ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Kamis, 25 September 2014

Broken Marionette Doll


Broken Marionette Doll

by Stephcecil
Genre : Vignette, Angst, Romance || Cast : Kim Hyena (OC), Kwon Jiyong (BigBang)
Lenght : Ficlet ||  A/N : Saya kembali dengan genre Vignette.. Happy reading!

Summary :  
"Sejak hatiku mati, aku hanya mengenal dua jenis 'rasa', yaitu bahagia dan sedih"


***


Aku tidak tahu sejak kapan bilah es abadi ini mencair. Atau entah sejak kapan tembok besi pengekang rasa milikku hancur. Yang kutahu, hal yang telah lama kututup rapat itu terbuka lagi. Mungkin ini terdengar aneh bagimu. Namun sejak berbagai kejadian buruk merobek perasaan yang kumiliki, aku tidak dapat mengecap itu. Seolah seluruh indra mati rasa. Seolah aku tidak memiliki perasaan.  

Hidup ini bagai sebuah jalur tanpa ujung dan arah, dan disana, sepasang kaki terus melangkah tanpa tujuan. Berjuta kali tersandung, tersesat, dan terjatuh dalam lubang hitam. Aku hidup bagai boneka marionette tanpa tuan. Tiada ekspresi lain yang mampu kulukiskan pada wajah ini, selain datar dan muram. Manik hitam yang dahulu terisi dengan pancaran kebahagian, kini begitu kelam. kosong. 

Sejak hatiku mati, aku hanya mengenal dua jenis 'rasa', yaitu bahagia dan sedih. Sedangkan yang lain? terpendam jauh di dalam sana. Terlalu dalam dan curam untuk digali, sekaligus berbahaya.

Hingga akhirnya seseorang muncul dalam hidupku. Sesosok pria dengan kepribadian secerah mentari. Dengan senyum lebar serta sifat konyolnya. Dia kekanakan, begitu pikirku pada awalnya.

Aku tidak tahu apa yang begitu menarik dari dirinya. Wajahnya terkesan biasa di mata ini. Namun entah mengapa dia bagai magnet bagiku. Seolah dia adalah galaxy, dan akulah salah satu planet yang mengitarinya. Dan entah mengapa pula, perasaan terkutuk itu kembali melanda diri.

" Hei, jangan melamun. Kau ingin terkena amukan sonsaengnim? "

Aku teringat ketika kalimat tersebut meluncur dari bibirnya, sebagai sebuah teguran yang diarahkan padaku. Tak dapat kulupakan pula seulas senyum lebar yang ia pamerkan, membuat degup jantung ini berubah abnormal. Berdebar kencang seolah lepas kendali. Seiring semburat merah muda yang muncul di kedua pipiku. 

Sungguh. kupikir aku telah membuang perasaan semacam ini. kupikir aku tidak akan mengalaminya lagi. Hingga saat aku mengenal dia. Kwon Jiyong. Dialah matahari baruku.

Perasaan nyaman itu muncul ketika aku berada di dekatnya. Dan tanpa dapat kuhalangi, sesuatu terus tumbuh di dalam diri, membuatku merasa gelisah. Aku ingin dia selalu ada di sampingku. Aku ingin dia tersenyum hanya untukku. Aku ingin dia menjadi orang yang menjagaku. Aku ingin seorang Kwon Jiyong menjadi milikku.Hanya milikku.

Sang perasaan mulai bertempur melawan akal sehatku, mencoba merobohkan tembok pertahanan kokoh yang selama ini kubangun susah payah. Aku tahu aku harus mencegah rasa itu memenangkannya. Namun yang kulakukan justru bertolak belakang. Diri ini hanya diam. Sekali lagi, hidupku bagai bonekka marionette. Dan kali ini sang perasaan yang menjadi tuannya. 

Hingga pada akhirnya ia menang, kemudian memerintah otakku untuk melakukan suatu tindakan. Dan baru kusadari aku mulai gila. Entah segumpal kenekatan ini muncul dari mana. Karena yang kutahu, aku telah berdiri di hadapan Jiyong. Sementara bibir ini mengucapkan sesuatu yang sungguh tabu bagiku di masa lalu, ketika aku belum mengenal dia sebagai figur matahari.

" Kwon Jiyong, aku menyukaimu " 

Sepasang manik hitam di hadapanku diliputi keterkejutan mendalam. Jauh di dalam sana, aku tahu dia tidak menyangka hal semacam ini terjadi. Tidak sama sekali.

Karena sang matahari tidak akan pernah layak bersanding dengan aku, boneka marionette penuh kekosongan.

Kemudian dapat kulihat keraguan dan rasa bersalah di sana. Di mata kecoklatan indah milik Jiyong. Dan detik itu pula, aku yakin hal yang menyakitkan akan kembali terulang. Menarikku kembali dari dunia dongeng, tempat dimana cinderella bertemu dan mendapat akhir bahagia dengan pangerannya. Namun aku tahu, bahkan jika sesosok ibu peri datang menyihirku, aku tidak akan mampu menarik perhatian sang matahari.

Sebuah penolakan.

" Maaf Kim Hyena, tapi aku tidak dapat membalas perasaanmu. "

Sudah kuduga. Kala itu aku bergegas memasang topeng untuk menyembunyikan kesedihan di baliknya. Seulas senyum tipis pun tersungging. Bahkan aku muak dengan diriku sendiri. Tidak. Bahkan aku muak dengan kehidupan. Mengapa aku tidak bisa tertawa bebas layaknya anak seusiaku? Mengapa aku begitu menutup diri? Dan mengapa pula, seolah Tuhan tak mengijinkanku untuk mengecap indahnya cinta? 

Aku juga ingin mengerti. Aku juga ingin merasakannya. Karena di balik ekspresi sedingin bilah es yang selalu kutampilkan, aku tahu jika sesungguhnya, aku masih memiliki hati

Aku manusia. Benarkan?

Dengan langkah berat dan panas yang menyerang indra penglihatan, aku memutar tubuh, berjalan menjauh dari hadapan Jiyong. Seiring dengan kristal bening yang perlahan menetes, membentuk aliran sungai kecil di kedua pipi pucatku. Sakit sekaligus perih tak tertahankan menerpaku. Sungguh, jika merobek dada tidak akan membuat seseorang mati seketika, sudah jelas aku ingin melakukannya saat ini juga.

Tunggu. Apa yang baru kukatakan tadi? Mati? Oh, kupikir itu bukanlah pilihan yang buruk. 

Bibir ini terkatup rapat, sekalipun diri ingin berteriak, mengutuk, bahkan meracau tak jelas. Namun aku tahu, hal tersebut tidak berguna. Tidak akan mengubah apapun.

Sebab aku tahu, sekalipun Tuhan mengijinkanku untuk terlibat dalam sebuah dongeng indah. Aku hanya akan berperan sebagai tinkerbell, bukan seorang Wendy dengan pribadi yang dipenuhi cahaya. Dan hingga kapanpun, aku bukanlah sosok yang akan dilirik sang peterpan.



-FIN-

1 komentar:

  1. Aduh... bahasanya keren banget sih thor. Feelnya dapet banget juga ;-;

    BalasHapus