ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Selasa, 30 September 2014

[REMAKE] STRANGER (Chapter 1)


Title : STRANGER
Main Cast : Chen ‘EXO’, Kai ‘EXO’, OCs
Genre : Romance, action, comedy *semoga*, Brothership
Author : fronchy
Length : Chaptered


***

A/N : Hai” semua. Err.. Pertama mungkin saya mau minta maaf utk kslhn saya karena me-remake ff ini. Sbnrnya saya tiba-tiba aja ada niat buat ngrubah sdikit jalan critanya. Dan karena part 1&2-nya sedikit saya gabung deh jdi satu. Jadilah chapter 1 stranger *jeng jeng* wkwk.. Nah kedua saya terima kasih bgt sma yg udah baca ini, terutama buat Farikatun Nisa dan Anonim yang udah ngasih kometar dipart sblmnya dan ngasih masukan juga, makasih bgt. Saya mencoba utk mmprbaiki kslhn saya. Itu aja sih. Thx *heart*





***



Pagi yang cerah bagi setiap orang yang menyukai hari Senin. Tapi tentu saja lebih banyak yang membenci hari Senin. Termasuk seorang detektif muda yang sedang menikmati kopi pagi harinya.

“Time to work again.” ucapnya sakartis. Namanya Kim Jongdae atau orang biasa memanggilnya Chen. Chen adalah nama lapangannya saat ia memulai bekerja menjadi detektif. Seniornya yang memberikan nama itu kepadanya.

Menjadi detektif adalah cita-citanya semenjak kecil. Jongdae sudah mempelajari banyak ilmu beladiri untuk menjadi detektif. Ia belajar dengan tekun setiap saat semasa remajanya. Dan hasilnya pun tak sia-sia. Sekarang Jongdae sudah menjadi salah satu bagian dari detektif kepolisian Seoul. Ia sangat bangga dengan apa yang ia capai sekarang.

Tapi ada saat dimana seseorang berada dititik kejenuhannya. Jongdae berada dititik itu sekarang. Ia lelah dengan semua yang ia tekuni sejak 3 tahun lalu ini. Kasus yang belum menemui titik terang sama sekali masih menghantuinya. Belum lagi orangtuanya yang terus mendesak Jongdae untuk menikah. Jongdae berjanji pada dirinya sendiri, saat kasus ini selesai ia akan mengambil cuti. Selama ini ia tidak pernah mengambil cuti, bahkan disaat hari natalpun ia masih berkutat dengan kertas-kertas laporan yang menurut sebagian orang sangat memuakan. Mungkin ini saatnya ia harus mengambil waktu untuk dirinya sendiri.

Jongdae sudah memutuskannya dan untuk itu ia segera menangani kasus ini. Saat ini ia tengah memata-matai pelaku utama kasus yang ia tangani. Jongdae akan segera menemukan buktinya dan menangkapnya.

“Hey hyung, kita sedang memata-matai pelaku. Jangan melamun!”seseorang di-receiver mulai mengomel. Dia Kai, hoobae yang saat ini sedang bertugas membantunya.

“Hey, kau juga perhatikan sekitar. Jangan terus memikirkan apa yang ada dibalik rok para gadis itu.” ledek Jongdae karena ia tahu kebiasaan Kai. Setiap bertugas Kai tidak pernah serius. Dia selalu selalu memperhatikan dada para gadis yang lewat untuk mengetahui ukurannya atau melihat bagian dalam rok para gadis. Dia adalah pria paling mesum di kepolisian. Entah apa yang membuatnya masuk menjadi bagian dari detektif kepolisian Seoul.

Baiklah, kali ini Jongdae akan berusaha fokus ditengah teriknya matahari musim panas Seoul. Setelah menghabiskan kopinya dalam sekali teguk, ia terus mengikuti sang pelaku. Matanya tidak pernah terlepas sedikitpun dari sang pelaku. Tetap dengan menjaga jarak agar tidak ketahuan, Jongdae mengikutinya sampai disebuah gedung yang sudah tak terpakai.

Setelah memberitahu Kai, Jongdae masuk ke dalam gedung. Tak ada siapapun dalam gedung berlantai 7 ini. Jongdae menjadi waspada. Ia menajamkan indra pendengarannya. Suara derap langkah terdengar disetiap lantai. Sampai pada lantai teratas, tepatnya di atap. Ia melihat sang pelaku tersenyum mengejek.

Finally, here we are.” ucap sang pelaku dengan senyum yang menakutkan.

“Yes, sir. Di sini akan menjadi tempat dimana aku menangkap pelaku pembunuhan berantai selama ini.” ucap Jongdae penuh dengan kepercayaan diri.

“Oh, ya? Bagaimana ini? Aku takut. HAHAHAHAHAHAHAHA…” ucapnya dengan ekspresi dan tawa yang mengerikan.

Tiba-tiba pelaku itu mengeluarkan pisau penuh darah yang sudah kering. Mungkin itu pisau yang selama ini digunakan dalam kasus pembunuhan berantai yang sedang ditangani oleh Jongdae. Jongdae menjadi sangat waspada. Sang pelaku mulai mendekat dengan pisaunya. Kemudian pelaku berkata dengan penekanan dibagian akhir, “Disini adalah tempat aku akan mengukir namamu dengan darahmu sendiri detektif muda. Oh, atau lebih baik kupanggil nama lengkapmu, KIM JONGDAE.”

“Darimana kau tahu namaku?” ucap Jongdae sambil melangkahkan kakinya untuk mundur.

“Oh, kau tak tahu? Sudah berapa banyak kau memecahkan kasus, Jongdae-ssi? Apakah kau tidak menyadari sesuatu telah hilang dri kantongmu? Mungkin kau memang tidak cukup pintar menjadi detektif.” ucap sang pelaku semakin dekat dan ia mengeluarkan sebuah dompet dari sakunya. Jongdae melototkan kedua matanya. Bagaimana mungkin, batinnya.

“Kau pasti bertanya bagaimana mungkin, kan? Baiklah akan kujawab sebagai permintaanmu yang terakhir.” ucap pelaku dengan dengan menggoreskan pisau pada pipi sebelah kiri Jongdae. Jongdae benar-benar terpojok. Darah mengalir dipipinya. Jongdae bisa saja mengeluarkan semua ilmu beladirinya saat ini. Tapi ia sedang lelah dan tidak ada cukup tenaga untuk melawan. Dalam hati ia berharap Kai segera datang dengan membawa pasukan.

BRAKK…

SRAKK…

Tiba-tiba pelaku jatuh dan pisaunya terlepas. Jongdae membelalakan kedua matanya, kaget. Seseorang telah menyelamatkannya. Jongdae akan berterima kasih setelah ini.

“SHIT!! Siapa kau?” umpat si pelaku.

“Siapa aku? Kau tak perlu mengetahuinya, Pak Tua. Yang harus kau lakukan adalah menyerah karena kau akan ditahan sekarang.” ucap orang itu dengan penuh kepercayaan diri. Sesaat setelahnya, agen-agen kepolisian mulai berdatangan. Mereka langsung memborgol si pelaku dan membawanya ke kantor polisi. Beberapa dari mereka sedang mengobati luka dipipi Jongdae. Dan sisanya mengamankan gedung ini dan senjata pelaku. Kai, seperti biasa ia sedang mengobrol dengan seorang gadis. Jongdae mengetahuinya. Gadis itulah yang menyelamatkannya tadi. Setelah selesai diobati, Jongdae langsung menghampiri gadis itu dan Kai.

“Terima kasih telah menyelamatkanku,” ucap Jongdae.

“Ah, sama-sama, Tuan. Apa lukamu baik-baik saja?” ucap gadis itu. Suaranya sangat lembut. Sama seperti saat gadis itu menyelamatkannya sungguh mempesona.

“Ah, ne. Semuanya baik-baik saja. Sekali lagi terima kasih Nona.”

“Iya, sama-sama. Oh ya, Namaku Kang Hyesung. Senang bisa membantu anda Tuan Detektif,” ucapnya dengan menampilkan senyuman menawan.

“Kim Jongdae. Tidak perlu memanggilku dengan sebutan tuan. Karena saya belum tua Nona Hyesung. Sekali lagi terima kasih Nona.” ucap Jongdae pada gadis bernama Hyesung tersebut dengan senyuman, sebelum ia pergi untuk diinterograsi.

“Hyung, kenapa kau menjadi selemah itu. Kemana jurus-jurus yang selalu kau perlihatkan pada kasus kemarin?” tanya Kai, setelah mereka menjauh dari gadis bernama Kang Hyesung tadi.

“Aku sedang tak enak badan hari ini. Sepertinya aku akan mengajukan cuti untuk beberapa minggu kedepan.” ucapku dengan nada lemah.

“Apa? Beberapa minggu? Kenapa lama sekali hyung?”

“Aku tidak pernah mengambil cuti selama ini, Kai. Jadi aku berhak mendapatkan liburan panjang kali ini. Aku sedang lelah kali ini. Mungkin liburan bisa membantuku kembali semangat nanti.”

“Baiklah hyung. Berarti aku akan menangani kasus sendiri setelah ini.”

“Tidak Kai. Aku berjanji tidak akan membuatmu sendirian. Aku sudah menyiapkan sesorang nanti untuk membantumu.”

“Siapa Hyung?”

“Lihat saja nanti…..”


****


Seorang lelaki sedang bergegas mengendarai motornya. Hampir saja melanggar rambu-rambu lalu lintas. Seandainya ia bukan seorang anggota kepolisian bukan hal yang tidak mungkin melanggarnya. Ya, laki-laki itu bernama Kai.

Shit!! Kenapa harus ada lampu lalu lintas disini?” keluhnya sembari melihat jam tangan yang ada di tangan kirinya. Sepertinya dia sedang terburu-buru. Setelah lampu merah berubah menjadi hijau, ia langsung tancap gas, melaju dengan kecepatan tinggi. Well, sepertinya ia telah memberi contoh yang tidak baik bagi warga sekitar. Dia kan polisi.

Sesampainya ditempat tujuan, kantor pusat Kepolisian Seoul, Kai bergegas ke meja kerjanya. Ia mengambil beberapa berkas dan catatannya, kemudian dengan kecepatan kilat ia pergi ke ruang interograsi. Sebenarnya, hari ini Kai bertugas menginterogasi tersangka pembunuhan berantai yang baru ditangkap oleh Chen kemarin. Karena ia terlalu asik menonton semalam, ia jadi lupa waktu dan bangun kesiangan. Well, ini adalah pelanggarannya yang ke 27 kali selama ia bekerja di Kepolisian Seoul. Harusnya ia sudah dipecat. Tetapi karena ayahnya adalah Menteri Keamanan dan Pertahanan Korea Selatan, tidak akan ada yang berani memecatnya. Selain Chen, partner kerjanya, tidak ada yang berani memarahi Kai.

“Maaf, saya terlambat,” ucapnya saat memasuki ruang interogasi. Hanya ada dua orang dalam ruang interograsi, Chen dan Hyera.

“Kau terlambat lagi. Sepertinya sudah lebih dari 20 kali kau terlambat,” ucap Chen dengan nada sinisnya. Hyera tersenyum dan mengangguk melihat Kai.

“Maaf, hyung. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

“Sorry, saya bukan orang yang mudah percaya pada seorang playboy,” sarkas Chen, kemudian melenggang keluar. Hyera hanya tersenyum melihat keduanya.

“Hyung,” Kai ingin mengejarnya tapi kemudian dia teringat tugasnya. “Sunbae, bukankah hari ini seharusnya saya yang menginterogasi. Kenapa dia?” tanya Kai pada Hyera.

“Tentu saja karena kamu terlambat. Besok lebih baik kamu tidak usah masuk,” ucap Hyera dengan tenangnya.

“Huh? Kenapa?”


“Kamu di skors 3 hari. Senang kan?”

“Huh? Beneran?” Dengan wajah berbinar-binar Kai menatap Hyera.

“Kamu benar-benar senang? Sebenarnya kamu tuh niat ga sih kerja sebagai detektif kepolisian?” ketus Hyera, kemudian ia melenggang pergi.

I don’t care. Yang penting bisa nonton sepuasnya, tidur juga sepuasnya,” ucapnya sendiri sambil tertawa.

Tuk..

Itu suara kepala Kai habis dipukul. Dia menoleh ke arah datangnya pukulan itu. Ternyata seorang wanita cantik yang memukulnya.

“Noona, kenapa kau memukulku?” teriak Kai.

“Kau pikir karena apa? Tentu saja karena kelakuan bodohmu yang semakin hari bukannya membaik tapi malah semakin liar. Kalau saja ayahmu bukan seorang menteri, aku tidak akan mau melihat wajahmu lagi ditempat ini,” serunya pada Kai dengan tampang yang sangat marah.

“Ya noona, aku juga tidak ada niat ditempat ini. Kalau bukan karena mobil dan sepeda motorku akan disita, aku mungkin akan pergi tanpa kalian suruh,” ucap Kai dengan tampang tak berdosanya, kemudian pergi meninggalkan wanita itu sendiri.

Well, wanita itu adalah wanita yang tadi menggantikan menginterogasi tersangka. Namanya Hana, Shin Hana. Lebih tua setahun dari Jongdae dan tiga tahun dari Jongin. Nama samaran Flo, kependekan dari flower, arti nama aslinya bunga. Hana adalah kepala bagian divisi yang ditempati oleh Kai dan Chen. Dia memiliki paras yang cantik. Banyak pria yang ingin jadi pacarnya baik dulu maupun sekarang. Tapi para pria pengagum Hana tidak tahu sama sekali kelakuan gadis cantik satu itu.

Shin Hana mungkin memang cantik dan manis bagi para pengagumnya. Tapi jangan salah dengan tampangnya. “Dia adalah wanita tergalak nomer dua setelah ibu di muka bumi ini,” itu menurut Kai. “Jangan pernah terperangkap dalam ruang interogasi bersamanya atau kamu tidak akan keluar dengan selamat,” itu menurut Hyera. “Dia baik hanya jika ada maunya saja,” itu menurut Chen.

Well, dari apa yang dikatakan rekan-rekan kerjanya saja kita sudah dapat membuat kesimpulan. Shin Hana, dia bukan wanita sembarangan. Dan jangan pernah macam-macam dengannya atau kamu akan tahu akibatnya.







TBC

1 komentar: