ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Selasa, 02 September 2014

Something Called Friendship


Tittle : Something Called Friendship
Cast : Krystal (Fx), Taeyeon (SNSD), Raina (Afterschool), Jihye (Ulzzang)
Genre : Friendship, Angst, Fluff
Rating : G
Author : Stephcecil
N/B : *elap keringet* hai saya muncul lagi ._.V seriusan nih mau kambek hehe. Ini FF terinspirasi dari temen-temen saya di RPW. Maaf kalo banyak typo, cerita gaje, alur kecepetan, dll --. Oh ya, saya juga kasih selipan quotes disini. Itu saya ambil dari translate lagu Infinite - Memories, Okay, Happy Reading! komentar dan kritik membangun sangat di antisipasi ^^ 
Summary :  

"Keempat orang itu berseru bersamaan.suara mereka membelah kelamnya langit malam. Tanpa mempedulikan udara dingin yang menusuk tulang, mereka saling bercanda dan tertawa bersama "






***



Sang waktu mampu merubah segalanya. Ia begitu kejam dan berkuasa. Tak terkecuali sesuatu bernama persahabatan, ia dapat memecah belahnya dengan mudah. Empat orang yang berada dalam grup bernama JTRI itu tidak lagi dekat seperti sebelumnya. Tiada lagi canda tawa diantara mereka. Tiada lagi pertikaian kecil yang berujung dengan candaan. Juga tiada lagi keharmonisan dalam grup. Semuanya telah berubah. Tidak lagi seperti dulu.

Selama grup mereka dalam masa hiatus berbulan-bulan. Masing-masing member sibuk dengan kegiatan individual. Kim Taeyeon, member tertua sekaligus main vocal JTRI memutuskan untuk merilis album solo. Begitupun dengan sang Leader, kemampuannya menciptakan lagu membuat ia tertarik menjadi salah satu komposer perusahaan mereka. Si visual grup, Seo Jihye memilih untuk fokus menjadi model. Belakangan ini ia memang sibuk mendominasi sampul depan berbagai majalah di korea, bahkan sampai luar negeri. Dan sang Magnae, Krystal Jung, mendapatkan tawaran akting dari berbagai drama.

Seharusnya sebuah grup tidak terpecah belah begini. Seharusnya sebuah grup tetap berjuang bersama hingga akhir. Setidaknya begitulah pemikiran sang leader, yang kini melemparkan tubuh letihnya ke sofa dorm. Ia begitu lelah karena semalaman sibuk menciptakan lagu baru. Gadis itu bahkan tidak sempat beristirahat. Apalagi untuk sekedar mengisi perutnya dengan makanan. Oh Raina mengerang saat ia merasakan mual yang teramat sangat pada bagian perutnya. Ia tahu dengan benar itu adalah reaksi tubuhnya ketika perutnya kosong.

Raina tidak peduli. Ia melirik benda mungil bernama ponsel yang kini tergeletak di sampingnya. Manik mata sang leader menatap benda itu lekat-lekat. Sedikit heran ketika benda itu tetap diam. Tidak mengeluarkan secuil pun suara atau bergetar kecil. Kemudian, Raina sadar jika sebuah pesan singkat yang dikirimnya untuk para member tidak berpengaruh apapun bagi mereka. Bahkan tidak dengan sebuah balasan singkat. Mungkin mereka sibuk, batin Raina.

Kemudian gadis itu memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Jiwa dan raganya membutuhkan istirahat. Meski sesingkat apapun.


                                                                           ***

Krystal Jung setengah menyeret kedua tungkai kakinya memasuki dorm. Rasa penat benar-benar mendominasi tubuhnya. Ditambah udara dingin yang menusuk tulang. Terang saja, ini sudah jam 3 pagi. Mata gadis tu terasa berat sekali. Ingin rasanya ia segera merebahkan diri di kasur empuk. Kembali bergulat dengan selimut hangat miliknya. Yah, sebuah kesempatan emas yang amat jarang didapatkannya sebagai seorang idol. Dan belakangan ini, seorang aktris.

Langkahnya terhenti seketika saat memasuki ruang utama dorm. Sesosok manusia lain tengah tertidur lelap di atas sofa. Hanya butuh beberapa detik bagi Krystal untuk mengetahui identitas sosok tersebut. Yang tak lain merupakan leadernya sendiri, Raina. Ia berusaha berjalan menuju kamarnya dengan menjaga kesunyian. Berjuang untuk tidak menimbulkan bunyi apapun. Namun nasib berkata lain, tanpa sengaja ujung kaki Krystal terbentur ujung meja. Menghasilkan bunyi ‘duk’ yang cukup keras. Disusul dengan rintihan gadis itu sendiri.

“ Aduh…. “

Pandangan Krystal kini tertuju pada kakinya. Organ tubuhnya yang satu itu kini terasa nyeri bukan main.

“ Kau sudah pulang? “ tanya Raina yang rupanya terbangun karena kegaduhan kecil yang disebabkan sang magnae. Suaranya serak, benar-benar khas orang bangun tidur. Sedangkan tangan kanannya digunakan Raina untuk mengucek pelan indera penglihatannya.

“ Ne, Eonni. Maaf membangunkanmu “ jawab Krystal.

“ Tidak apa-apa. Tenang saja “

“ Bagaimana pekerjaan hari ini? “

“ Semua berjalan lancar “

“ Apa kau tid- “

“ Eonni, kita bicara besok saja. Aku sangat lelah sekarang. Jaljjayo “ pamit Krystal.

Kemudian gadis itu memasuki kamarnya. Mematikan lampu. Kemudian jatuh terlelap tanpa repot-repot mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Meninggalkan sang leader dengan perasaan bercampur aduk. Gadis itu bahkan memotong perkataan Raina. Apakah ia marah? Kesal? Tidak. Sang leader tahu dengan benar jika membernya lelah. Mereka ingin istirahat. Raina paham betul hal itu.

Namun satu hal yang membuatnya kecewa, mereka tidak lagi memiliki waktu untuk berbicara. Bahkan terlalu lelah dan sibuk untuk sekedar berbasa-basi. Jauh dalam lubuk hatinya, ia merasa gagal menjadi seorang pemimpin. Pemimpin seharusnya memiliki kemampuan untuk menyatukan anggotanya. Bukannya seperti ini. Ia tak becus. Ia gagal.


“ Hey, it’s a very old memory but 
My heart still gets saddened because I miss you”


                                                                             ***


Kim Taeyeon menatap notasi musik yang ada di hadapannya dengan gemas. Mau dibaca dan dipahami bagaimanapun. Ia tidak bisa menyanyikannya dengan baik. Sang produser selalu mengatakan jika ada yang kurang dari suaranya. “Nyanyianmu tidak ada feelingnya” kalimat produser itu terngiang dalam kepala Taeyeon. Membuat ia semakin merutuki dirinya sendiri.

Gadis itu mengacak rambut kecokelatannya hingga berantakan. Ia benar-benar merasa kesal. Kemudian matanya tertumbuk pada white coffee yang mulai mendingin. Tak tersentuh sejak setengah jam lalu. Taeyeon memutuskan untuk mengabaikan sejenak notasi musiknya dan beranjak meminum white Coffee miliknya. Cairan tersebut memberi sensasi hangat yang mengalir dalam tenggorokan Taeyeon. Setelah beberapa tegukan, gadis itu berhenti. Pandangannya kembali beralih pada ponsel yang teronggok di atas meja. Ia belum sempat mengecek benda itu. Tangan Taeyeon terulur meraih benda mungil tersebut. Jemarinyapun bergerak lincah di atas layar touhscreen.




1 message received -> Open

From: raina
 

Apa kalian tidak pulang lagi malam ini? Rasanya sungguh sepi seorang diri di dorm. Bagaimana kabar kalian? Jangan lupa untuk makan dan beristirahat!
With love, leader.


Taeyeon menghembuskan nafas panjang. Ia tahu, sesibuk apapun leadernya yang satu itu. Ia masih sempat mengecek kondisi mereka bertiga. Penyesalan mulai menyeruak dalam hatinya, fakta bahwa akhir-akhir ini ia mulai mengabaikan kelangsungan grup mereka. Bukan atas dasar kesengajaan tentunya, salahkan saja sang waktu dan kesibukan individual mereka.

Gadis itu kembali menggerakan jemarinya di atas layar touchscreen, mencoba mengetik pesan balasan untuk leader. Namun, beberapa detik kemudian Taeyeon mendengus kesal. Ponselnya mati. Ia memang belum sempat mengisi daya benda mungil tersebut. Dengan penuh kekesalan, Taeyeon setengah membanting ponselnya ke atas sofa.



                                                                                   ***


Seo Jihye baru saja menyelesaikan sesi photoshoot nya. Pemotretan majalah yang berlangsung selama hampir tiga jam tanpa jeda itu lumayan menguras tenaganya. Gadis itu duduk menghadap cermin rias. Kantung matanya semakin menebal saja akhir-akhir ini. Ia butuh tidur. Jihye mendesah pelan, tubuhnya sungguh membutuhkan istirahat.

Jihye beranjak dari posisi duduknya dan berdiri. Kedua manik matanya memandang sekeliling ruangan. Terdapat beberapa staff yang sibuk berlalu lalang, membereskan peralatan yang digunakan untuk pemotretan barusan. Gadis itu memutuskan untuk pergi dari sana. Lagipula pemotretan sudah selesai. Kehadirannya tidak lagi diperlukan.


Baru sekitar empat langkah gadis itu berjalan. Ia sudah menabrak seseorang, untung tidak begitu keras. Namun cukup untuk membuat gadis itu meringis kesakitan. Jihye buru-buru mendongak demi memastikan identitas ‘korbannya’. Ia begitu terkejut saat menyadari siapa orang itu.


“ Kim Myungsoo ? “


                                                                               ***




Dorm yang menjadi tempat tinggal empat orang gadis itu kini diliputi kesunyian. Semua canda tawa serta kebersamaan yang biasa menghiasi tempat tersebut kini menguap entah kemana. Hanya ada sang leader di sana. Sibuk dengan belasan lembar kertas bertuliskan notasi musik. Raina kembali meremas kemudian membuang sang kertas –entah keberapa- ke sembarang tempat. Padahal baru beberapa menit yang lalu, ia sibuk dengan kertas tersebut.


Otaknya buntu dengan ide. Ia tidak mendapatkan inspirasi apapun yang dapat dituangkannya ke dalam lirik lagu. Tiba-tiba saja pandangan mata Raina terarah pada sebuah foto yang terpajang di dinding kamar. Foto yang memuat kenangan mereka berempat pada saat menjadi trainee. Senyum penuh kebebasan terukir jelas dalam wajah keempat orang tersebut, diiringi dengan ekspresi yang terisi murni dengan kebahagiaan. Tidak ada rasa lelah yang terpancar dari sana.


Raina merindukan masa-masa itu. Masa yang sungguh penuh kenangan, dimana mereka berempat saling berbagi cerita, penderitaan, bahkan rasa sakit satu sama lain. Andai saja ia dapat memutar waktu, maka ia akan kembali pada masa itu. Jauh dalam lubuk hati sang leader, ia lebih memilih sebuah kebersamaan dibanding kesuksesan semu. Seperti yang dialami grup ini sekarang. Untuk apa sebuah kesuksesan jika yang didapatkannya hanya rasa sakit dan perasaan kehilangan? Yah. Oh Raina merasa ia kehilangan sahabat-sahabat terbaiknya.


Tak terasa sebuah buliran bening jatuh membentuk aliran sungai kecil yang membasahi pipinya. Gadis itu mencoba mengabaikan rasa sesak dalam dadanya dan menyambar selembar kertas lain. Kali ini ia menuangkan seluruh rasa sakitnya disana. Menuangkan perasaan rindu serta kehilangannya dalam lirik yang ia tulis.


“ There are still times when I crazily want to go back to those times “



                                                                            ***




Setelah pertemuan yang kebetulan tadi, kedua orang yang lama tak bersua tersebut memilih untuk meluangkan waktu sibuk mereka sejenak. Seo Jihye dan Kim Myungsoo tengah berada di dalam kafe, yang terletak jauh dari lokasi pemotretan. Sang visual JTRI memilih untuk menjaga kesunyian diantara mereka dengan tetap bungkam. Menyesap hot chocolate miliknya dalam diam.

“ Bagaimana kabarmu ? “

Suara berat Myungsoo memecah keheningan. Jihye mendongak, mengalihkan perhatian sejenak dari hot chocolate demi menjawab pertanyaan namja itu.

“ Sebenarnya baik. Hanya saja aku sangat lelah… “ jawab Jihye.

“ Tentu saja kau akan merasa lelah. “

“ Tapi aku tidak mengira akan selelah ini jadinya“


Perkataan terakhir gadis itu disusul dengan helaan nafas yang lumayan panjang. Sarat dengan keletihan yang teramat sangat. Myungsoo memandang mata gadis itu lekat-lekat. Kedua manik hitam yang dikenalnya dulu telah berubah. Tidak ada lagi keceriaan yang terpancar dari sana. Tidak ada lagi binar kebahagiaan. Padahal dulunya, ia adalah mood maker grup. Tingkah konyol serta gilanya selalu berhasil membuat tawa terukir pada wajah mereka. Sebagai seorang idol dibawah naungan perusahaan yang sama. Ia telah mengenal para member JTRI, bahkan mengalami sesi trainee bersama mereka. Ia mengenal benar karakteristik tiap anggota, termasuk sang visual yang kini tengah menyandarkan tubuh letihnya pada sofa kafe.

“ Apa kau merasa menyesal menjadi idol? “

Pertanyaan lain dari Myungsoo kembali disambut dengan keheningan. Jihye sibuk dengan pikirannya. Apakah ia menyesal? Sebenarnya tidak. Menjadi idol merupakan impiannya sejak kecil, seharusnya ia bahagia. Yah, seharusnya ia bahagia. Namun pada kenyataannya, sang kebahagiaan hanya hadir pada masa awal mereka debut. Selanjutnya, menghilang entah kemana. Tergantikan sebuah perasaan bernama kerinduan. Tak lupa rasa letih yang teramat sangat.
Dan kini seseorang menanyainya hal itu. Jawaban apakah gerangan yang harus ia berikan?

“ Aku tidak menyesal. Aku hanya tidak lagi merasa bahagia “ cetus Jihye.

“ Kenapa tidak? “

“ Aku sendiri tidak mengerti “ gadis itu menggeleng lemah.

“ Menurutku, kau hanya merindukan mereka “

“ Maksudmu ? “

“ Bukankah kalian sibuk dengan aktivitas individual sekarang? Kalian tidak memiliki waktu untuk berkumpul dan bersenang-senang bersama. Seperti saat kita menjadi trainee dulu “

Perkataan Myungsoo seolah menjadi sebuah pukulan bagi Jihye. Pukulan keras yang menyadarkan gadis itu pada sebuah kenyataan. Yang dikatakan oleh namja tersebut adalah fakta. Mengapa ia baru menyadarinya sekarang ini? Seketika rasa sesak menjalari bagian dadanya, membuat Seo Jihye tersenyum pahit. Sorot mata yang tadinya sarat keletihan kini berganti dengan kesepian.

“ Kau benar…. “ ujarnya lirih.


“Hey, they were anxious times but

I miss the heart racing youthfulness

There are still times when I want to feel those earnest feeling ”


                                                                          ***



Krystal Jung melangkahkan kakinya di lorong salah satu perusahaan siaran terbesar Korea. Ia baru saja selesai mengurus beberapa perihal penting mengenai drama baru yang akan dibintanginya. Mendapat tawaran sebagai pemeran utama bukan lagi hal yang mengejutkan bagi Krystal. Sudah belasan drama yang dilakoninya meraih kesuksesan serta rating yang tinggi. Maka tak heran jika berbagai perusahaan siaran gencar menawarinya peran dalam drama.

Sebenarnya ia ingin menolak tawaran drama yang satu ini. Jadwal syutingnya kerap kali bertabrakan satu sama lain. Hingga Krystal sendiri merasa tubuhnya harus dibelah menjadi dua atau bahkan tiga untuk memenuhi jadwal-jadwal tersebut. Kepala gadis itu terasa pening. Begitulah yang sewajarnya terjadi ketika rasa penat, lelah, dan kantuk berbaur menjadi satu.

Langkahnya terhenti ketika sang ponsel bergetar di dalam saku gadis itu. Ia merogoh sakunya dan menatap sejenak layar benda mungil tersebut sebelum menjawab panggilan masuk yang diterimanya.


Ini panggilan dari eommanya.


“ Yeoboseyo ? “ sapa suara dari seberang. Sebuah suara yang sungguh ia rindukan. Suara yang sekian lama tidak dirasakan oleh indera pendengarannya.

“ Ne, eomma… “

“ Soojung-ah!

“ Ada apa, eomma ?”

Krystal tersenyum tipis sekaligus pedih saat mendengar seseorang memanggilnya menggunakan nama asli. Yah, Jung Soojung merupakan nama asli Krystal. Tidak banyak yang mengetahui hal itu, jutaan fans diluar sana mengenal sosok gadis itu sebagai seorang Krystal Jung. Sang bintang yang selalu terlihat bersinar di panggung. Dengan senyuman yang tak pernah luput dari wajahnya.

Faktanya, senyuman tersebut mulai luntur perlahan.

“ Yah! Anak nakal. Kenapa kau jarang sekali memberi kabar? “

“ Maaf eomma. Aku sangat sibuk “

“ Sesibuk apapun. Bagaimana mungkin kau bisa melupakan eommamu, hah? “

“ Mianhae…. “

“ Apa kau tau jika eomma begitu mengkhawatirkanmu? Apa kau makan dengan baik disana? Dan kau selalu melupakan waktu istirahatmu jika sedang bekerja. Kau pikir tubuhmu tidak butuh istirahat? Kau bisa jatuh sakit kapan saja. “ omel sang ibu.

“ …….. “

Krystal tidak menjawab. Ia sibuk menahan buliran bening yang ingin menyembul keluar dari kedua manik matanya. Gadis itu tengah berjuang keras menahan sesak di bagian dada. Namun beberapa detik kemudian, aliran sungai kecil telah terbentuk di pipi putihnya. Ia gagal menahan buliran bening bernama air mata untuk meluncur turun. Ia gagal menahan tangisnya.

“ Soojung-ah, kenapa kau tidak menjawab?”

“……… “

“ Soojung-ah, Kau tidak apa-apa? “

Lagi-lagi nada yang sarat dengan kekhawatiran itu terdengar dari seberang. Krystal buru-buru berdeham sejenak untuk memulihkan suaranya. Setelah yakin sang suara bebas dari efek serak yang ditimbulkan karena tangisannya barusan, ia buru-buru menjawab perkataan eommanya dengan tenang. Terlalu tenang malah.

“ Ne eomma. Aku tidak apa-apa “

Yah, sesakit apapun hatinya, selelah apapun raganya saat ini, ia masih akan berkata bahwa dirinya tidak apa-apa.


                                                                         ***


Kim Taeyeon baru saja menyelesaikan jadwal rekaman album solonya. Kini ia tengah memarkirkan sang Ferrari kesayangan di dalam garasi dorm JTRI. Gadis itu melompat turun dari mobil dan bergegas masuk. Bukan apa-apa, hanya saja ia ingin segera merebahkan tubuh di atas kasur empuk. Atau bahkan sofa pun tidak apa-apa. Yah, ia begitu lelah.

Tangan Taeyeon terulur membuka pintu depan tempat tinggal mereka. Namun gerakannya terhenti seketika saat indera pendengarannya menangkap sesuatu. Suara bentakan seseorang. Dan ia mengenal jelas pemilik suara tersebut. Ia memutuskan untuk mengintip apa yang sedang terjadi melalui celah kecil, dari pintu yang sedikit terbuka itu. Taeyeon pun terperanjat kaget. Jika tidak ada yang salah dengan kemampuan pendengarannya, maka benar si pemilik suara adalah leader mereka sendiri. Oh Raina. Gejolak dalam hati Taeyeon benar-benar menolak apa yang sedang ia alami.

Faktanya, selama tiga tahun ia mengenal sosok Oh Raina. Ia tidak pernah melihat leadernya itu seperti ini. Dengan rona wajah merah padam disebabkan amarah, mata yang berkaca-kaca menahan tangis, serta suara bernada tinggi yang meluncur dari bibirnya sebagai sebuah bentakan.

“ Apa maksudmu, hah? Kau bercanda Jung Soojung! Kau bilang kau mau meninggalkan grup ini dan menjadi aktris? Kau bodoh! Sadarlah magnae, kau kira siapa yang membuatmu terkenal seperti ini? Jika kau tidak berada di dalam grup ini. Kau bukan apa-apa! “ seru Raina.

Amarah itu jelas ditujukan pada seorang gadis berambut panjang pirang yang kini tersenyum getir. Sebuah kabut bening terbentuk di sana, pada dua manik kecokelatan milik Krystal. Tangannya mengepal menahan gejolak dalam hati. Taeyeon dapat melihat sepasang kaki yang bergetar itu. Ia tahu gadis itu goyah. Namun ia juga dapat melihat dengan jelas amarah, kesedihan, rasa lelah yang terpancar dari raut wajah Krystal. Jauh lebih kuat mengalahkan ketakutan serta keseganan yang ada.

“ Bodoh? Sebenarnya siapa yang lebih bodoh di sini? Sebagai pemimpin grup seharusnya kau bisa membuat kami tetap satu, sebanyak apapun kegiatan individual yang kami miliki. Tapi apa yang terjadi? Kau membiarkan grup kita pecah “

“ Itu bukan hanya tugas leader. Itu tugas kalian juga. Kau pikir aku manusia super? Aku juga LELAH! “ bantah Raina. Kata terakhir diucapkannya dengan penuh penekanan.

“ Kau bilang ini salahku juga? Lalu bagaimana dengan sikap kalian yang selalu seperti ini? Kalian selalu memperlakukanku seolah aku adalah anak kecil. Kalian menyuruhku melakukan hal-hal yang tidak ingin kalian lakukan. Hanya aku karena aku member termuda! “

Kali ini Taeyeon terhenyak. Ia mundur satu langkah. Ada rasa sakit di hatinya yang memaksa buliran bening itu menetes. Selama dua tahun mereka bersama dalam grup. Ia sama sekali tidak mengetahui isi hati Krystal. Sebagai member tertua, ia seharusnya dapat menjadi kakak yang baik. Menjadi seseorang yang dapat melindungi adik-adiknya. Bukan seperti ini. Ia benar-benar merasa gagal.

Begitupun yang dialami Raina. Perasaan bersalah menyeruak dalam hatinya. Namun ia buru-buru menepis perasaan tersebut. Gadis itu telah dikuasai amarah.

“ Lalu kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Memangnya itu salah kami? Kau selalu menyembunyikan semuanya di balik sikap sok polosmu itu “ cecar leader.

“ Dan kau di balik sikap sok berkuasamu. Mentang-mentang kau yang dipilih sebagai leader. Lantas bisa seenaknya? Yang benar saja “

“ Sok berkuasa katamu? Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian! “

Pertahanan itu jebol. Kristal bening yang susah payah ia tahan di pelupuk mata meluncur turun begitu saja. Setangguh apapun dirinya sebagai pemimpin, ada saat-saat dimana Raina merasa tak kuat lagi. Bahkan seorang pemimpin pun butuh sandaran. Seperti sekarang ini.

“ Aku tidak bertanya kau berusaha atau tidak. Buka matamu lebar-lebar, lihatlah hasilnya sekarang”

Ucapan sang magnae membuat emosi Raina memuncak. Ia mengayunkan tangannya di udara, bersiap mendaratkan tamparan di pipi gadis itu. Tanpa pikir panjang, Taeyeon yang menyadari hal tersebut menerobos masuk dan menahan tangan leader.

Kedua orang yang tengah beradu emosi kini menatap Taeyeon dengan pandangan heran. Sejak kapan ia berada di sini?. Namun Taeyeon tak menggubris arti pandangan mereka yang jelas tidak menyukai kehadirannya. Dengan tegas ia melangkahkan kaki dan berdiri di tengah-tengah para dongsaeng yang sangat ia sayangi itu.

“ BERHENTI! “ seru Taeyeon.

“ Eonni… “

“ Jung Soojung. Kau tidak bisa bersikap seperti ini. Apa kau ingin grup kita hancur? Apa kau sadar apa yang ingin kau lakukan? Tindakanmu itu egois! “

“ Dia benar. Kalau kau keluar dan menjadi aktris, maka grup ini tidak akan lengkap lagi. Dan apa kau tidak memikirkan perasaan para fans? Mereka akan marah dan kecewa dengan kita. “ timpal leader.

“ Mereka akan melihat kita sebagai grup yang tidak kompak. Hanya baik dan utuh di luar, namun penuh keretakan di dalam “

“ Lantas kenapa? Memang itu kenyataannya… “ desis Krystal.

“ JUNG SOOJUNG! “


Tangan Raina mengepal kuat menahan amarah. Nyaris saja ia kembali mengayunkan tangan jika Taeyeon tidak hadir disana dan mengenggam erat pergelangan tangan gadis itu. Wajah mereka bertiga sudah basah karena air mata. Sungguh pertikaian yang tak diperkirakan.

“ Aku lelah eonni… kalian selalu memperlakukanku dengan cara yang tak kusukai. Hanya karena aku member termuda. Selama ini aku selalu memendamnya rapat-rapat. Tapi kesabaran tiap orang juga memiliki batas… “

Amarah itu hilang. Tergantikan isak tangis yang mendominasi ruangan tersebut. Tidak ada lagi suara teriakan dan sahutan berintonasi tinggi. Pertikaian itu mereda seiring dengan datangnya rasa bersalah, perlahan merasuki diri mereka dan membuat keheningan semu tercipta di sana. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sibuk menenangkan berbagi perasaan yang berkecamuk di dada. Sibuk melawan ego mereka sendiri.

Hingga akhirnya sebuah dering ponsel memecah kesunyian.

Tangan Raina terulur merogoh saku celana pendeknya, keningnya berkerut saat menyadari suara sang penelepon jauh berubah. Padahal jelas-jelas ini nomor yang dihapalnya. Nomor Seo Jihye, salah satu membernya. Namun suara ini bukan suara Jihye. Suara orang lain.

“ Yeo-yeoboseyo? “ suara orang asing itu bergetar menyapa telinga.

“ Ne… ? “ Raina keheranan.

“ Apa anda mengenal pemilik ponsel ini? “

“ Ya. Saya mengenalnya. Apa ada yang salah ? “

Sensasi dingin itu menyerang Raina. Membuat sekujur tubuhnya membeku seketika. Jantungnya berdegup kencang. Kedua tungkai kaki gadis itu menjadi lemas, seolah tak mampu lagi menahan beban tubuhnya. Kini, ia sangat berharap apa yang baru ditangkap oleh indera pendengarannya salah.

Kenapa cobaan terus menghampiri mereka? Datang bertubi-tubi tanpa mengenal batasan.

“ Gadis ini. Dia mengalami kecelakaan “


“ When I said cold words that I didn’t even mean

When I only had immature pride”


                                                                             ***



FLASHBACK, 30 MINUTES AGO.


Pikiran gadis itu kalut. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati, saling beradu mendominasi benaknya. Pembicaraan singkat dengan seorang teman lama seolah membuat ia kembali sadar. Yah, sadar dengan kenyataan yang hadir di hadapannya. Buliran bening yang susah payah ia tahan meluncur turun membasahi pipi putih Jihye. Ia menyadari satu hal : selama ini ia kesepian. Dan dimana perginya selera humor yang dulu ia miliki? Segala candaan yang gemar ia lontarkan? Semua itu menguap entah kemana.

Kedua tungkai kaki Jihye melangkah gontai menyeberangi jalanan. Kepalanya tertunduk lesu menatap aspal. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari jika maut ada di depan mata.

Perlahan lampu lalu lintas berubah menjadi merah.

Jihye yang tidak tahu menahu keadaan sekeliling hanya meneruskan langkahnya. Hingga ia terhenti ketika mendengar bunyi klakson yang semakin keras dan keras. Gadis itu menoleh. Matanya mendelik. Terkejut saat menyadari sebuah taksi yang melesat ke arahnya. Sang pengemudi taksi berusaha membanting setir ke arah kanan.

Namun tabrakan tetap tak bisa dihindari.

BRAAAK!!!



                                                                                ***


Suara derap langkah tiga pasang kaki yang tengah berlari itu mendominasi lorong rumah sakit. Seorang gadis berlari paling depan, disusul dua orang lain di belakangnya. Akhirnya mereka tiba didepan pintu kamar tempat salah satu member dirawat. Napas tiga orang itu terengah-engah karena berlari kencang. Namun mereka tidak mempedulikannya, ada hal yang jauh lebih penting.

Raina nyaris akan membuka pintu kamar saat sang dokter keluar dari ruangan tersebut. Ekspresinya muram, menambah kadar kekhawatiran mereka bertiga.

“ Apa dia baik-baik saja? “ tanya Taeyeon langsung. Suaranya bergetar menahan tangis.

“ Tidak ada hal buruk yang terjadi kan? “ cecar Krystal. Walaupun ia baru memulai pertikaian sengit karena grup mereka. Namun tiba-tiba semua emosinya luruh saat mendengar ada satu orang yang terluka. Bagaimanapun juga, Ia mengenal dekat sosok Jihye. Bagaimanapun juga, mereka adalah sahabatnya. Ikatan persahabatan yang kuat diantara mereka tidak akan hancur semudah itu.

“ Tolong katakan pada kami… “ pinta Raina.

Aliran sungai kecil yang telah tercetak di wajah mereka semakin deras saja saat mendengar penuturan dokter.

“Secara keseluruhan, dia baik-baik saja. Namun ada satu hal yang mungkin membuat pasien jauh lebih terluka… “ perkataan sang dokter tersendat.

Ketiga orang itu menahan napas. Saling menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

“ Dia mengalami cedera permanen, dia tidak akan bisa menari lagi “


“But if only we can go back

I want to have courage and become the person next to you”

                                                                            ***



Bibirnya mengatup rapat. Gadis itu seolah membisu. Matanya menerawang jauh, sarat dengan kekosongan. Rona wajahnya pucat begitupun dengan tubuhnya yang semakin kurus kering. Matanya sembab karena tangisan.

Gadis itu telah mengetahui semuanya. Fakta bahwa dia tidak dapat menari lagi. Bahwa dia tidak dapat melakukan hal yang dicintainya itu lagi.

Tiga pasang mata mengamati sosok tersebut dari ambang pintu kamar. Sorot mata itu penuh kesedihan mendalam.

Kim taeyeon tidak lagi dapat menahan emosinya. Ia melompat masuk dan merengkuh sosok lemah itu dalam pelukannya. Bahu Taeyeon bergetar hebat, menandakan ia tengah menangis. Pelukan hangat eonninya membuat pertahanan Jihye runtuh seketika. Ia pun tidak lagi menahan tangisannya. Buliran kristal bening meluncur jatuh membasahi wajah Jihye. Melampiaskan kesedihan yang teramat sangat dalam hatinya.

Begitupun dua member lainnya. Manik hitam milik mereka sudah basah karena air mata. Raina menjatuhkan diri di samping Taeyeon, disusul sang magnae.

Dalam sekejap isakan tangis mendominasi ruangan tersebut.

" Eonni, aku tidak bisa menari lagi.. aku tidak bisa melakukannya lagi " suara Jihye terdengar miris ditengah isakannya.

" kau masih bisa menyanyi. Kau masih bisa melakukan hal lainnya " hibur leader.

Jihye menggeleng lemah.

" Aku tidak bisa menyanyi sebaik kalian... " Jihye memberi jeda sembari menatap Raina dan Taeyeon.

".. Atau berakting sepertimu" kali ini tatapannya ditujukan pada sang magnae.

Raina bungkam. Otaknya buntu. Tidak.ada kata-kata penenang yang terpikirkan di sana. Sedangkan Taeyeon memilih diam, semakin mengeratkan pelukannya. Lagi-lagi penyesalan tertanam di sana. Sebagai member tertua harusnya dia dapat melindungi para dongsaengnya. Ia gagal.

" Tuhan tidak pernah memberi cobaan yang terlalu berat bagi kita. Aku percaya eonni dapat melaluinya. Aku percaya senyum itu akan kembali. " krystal angkat bicara.

" Pelangi akan muncul setelah badai hebat. Yang perlu kau lakukan hanyalah tetap kuat hingga saat itu tiba " timpal Taeyeon.

" Dan kau orang yang kuat Jihye. Aku tahu itu " kali ini Raina menyahut.

Seo Jihye memaksakan seulas senyum tipis. Ia sadar sesulit apapun keadaan, ia masih memiliki mereka bertiga. Ada tiga orang yang akan selalu berada disampingnya dalam kondisi apapun.

Berbagi tawa, bahagia, dan rasa sakit bersama. Itulah gunanya sahabat.

" Walaupun grup kita bubar, aku harap kita tetap bersama " ujar Jihye. Nada suaranya penuh pengharapan.

" Tentu saja " tegas leader.

Dua orang lainnya hanya terdiam. Saling mengiyakan dalam hati.


                                                                             ***


Industri entertainment memang penuh kejutan. Begitupun kali ini, berita heboh yang diusung media masa menyebar secepat kilat. Bagaimana tidak? Bubarnya sebuah grup ternama membuat dunia K-Pop seolah dilanda badai besar. Grup yang berisi empat gadis talented itu terpaksa pecah karena keadaan. Reaksi dari para fans pun bermacam-macam. Pro dan Kontra.

Salah seorang member tidak bisa menari lagi. Dan member lain memutuskan fokus dengan karir aktingnya. Mau tidak mau, mereka harus bubar.

Namun pecahnya sebuah grup tidak menjamin pecahnya persahabatan pula. Ikatan persahabatan akan tetap ada. Hal itu tetap terjalin kuat atas dasar kasih sayang dan cinta satu sama lain.

Hamparan langit biru menjadi saksi bisu perjalanan mereka. Walaupun empat sahabat itu kini memilih berjuang sendiri, namun ikatan di antara mereka belum pudar. Memori indah tersebut akan tetap bertahan, menjadi penghubung abadi satu sama lain. Ada kalanya cobaan demi cobaan yang datang bukannya menghancurkan justru membuat suatu persahabatan semakin teguh.


                                                                             ***


Seoul, Namsan tower. 
Date : 31.05.15


" Eonni, Lihat bintang itu! "

Seorang gadis berseru sembari mengarahkan telunjuknya pada salah satu bintang yang menghiasi langit malam. Gadis itu tersenyum lebar, seolah tak ada beban apapun di pundaknya.

Ketiga orang lainnya menoleh ke arah yang ditunjuk Krystal. Ikut mengagumi keindahan ciptaan Tuhan tersebut. Hamparan bintang di langit malam memang indah, apalagi jika dilihat dari ketinggian menara namsan.

" Keren sekali " decak Raina kagum.

" Aish. Kalian seperti orang yang tidak pernah melihat bintang saja "

" Apa katamu, huh? " celetuk Taeyeon

" Kubilang kalian seperti orang udik. Melihat bintang saja tidak pernah "

Dan tiga jitakan sukses mendarat mulus di dahi Jihye. Membuat gadis itu meringis kesakitan. Yah, ia sudah kembali seperti dulu. Tidak ada lagi ekspresi murung yang mendominasi wajahnya. Kini wajah itu penuh senyuman, memancarkan sesuatu.bernama kebahagiaan.

" Omong-omong, aku menyukai lagu baru kalian. Itu sangat bagus! Aku selalu mendengarkannya sebelum tidur "

Jihye mengacungkan dua jempolnya yang ditujukan pada Raina dan Taeyeon. Setelah grup mereka bubar, kedua orang itu membentuk grup duo. Dan hasilnya? Sukses besar. Sedangkan Jihye menjadi model, dan krystal sebagai aktris.

Raina-Taeyeon hanya merespon dengan senyum puas. Mereka senang karena usahanya dihargai.

Kemudian suasana menjadi hening. Tidak ada yang bersuara. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

" Kalian ingat ini hari apa? " suara leader membelah kesunyian.

" Tentu saja ingat "

" Mana mungkin aku melupakannya? " sahut Krystal.

" Hari ini tepat tiga tahun kita bertemu. Happy anniversary. Aku sayang kalian semua " ujar Raina.

Sang leader menatap ketiga mantan membernya itu penuh haru. Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Bangga, bahagia, haru bercampur aduk menjadi satu.

" Kami juga menyayangimu " ucap magnae.

Kim Taeyeon beranjak dari posisinya dan memeluk sang leader.

" JTRI SARANGHAJA!!! "


Keempat orang itu berseru bersamaan.Suara mereka membelah kelamnya langit malam. Tanpa mempedulikan udara dingin yang menusuk tulang, mereka saling bercanda dan tertawa bersama. Tiada hal yang sulit jika semua itu dijalani dengan sahabat. Dan terakhir, percayalah semua akan indah pada waktunya.


                                                                      =The End=

1 komentar:

  1. sedihh... feelingnya berasa banget.. jdi ingt kris TT
    cmn kok tiba" ga bisa nari, apanya yg menyebabkan jihye ga isa nari stlh kecelakaan?itu sg kurang detail...
    over all apik kok jul... lanjutkan ws wkwkwk

    BalasHapus