namun ia tahu, jauh di dalam sana, ia merindukan lelaki itu. Dan bahkan lebih fatal lagi, ia mencintai Jungkook.

“ Oppa, terima kasih.. dan.. aku merindukanmu. “ lirihnya.

Jungkook tersenyum tipis. Kemudian ia membebaskan sang gadis dari pelukannya dan menatap Naeun, dengan sorot mata sejuta makna. Tatapan yang penuh dengan kasih sayang dan rasa takut akan kehilangan. Tatapan ingin melindungi. Tatapan untuk selalu berada di samping gadis itu.

“ Aku lebih merindukanmu, Son Naeun. “


***



The Next Day, Sunday - Incheon airport.


Pandangannya melayang jauh, mengitari area dalam bandara yang luas. Sejauh mata memandang, yang mampu ia saksikan hanyalah beberapa orang asing, yang berhambur keluar melalui lorong kepulangan penerbangan.

Kening Yiyoung berkerut seketika. Jangan-jangan ia mendapatkan informasi yang salah? Sebab hampir 10 menit ia menunggu, orang yang ia harapkan kemunculannya belum juga tiba. Ia melirik jam tangan mewah yang bertengger manis pada pergelangan tangan kananya. 10.17. 2 menit lain baru terbuang percuma.

Ia mendesah pelan seraya kembali mendongakkan kepala. Namun tepat pada saat itulah ia melihat visual familiar dalam jarak pandangnya. Yiyoung memasang seulas senyum lebar dan melambai heboh. Pemuda tampan itupun tersentak ketika ia mendengar seseorang meneriakkan namanya. “ Hwang Minhyun! Oppa! “ obyek terpanggil pun menoleh, kedua manik matanya membulat terkejut, tapi sorot kebahagiaan jelas lebih mendominasi.

Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Yiyoung melarikan langkah dan melingkarkan lengannya pada pinggang Minhyun. Ia memeluk erat sang kekasih. Dan detik berikutnya, pemuda tersebut balas memeluknya tak kalah erat.

“ Aku merindukanmu, Noh Yiyoung. “



TBC…

6 komentar:

  1. Gue cinta banget genre school life! Daebak thor : )

    BalasHapus
  2. author-ssiiiii. barusan aku ngecoment lewat twitter. silahkan tolong di cek. mention dari @ELcupu . hehe maaf comentnya lewat twitter. soalnya disini susah ngirimnya-_-v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah dicek ^^ makasihhh banget support dan kritiknya ya. Bakal dilanjut kok, tapi sementara saya mau fokus ke 'Like a fairytale' dulu ._.

      Hapus
    2. siiiip. aku siap menunggu wkwk. tapi kalo udah ada kelanjutannya bisa info aku? ke @ELcupu aja bisakah bisakah bisakah? aku takut ketinggalan info-_-v

      Hapus
    3. wah makasih mau nunggu lho ._. iya sip!

      Hapus