Broken Marionette Doll
by Stephcecil
Genre : Vignette, Angst, Romance || Cast : Kim Hyena (OC), Kwon Jiyong (BigBang)
Lenght : Ficlet || A/N : Saya kembali dengan genre Vignette.. Happy reading!
"Sejak hatiku mati, aku hanya mengenal dua
jenis 'rasa', yaitu bahagia dan sedih"
***
Aku tidak tahu sejak kapan bilah es abadi ini
mencair. Atau entah sejak kapan tembok besi pengekang rasa milikku hancur. Yang
kutahu, hal yang telah lama kututup rapat itu terbuka lagi. Mungkin ini terdengar
aneh bagimu. Namun sejak berbagai kejadian buruk merobek perasaan yang
kumiliki, aku tidak dapat mengecap itu. Seolah seluruh indra mati
rasa. Seolah aku tidak memiliki perasaan.
Hidup ini bagai sebuah jalur tanpa ujung dan arah,
dan disana, sepasang kaki terus melangkah tanpa tujuan. Berjuta kali
tersandung, tersesat, dan terjatuh dalam lubang hitam. Aku hidup bagai
boneka marionette tanpa tuan. Tiada ekspresi lain yang mampu kulukiskan pada
wajah ini, selain datar dan muram. Manik hitam yang dahulu terisi dengan
pancaran kebahagian, kini begitu kelam. kosong.
Sejak hatiku mati, aku hanya mengenal dua
jenis 'rasa', yaitu bahagia dan sedih. Sedangkan yang lain? terpendam jauh di
dalam sana. Terlalu dalam dan curam untuk digali, sekaligus berbahaya.
Hingga akhirnya seseorang muncul dalam hidupku.
Sesosok pria dengan kepribadian secerah mentari. Dengan senyum lebar serta
sifat konyolnya. Dia kekanakan, begitu pikirku pada awalnya.
Aku tidak tahu apa yang begitu menarik dari dirinya.
Wajahnya terkesan biasa di mata ini. Namun entah mengapa dia bagai magnet
bagiku. Seolah dia adalah galaxy, dan akulah salah satu planet yang
mengitarinya. Dan entah mengapa pula, perasaan terkutuk itu kembali
melanda diri.
" Hei, jangan melamun. Kau ingin terkena
amukan sonsaengnim? "
Aku teringat ketika kalimat tersebut meluncur dari
bibirnya, sebagai sebuah teguran yang diarahkan padaku. Tak dapat kulupakan
pula seulas senyum lebar yang ia pamerkan, membuat degup jantung ini berubah
abnormal. Berdebar kencang seolah lepas kendali. Seiring semburat merah muda
yang muncul di kedua pipiku.
Sungguh. kupikir aku telah membuang
perasaan semacam ini. kupikir aku tidak akan mengalaminya lagi. Hingga saat aku
mengenal dia. Kwon Jiyong. Dialah matahari baruku.
Perasaan nyaman itu muncul ketika aku berada
di dekatnya. Dan tanpa dapat kuhalangi, sesuatu terus tumbuh di dalam diri,
membuatku merasa gelisah. Aku ingin dia selalu ada di sampingku. Aku
ingin dia tersenyum hanya untukku. Aku ingin dia menjadi orang yang menjagaku.
Aku ingin seorang Kwon Jiyong menjadi milikku.Hanya milikku.
Sang perasaan mulai bertempur melawan akal
sehatku, mencoba merobohkan tembok pertahanan kokoh yang selama ini kubangun
susah payah. Aku tahu aku harus mencegah rasa itu memenangkannya. Namun yang
kulakukan justru bertolak belakang. Diri ini hanya diam. Sekali lagi, hidupku
bagai bonekka marionette. Dan kali ini sang perasaan yang menjadi
tuannya.
Hingga pada akhirnya ia menang, kemudian memerintah
otakku untuk melakukan suatu tindakan. Dan baru kusadari aku mulai gila. Entah
segumpal kenekatan ini muncul dari mana. Karena yang kutahu, aku telah berdiri
di hadapan Jiyong. Sementara bibir ini mengucapkan sesuatu yang sungguh tabu
bagiku di masa lalu, ketika aku belum mengenal dia sebagai figur matahari.
" Kwon Jiyong, aku menyukaimu
"
Sepasang manik hitam di hadapanku diliputi
keterkejutan mendalam. Jauh di dalam sana, aku tahu dia tidak menyangka hal
semacam ini terjadi. Tidak sama sekali.
Karena sang matahari tidak akan pernah layak
bersanding dengan aku, boneka marionette penuh kekosongan.
Kemudian dapat kulihat keraguan dan rasa bersalah
di sana. Di mata kecoklatan indah milik Jiyong. Dan detik itu pula, aku yakin
hal yang menyakitkan akan kembali terulang. Menarikku kembali
dari dunia dongeng, tempat dimana cinderella bertemu dan mendapat akhir
bahagia dengan pangerannya. Namun aku tahu, bahkan jika sesosok ibu peri datang
menyihirku, aku tidak akan mampu menarik perhatian sang matahari.
Sebuah penolakan.
" Maaf Kim Hyena, tapi aku tidak
dapat membalas perasaanmu. "
Sudah kuduga. Kala itu aku bergegas memasang
topeng untuk menyembunyikan kesedihan di baliknya. Seulas senyum tipis pun
tersungging. Bahkan aku muak dengan diriku sendiri. Tidak. Bahkan aku muak
dengan kehidupan. Mengapa aku tidak bisa tertawa bebas layaknya anak seusiaku?
Mengapa aku begitu menutup diri? Dan mengapa pula, seolah Tuhan tak
mengijinkanku untuk mengecap indahnya cinta?
Aku juga ingin mengerti. Aku juga ingin merasakannya.
Karena di balik ekspresi sedingin bilah es yang selalu kutampilkan, aku tahu
jika sesungguhnya, aku masih memiliki hati.
Aku manusia. Benarkan?
Dengan langkah berat dan panas yang menyerang indra
penglihatan, aku memutar tubuh, berjalan menjauh dari hadapan Jiyong. Seiring
dengan kristal bening yang perlahan menetes, membentuk aliran sungai kecil di
kedua pipi pucatku. Sakit sekaligus perih tak tertahankan menerpaku. Sungguh,
jika merobek dada tidak akan membuat seseorang mati seketika, sudah jelas aku
ingin melakukannya saat ini juga.
Tunggu. Apa yang baru kukatakan tadi? Mati? Oh,
kupikir itu bukanlah pilihan yang buruk.
Bibir ini terkatup rapat, sekalipun diri ingin
berteriak, mengutuk, bahkan meracau tak jelas. Namun aku tahu, hal tersebut
tidak berguna. Tidak akan mengubah apapun.
Sebab aku tahu, sekalipun Tuhan mengijinkanku untuk
terlibat dalam sebuah dongeng indah. Aku hanya akan berperan sebagai tinkerbell,
bukan seorang Wendy dengan pribadi yang dipenuhi cahaya. Dan hingga
kapanpun, aku bukanlah sosok yang akan dilirik sang peterpan.
-FIN-
Aduh... bahasanya keren banget sih thor. Feelnya dapet banget juga ;-;
BalasHapus