ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 20 September 2014

The Ice Prince And The Nerd Girl [Chapter 1]




 TheIce Prince And The Nerd Girl || Farikha Kwon (@farikha9358) || Romance, school life, and other || Teen || Chaptered || Oh Sehun (EXO).
Kwon Ji Ri (OC).
Support Cast:
Park Chanyeol (EXO).
Kim Jong In (EXO).
Jung Soojung (F(x)).
Kwon Jiyong (Big Bang).

Disclaimer: Plot is main, story from my imagination, semua tokoh ada yang punya, yang punya pasti bukan saya *bukk.
A/N: Hello Readernim semua.., aku kembali dengan FF baru *ketawajail. Tanpa perlu ngomong lagi, happy reading and don't forget to RCL ^^


PS: Nerd adalah: sebutan untuk orang2 yang yang unik, yang tergila-gila dengan aktivitas pendidikan, dan memiliki pengetahuan yang luas. Ciri2 fisik, berkacamata dan baju yang selalu dimasukkan.


Sorry for typo and happy reading ^^
Fan Fiction ini juga dipublish di Richos Land


  Berkali-kali yeoja berseragam SMA SOPA itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Bibir tipisnya tak henti-hentinya menggumamkan serentetan doa, berharap keterlambatannya hari ini bisa dimaklumi oleh Ahjussi penjaga sekolah.


  Di dada sebelah kanan yeoja itu, terdapat papan nama kecil yang bertuliskan 'Kwon Ji Ri'. Tanpa memedulikan pejalan kaki yang ia lewati, Ji Ri terus memacu kedua kakinya untuk tetap berlari.


  Seragam sekolah yang ia kenakan nampak sedikit berantakan. Tapi, siapa yang peduli dengan penampilannya. Yang terpenting sekarang adalah, berhasil masuk ke sekolah tanpa masalah.


  "Ahjussi.." Panggil Ji Ri dengan napas yang masih memburu, hingga bahunya naik turun, mengiringi setiap deru napasnya.


  Seorang laki-laki paruh baya yang dipanggil Ji Ri, hanya menyipitkan kedua matanya yang memang sudah sipit, hingga menyisakan garis pada matanya. "Kau boleh masuk. Tapi, kau harus menghadap Choi Songsaenim terlebih dahulu." Seru laki-laki yang mengenakan seragam khusus petugas keamanan tersebut.


  "Ne, Ahjussi.." Setelah mendengar ucapan Ahjussi itu, Ji Ri langsung melangkahkan kaki menuju dua orang laki-laki berbeda usia yang dimaksud oleh Ahjussi tadi. "Choi, Songsaenim.." Ucap Ji Ri sedikit ngeri, karena wajah Choi Songsaenim terlihat sangat garang.


  Laki-laki yang dipanggil Ji Ri beralih menatapnya. Sebelumnya, Choi Songsaenim terlihat sedang memarahi seorang namja yang berseragam sama seperti Ji Ri.


  "Kau.." Choi Songsaenim menyipitkan kedua matanya, menatap papan nama milik Ji Ri. " Kwon Ji Ri?"


  "N-ne, Songsaenim." Jawab Ji Ri dengan suara yang terdengar sangat ketakutan.


  "Ku harap, kau terlambat bukan karena jam weker-mu yang lupa untuk berbunyi, seperti Tuan Oh ini." Ucap Choi Songsaenim, sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah namja yang sedang menunduk di samping Ji Ri.


  Ji Ri menelan ludahnya dengan susah payah. Otaknya berpikir keras, berusaha mendapatkan alasan yang masuk akal untuk diucapkan kepada Choi Songsaenim. "Eumm..., saya terlambat karena saya ketinggalan bus jemputan, Songsaenim."


  Choi Songsaenim menaikkan sebelah alis matanya. Menuntut Ji Ri untuk memberikan alasan yang lebih jelas lagi.


  Ji Ri mengembuskan napasnya dengan kasar. Berusaha mengusir rasa takut yang sedari tadi menghinggapinya. "Saya murid baru, Songsaenim. Jadi, saya tidak tahu jadwal kedatangan bus jemputan."


  Choi Songsaenim menyeringai tipis, mendengar jawaban Ji Ri. "Tuan Oh, kau beruntung. Karena hari ini kau tidak dihukum sendirian. Ada Nona Kwon yang menemanimu." Choi Songsaenim terdiam sejenak, dan tersenyum tipis melihat kedua muridnya yang tersentak mendengar ucapannya. "Kalian harus memutari lapangan basket sebanyak 10 kali. Dan jangan protes, eoh?"


  Tanpa menunggu reaksi dari kedua muridnya, Choi Songsaenim melangkah meninggalkan lapangan basket menuju kelas XI- A tempatnya mengajar.


  Ji Ri hanya bisa pasrah dan harus menerima hukuman dari Choi Songsaenim. Ini salahnya, kenapa ia harus kabur dari pengawal Oppa-nya yang ditugaskan untuk menjaganya.


  Setelah Ji Ri meletakkan tas punggungnya di pinggir lapangan, ia langsung berlari mengekori namja yang dihukum bersamanya.


  "Hai.." Sapa Ji Ri sembari tetap berlari di belakang namja yang memiliki kulit seputih susu itu.



  Hening. Tak ada jawaban.



  Ji Ri mengembuskan napasnya dengan kesal, seraya menatap namja bermarga Oh itu dengan risih. Karena namja itu berlari dengan tetap mengenakan tas punggung hitamnya.



  "Ah, Choi Songsaenim memang kejam sekali.." Ji Ri membungkukkan badannya, dengan napas yang masih memburu. Puluhan tetes peluh mengalir lembut dari pelipisnya, membuat kacamata yang ia kenakan sedikit berembun.


  "Ini." Namja yang dihukum bersama Ji Ri, menyodorkan botol air mineral dingin tepat di depan wajah Ji Ri.


  Ji Ri menegakkan tubuhnya dan langsung menyambar botol minuman itu. Sedetik kemudian, ia langsung meneguknya hingga hanya tersisa botolnya saja. "Hehehehe..., maaf, aku sangat haus sekali." Ucap Ji Ri.


  "Hm." Jawab namja itu dengan wajah datarnya.


  "Kwon Ji Ri imnida, murid baru pindahan dari Amerika. Namamu Oh siapa?" Tanya Ji Ri dengan menyebut marga namja itu.


  "Oh Sehun." Jawabnya sembari melangkahkan kaki menuju kelas. Entah karena apa, perut Sehun terasa geli sekali saat mendengar setiap ucapan yang dilontarkan Ji Ri.


  Ji Ri hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Sehun, sembari mensejajarkan langkahnya dengan langkah Sehun.


  "Kelasmu di mana? Aku di XI- B." Ji Ri berusaha mengakrabkan diri dengan Sehun. Meski ia tidak terlalu yakin jika ia bisa akrab dengan mudah dengan namja sedingin es ini.


  "Di sini." Sehun berhenti tepat di depan kelas XI- B dan kemudian membuka pintunya dengan perlahan. "Selamat pagi Park Songsaenim. Mianhae, saya terlambat, lagi."


  Ji Ri hanya bisa terdiam mematung dengan mulut menganga dan kacamatanya sedikit melorot, saat ia mengetahui bahwa Sehun adalah teman satu kelasnya.


  "Nona Kwon, sampai kapan kau akan berdiri di tengah pintu seperti itu, hemm?" Seru Park Songsaenim yamg menyadarkan Ji Ri dari terkejutannya.


  "Ne, Songsaenim." Ji Ri langsung melangkahkan kaki menuju tempat duduknya, sesaat sebelumnya ia membungkukkan badan memberi hormat kepada guru yang sekaligus menjadi wali kelas-nya.


  "Kau terlambat lagi, Ji Ri?" Tanya teman sebangku Ji Ri yang bernama Kim Jong In, saat melihat Ji Ri sudah duduk di sampingnya.


  Ji Ri mengangguk sembari mengeluarkan buku catatan pelajaran Biologi, pelajaran yang paling ia sukai.


  Sembari menulis, Ji Ri mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Jong In, lalu bertanya, "Jong In, apa kau mengenal Sehun?"


  Jong In berhenti sejenak dari aktifitas menulisnya, kemudian ia mengangguk. Raut wajah Jong In berubah seketika saat mendengar pertanyaan dari Ji Ri. Ada sesuatu yang mengusik dirinya, membuat perasaan sakit seketika menyeruak menyerang ulu hatinya.


  "Kau kenapa, Jong In?" Ji Ri menyentuh kening Jong In dengan punggung tangannya. "Kau sakit?" Ji Ri bingung dengan perubahan wajah dan sikap Jong In.


  Jong In yang baru ia kenal kemarin berbeda dengan Jong In pada hari ini. Jong In yang kemarin sangat baik, humoris, bersahabat dan ramah. Bukan Jong In yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam seperti saat ini.


  "Kau jangan sekali-kali mendekati Sehun, eoh?" Ucap Jong In dengan serius, sembari menatap Ji Ri dengan begitu tajam.


  Ji Ri bingung sekaligus heran mendengar ucapan Jong In. Ia berusaha mencari kebohongan di dalam mata Jong In. Tetapi hasilnya nihil. Ji Ri justru mendapatkan keseriusan yang amat sangat dalam mata itu.



  "Wae?"



***



  Sehun melangkahkan kaki memasuki halaman rumah mewah yang terbentang luas. Setiap mata memandang, terlihat berbagai jenis bunga tumbuh dengan subur. Menambah kesan mewah nan indah pada rumah ini. Namun sayang, hal itu tak berpengaruh apa-apa untuk Sehun.


  "Selamat sore, Tuan Muda Sehun." Sapa beberapa pekerja yang bertugas menjaga rumah dari keluarga Oh. Selain menyapa, mereka juga membungkukkan badan saat Sehun melintas di hadapan mereka.


  "Hm." Seperti biasanya, hanya kata yang sangat singkat itu yang menjadi ucapan Sehun. Yang sangat sering ia ucapkan dalam keadaan apapun, termasuk saat bertengkar dengan Appa-nya.


  "Kau sudah pulang, Sehun?" Seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik, menyambut kedatangan Sehun dari sekolah.


  Tak ada jawaban. Hanya terdengar suara derap langkah kaki Sehun yang melangkah menuju kamarnya di lantai dua.


  Wanita yang resmi menjadi Eomma Sehun dua tahun yang lalu, hanya bisa menghela napasnya dengan pasrah. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk meluluhkan hati anak tirinya itu. Tetapi hanya sia-sia, Sehun tetap saja bersikap dingin terhadapnya.


  Sesampainya di kamar, Sehun langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur super besar miliknya. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya, yang sengaja dilukis abstrak namun terlihat sangat indah.


  Pikirannya melayang-layang mengingat setiap kejadian yang ia habiskan bersama Eomma kandungnya. Rasa rindunya tak terbendung lagi. Tapi apa yang harus ia lakukan, kecuali berdoa untuk Eomma-nya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu.


  "Sehun, ini oleh-oleh untukmu." Seru seorang namja yang secara tiba-tiba sudah berdiri di samping tempat tidur Sehun.


  "Aku tidak mau!" Sehun mendorong tangan namja itu dengan kasar, hingga membuat isi di dalam tas belanja yang disodorkan namja tadi jatuh berantakan di lantai.


  "Sehun, kau.." Namja itu menarik tangan Sehun dengan kasar, sampai membuat Sehun berdiri tegak dan sejajar dengan namja itu.


  "Aku tahu, kita bukan saudara kandung. Tapi, apa kau tidak bisa bersikap baik terhadapku dan Eomma-ku, hmm?" Tanya namja itu dengan tenang, berusaha menahan emosi yang kian lama kian memuncak.


  "Kalian bukan siapa-siapa untukku." Desis Sehun, sembari melepaskan tangannya dari genggaman tangan namja itu dengan kasar.


  "Kau memang sangat keras kepala, Sehun." Namja itu menatap Sehun dengan tatapan tidak suka.


  "Dan kau, Park Chanyeol, aku muak denganmu!"



  Hening. Tak ada suara yang menyahut lagi. Hanya saling menatap dengan tatapan benci dan tidak suka.



  Merasa sangat tidak nyaman dengan suasana seperti ini, sehun langsung menyambar jaket yang terletak di meja belajarnya dan langsung pergi meninggalkan Chanyeol yang masih berdiri terpaku menatap kepergiannya.


  Sehun mengendarai motor sport-nya dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan kendaraan yang hilir-mudik membelah jalanan kota Seoul. Bahkan Sehun tak memedulikan lampu lalu lintas yang mununjukkan warna merah.


  Hampir saja Sehun menabrak seorang pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan, kalau saja ia tidak cekatan menarik rem motornya, pasti sudah dipastian ia bakal masuk ke hotel prodeo.


  Pikiran Sehun kalut. Dalam hati Sehun berteriak, kenapa Appa-nya menikah lagi, kenapa Eomma-nya pergi begitu cepat. Dan yang paling membuatnya ingin menjadi seorang pembunuh adalah, kenapa Appa-nya membawa dua orang asing yang tidak pernah Sehun kenal, tapi ingin sekali merebut semuanya dari Sehun.


  Setelah hampir satu jam mengendarai motornya tanpa arah dan tujuan, Sehun memberhentikan motornya di area parkir sebuah pusat perbelanjaan.


  Entah ada angin apa, Sehun pergi ke tempat ramai seperti sekarang ini. Biasanya ia akan menghabiskan waktunya di tempat yang sepi dan sejuk, seperti di pantai.


  Sehun mengedarkan pandangannya di setiap sudut tempat di lantai tiga gedung ini. Tempatnya lumayan ramai, meski tidak seramai pada waktu akhir pekan.


  Mata Sehun tetap melihat kesana kemari, sembari menikmati bubble tea yang baru saja ia beli. Tiba-tiba saja, matanya mengunci sebuah obyek yang membuatnya sangat penasaran.


  Seorang yeoja tengah berlari dengan tergesa-gesa memasuki toilet khusus yeoja. Ia sangat tidak asing bagi Sehun, tubuh rampingnya, rambut cokelatnya yang dibiarkan tergerai, dan..., tunggu, di mana kacamatanya?



  "Apakah itu Ji Ri?" Sehun mengikutinya hingga di depan toilet.




***


 Ji Ri mengerucutkan bibirnya, ketika ia harus berjalan dengan dua orang pengawal yang berjalan di belakangnya. Ini semua karena Oppa-nya yang terlalu berlebihan memperlakukan dirinya. Setiap ia melangkah harus diikuti pengawal bertubuh tegap seperti mereka.


  Sembari berjalan, Ji Ri memutar otak, berusaha mencari ide untuk melarikan diri dari mereka.



  "Chaerin Eonni, Seungri Oppa, aku ingin bermain di Time Zone, kalian harus ikut bermain, eoh?" Seru Ji Ri sembari memandang dua pengawal berbeda jenis di hadapannya ini.


  Chaerin dan Seungri saling menatap, mereka seolah-olah saling bertanya satu sama lain hanya dengan lewat pandangan mata.


  "Jika kalian tidak mau, tidak apa-apa, aku bisa bermain sendiri, tanpa perlu kalian ikuti." Ji Ri berbalik arah, dan langsung melangkah meninggalkan Seungri dan Chaerin yang masih kebingungan.


  "Arasso, Nona." Seungri dan Chaerin hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Ji Ri. Dari pada mereka harus berhadapan dengan bos mereka, yang tak lain Oppa-nya Ji Ri, yang terkenal galak dan kejam, jika menyangkut tentang adiknya.




  "Sepertinya bermain balap motor sangat seru, bagaimana jika kalian memainkannya?" Ji Ri terlihat antusias saat berhenti tepat di dekat sebuah mesin permainan balap motor yang tersedia di Time Zone.


Chaerin dan Seungri kembali saling menatap. Apa mereka benar-benar harus melakukannya? Dengan usia seperti sekarang ini?


  Seungri menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, seperti itu hal yang paling sulit untuk dilakukan. "Tapi Nona, kita sudah bukan usianya lagi..."


  "Arasso.., tapi jangan salahkan aku jika nanti malam, Oppa akan memecat kalian." Ji Ri mengucapkannya dengan tenang, tapi mampu membuat Chaerin dan Seungri ketakutan mendengarnya.


  "Arasso, Nona." Dengan terpaksa, Chaerin dan Seuingri menaiki motor-motoran dan mulai memainkannya.



  "Ayo Eonni, kau pasti bisa mengalahkan Oppa.." Ji Ri terus menyemangati Chaerin, sembari berteriak tanpa memedulikan orang-orang di sekitar yang merasa terganggu dengan suara kerasnya.



  'Teruslah bermain, dan lupakan aku..' Ji Ri mengendap-endap, meninggalkan Chaerin dan Seungri yang tengah asik dengan permainannya. Mereka tak sadar, jika ini adalah bagian dari rencana Ji Ri untuk melarikan diri.




  "Ya! Nona Ji Ri, kembali kau!" Chaerin menyadari jika Ji Ri melarikan diri dari pengawasannya.


  Menyadari jika aksinya ketahuan, Ji Ri semakin mempercepat langkah kakinya. Tak peduli dengan rambunya yang berantakan.


  Ji Ri terus berlari di antara kerumunan pengunjung mall, sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan jaraknya dengan Chaerin dan Seungri masih sangat jauh.


  Ji Ri terus berlari, meski ia hampir menyerah. Ia harus tetap berlari, jika ia tetap ingin menikmati sore harinya tanpa diawasi oleh para pengawal Oppa-nya.




  "Akhirnya.." Ji Ri bernapas lega, saat ia berhasil melarikan diri dari Chaerin dan Seungri, dan bersembunyi di dalam toilet. Sebenarnya Ji Ri bukan hanya ingin bersembunyi di toilet, ia juga ingin mengubah penampilannya seperti saat ia pergi kesekolah. Rambut yang dikuncir asal-asalan dan sebuah kacamata berbingkai hitam yang menghiasi mata indahnya.


  Selesai mengubah penampilannya dengan kaus yang sedikit kebesaran, rok mini berlipit berwarna hitam dan sepatu keds, Ji Ri langsung keluar dari toilet. Bibirnya membentuk sebuah senyuman kebahagiaan, bagaimana tidak, untuk kesekian kalinya ia berhasil mengelabuhi pengawal-pengawal itu.



  "Ji Ri?" Seketika senyuman Ji Ri memudar, berganti dengan raut wajah kebingungan dan keterkejutan.



  "Se..., Hun?" Ji Ri salah tingkah, saat mengetahui jika Sehun yang menyapanya, "Untuk apa kau di sini? Toilet namja di sebelah sana 'kan?"


  Sehun terdiam, ia sendiri tak tahu untuk apa berdiri di depan toilet yeoja seperti sekarang ini. Menunggu Ji Ri? Oh ayolah, itu tidak mungkin. Sehun saja baru bertemu dengannya pagi tadi.


  "Aku sedang menunggu yeojachingu-ku." Sehun sendiri merasa aneh dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.


  "Oh...," Ji Ri hanya mengangukkan kepala mendengar ucapan Sehun. Timbul rasa ingin tahu dalam dirinya, tapi buru-buru ia membuang hal itu.


  "Itu Nona Ji Ri!" Teriak laki-laki bertubuh bongsor yang berpakaian serba hitam, berlari mendekat  ke arah Ji Ri dan Sehun.


  "Sehun, ayo kita lari.." Ji Ri menarik tangan kanan Sehun dan langsung berlari secepat mungkin bersama namja, yang menurut Jong In dan teman-temanya di sekolah sangatlah dingin kepada setiap orang. Tapi tidak untuk Ji Ri.


  "Hei, kau mau membawaku ke mana?" Tanya Sehun, di sela deru napasnya yang memburu karena berlari bersama Ji Ri.


  "Sudah, lebih baik kau diam saja!" Ji Ri terus berlari sembari tetap menggenggam erat tangan Sehun, tanpa mengetahui Sehun yang sedari tadi berlari dengan kebingungan.


  "Siapa kau, beraninya mengaturku? Lagipula, kenapa mereka mengejarmu? Kau mencuri, ya?" Sungut Sehun, walau sangat kebingungan, sama sekali tak terlintas dalam pikirannya untuk melepas genggaman tangan Ji Ri. Aneh memang. Tapi itu berhasil membuat Sehun merasa nyaman.


  "Menunduk Sehun, mereka semakin dekat!" Ji Ri membawa Sehun ke barisan tong sampah di area parkir, untuk bersembunyi.


  Sehun hanya menatap Ji Ri dengan wajah datarnya. Yeoja yang aneh, pikir Sehun.

   "Akhirnya, mereka pergi juga.." Ji Ri merasa lega untuk yang kedua kalinya, saat ia mengintip di balik tong sampah berukuran besar, dan melihat Chaerin, Seungri, dan dua laki-laki bertubuh bongsor yang mengejarnya tadi, berlalu pergi keluar area parkir.



  "Kenapa kau menatapku seperti itu?" Ji Ri sedikit salah tingkah, saat Sehun terus menatapnya tanpa berkedip.


  "Aniya, baru kali ini aku bertemu yeoja pabo sepertimu.." Ejek Sehun sembari berdiri dari tempat persembunyiannya, bersama Ji Ri tentunya.


  "Ya! Aku tidak pabo seperti yang kau pikirkan, Sehun!" Sungut Ji Ri sembari memajukan bibirnya.


  "Baiklah, kau tidak pabo. Tapi kau yeoja yang sangat aneh." Sehun berjalan santai, meninggalkan Ji Ri yang masih cemberut mendengar pendapat Sehun tentang dirinya.


  "Dasar, namja es kutub!" Ejek Ji Ri sembari mengepalkan sebelah tangannya di udara.


  Melihat Sehun tak memedulikan dan meninggalkannya, Ji Ri berbalik arah dan melangkah berlawanan arah dengan Sehun. Padahal rencana awal Ji Ri, menghabiskan sore di hari ketiga ia di Seoul, dengan bersenang-senang tanpa pengawalan. Tapi karena Sehun, semangatnya hari ini, menguap begitu saja seperti diterpa angin sore.





  "Ji Ri.." Sehun membalik tubuh Ji Ri secara tiba-tiba, dan sedetik kemudian, ia menatap Ji Ri tepat di manik mata cokelatnya.



  "W-wae, Sehun?" Ji Ri tersentak melihat Sehun yang menatapnya dengan begitu aneh. Apa Sehun kesurupan?.



  Sehun mendekatkan wajahnya dengan wajah Ji Ri, semakin lama semakin mendekat. Hingga tak menyisakan jarak di antara mereka.


  Ji Ri bisa merasakan embusan napas Sehun yang menyapu kulit wajahnya. Ini untuk pertama kalinya Ji Ri merasakan seperti ini. Jantung berdegup begitu cepat, memacu aliran darah dengan kecepatan di atas rata-rata.



1.


2.



3.


  Lembut, hangat, basah.



  Ji Ri merasa asing dengan ini, tapi ia begitu menikmatinya.



  Sehun mencuri ciuman pertamanya. Ya, mencurinya. Namja bermarga Oh ini mencuri ciuman yang Ji Ri jaga hanya untuk suaminya kelak.



  Lalu, kenapa Ji Ri tidak berinisiatif menghentikan ciuman yang semakin lama berubah menjadi lumatan ini.


  Entahlah, ciuman Sehun seperti menguras habis tenaga Ji Ri. Bahkan untuk bersuara saja, Ji Ri tak sanggup.



  Ya Tuhan, kenapa Sehun melakukan ini?




 To be continue.......


Mian kalau kurang memuaskan, namanya juga manusia, pasti banyak kekurangan. Jangan menjadi pembaca gelap. Gelap itu nggak enak, entar bisa numbur tiang *eh 





14 komentar:

  1. ini bagus.. tapi boleh saya koreksi judulnya/? Harusnya ice prince -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. gomawo Saeng, aku emang lemah kasih judul. kadang malah keliru terus ngmong bahasa inggrisnya :D

      Hapus
  2. Wah si Sehun berani amat. ._.
    Bakal ditabok kaga tuh #plak
    lanjut thor!

    BalasHapus
  3. Gomawo Chingu, sudah mau membaca FF-ku ;)

    BalasHapus
  4. Kayaknya bakal seru nih, ditunggu lanjutannya! :)

    BalasHapus
  5. Aduh baru baca ff ini haha udh ada kelanjutannya thor?

    BalasHapus
  6. keren thor,udh ada lanjutannya?

    BalasHapus
  7. Aw pas part akhirnya bikin ngfly ... Wkwkwk :D kece i like it ..

    BalasHapus