ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 06 September 2014

Blazing Star [Chapter 1]




Blazing Star [Chapter 1]

by Stephcecil
Cast  : Kim Myungsoo, Son Naeun, Kim Taehyung, Noh Yiyoung, Lee Byunghyun / L.Joe
Lenght : Chaptered || Genre : School life, Romantic, Friendship || Rating : G / Teen
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is pure based my imagination.
A / N : Sebenarnya ini FF sudah lama teronggok di laptop saya -- tapi baru saya post hari ini. Soalnya saya keinget sesuatu yang membuat saya pengen lanjutin nih fanfic. Padahal fanfic request aja belum kelar -_-v maaf ya. Happy Reading and don't forget to RCL!





***



Author POV

Pemuda berseragam SMA itu menginjakkan kakinya di depan gerbang sekolah. Dilihat melalui seragam yang putih bersih, belum lama ia memiliki benda tersebut. Senandung kecil mengiringi langkah-langkah panjangnya  menuju ruang adminitrasi. Jujur, banyak yang harus diurus sebelum ia resmi menjadi siswa Jung Sang High School. 

Let’s Have Fun.."


                                                                             ***


Suasana riuh jelas terasa di dalam kelas X1-A, yang konon merupakan kelas unggulan, dimana mereka memiliki ‘kebebasan’ lebih dari murid lain. Contohnya, mereka dibebaskan untuk mengecat rambut ataupun mengenakan make up ke sekolah. Walau anak-anak yang berada di sana memiliki IQ di atas rata-rata, sikap mereka tidak menampakkan hal itu sama sekali. Bukankah selama ini murid pintar identik dengan sosok berkacamata, cinta ketenangan, dengan hobi menekuni buku seharian? Namun kasus kali ini berbeda.

Tak terkecuali dua anak manusia yang tengah menjahili Kim Taehyung, sahabat mereka sendiri. Sementara Taehyung memasang raut keruh, kedua pelaku hanya terkekeh kecil, tampaknya mereka bahagia melihat penderitaan pemuda itu. Dia memang salah satu most wanted di sekolah mereka. Namun bagi Naeun dan Yiyoung, Kim Taehyung adalah sahabat yang gemar mereka bully, dalam konteks bercanda, tentunya.

Yah! Kembalikan bukuku!“ Taehyung berusaha meraih buku miliknya, yang saat ini berada dalam genggaman tangan Yiyoung. Pemuda itu berjalan mendekati Yiyoung, sedangkan gadis pirang yang merasa terancam itu segera mengoper buku fisika Taehyung pada gadis lain yang tengah memamerkan cengiran lebar, dengan posisi duduk di atas meja.

“Eun! Tangkap!“ seru Yiyoung.

Son Naeun menoleh ke arah sumber suara, dan dengan sigap menangkap buku bersampul biru yang beberapa detik lalu terbang bebas di udara. Segera setelah buku itu berada di bawah kekuasaannya. Ia turun dari meja dan mengipas-ngipas kan benda tersebut sembari tersenyum penuh kemenangan, membuat kadar kekesalan Taehyung menukik.

“Noh Yiyoung, Son Naeun! Aku harus segera kembali ke kelas dan mengerjakan tugas semalam. Bisa-bisa Seunghyun saenim membunuhku!“ bentak Taehyung kalut. Ia memang bukan anggota kelas unggulan, tapi kelas tetangga, X1B, dan Taehyung sungguh bersyukur karenanya. Otaknya dapat terkontaminasi dengan tingkah konyol Naeun-Yiyoung jika mereka sekelas.

Just kidding …!“ Yiyoung menjulurkan lidah, seolah mengejek. .

“Jangan cemberut Taehyung-ah. Hahahaha.” Naeun tertawa lepas menyaksikan raut muram Taehyung. Dia dapat menebak pula apa yang tengah sahabatnya pikirkan. Apalagi jika bukan bayang-bayang sang guru fisika Killer, Seunghyun sonsaengnim?

Kemudian Naeun melirik sekilas jam tangan bermotif Hello Kitty yang melingkar manis pada pergelangan tangannya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 06.58. Hanya tersisa dua menit lagi hingga bel masuk berdering. Gadis itu menoleh ke arah Yiyoung sembari menaikkan sebelah alisnya, seolah memberi isyarat tertentu.

Dan Yiyoung mengerti isyarat tersebut.

“Ini bukumu Tae. Sana kembali ke kelas dan kerjakan tugasmu.“ Naeun memasang senyum manis seraya menyerahkan buku incaran temannya.

“Kau serius?“ kening sang korban berkerut dilanda heran.

Son Naeun merespon dengan anggukan pelan. Sementara Yiyoung sibuk menahan tawa, seakan mendapati hal menggelikan.

Arraseo, aku akan kembali ke—“

DING! DONG!

Perkataan Taehyung terpotong oleh bel masuk, berdering nyaring di seantero sekolah. Otomatis, bayang-bayang horror Seunghyun Saenim melintas dalam benak. Diapun menoleh ke arah E-Young dan Naeun dengan tatapan membunuh.


                                                                         ***



@Teacher’s Office


“Selamat Pagi sonsaengim.“

Suara bariton itu membelah keheningan yang sempat mendominasi ruang. Terdapat beberapa pengajar sibuk berlalu lalang, sedangkan sisanya duduk manis, berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Tak terkecuali Seohyun sonsaengmin yang baru ia sapa.

Lima hitungan detik berlalu.

Saenim? Hyun sonsaengnim?“ pemuda berambut kemerahan itu menaikkan volume suaranya. Namun tetap tidak ada respon dari sang wali kelas.

“Seo Jeohyun Saenim.“ L.Joe Mulai kesal. Ia mendecakkan lidahnya. Dalam hati merutukki kemampuan otaknya yang disebut-sebut ‘Jenius’ itu, sehingga menjadi sasaran empuk para guru ketika mereka mencari peserta kompetisi akademik.

Ne.. Lee Byunghun?“ Seohyun saenim mendongak. Meninggalkan sejenak tumpukan berkas-berkas yang sedari tadi ia tekuni. Kini pandangan Seo Jeohyun tertumpu pada sosok yang berdiri di hadapannya. Sedangkan L.Joe menarik nafas lega.

Saenim, saya disini untuk menolak penawaran berkompetisi“ Ujar Ljoe langsung pada pokok pembicaraan. Ia benci berbelit-belit dalam mengungkapkan sesuatu.

Wae?“

“Saya tidak tertarik mengikutinya.“ Jawab Joe. Dan Aku juga tidak pernah meminta IQ 200.

“Kau menyia-nyiakan kepandaianmu, nak.“ Seohyun saenim tetap kukuh membujuk muridnya yang satu itu. Lantaran dengan kemampuan Joe, presentase kemenangan tim Jung Sang dapat meningkat drastis. Perlombaan IT yang diadakan bulan depan memang tergolong penting.

“Bukan hanya saya yang pandai dalam bidang IT. Anda bisa memberi tawaran pada Lee Chaerin atau Kwon Jiyong. Saya yakin mereka akan menerimanya dengan senang hati.“ Sarannya.

Kalau boleh jujur, ia memang tidak pernah tertarik dengan segala jenis ‘perlombaan’. Membuat program, hacking, merupakan hobi dan spesialisasinya. Hanya saja, ia tidak berminat menjadikan bidang tersebut sebagai profesinya di masa depan.

“Saya permisi dulu saenim, Gamsahamnida.“ Joe pun undur diri dan keluar dari ruangan tanpa berkata apapun lagi.


                                                                              ***



Kim Taehyung terdiam di sudut kelasnya yang terlihat kosong. Bel pulang telah berbunyi kira-kira 30 menit lalu. Tetapi ia enggan pulang ke rumah. Appa dan Eommanya jarang pulang, sibuk berkubang dalam pekerjaan masing-masing. Rumah keluarga mereka terasa terlalu besar bagi Taehyung.

Dikeluarkannya sebuah gitar akustik dari hardcase hitam yang kerap dibawanya kemana-mana. Benda itu sudah seperti jimat. Seusai menyetel gitar kesayangan, ia mulai menarikan jemari di atas senar dengan lihai, bak pemain profesional.

Jreeeng.. Jrengg..

"I’m Officially missing you~“ Tanpa sadar, suara bassnya mengiringi nada-nada petikan gitar.



                                                                         ***



Kim Myungsoo berjalan melewati koridor sepi sekolah. Ia berdendang kecil sembari melangkah santai. Urusan administrasinya telah selesai diurus, dan besok adalah hari pertamanya sebagai siswa SMA Jung Sang, sekolah kalangan elit Seoul. Ia tidak khawatir mengenai perbedaan bahasa, karena masa kecilnya dihabiskan di Korea hingga berumur 10 tahun. Bahkan, ia bersemangat menghadapi hal-hal baru. Sekolah baru, lingkungan baru, dan mungkin teman-teman baru?

Langkahnya terhenti ketika suara petikan gitar tertangkap oleh gendang telinganya. Tunggu, bukan hanya petikan gitar, namun ada nyanyian pula. Ia mengintip ke dalam kelas kosong -yang diduganya sebagai asal sumber suara- lalu memutuskan masuk ke dalam tak lama kemudian.

Myungsoo melihat sesosok pemuda tengah berkutat dengan gitar, tampak larut dalam dunianya sendiri hingga tidak menyadari keberadaan Myungsoo. Melalui lagaknya bermain instrumen, ditariknya kesimpulan bahwa pemuda itu cukup jago.

“Hai.“ Sapa Myungsoo tiba-tiba. Sontak Taehyung terlonjak kaget, secara otomatis menghentikan kegiatannya memetik gitar.

“Hai juga.“ Taehyung membalas sapaan Myungsoo, kaku. Kedua manusia yang tidak saling mengenal satu sama lain itu terjebak dalam kecanggungan. Myungsoo yang sedari tadi berdiri, mengambil inisiatif untuk duduk tepat di samping Taehyung, di atas meja -jangan ditiru.

“Kenapa berhenti? “ tanya Myungsoo, tetapi tatapannya menghadap lurus ke arah papan tulis.

“Apanya?“

“Mainkan gitarmu lagi.“

Taehyung terdiam sejenak. Ia dibuat bingung dengan tingkah manusia asing ini, yang bahkan baru ditemuinya tak sampai 10 menit lalu. Apa maksudnya tiba-tiba datang, menyela permainanku, dan kemudian menyuruhku melanjutkannya kembali? ia membatin. Namun, pada akhirnya memutuskan untuk memenuhi permintaan Myungsoo.

Jreeengg.. Jreeengg

Petikan gitar akustik sekali lagi mendominasi kelas kosong tersebut, kemudian suara lain menyusul, bergabung dengan melodi gitar Taehyung.

Namjaga Saranghalttae,, Neon sesang..

Musik adalah sebuah bahasa. Ketika kata-kata gagal menyampaikan sebuah maksud, biarkan musik  berbicara. Paradigma ini terbukti benar oleh Myungsoo dan Taehyung. Musik berhasil mencairkan balok es diantara mereka, kendati baru pertama kali bersua.

                                                                           ***



“Gunakan teknik pernapasan perut dan berhentilah bernyanyi dari tenggorokan.“ Lelaki yang tampak berada di pertengahan 20an itu mengomentari nyanyian Yiyoung, tetap tidak merasa puas dengan performa muridnya.

Okay, baiklah, nanti kita lanjutkan lagi. Tapi sekarang aku ingin istirahat. “ pinta Yiyoung. Setelah menggunakan pita suaranya selama 20 menit, kerongkongannya terasa kering kerontang. Bernyanyi memang hobinya sejak kecil. Namun latihan vokal nyaris setiap hari tak urung membuatnya letih. Dan kalau boleh jujur, ia lebih memilih bermain gitar bass dibanding bernyanyi. Namun apa boleh buat? Orang-orang di sekitarnya secara tidak langsung ‘memaksa’ Yiyoung untuk fokus di bidang vokal. Begitu pula orang tuanya, menurut mereka, menjadi penyanyi jauh lebih menjanjikan daripada berprofesi sebagai pemain bass dalam sebuah band-yang merupakan impiannya.

“Noh Yiyoung, kita baru saja mulai latihan.“ tolak Kim Sunggyu, pelatih vokal Yiyoung.

“Aku lelah, bosan."

Ia mengabaikan helaan napas sang pelatih dan duduk di sofa ruang tengah, tempat latihan mereka. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Diambilnya benda elektronik itu dari saku celana pendek, lalu tersenyum bahagia saat melihat ID penelepon pada layar touchscreen.

Secepat kilat, ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan, seraya membentuk jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf ‘V’, tanda peace yang ditujukan untuk Sunggyu. Sedangkan sang pelatih hanya kembali menghela napas, pasrah.

Yeobseo?“

“Yiyoung-ah?

Oppa? Bagaimana kabarmu? Kenapa kau jarang sekali menghubungiku?"

Yiyoung mendengar gelak tawa kekasihnya di seberang sana.

Ne, aku baik-baik saja disini. Aku tidak bisa menghubungimu karena sibuk, maaf."

"Ah, jadi begitu.."

"Omong-omong, kau bisa menjemputku di bandara?"

Manik Yiyoung membulat seketika, "Ne? Ada apa memangnya?"

Hwang Minhyun atau biasa dipanggil Minhyun , yang juga merupakan kekasih Yiyoung itu tidak sedang berada di Seoul. Beberapa bulan terakhir dihabiskannya di USA untuk mengikuti program pertukaran pelajar. Dia memang merupakan murid unggulan, sekaligus violinist -pemain biola.

Eish, kau ini pintar tapi menebak hal semacam ini saja tidak bisa? Aku kembali ke Korea minggu depan.“ jawab Minhyun mantap. Backsound percakapan berbahasa Inggris terdengar samar dari telepon. Agaknya ia sedang berada di sekolah.

Omo, benarkah?“ Yiyoung mencoba memastikan, suaranya terdengar melengking karena terlalu bersemangat. Tentu saja, hampir 5 bulan mereka tidak bertatap muka.

“Kau pikir aku bercanda? Aku benar-benar akan pulang 5 hari lagi.“

Ey, Bukan begitu. Oke, aku akan menjemputmu nanti. “

"Baiklah, sampai jumpa minggu depan. Saranghae!"

"Nado Saranghae!"


                                                                              ***




“Jadi, kau berniat membentuk band?

Pertanyaan pemuda berwajah ala flower boy itu terlontar, seusai ditandaskannya sebotol air mimun dalam sekali teguk. Ia melempar botol plastik kosong itu ke arah Myungsoo -di sampingnya- yang lantas melakukan lemparan sejauh setengah meter ke tempat sampah di depan mereka.

Masuk. 

Myungsoo bersiul.

"Yeah, begitulah."

Taehyung mengubah posisi duduknya yang semula berjongkok menjadi bersila di atas ubin keabuan di pinggir lapangan basket SMA Jung Sang, sementara raut wajahnya berangsur antusias. Sesungguhnya, ide membentuk band sering tersangkut dalam otaknya. Hanya saja, minatnya tak cukup besar untuk direalisasikan.

Dan mungkin ini adalah kesempatan yang diturunkan dari langit.

"Apa kau sudah merekrut personil?“

"Untuk saat ini, anggotanya baru aku," Myungsoo menunjuk hidungnya, "Dan aku baru saja ingin merekrut kau," telunjuknya diarahkan didepan wajah Taehyung dengan senyum lebar. "Apakah kau mau bergabung?"

Taehyung balas tersenyum lebar -ia tidak ingat kapan terakhir kali bersikap sesantai ini terhadap orang asing. "Tentu saja aku mau, dude."

"Deal."

Keheningan sejenak mengambil alih, karena keduanya sibuk melamun. Dalam kasus Myungsoo, ia memikirkan kematangan rencananya, berhubung perekrutan Taehyung baru merupakan titik awal. Untuk studio latihan, ia yakin bisa menyewa salah satu dari sekian yang tersebar di sekitar area sekolah. Sedangkan para personil-

"Tae, apa ada orang yang bisa kau rekomendasikan sebagai keyboardist, drummer, atau bassis?"

Taehyung mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk, dengan kepala menengadah ke atas langit sore -pose berpikir klasik. "Em, kalau drummer aku tidak tahu. Tapi aku mengenal seorang pemain bass dan keyboardist."

"Bisa kau bujuk mereka untuk bergabung?"

Taehyung meringis, "Apa kau yakin bisa mengatasi mereka? Mereka sedikit konyol."

Sang lawan bicara menaikkan alis, rasa penasaran mulai menghampiri, "Memangnya mereka siapa? Kalau benar jago sih, aku tak masalah."

Taehyung berdeham sebelum mulai menjelaskan, "Si bassis ini namanya Noh Yiyoung. Dia berasal dari keluarga musisi, Ibunya seorang pianis dan Ayahnya komposer. Konon, dia sudah mendalami musik sejak berusia lima tahun. Spesialisasnya gitar bass dan menyanyi."

Taehyung menarik napas.

"Kalau Son Naeun, dia adalah keyboardist piawai yang gelar menyambar gelar juara di sana-sini. Kabarnya mulai hiatus tahun ini karena ingin fokus belajar. Dia juga lihai mengcompose lagu. Oh ya, dua orang ini adalah murid kelas unggulan, XIA."

Myungsoo mengangguk paham.

Kelas unggulan, berarti kami akan sekelas.

"Baiklah, aku akan merekrut mereka besok."


                                                                         ***


The Next Day
Seoul, Son Naeun House
05.00 AM

Kamar itu cukup luas dengan satu tempat tidur berukuran besar, dua lemari, Satu kamar mandi pribadi, dan berbagai fasilitas lain yang wajar ditemui dalam sebuah kamar dalam rumah yang bisa dikatakan mewah.

Seulpeun hajiman nonono.. honje-“

Sebuah tangan dengan kasarnya menyambar sumber suara tersebut, yaitu handphone miliknya sendiri. Ia meraba-raba layar TouchScreen benda tersebut. Mencari cara agar suara berisik itu dapat dihentikan. Selang beberapa detik kemudian, suara itu berhenti juga.

Son Naeun menggeliat di atas tempat tidur, masih sibuk bergulat dengan selimut pink yang dengan setia menyelimuti tubuhnya. Dengan enggan yeoja itu membuka matanya. Jujur ia masih sangat mengantuk. Semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyaman, berbagai pikiran negatif tentang hubungan Taemin Oppa dengan noona-noona nya itu sungguh membuatnya pusing. Dan akhir-akhir ini ia mendapat surat kaleng dari salah satu ‘fans’ namjachingunya tersebut. Lee Taemin memang merupakan siswa yang populer. Dan itu membuat repot Naeun yang berstatus sebagai yeojachingu namja itu.

Naeun bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di samping tempat tidur. Melirik sekilas jam berwarna pink dengan tema Hello Kitty yang terpasang anteng di dinding kamarnya. Pukul 05.00. Ia bangun cukup pagi.





***



Jung Sang High School
06.40 AM

” Aishh.. rambutku. Aku benar-benar lupa menyisirnya tadi pagi. ”

Noh Yiyoung berusaha merapikan rambut blondenya dengan berbagai ‘cara’ walau pada kenyataannya sekeras apapun usaha yeoja tersebut membuat rambut kebanggaannya menjadi rapi dengan fasilitas seadanya – tangannya, tidak terlihat hasil yang begitu signifikan. Ia mendesis kesal sebelum akhirnya memutuskan untuk menyerah. Segera setelah ia berhasil memarkirkan sepeda motornya dengan benar di tempat parkir sekolah, yiyoung segera berjalan menuju kelas. Yeoja itu sedikit terburu-buru karena tampaknya tidak banyak waktu yang tersisa sebelum bel masuk berbunyi.

BRUK!

Seperti halnya Kejadian yang klise dan kerap terjadi dalam roman picisan, adegan ‘romantis’ dimana seorang yeoja menabrak namja dengan tidak sengaja. Begitupun yang dialami yiyoung saat ini. Ia menabrak seseorang, namja berwajah tampan dengan wajah seperti malaikat versi pria. Matanya termasuk sipit namun dengan pesona ‘killer eyes’, kulit yang putih bersih, rambutnya yang berwarna hitam legam ditata agak acak-acakan.

Dia sangat tampan…
“ Mianhe. Aku tidak melihatmu tadi “ tanpa diduga namja itu meminta maaf padanya. Apa ini? Bukankah harusnya dia yang meminta maaf?
“ A-Annii.. harusnya aku yang.. – “

“ Permisi.. “

Sebelum Yiyoung sempat menuntaskan kalimatnya, namja itu sedikit membungkukkan badannya sembari berlalu pergi dari tempat parkiran. Meninggalkan yiyoung dengan segelintir rasa penasaran yang merayapi dirinya. Siapa namja ini? Ia tidak ingat pernah melihatnya.



                                                                          ***



“BRUK! “ bunyi tas yang dilempar dengan serampangan oleh seseorang, namun untungnya mendarat dengan manis di atas bangku sang pemilik tas. Segera setelah tasnya berada di tempat yang seharusnya, Noh Yiyoung segera duduk di bangkunya. Tepat di samping seorang yeoja, yang kini sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja mereka. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi yiyoung untuk menyadari mood sahabatnya tersebut.

“ Yah, Naeun-ah! “

Tidak ada reaksi.

“ Naeun-ahhh.. “

“ Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu. Atau dengan siapapun saat ini. “

“ Yah, kau kenapa lagi? “ tanya yiyoung penasaran. Namun Naeun tak mengindahkan pertanyaan sahabatnya. Sebenarnya, sejauh ia mengenal naeun, jarang-jarang mood yeoja tersebut menjadi down seperti kali ini. Apakah terjadi sesuatu dengan keluarganya? Kurasa tidak. Ah.. kalau begitu. Apakah karena..

“ Kau bertengkar dengan Taemin oppa? “ tebak yiyoung tepat sasaran. Son Naeun masih tidak menjawab. Namun ia dapat mendengar yeoja itu menghela nafas panjang, kebiasaan yang kerap dilakukannya ketika suasana hatinya benar-benar buruk.

“ Apa kau merasa cemas karena para yeoja kelas 2 dan 3 yang genit itu? Tenang saja, dari cara Taemin oppa melihatmu. Aku bisa mengetahui jika namja itu benar-benar ‘jatuh’ padamu”

“ Kau bisa mengatakan itu karena memiliki kekasih yang selalu memperhatikan dan lengket denganmu, Hanya kau. “ Naeun member penekanan pada kata terakhir.

Yiyoung terdiam sejenak. Otaknya sibuk mencerna perkataan Naeun. Jika dipikir lagi, memang ia selalu berada di dekat Minhyun, begitupun sebaliknya. Hwang Minhyun, sebelum mereka resmi menjadi pasangan – 6 bulan lalu – pemuda itu merupakan teman dekat yiyoung sejak Sekolah Dasar.

“ Yah.. tapi tetap saja.. “

KRIIIINGG!!

Yiyoung tidak sempat melanjutkan kata-katanya karena tepat pada saat itulah bel berbunyi. Dan selang beberapa detik kemudian, seorang yeoja yang biasa dipanggil para murid ‘Seohyun saenim’ itu memasuki kelas. Sebenarnya merupakan pemandangan yang biasa, namun pagi itu ada satu hal yang menarik perhatian yiyoung.

Seorang namja yang tampak tak begitu asing di matanya, berjalan mengekor di belakang Seohyun saenim. Wajahnya tampan dengan tubuh yang proporsional. Namun bukan dua hal tersebut yang menarik perhatian yiyoung. Namja itu.. namja yang di parkiran tadi pagi!

Penjelasan singkat dari seohyun saenim-tentang identitas namja tampan yang ternyata merupakan siswa pindahan dari Amerika, hanya masuk-keluar telinga yiyoung. Tak digubrisnya.

Tatapan serta fokus Yiyoung terkunci pada sosok namja tampan yang kini berjalan menuju ke arahnya. Tunggu? Mengapa ia malah kemari? Mendadak ia dilanda kegugupan. Dan kadar kegugupan itu semakin meningkat ketika Myungsoo duduk tepat di sebelah kiri bangku milik Naeun-yiyoung.

Ouh. Sungguh kebetulan yang mengejutkan.

Sebelum myungsoo mendaratkan pantatnya di kursi, ia sempat melirik yiyoung sekilas. Tak lupa memamerkan seulas senyum tipis.

Perbuatan myungsoo berhasil membuat rona wajah yiyoung memerah. Persis kepiting rebus. Ia salah tingkah. Sebenarnya apa yang salah dari dirinya? Ayolah, dia sudah memiliki kekasih yang luar biasa, hwang minhyun.

Yiyoung menggelengkan kepalanya, seolah berusaha menyingkirkan pemikiran aneh yang merasuki dirinya. Sementara itu, son naeun tetap menelungkupkan kepalanya di atas meja, dengan kedua lengan sebagai bantalan kepala. Naeun terlampau dirundung kegalauan, ia tidak mempedulikan keadaan sekitar.


                                                                         ***


Kedua sahabat dekat itu berjalan bersama menuju kantin sekolah. Ekspresi yang terlukis pada wajah mereka benar – benar berbanding terbalik. Pancaran kebahagiaan jelas terlihat melalui raut wajah Noh Yiyoung. Sedangkan naeun? Dengan setengah hati ia berjalan, diiringi ekspresi murung yang tak lepas dari wajahnya sejak tadi pagi.

Hanya butuh sekitar 2 menit bagi mereka untuk tiba di kantin sekolah. Taehyung melambaikan tangannya, secara tak langsung menyuruh mereka untuk bergabung di meja tempat Taehyung berada. Ya, kira-kira 15 menit sebelum bel istirahat berbunyi, Taehyung mengirim pesan singkat pada Yiyoung, menyuruh mereka untuk berkumpul. Ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Naeun-yiyoung.

Dan akhirnya disinilah mereka. Duduk di meja kantin sembari menikmati minuman masing-masing. Ketiganya sedang tidak ingin mengisi perut dengan sesuatu bernama makanan.

" Jadi, apa yang ingin kau katakan?" Tanya Yiyoung. Sebelah tangannya memegangi pinggiran gelas berisi ice tea. Sedangkan yang sebelah lagi digunakan yiyoung untuk menepuk pelan punggung naeun. -Gadis itu kembali menghela nafas panjang, entah untuk beberapa kalinya-.

" Kenapa dia? " bukannya menjawab pertanyaan yiyoung. Taehyung malah balas bertanya. Segelintir rasa bernama penasaran merayapi dirinya begitu melihat gelagat Naeun yang tak seperti biasanya.

" Err.. Sebenarnya ini tentang.. "

" Jangan dibahas "

Larangan bernada dingin Naeun membuat yiyoung bungkam seketika. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, seolah memberi isyarat pada Taehyun gagar tak membicarakan hal ini sekarang.

Dalam beberapa menit kedepan, hanya keheningan yang tercipta di antara mereka. Hingga pada akhirnya Taehyung angkat bicara.

" Jadi begini.. ada seseorang yang baru kukenal. Dan dia ingin membentuk band. Dia menjadi vokalis utama, juga gitarisnya adalah aku dan orang itu... "

Kata-kata yang baru meluncur dari bibir Taehyung sedang dicerna oleh otak Yiyoung. Perlahan namun pasti, membentuk sebuah hipotesis yang kini tertanam dalam benak gadis itu. Kini Noh Yiyoung telah paham akan arah pembicaraan mereka. Namun ia tetap diam, menunggu Taehyung memberi penjelasan.

“ Kalian tahu kan, sebuah band tidak mungkin berjalan dengan gitaris dan vokalis saja? Jadi, aku ingin mengajak kalian berdua untuk bergabung dengan kami. Sebenarnya itu ide dia.. dan awalnya aku tidak setuju. Tapi bagaimana lagi? “

Kim Taehyung mendesah pelan. Ia masih tidak rela berada dalam grup yang sama dengan mereka. Sudah dipastikan ia dibully habis-habisan. Namun tidak ada jalan lain, dan ia terpaksa menerima keputusan Myungsoo.

Yiyoung dan Naeun saling berpandangan. Menatap satu sama lain dengan sorot mata penuh arti. Tidak perlu kemampuan telepati untuk mengetahui apa yang terdapat dalam pikiran masing-masing. Yah, itulah keajaiban dari seorang sahabat.

Baru saja Yiyoung akan membuka mulutnya untuk mengatakan keputusan mereka, tindakannya terhenti ketika ekor mata Yiyoung menangkap sosok yang menarik perhatian gadis itu sejak tadi pagi.

Dia yang kutabrak di tempat parkiran! Anak baru itu…

Sosok itu pun melangkahkan kakinya menuju meja tempat Naeun, Yiyoung, serta Taehyung berkumpul. Yiyoung mengerutkan keningnya. Ia bingung. Hal yang sama juga dirasakan Naeun. Dan kadar kebingungan kedua orang itu makin meningkat ketika Taehyung memperkenalkan identitas orang tersebut.

“ Perkenalkan, dia Kim Myungsoo. Orang yang kubicarakan tadi. Kalian pasti sudah saling kenal, bukan? Dia juga masuk kelas unggulan “

.

.

.

TBC…

3 komentar:

  1. Aduh yaampun ini ceritanya tentang anak band? ._.
    Sip sip thor. Lanjutin ya?!! penasaran nih

    -lidya-

    BalasHapus
  2. Keren ceritanya ^^ tapi masih ada beberapa tulisan yang perlu diperbaiki. Ditunggu next-nya Chingu :)

    BalasHapus