ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Sabtu, 19 Mei 2012

Be Music Be Love ( Part 2 )

Tittle                 : Be Music Be Love (Part 2)
Author              : Alexandra Ditha
Genre               : Music, Romantic
Rating               : G
Main cast          : Kim So Hyun, Suzy





Suzy p.o.v



“Suzy-ssi, ayolahh… Sekali ini saja.” Rengekan Jiyeon-ah semakin membuatku mual rasanya. Mengapa dia harus merengek seperti anak kecil tidak dibelikan permen oleh Amma-nya? Sambil menarik bajuku lagi. Memalukan.


“Aku tetap tidak mau! Aku sedang malas, aku ingin tidur saja. Mumpung ada waktu senjang.”


“Kau ini, seperti babi saja. Liburan malah tidur.” Ejeknya sambil memonyongkan bibir. Dasar, Jiyeon-ah. Lihat, mukanya Jiyeon-ah yang mirip babi, bukan aku.


“Lihat, semakin kau monyongkan bibirmu, semakin kau mirip babi. Bukan aku yang mirip, tapi kau. Hahahaa…” kataku sambil tertawa puas.


“Ayolah, Onni. Kita jalan-jalan, keliling Seoul. Ayolah, pleaseee…. Sekali ini sajaa..” Haa?? Sejak kapan dia memanggilku Onni. Dasar, penjilat.


“Onni? Dasar penjilat kau…”


Aku melihatnya memonyongkan bibirnya lagi. Dasar, Babi.


“Ya sudah, kalau begitu aku akan menelepon Hyorin untuk berangkat bersama. Kau disini saja, SENDIRIAN.” Katanya kesal. Ya sudah, kalau kau ingin pergi, pergi saja sana. Aku bisa sendiri disini dan mungkin, ehm.. Melakukan hal yang ku suka, memasak misalnya.


Samar-samar ku dengar dia sedang menelepon temannya, siapa itu. Hyorin-ah? Jangan-jangan, dia adalah temannya yang kecentilan itu. Hii,, lebih baik aku kabur saja, atau dia akan mencekcokiku dengan pertanyaannya yang tidak penting. Seperti, ‘Good morning, Onni. Pagi ini Onni terlihat sangat cantik. Wahh,, apa itu Onni? Kue brownies? Kelihatannya enak?’ dan setelah itu dia pasti ingin minta brownies gratis. Dasar, penjilat. Sama saja dengan Jiyeon-ah.



Kim Soo Hyun p.o.v



“Ne, Kim Soo Hyun imnida. Siapa? Apa, Eunjung-ah. Maaf, aku baru bangun tidur. Jalan-jalan? Ehm, bagaimana ya? Ne, aku akan segera menjemputmu. Terserah kau sajalah.”


Klik! “Fuihh,, susahnya punya pacar. Apa aku putuskan dia saja ya? Ah, jangan. Aku tidak tega dengannya.”


“Heii,, ternyata kau masih punya rasa kasihan terhadap wanita.” Suara itu menyadarkanku. Pasti Lee Joon, rasanya aku ingin mencekeknya sampai mati. Tapi jangan, aku bisa dipenjara dan tidak laku lagi.


“Oppa?! Oh, aku rindu padamu!” kataku mencoba untuk mengejeknya. Aku berlari seperti gay dan memeluknya erat.


“Hei, lepaskan! Soo Hyun lepaskan!”


“Sekeras apa pun kau berteriak aku tidak akan melepaskanmu. Aku sangat merindukanmu, Joon Oppa!” aku menggodanya. Sepertinya dia muak. Hahaa,, biar saja. Aku kerjai dia.


“Lepas!” dia melepaskanku dengan paksa.


“Apa yang kau lakukan?”katanya dengan marah


“Apa aku sudah mirip dengan Sushi-ah itu?” kataku sambil mencoba mengibaskan rambut, padahal nggak nyampe.


“Suzy-ah, bukan Sushi-ah.”


“ya terserah apalah itu.”


“Ceritakan padaku tentang Suzy mu itu.”


“Apa? Apa yang harus ku ceritakan?”


“Ah, ayolah. Apa saja, anggap saja aku sahabat baikmu.”


“Aku tidak punya sahabat.”


“Terserah kau sajalah..”


Sunyi, hampir 1 menit aku menunggunya memulai bercerita. Baru saja aku ingin berkata, dia mendahului. Matanya menerawang, menatap langit-langit rumah dengan perasaan penuh kekaguman.


“Semua berawal dari hari itu.”



Flashback ………


“Fufu, dimana kamu? Fufuu…” seorang gadis kecil berjalan sambil menengokkan kepalanya kekanan dan kekiri. Wajahnya begitu imut, dengan rambut panjang sepunggung berwarna cokelat, dan matanya yang agak sipit, gadis cilik itu terus menyebut nama Fufu. Aku, saat itu sedang bermain di halaman rumahku. Tiba-tiba, seekor anjing pudel dengan kalung lonceng yang terus berbunyi, berlari amper rumahku sambil menggoyang-goyangkan ekornya.


“Fufu!! Astaga, ternyata disitu. Fufu, fufuu… Ayo kita pulang.” Katanya sambil berjalan menuju anjing itu. Oh, ternyata Fufu adalah anjingnya.


“Annyeonghaseyo, Lee Joon imnida. Kamu?”


“Fufu, ayo kita pulang.” Katanya tanpa menghiraukan salamanku.


“Hei, kau tidak mendengarkan kata-kataku!” kataku marah. Dia menoleh dan menaikkan alisnya.


“Kau siapa?”


“Lee Joon imnida. You?”jawabku sambil mengulurkan tangan lagi.


“Oh, annyeonghaseyo. Suzy imnida.” Katanya sambile tersenyum ceria.


Flashback End




“Dari situlah, akhirnya kami berteman. Semakin lama kami tumbuh menjadi remaja, bersama Jiyeon-ah juga, kami bersahabat. Suzy sangat cerewet dan pemarah. Tapi dia sangat dewasa, padahal umurnya masih lima tahun dibawahku. Suatu hari, aku dan orangtuaku pindah ke Seoul. Itu membuatku lemas, tapi Suzy-ssi, dia sama sekali tidak sedih. Dia terus menyemangatiku agar di tempat baruku, aku dapat mengejar impianku.”


“Memang apa impianmu?”


“Sudahlah, kau tidak perlu tau. Kita lanjutkan saja. 5 tahun kemudian, Suzy dan Jiyeon memutuskan kuliah di Universitas Seoul. Karena kebingungan mencari tempat tinggal, keluarga kami menawarinya tumpangan. Tapi Suzy-ssi menolak, padahal Jiyeon-ah sudah senang sekali. Suzy memutuskan untuk tinggal di rumah salah satu saudaranya. Kemudian Suzy mencoba mencari pekerjaan sampingan, dia menjadi penjual Koran saat subuh, dan mahasiswi saat pagi. Sebenarnya dia tidak akan kekurangan walaupun tidak bekerja. Orang tua Suzy aalah direktur saat satu perusahaan alat-alat dapur. Sangat kaya, seperti kau. Ayahmu adalah direktur di perusahaan bidang dekorasi dapur dan peralatan canggih lainnya, beliau menanam saham dimana-mana. Ibumu wanita karier, mereka berdua sangat baik. Tapi tidak dengan Suzy, orang tua Suzy sangat sibuk sampai tidak pernh meneleponnya. Hanya mengirimkan uang, uang itupun tidak pernah dipakai Suzy. Dia membagikan uang itu pada anak-anak dip anti asuhan, Suzy suka sekali anak-anak.”


“Wah, ternyata Suzy orangnya seperti itu. Hidupnya hebat sekali yaa.. Orang kaya tapi masih tidak malu berjualan Koran. Sungguh hebat”


“Makanya, kau minta maaf padanya. Sikapmu kemarin sangat tidak sopan.”


Aku hampir saja menyemprotkan minumku ke mukanya. “Minta maaf?? A..pa maksudmu?”


“Ya minta maaf, atas perlakuanmu yang tidak sopan kemarin.”


“Ah, tidak. Malas.”


“Dasar.”


“Oh ya, Joon. Apa kau menyukainya? Rasanya, tatapanmu kemarin padanya sangat dalam dan penuh arti.”


“A..apa.. maksudmu?” muka Joon memerah. Hahahaa,, kena kau.


“Haha, mukamu merah. Tandanya kau memang suka padanya.”


“Tidak!” elaknya


“Sudahlah, aku tidak bisa dibohongi. Bahkan wajahmu pun tidak mampu menglabuiku.” Kataku menang.


“Aku tidak menyukainya, aku mencintainya.”





Lee Joon p.o.v





Kadang aku merasa tidak mengerti, mengapa hidup bisa sesadis ini. Orang yang kucintai, yang kusayangi seumur hidupku, hanya menganggapku sahabat. Aku bukan Chairil Anwar yang bisa membuat bait-bait indah, atau pun musisi yang bisa menciptakan lagu cinta. Aku hanya Lee Joon, seorang lelaki yang mencintai gadis kecilnya.


Aku memang merasa sakit saat Suzy memanggilku chingu, tapi aku tidak pernah merasa sesakit ini. Aku tidak mengerti, masih tidak mengerti. Cara Suzy menatapnya, bicara padanya. Aku tidak mengerti, seperti ada aliran listrik yang menyatukan mata mereka. Suzy tidak pernah menatapku seperti itu, bukan karena dia tidak pernah marah padaku. Tapi, Suzy tidak pernah menatapku sebegitu dalamnya. Mungkin dia tidak menyadarinya, tapi aku? Aku sudah mengenalnya sejak kecil, tentu aku sadar hal itu.


Tidak kusangka. Tatapan itu, tidak asa satu orang pun yang mendapat tatapan seperti itu dari Suzy. Begitu dalam, menusuk, dan misterius. Seperti takdir, takdir menginginkan Suzy bersamanya. Tapi kenapa dia? Seorang Kim Soo Hyun? Tak kusangka.


Perasaan takut menerpaku. Takut kehilangan, aku tidak bisa merelakannya pergi. Sudah terlalu lama, terlalu lama aku memendam perasaan ini, terlalu lama semua terjadi. Aku membutuhkannya.



Kadang Cinta membuatmu lemah


Kadang Cinta membuatmu tidak baik


Kadang Cinta membuatmu membisu


Kadang Cinta membuatmu kehilangan



Disaat waktu memberimu kesempatan


Kau malah menolak


Disaat harapan masih ada


Kau malah mengelak



Disaat waktu tertutup untukmu


Disaat itulah kau sadar


Cinta tak dapat kau lupakan dengan mudah


Dan kau tahu, semua sudah terlambat




****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar