ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Rabu, 06 Juli 2016

Blazing Star [Chapter 12] - The Last Performance



Blazing Star [Chapter 12]

by  Stephcecil
Cast : Kim Myungsoo, Son Naeun, Noh Yiyoung, Kim Taehyung / V, Lee Byunghun / L.Joe
Lenght : Chaptered || Genre : School Life, Music, Romantic, Friendship || Rating : Teen
Disclaimer : The cast isn't mine, but the plot is purely based of my imagination.
Summary : "Blazing Star mungkin akan berhenti bermain sebagai sebuah grup musik, tapi persahabatan kita tak akan pernah padam." 
Previous Part  : 1 || 2 || 3 || 4 || 5 || 6 || 7 || 8 || 9 || 10 || 11







                                                       



***  


Gladi bersih yang baru dilaksanakan BZ berjalan lancar. Tidak ada kesalahan teknis, pun harmonisasi instrument mereka terdengar keren. Sembari tersenyum puas, sang gadis blonde menjinjing gitar bassnya dan menuruni tangga panggung. Naeun berjalan di sampingnya.

Setibanya di pinggir aula alias base camp mereka, Ia mendengar Myungsoo berseru ceria, “Good job, everyone!” lantas pemuda itu berhigh-five ria dengan Taehyung-Joe yang telah turun duluan.

Yiyoung menangkap air muka Myungsoo yang mengeras ketika menyadari kedatangannya -meski hanya sekian detik- sebelum dia berjalan menghampiri dan memeluk Yiyoung layaknya seorang teman. “Good job, Noh Yiyoung.”

Kretek.

Bunyi retakan hatinya.

Dipasangnya tawa kecil demi menyamarkan pedih yang menyerang tanpa pemberitahuan. “Kau juga. Semoga besok kita bisa memberikan yang terbaik.” Yiyoung melepaskan tautan mereka, lalu menepuk pelan dada bidang Myungsoo.

Cool. Let’s do that.” Balas sang pemuda dengan wajah datar, menyelubungi keberadaan kata dan pengakuan tersembunyi di baliknya.

Myungsoo berjalan melintasi Yiyoung dan melakukan hal serupa terhadap Naeun. Tindakan yang sudah sewajarnya dilakukan leader dalam rangka memotivasi anak buah.

Seraya menghela napas dalam, Yiyoung membalikkan tubuh dan hendak bergabung dengan Joe-Taehyung. Tanpa peduli topik apapun yang mereka bicarakan, asal mampu mengalihkan perhatiannya dari kekalutan hati. Namun niatnya tertunda begitu ia mendengar nama familiar terlontar dari bibir panitia penanggung jawab.

“Hwang Minhyung dan Lee Jieun dari Jung Sang. Tolong segera mengisi panggung. Hwang Minhyun dan Lee Jieun-“

Jantungnya seakan berhenti berdetak.

Pandangan matanya mengiringi sepasang lawan jenis yang berjalan beriringan, masing-masing menjinjing biola ke atas panggung di tengah-tengah ruangan. Seusai mengurus beberapa hal teknis, keduanya pun menghanyutkan penonton menuju dimensi lain melalui duet mereka. Sebagai pemain biola semi professional, Noh Yiyoung sendiri harus mengakui betapa menakjubkannya kombinasi permainan Minhyun-Jieun.

Ia meneguk ludah. Tak hanya piawai, sepasang murid Jung Sang itu memiliki chemistry luar biasa. Di sela-sela permainan, mereka saling mencuri pandang dan melempar senyum kecil. Membuat para penonton merasa bak pencuri di rumah sendiri.

Yiyoung ingin tertawa sekaligus menangis. Entah mengapa, hari ini Aphrodite gemar sekali memainkan pion-pion dalam catur kehidupan percintaannya. Tak cukup kepergian Myungsoo yang tinggal dua minggu lagi, kini ia harus menerima fakta bahwa mantan kekasih dan rekan bermusiknya telah menemukan seorang pengganti.

Well, bukankah ini yang ia inginkan?

Terlampau larut merenungi nasib, Yiyoung terlonjak kaget saat Naeun menyeret paksa lengannya, “Yuk, kita pulang!”




***




Yiyoung membiarkan Naeun menyeretnya keluar dari gedung sekolah. Tak lama kemudian, mereka berlima berjalan beriringan di atas trotoar, tepat di samping jalan besar khas kota metropolitan yang melingkupi wilayah SMA elit Jung Sang.

Udara malam membelai kasar kulit pucat Yiyoung, memainkan helain pirang rambutnya. Rasanya bebas. Dan menyenangkan.

"Mau kemana kita?" tanya Yiyoung, setelah sadar bahwa dirinya terus melangkah tanpa tahu arah maupun tujuan.

Taehyung yang berjalan sekitar satu meter didepannya menoleh. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku. "Kita ke rumahku. Latihan final, mungkin?"

Yiyoung mengangguk singkat, digandengnya tangan Naeun di sampingnya, lalu berbisik "Yang barusan itu menegangkan. Tapi menyenangkan."

Naeun tertawa -dengan anggun tentunya. "Yeah, kita saja agak tegang. Bisa kau bayangkan bagaimana perasaan mereka bertiga?" Si keyboardist menunjuk ketiga personil laki-laki menggunakan dagunya, "Mungkin, ini adalah kali pertama mereka tampil sebagai musisi."

Tanpa diundang, senyum Yiyoung mengembang tipis. Perkataan Naeun -sekali lagi- berlaku bak pengingat bahwa ia tidak sendirian. Bahwa Noh Yiyoung, anak emas dari keluarga musisi itu, tidak disorot sendirian di atas panggung, melainkan bersama keempat sahabatnya.

Yiyoung menjawab, "Kau benar."

Dan jika ketiga musisi amatir yang tidak memiliki bekal pengalaman seperti dirinya saja bisa begitu percaya diri, berarti ia tidak boleh bersikap pesimis.




***











Sesampainya di studio, atau lebih tepatnya rumah Taehyung -yang hanya 10 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki- tidak ada tanda-tanda akan dimulainya latihan final. Sebaliknya, kelima personil BZ itu duduk melingkar di atas karpet ungu. Masing-masing mencari posisi senyaman mungkin.

Myungsoo membuka pembicaraan, "Jadi, hari ini, aku ingin menegaskan bahwa penampilan esok hari akan membawa kita pada dua kemungkinan. Entah menang, atau kalah."

Joe mendengus, Naeun meninju pelan bahu sepupunya.

Sang leader melanjutkan, "Namun, apapun hasilnya, aku ingin kalian tahu kalau kita semua sudah melakukan yang terbaik."

Myungsoo memandangi setiap pasang mata yang balas memandangnya penuh nostalgia. Setiap lensa bagaikan layar lebar di bioskop, tempat dimana kenangan-kenangan berupa film dapat diputar kembali. Dalam kasus ini, film tersebut adalah memori Myungsoo bersama BZ. Rekan bandnya, sahabat-sahabatnya, keluarganya.

Myungsoo menghela napas panjang.

"Ini mungkin adalah kali terakhir kita berlatih bersama. Dan walaupun perjuangan kita singkat, namun tetap terasa indah. Terima kasih."

Sejenak hening. Semuanya larut dalam gelombang melankolis. Hingga Taehyung melempar bungkus makanan ringan yang sedari tadi dilahapnya ke kepala Myungsoo, diiringi ejekan lantangnya, "Memangnya kau mau mati? Jangan mengatakan hal-hal depresif begitu "

Naeun tertawa, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku untuk membalas pesan singkat Jungkook -yang sempat terabaikan karena pidato menyentuh Myungsoo.

Kesimpulannya, tidak ada yang 100% serius menanggapi ucapan terakhir Myungsoo, kecuali satu orang yang kini tak mampu mengukir senyum, meskipun teman-teman di sekelilingnya bercanda ria dan saling berbagi rasa tegang akan penampilan mereka esok hari.

Tatapan Yiyoung bersirobok dengan Myungsoo di seberang ruangan. Keduanya terdiam beberapa saat, sebelum Myungsoo memalingkan wajah.





***





“Bersiaplah, giliran kalian 10 menit lagi.”

Perkataan salah seorang panitia festival berambut gondrong itu terus terngiang dalam kepala Yiyoung sejak 4 menit lalu. Membuatnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tunggu yang ditempati seluruh anggota Blazing Star, dan meningkatkan tensi dalam ruangan.

Naeun –yang tak tahan- segera menarik lengan Yiyoung dan mendudukan sang bassis di sampingnya. “Yah, jika kau berjalan berputar-putar sekali lagi, aku akan mencekikmu.”

Yiyoung pun terpaksa duduk manis sembari berusaha bersikap tenang, meski kakinya tak mau diam.

Ia pernah membaca –entah dimana- bahwa salah satu jalan untuk tenang adalah dengan membiarkan pikiranmu menyerap segala hal di sekeliling. Dalam kasus ini, mencakup wangi lavender menyengat dari pengharum ruangan serta wajah panik terpoles riasan milik teman-temannya.

Berbicara mengenai tata rias, Make-up artist yang disewa Naeun tadi bersikukuh kalau riasan untuk panggung haruslah mencolok. Dan karena itulah, kini ia nyaris tak mengenali teman-temannya di balik topeng bedak, eyeliner, dan kawanannya. Sementara soal kostum, mereka memutuskan untuk memodifikasi seragam SMA Jung Sang, demi menonjolkan kesan seorang pelajar –yang menurut Joe akan membuat mereka tampil berbeda, yang memang benar karena seluruh peserta lain mengenakan kostum mewah bertema tertentu.

Ketika Yiyoung mulai mampu mengalihkan pikiran dari panggung yang menanti, Myungsoo membawanya kembali dengan berkata, “Two minutes more. C’mon guys. Let’s do cheer first.” Seraya tersenyum –walau bibirnya tampak bergetar.

Diiringi ketegangan yang memuncak, Yiyoung berdiri dari kursinya, kemudian diikuti Naeun, Joe, dan terakhir Taehyung. Kelima remaja tersebut berdiri membentuk lingkaran. Kemudian, telapak-telapak tangan saling bertemu dan bertumpuk di tengah lingkaran yang mereka buat.

Myungsoo mengawali cheer dengan suara lantang, “Who are we?

We’re Rising Star!




***




Myungsoo berjalan ke bagian terdepan panggung dan memegang standing mic. Ia melirik rekan-rekannya yang telah menempati posisi masing-masing. Setelah yakin dengan kesiapan mereka, ia memulai pekerjaannya sebagai ketua merangkap juru bicara BZ.

Anyeonghaseyo, kami adalah Blazing Star, grup mandiri dari SMA Jung Sang. Grup kami baru saja dibentuk, dan ini adalah kali pertama kami mengikuti sebuah kompetisi.”

Dari sudut matanya, Myungsoo menangkap seringai meremehkan seorang penonton, terlihat merendahkan statusnya sebagai musisi amatir. Ia hanya tersenyum tenang menanggapinya.

Myungsoo melanjutkan, “Lagu yang akan kami bawakan berjudul “What Does Being Young Mean”, lagu ciptaan kami sendiri. Kami harap anda akan menikmati penampilan kami.”

Myungsoo mundur selangkah, lalu memberi isyarat pada Joe untuk memulai.

Mulanya semua terasa sempurna. Lampu sorot warna-warni yang indah nan menyilaukan, sorakan riuh rendah para penonton, serta wajah-wajah penuh ekspektasi mengiringi penampilan mereka, yang seperti biasa, dibuka dengan ketukan mantap drum L.Joe.

Sementara sekitar satu meter di depan panggung, terdapat mimbar panjang yang ditempati oleh ketiga juri kehormatan berpakaian formal. Ketiganya melempar tatapan tajam penuh penilaian.

Yiyoung:

Youth means sugar

Because you’re mine and I’m yours

Because that fact is so sweet

And that means you’re my sugar


Myungsoo:

People say that youth is full of love

But when love came to me, it was so blur

Nevermind, because now, i have fully understood it.

That everything about you is love


Yiyoung & Myungsoo:

But sometimes, feelings will change, without even we realizing it

Because even it's painful, everything is going to be alright.

Let go of the best, to get the better one.



Setelah ketiga bait itu dilantunkan oleh suara sopran Yiyoung dan Bariton Myungsoo, tiba saatnya bagi Joe membuang topeng datar dan asumsi orang-orang bahwa dirinya hanyalah murid teladan berotak brilian, yang hanya mampu mendekam di balik buku-buku tebal. Malam itu, dibanjiri lampu sorot, ditemani stik drumnya, lalu –yang terutama- keempat sahabat pertamanya, ia membuang jauh-jauh pandangan tersebut dengan kemampuan rapnya. Ia bahkan membuat seluruh siswa Jung Sang meragukan penglihatan mereka. Lantaran tanpa kacamata dan ekspresi datarnya, Joe tampak luar biasa keren. Rambut kemerahannya menjadikan ia seperti anggota boyband pujaan sejuta remaja Korea Selatan.

It’s okay although you know nothing

Whether it’s good or bad thing

Because dude, we need to follow our heart

Jump, fall, walk, and run! 


It's thorny, It's hurtful, the road is not easy and unfamiliar.

The world is cold to us. Sometimes, we're alone.

But what shall we do? Keep running!


Because we’re young.

Wild and young.

Follow me!

Para penonton serentak terbawa adrenalin dan melonjak-lonjak bak pengunjung klub malam. Disusul duet gitar di bagian interlude* yang dimotori oleh Taehyung-Myungsoo, menandai klimaks performa BZ malam itu. Kedua flower boy saling melempar melodi dan tersenyum gila satu sama lain. Sementara lengkingan genit dari gadis-gadis riuh terdengar. Aji mumpung. Kapan lagi dapat menyaksikan adegan eksklusif tersebut secara gratis? Harga tiket konser tak ada yang dibawah 10.000 won.

Kendati permulaannya berjalan mulus, berbeda dengan akhirnya. Mungkin, adrenalin terlampau dominan hingga memblokade pikirannya, sehingga Taehyung memetik senar yang salah tanpa sadar.

Bukan G, tapi C, batin Taehyung panik. Jemarinya membeku di udara selama sekian detik, hingga Myungsoo mengambil alih panggung dengan permainan solo dadakannya. Tak cukup lama, namun cukup memukau penonton, dan cukup untuknya menata diri dan melanjutkan mengisi harmoni di bagian coda**


What’s youth? They are sweats, energy, passion

Don’t just stay still and do nothing

Because we’re young and we better dream out!

Youth is about learning, yeah


Yiyoung, Myungsoo, Naeun, Taehyung, Joe:

We Will Be Happy Someday, Together!





***






Noh Yiyoung mendesah pasrah. Pembawa acara baru saja mengumumkan N. Flying sebagai juara favorit Festival Seni Jung Sang (musical section). Sebuah fakta yang mengartikan bahwa tiada harapan bagi BZ membawa pulang piala.

“Maafkan aku, teman-teman,” Taehyung berujar lirih sembari menundukkan kepala, agaknya enggan menatap wajah kecewa teman-temannya.

Yiyoung tahu bahwa seharusnya ia pun turut kecewa, atau bahkan melemparkan alasan kegagalan mereka seutuhnya pada Taehyung. Kendati begitu, sang gadis blonde berjalan melewati Naeun yang berdiri di depannya –mereka semua berdiri di bagian samping kanan-kiri panggung yang khusus disediakan untuk peserta- dan menjitak keras dahi Taehyung, membuat pemuda itu meringis kesakitan.

Ketika Taehyung mendongak, bersiap menerima rentetan ungkapan jengkel lainnya dari Yiyoung, ia tak mendapati ekspresi kesal Noh Yiyoung, malahan sorot mata penuh sayang, “Lain kali lakukan dengan baik, oke? Kau sih terlalu percaya diri, jadinya salah.” Ia menjitak Taehyung sekali lagi lalu tersenyum kecil.

Taehyung kehabisan kata-kata. Terlebih disaat Myungsoo menambahkan, “Maafkan aku juga, seharusnya kita lebih sering melatih bagian interlude berdua. Aku terlalu egois karena memaksa berlatih sendirian.”

Hening sejenak, karena Taehyung belum dapat menemukan kamus kosa-kata dari dalam otaknya.

Mendadak saja, euforia penonton yang tadinya memekakkan telinga kian melambat begitu suara pembawa acara kembali terdengar. Tiba waktunya mengumumkan siapa yang sukses membawa tajuk pemenang.

“… Juara ketiga dimenangkan oleh tuan rumah sendiri, yakni SMA Jung Sang. Sungguh hasil yang tak terduga-“

Setitik harapan muncul.

Myungsoo menahan keinginannya mencekik pembawa acara cerewet nan bertele-tele itu. Sementara Naeun-Yiyoung saling meremas telapak tangan mereka yang dingin. Joe beralih profesi menjadi patung pancoran. Dan Taehyung panas-dingin.

“… Pemenang ketiga kita adalah…”

Ketukan drum terdengar jelas.

“… Blazing Star. Selamat untuk kalian!”





***






Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk berkumpul di D’Pasto setiap kali ingin makan bersama. Tak terkecuali pada malam istimewa ini. Kelima remaja berseragam unik –dimodifikasi- dan berpoles riasan tebal tersebut kontan menarik perhatian pengunjung lain begitu menginjakkan kaki di dalam kafe.

Myungsoo yang berjalan paling depan segera menempati meja terdekat dari panggung kecil, dimana sebuah band indie tengah tampil. Tindakannya itu diikuti kawan-kawannya yang sibuk berceloteh dengan ekspresi riang.

“Jantungku nyaris saja copot saat nama grup kita dipanggil!” komentar Naeun, sembari mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Yiyoung. Matanya berkilat girang, mengamati sebuah piala berwarna perak setinggi 30 cm yang baru diletakkan Yiyoung di tengah-tengah meja.

Yiyoung tak kalah ceria. Ia tersenyum lebar sekali hingga pipinya terasa ngilu. “Yeah, kau tahulah. Kupikir kita tidak akan menang. Siapa juga yang menyangka kalau juri akan memuji kekompakkan kita?” sang gadis blonde melirik dan menaik-turunkan alisnya ke arah Myungsoo yang duduk tepat di seberangnya. “Spontanitasmu patut dipuji.”

Myungsoo mengibaskan sebelah tangannya. “Sudahlah, jangan dibahas lagi,” lalu tertawa –entah kenapa tawanya terdengar palsu di telinga Yiyoung- “Omong-omong, good job, guys!”

Keempat kawannya sontak tertawa lepas, kembali bernostalgia mengenai adrenalin yang memicu detak jantung mereka sepanjang malam. Perasaan unik dimana seluruh dunia seakan berhenti berputar. Segalanya menghilang, menyisakan dentum musik dan para sahabatnya. Mungkin memang terdengar sentimental, kendati kelimanya sama-sama tak ingin merelakan kenangan malam ini.

Namun diantara kelima raut cerah itu, terdapat satu yang dirundung mendung. Merujuk pada sosok yang duduk bertopang dagu, menatap kosong keempat kawan yang bersuka ria. Dan tampaknya Kim Myungsoo cukup peka akan suasana hati Taehyung, sebab ia menepuk pundak sang gitaris dan berkata, “Jangan merasa bersalah atau apapun. Yang tadi itu memang tak terduga, tapi bukan salahmu, oke? Lagipula grup kita menang.”

Taehyung mengangguk pelan.

“Mungkin kau benar.”

Myungsoo menepuk pundak rekannya sekali lagi, “Kau tak terdengar meyakinkan. Aku jadi teringat bocah galau yang kutemui beberapa bulan lalu.”

“Bocah galau?”

“Iya. Dia teman pertamaku di sini. Kami pertama kali bertemu saat dia bermain gitar sendirian di kelas. Raut wajahnya persis sepertimu sekarang, seperti orang yang hendak terjun bebas dari atas jembatan.”

Butuh sekian detik bagi Taehyung untuk meresapi kata-kata Myungsoo, hingga ia tersadar kalau sebutan itu merujuk pada dirinya sendiri dan menyikut –cukup keras- pinggang leader. Menyebabkan sang korban meringis sembari terkekeh geli. “Makanya, jangan galau terus. Kau kira tampangmu itu enak dilihat?”

Kalau saja pesanan mereka tidak tiba menginterupsi, pastilah Kim Taehyung sudah mendaratkan tonjokan di bahu Myungsoo.





***






Langit berangsur kelam dan mereka mulai kehabisan topik, seiring dengan kantuk yang menyerang. Pun suasana sepi menggelayuti, dan piring-piring telah tandas.

Joe menguap lebar, matanya merah karena kantuk. Kemudian, ia sadar hanya ada hal buruk yang akan terjadi jika Ayahnya tahu –dari laporan tuan Kim- bahwa dirinya pulang larut karena urusan band, bukannya belajar di perpustakaan. Joe baru bangkit berdiri dan hendak pamit ke kamar mandi –untuk membersihkan make-up- lalu pulang, saat Myungsoo angkat bicara.

“Guys, ada sesuatu yang ingin kukatakan pada kalian. Tolong dengarkan baik-baik.”

Naeun dan Yiyoung menoleh dengan pandangan kabur –efek alkohol. Sementara Taehyung mendongak penasaran dari layar ponselnya, “Apa?”

Myungsoo tak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang lalu menyeruput wine. Menghabiskan sekitar setengah menit dalam kegalauan –yang membuat Joe gelisah, tak sabar ingin pulang- sebelum melanjutkan dengan raut keruh, “Aku harus kembali ke Amerika.”

Dahi Taehyung berkerut. “Kapan? Setelah lulus?”

Gelengan kepala adalah jawabannya.

“Lalu kapan?” kali ini suara Naeun.

"Akhir bulan, setelah semester ini berakhir. Tepatnya dua minggu lagi.”

Taehyung mengerang, “Yang benar saja, kau ini leader kita. Apa yang akan terjadi dengan band kalau kau pergi?”

Naeun tak kalah terkejut. Sang keyboardist menggumamkan beberapa umpatan dan menandaskan segelas penuh winenya sebelum mencerca Myungsoo. “Kau ini bagaimana, sih? Main menghilang saja. Memangnya ada apa di AS? Apa kau memiliki kekasih disana atau bagaimana?”

Myungsoo setengah mati menahan senyumannya. Ia menggeleng. “Tidak. Bukan itu. Ini masalah keluarga.”

“Ada saudaramu yang sakit?”

“Bukan.”

“Lalu?”

Myungsoo tampak ragu menjelaskan, “Ayahku marah besar karena aku berbohong tentang mengambil sekolah khusus bisnis di sini. Jadi dia memintaku berhenti bermain-main dan pulang ke AS. “

Naeun mendecakkan lidah, “Dasar. Kau ini seperti karakter drama saja.”

Joe menyahut, “Aku paham bagaimana perasaanmu. Melakukan sesuatu yang tak kau sukai demi keinginan keluarga semata. It sucks man.”

“Aku tahu. Dan aku tak berdaya menentangnya.”

Joe mengangguk paham.

Di sisi lain, Naeun masih tak menerima keputusan Myungsoo. “Tak bisakah kau membicarakan ini lagi dengan Ayahmu? Kau yang membentuk ini, kau juga yang membuat kami mengikuti kompetisi. Tak wajar rasanya kalau kau tidak ada. Sebelum kau datang, yang kupedulikan hanyalah belajar dan Jungkook oppa. Tapi, setelah bergabung dengan band, aku tahu bagaimana caranya bersenang-senang.”

Ada persetujuan bisu disana, diselimuti keheningan melankolis. Seolah kata-kata Naeun mengetuk semacam kesadaran pada masing-masing kepala, yang mana memberatkan beban di pundak Myungsoo.

Blazing Star tidak akan ada jika bukan karena kau.” Taehyung menambahkan.

Myungsoo hendak angkat bicara lagi, namun kepalanya terasa kosong. Blazing star, mereka telah mengubah dirinya tanpa disadari.

Bagi Myungsoo, ini adalah kali pertama ia diperlakukan tanpa diskriminasi –karena figure mungil dan kontur wajah yang berbeda dibandingkan ras Eropa, ini pertama kalinya ia mendapat sahabat, juga pertama kalinya ia memiliki kebebasan untuk mewujudkan mimpi liarnya.

Keputusan gegabahnya sekaligus tindakan maneuver dari sang Ayah tak ubahnya mimpi. Singkat dan manis.

Dan harus segera diakhiri.

Ketika Myungsoo sudah dapat mengendalikan diri, ia berkata, “Setelah menghabiskan waktu bersama kalian, aku menyadari bahwa memiliki mimpi itu tak harus muluk. Bahkan, ketika aku memegang gitar dan bernyanyi, saat itulah aku tengah mewujudkan mimpi. Tak harus berada di atas panggung mewah dengan instrument mahal, atau ribuan penonton di bawah sinar lampu. Mewujudkan mimpi itu sederhana, yakni melakukan apa yang kau cintai. Jadi, aku berharap dimanapun kita berada, kita akan terus bermimpi. Persis seperti apa yang kita lakukan sekarang. Jangan lupakan kita, Blazing Star-

Pandangan Myungsoo terarah pada gadis blonde yang sedari tadi hanya diam menyeruput wine, “-aku akan merindukan kalian-”

Yiyoung menengadah, lagi-lagi, pandangannya bersirobok dengan Myungsoo.

“-Aku benar-benar akan merindukan kalian.”






***






Noh Yiyoung menapaki tangga menuju lantai dua – disanalah kamarnya terletak- bak mayat hidup. Malam ini sungguh absurd baginya. Malam ketika bulir peluhnya lunas terbayar, juga malam dimana Myungsoo resmi mengumumkan kepergiannya. Dan meskipun Yiyoung sudah mendapat notifikasi awal, ia masih berharap Myungsoo mengubah pikirannya.

Ah, terlampau absurd.

Tak ambil pusing mengganti kostum panggung maupun menghapus riasan, sang bassis melempar diri ke atas kasur queen size miliknya. Rasa nyaman sekaligus kantuk mulai menyerang disaat ia memejamkan mata untuk merenung.

Apa yang harus dilakukan sekarang?
Jika ia tengah berakting dalam sebuah drama, maka sewajarnya Yiyoung melepas kepergian Myungsoo di bandara sembari bercucuran air mata. Tetapi ini adalah realitas. Dan Yiyoung merasa harga dirinya terlalu tinggi untuk itu.

Mengerang, diselipkannya kepala di bawah bantal.

Ia adalah Noh Yiyoung. Gadis cerdas setengah gila. Gadis yang sarat akan bakat musikal. Gadis terhormat dari keluarga Noh. Ia yakin ia cukup tangguh untuk menghadapi ini, kan? Ia hanya tinggal merelakan Myungsoo lalu mencari pemuda tampan lain.

Lalu, setelah itu, apa yang harus ia lakukan?

Ternyata ia lebih gila daripada yang ia duga.





***






Apa kau tidak menghapus make-up mu semalam? Matamu terlihat hitam." Adalah sapaan Naeun pagi itu terhadap gadis yang berjalan ugal-ugalan menuju bangkunya. Tasnya diselewengkan sembarangan di punggung, pun risleting depannya terbuka separuh. Sungguh khas Noh Yiyoung.

Segera setelah menemukan kursinya, Yiyoung duduk. Kepalanya ditelungkupkan diatas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan.

Son Naeun merasa terabaikan.

"Apa kau tidak mendengarku, huh?"

Hening.

Naeun berdecak kesal. "Noh yiyoung!"

Dengan enggan Yiyoung mengangkat kepala. Paduan eyeliner yang belum sepenuhnya dihapus dan lingkaran hitam membuat ia tampak mengerikan.

Yiyoung memicingkan mata, "Apa sih? Berisik sekali pagi-pagi."

"Aku hanya bertanya karena kau tampak menyedihkan."

Si lawan bicara tak membalas dan memilih untuk membenamkan kepalanya kembali. Naeun memutar bola mata.

Son Naeun nyaris meluapkan sumpah serapah dalam hati ketika bel tanda masuk berdering, nyaring diiringi keluhan murid-murid. Seluruh anggota kelas bergegas duduk di bangku masing-masing sebelum terkena damprat Mr.Kim.

Yiyoung pun terpaksa duduk tegak di bangku. Dan tepat sebelum Mr. Kim memasuki kelas untuk jam pelajaran pertama, ia berbisik pada Naeun yang duduk di sampingnya.

"Nanti kau free, kan? Ayo menginap di rumahku."

"Call."





***





Saking kerapnya Naeun menginjakkan kaki di kediaman keluarga Noh, dia tidak perlu lagi menekan bel karena Yiyoung sudah memberikan salah satu dari sekian kunci cadangannya. "Aku bosan bolak-balik membuka pintu untukmu. Buka sendiri saja," kata sang empu rumah.

Jadi, tak mengherankan jika malam itu setelah selesai mandi Yiyoung mendapati Naeun duduk manis di atas kasur miliknya, lengkap dengan sebuah buku notasi -Naeun selalu membawa buku itu kemana-mana- yang diletakkan di atas nakas samping tempat tidur beserta tiga bungkus keripik kentang. Sementara ransel Hello Kitty berisikan perlengkapan menginap bertengger di pojok kamar.

Yiyoung melempar handuknya -asal-asalan- ke gantungan di belakang pintu sebelum melempar diri ke atas kasur.

"Oi, kapan kau tiba?"

"Sekitar 10 menit lalu..? Kau mandi atau luluran, sih?"

"Cerewet kau."

Sunyi menghampiri ketika Yiyoung mengecek notifikasi ponselnya. Ada dua pesan dari teman laki-laki seangkatan, yang isinya sama-sama sapaan tak bermutu -sejak putus dari Minhyun, secret admirernya bermunculan. Yiyoung memutar bola mata, kenaikan popularitasnya membuat ia jengah. Ia membiarkan dua pesan tersebut tak terbalas dan melempar ponselnya ke atas nakas tempat tidur.

"Omong-omong, kenapa kau memanggilku kemari?"

Yiyoung mengedikkan bahu, "Aku bosan sendirian. Kenapa memangnya?"

"Pft, yang benar saja."

Sekali lagi Yiyoung mengedikkan bahu, kemudian menyambar sebungkus keripik kentang milik Naeun. Namun, belum sempat ia merobek bungkusnya, Naeun merebut paksa camilan itu.

"Yah!"

Naeun tak peduli akan omelan sahabatnya. Dilemparnya keripik ke sisi tempat tidur yang lain sebelum berbalik menghadap Yiyoung dengan pose bersedekap, "Ayo bicara serius. Kau tidak akan mendadak mengadakan acara menginap tanpa alasan. Terakhir kali ini terjadi, adalah malam dimana Mrs. Noh memulai tur dunianya."

Kali ini Yiyoung tak mampu berkelit. Ternyata Naeun mengenal dirinya jauh lebih baik dibandingkan dirinya sendiri. Ia memang jarang mengajak Naeun menginap -biasanya Naeun yang menawarkan diri- kecuali ia sedang dilanda galau.

Yiyoung mendesah, "Bagaimana aku harus menjelaskannya?"

Sementara Yiyoung kebingungan mencari kata-kata, Naeun diam mengamati bak jaksa yang mencoba mencari celah dari pembelaan diri terdakwa.

Satu helaan napas panjang lagi, lalu Yiyoung mulai mencurahkan beban hatinya. Ia duduk bersila dengan punggung disandarkan pada kepala tempat tidur. Pandangannya menerawang bimbang.

"Aku harus mengakui kalau aku ini memang agak liar. Tapi, keputusanku sudah bulat dan kupikirkan matang-matang."

Yiyoung mengalihkan pandangannya ke arah Naeun, yang kala itu masih tak mampu menangkap situasi, "Eun, aku akan pergi ke Amerika. Aku akan mendalami musik sebagai siswa Juilliard."

Mulut Naeun menganga lebar.

"Ini bukan semata-mata karena Myungsoo. Meskipun aku menyukainya, aku masih cukup waras," Yiyoung menggeleng demi menegaskan argumennya, "Aku melakukannya karena aku sadar bahwa inilah mimpiku. Aku serius ingin menjadi musisi. Dan aku sudah diterima di Juilliard, aku sudah mengabarkannya pada eomma-appa dan mereka setuju. Walau waktu Itu aku hanya iseng mendaftarkan diri."

Yiyoung tersenyum jahil.

Untuk sesaat, tiada kata yang dilemparkan. Hanya ketegangan yang bergulir. Yiyoung mengira amarah Naeun akan segera meledak. Atau sebaliknya, ia terlampau bahagia untuk bereaksi.

Tetapi, apa yang berlangsung berikutnya sungguh diluar prediksi Yiyoung.

Sahabatnya menangkup Yiyoung dalam pelukan hangat nan erat. Masih sunyi yang menemani, disamping isakan lirih dan bahu yang bergetar. Sang bassis membeku di tempat, sementara Naeun susah payah menuai kata, “Aku- aku sedih karena itu berarti kita akan berpisah, tapi aku senang karena kau berani menggambar jalan hidupmu. Aku marah karena kau baru mengatakannya padaku sekarang, tapi aku bangga karena akulah orang pertama diluar keluargamu yang tahu.”

Naeun melepas dekapannya, hingga kini mereka berhadapan face to face.

“Young, kau tahu aku akan selalu mendukungmu. Tak peduli apapun situasi yang kau hadapi. Dimanapun, kapanpun. Kau bisa mengandalkanku untuk berada di pihakmu. That’s what friends are for. On top of that, we’re band mates. Kau punya seorang keyboardist, drummer, guitarist, dan vocalist sebagai pendukung setia. Blazing Star mungkin akan berhenti bermain sebagai sebuah grup musik, tapi persahabatan kita tak akan pernah padam.”

Yiyoung menunduk, menyeka air mata harunya menggunakan punggung tangan. Ucapan Naeun sungguh benar dan akan membekas dalam hatinya.

“Omong-omong, apa yang kau maksud dengan ‘Ini semua bukan karena Myungsoo?’”

Uh- ucapkan selamat tinggal terhadap menit-menit mengharukan, sebab tampaknya si bassis wajib mempersiapkan diri demi menghadapi wawancara intensif nona Son Naeun.

“Jadi- begini-“

“Apa lagi yang kau sembunyikan dariku?!”




***



Helaan napas diproduksinya sembari melayangkan pandangan ke arah tumpukan koper, yang siap dikirimkan menuju kediaman keluarga di New York. Dadanya terasa berat, seolah terganjal sesuatu. Well, Myungsoo sungguh tak percaya bahwa tinggal hitungan hari tersisa, hingga ia meninggalkan Korea Selatan. Tepatnya, meninggalkan Jung Sang.

Malam itu dihabiskannya  untuk merenungi nasib.



***



[BLAZING STAR KAKAO GROUP CHAT]

Tae, aku tidak peduli apa kau mengijinkan kami untuk menginap di studiomu atau tidak. Yang pasti besok sore aku akan menemui kalian semua dengan sekarung snack dan perlengkapan tidur. Bye.

Pwettty bassis.

.
.
.

TBC

===================================================================

AKU PAMIT YA READER. LAST CHAPTER BAKAL AKU UPDATE MONTHS LATER/?
Anyway, saya udah post beberapa patah kata di "unknown" jadi saya gak akan panjang lebar di sini. Oh ya, btw, udah nonton drama The Entertainer gak? ternyata L.JOE BENERAN BISA DRUM PEMIRSA HAHAHAH. Saya kaget, padahal waktu saya pertama ngerancang fanfic ini, karakternya saya buat sesuai teman-teman roleplayer saya. Nah, loh, ternyata kok beneran L.Joe jadi drummer dan TIPE A STUDENT. WOW. 

bye. with luv, stephcecil.









For Naeun, Myung, Taehyung, Joe, Uri Bogoshippo Band.



As we pass by a fragrant road in this beautiful season
My cautious footsteps pound in my head
When you come closer while smiling for me
It feels like all the happiness in this world is mine.


The late afternoon sun wakes me up
And I don't know why but I smile


Although it might still be far in the future
I don't want it to just be a dream
Just one love
I hope to walk the same road together with you


Good morning Your morning call that wakes me up everyday
It feels like a morning we share together


You are more sweeter
Than the pretty candy you gave to me like in a movie


Although as time passes, we may change
Let's not let go of our hands
Just for love
Let's let this be our last love forever
I wish for that


Your love is just too precious
Oh it's true If we just look at each other
I want to be by yourself


Although as time passes, we may change
Let's not let go of our hands
Just for love
Let's let this be our last love forever
I wish for that


To make my life complete
You make my life complete

(SNSD- complete)
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar