ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Selasa, 05 Juni 2012

Mr. Hot Chocolate ( Part 2 )


Tittle           : Mr. Hot chocolate ( Part 2)
Author        : Micheel Ppyong
Genre         : Romance
Cast            : Yoon Bora ~ Sistar
                     Shim Hyunseung ~ Boyfriend
                     Jaejoong  ~ JYJ
                     Lee Jieun ( IU )
                     Park Jiyeon ~ T-ara
                     Other member of Boyfriend ( Donghyun, Jeongmin, Kwangmin ,  Yeongmin,
                     dan Minwoo 






Author Pov



Bora menatap penuh semangat pada kafe yang masih tutup di depannya.

"Hah! Hwaiting, Bora! Hwaiting! Kau pasti bisa!" katanya penuh semangat pada dirinya sendiri.

Ia menunduk sebentar sebelum akhirnya melangkah menuju pintu kaca kafe itu. Ia berhenti tepat di depan pintu itu lalu membalikkan badan membelakanginya. "Ha-ah... Bagaimana ini? Ini pertama kalinya aku melamar pekerjaan! Ck..."

Wuuut ...

Tiba-tiba ada sesuatu yang mendorongnya dari belakang.

"Uwaaaa....!!" Bora berteriak kencang. Tubuhnya jatuh ke depan dan ...

Bruk ...

Ia mendarat ke tanah yang keras. Uh, pasti sakit sekali.

"Aigo!! Sakit!" katanya sambil mengusap-usap dahinya yang baru saja mencium tanah.

Seorang namja yang sedang membawa kantong plastik sampah besar kaget mendengar teriakan Bora. Ia hendak mengeluarkan kantong sampah itu dari kafe dan ternyata kantong itu begitu besar hingga dapat menutupi pandangannya. Ia tidak dapat melihat Bora yang berdiri tepat di depan pintu kafe. Jadi saat membuka pintu itu, tanpa sengaja ia mendorong Bora yang berdiri membelakangi pintu dan juga tidak tahu jika ada seseorang yang akan membuka pintu itu.

Namja itu meletakkan kantong sampah yang masih dipegangnya ke tanah dengan cepat lalu mendekati Bora.

"Nona, kau tidak pa-pa?" tanyanya.

Bora yang masih mengelus bagian tubuhnya yang lecet merasa kesal. "Apa?! Kau bertanya aku tidak pa-pa?!"

Ia menoleh pada namja itu dan seketika terkesima. Namja itu begitu tampan. Wajahnya sesempurna pangeran-pangeran dalam cerita dongeng. Mata namja itu tajam dan berwarna sama dengan rambutnya, hitam gelap.

Uwaaa... Bagaimana ini?? Bora berteriak dalam hati. Kenapa aku bisa membentak namja setampan dia??!

Namja itu terlihat merasa bersalah. Ia membungkuk ke arah Bora dan mengulurkan tangan kanannya.

"Mianhe, Nona. Aku tidak melihatmu berdiri di depan pintu. Sekali lagi, maafkan aku, Nona"

Bora memandang tangan yang sedang terulur padanya beberapa saat. Ia menerima uluran tangan namja itu. Dengan bantuan namja tampan di hadapannya, Bora bangkit berdiri.

"Su, sudahlah. Gwaencanayo. Aku tahu kau tak sengaja. Tidak perlu meminta maaf."

"Gomawo, Nona. Terima kasih banyak," kata namja itu sambil tersenyum pada Bora.

Uwaaaa.... Senyumnya manis sekaliiii.... >///<

"Tapi, Nona. Kenapa Nona datang kemari pagi-pagi begini? Kafe kami masih belum buka, Nona. Kafe kami buka pukul 10.00 dan saat ini masih pukul 8.00 pagi."

"Eh, aniyo. Aku kemari bukan untuk membeli sesuatu. Bukan, bukan untuk itu. Tapi... E... e... I. itu..." Bora menunjuk dengan jarinya sebuah kertas bertuliskan 'WANTED' yang ditempel di kaca kafe.

Namja itu mengikuti arah yang ditunjuk Bora. "Ooh... Kajja, aku antarkan kau ke Bos..."

Namja itu berjalan masuk ke dalam kafe dengan Bora yang mengikuti di belakangnya.


***




"Jadi kau ingin bekerja di sini?"

Dengan bersemangat Bora mengangguk-angguk cepat.

Bos, begitu yang dikatakan namja tampan itu, melihat Bora dari bawah ke atas. Seperti sedang menilai apakah Bora layak bekerja di kafenya.

Pekerja-pekerja lain, yang merasa penasaran sejak kedatangan Bora, bergerombol untuk melihat (mengintip) apa yang sedang terjadi. Mereka bersembunyi di balik dinding pembatas kafe dan ruang kerja.

"Sudahlah, Bos. Terima saja dia. Kita memang kekurangan orang kan?" seru salah satu dari mereka.

Sang Bos menoleh ke arah datangnya suara itu dengan tiba-tiba.

Para pengintip yang kaget itu reflek bersembunyi. Tapi sayang karena begitu tiba-tiba, namja terbelakang dari kerumunan itu terpeleset dan tanpa ia sadari, ia memegang bahu teman di depannya. Seketika itu juga efek domino terjadi.

"Uwaaaa..." seru mereka bersamaan. Mereka jatuh bertumpuk-tumpuk seperti daging bulgogi yang hendak dipanggang.

Bruk Bruk Bruk

"Yak! Kwangmin-ah!! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak berhati-hati, huh? Karna ulahmu kami semua terjatuh!"

"Aah, mianhe IU-Noona. Aku tidak sengaja."

"Hei, kenapa kau hanya meminta maaf padanya, Kwang? Aku juga jatuh karna kau, Pabo!"

"Oh, ne, mianhe, Hyung. Aku tidak sengaja. Semuanya, aku minta maaf. Aku tidak sengaja. Hehe..."

Bos kelihatan kesal dengan tingkah mereka. "Hei, apa yang sedang kalian lakukan? Ayo kembali bekerja!"

Mereka berdiri bersamaan. "Siap, Bos," dan menjawab bersamaan.


***


"Annyeonghaseyo. Yoon Bora imnida. Salam kenal dan mohon bantuannya." Semua orang di ruangan itu memandangi Bora.

Seorang yeoja manis mendekati Bora. "Annyeonghaseyo, Bora. Selamat bergabung di Sweet Romance!! Aku Lee Jieun, tapi kau bisa memanggilku IU,"katanya sambil tersenyum.

Bora mengangguk dan balas tersenyum.

IU memandang bingung pada yeoja cantik di sampingnya. "Hei, Jiyeon!" IU menarik yeoja itu ke hadapanku.

"Yak! IU! Sakit tau!" teriak yeoja cantik itu. Ia memandangku dan bekata dengan malas, "Hiss.. Aku Jiyeon," lalu berjalan ke luar ruangan itu. Bora memandang kepergiannya dengan bingung.

"Annyeong, Bora. Lee Jeongmin imnida. Senang bertemu denganmu. Kalau ada yang butuhkan, kau bisa minta tolong padaku. Aku akan berusaha membantumu," kata seorang namja yang ramah dan lucu. Ia terlihat paling ceria di antara yang lain.

"Annyeong, Noona. Aku memanggilmu Noona karna kurasa aku lebih muda darimu," kata seorang namja manis.

"Dan paling muda di antara kami!" timpal namja yang menyebabkan jatuh beruntun tadi. "Aku Kwangmin, Jo Kwangmin. Salam kenal, Noona."

Namja manis tadi melirik kesal pada Kwangmin yang kini merangkulnya. "Kwangmin-ah, kenapa kau memotong perkataanku? Aku bisa menjelaskannya sendiri," katanya sambil memasang wajah (pura-pura) marah. Ah, manis sekali..

"Woo... Jangan marah. Memang apa bedanya? Toh sama saja aku yang menjelaskan atau kau menjelaskan.

"Huft.. Ya sudah. Kau memang selalu begitu kan, Kwang? Tidak mengerti situasi."

"Mwo?"

"Aniyo, aniyo. Bukan apa-apa." Namja manis itu menoleh pada Bora lagi. "Aku No Minwoo. Senang bertemu denganmu, Noona."

"Walau kami lebih muda darimu tapi kami sudah bekerja di sini cukup lama. Jadi, jika kau perlu bantuan kau bisa meminta kami untuk membantumu. Kami pasti akan membantu sebisa kami," kata Kwangmin.

"Ne, aku bisa membantu Noona," kata Minwoo riang.

"Ah, ne. Gomawo," kata Bora senang karna mereka begitu baik.

"Cheonma, Noona. Oh, ya! Masih ada yang belum kau temui. Ayo ikut aku!" kata Minwoo sambil menarik Bora untuk mengikutinya. Meninggalkan Kwangmin yang malas utuk ikut. Minwoo mengajak Bora ke dalam ruang kerja, ke ruang loker pegawai.

Begitu pintu terbuka, Bora melihat ada seorang namja tidur telentang di lantai.

"Yak!" Bora berseru kaget.

"Aish.. Hyung! Hyung!" Minwoo mendekati namja itu. Ia mengguncang tubuh namja itu. "Hyung! Hyung, ireona! Hyuuuuung!!"

Namja itu tidak bergeming sedikit pun.

Minwoo keluar dari ruangan itu, meninggalkan Bora yang kebingungan. Saat Bora hendak keluar dari ruangan itu, Minwoo masuk sambil membawa handphonenya.

Ia duduk di samping namja itu lalu memencet beberapa tombol dan tak lama ...

Duar.. Duar.. Duar..

Namja itu bangun dari tidurnya dan langsung berlari ke balik loker. Ia tampak begitu kaget.

"Hyung! Kenapa kau sangat sulit dibangunkan? Padahal aku sudah berteriak tepat di telingamu tapi kau tak bangun-bangun juga. Jadi terpaksa aku menggunakan rekaman yang kuambil saat tahun baru lalu. Suara petasan yang begitu kau takuti itu."

"Woo!! Jangan ulangi ini lagi!"

"Aniyo!! Aku akan terus menggunakannya saat Hyung sulit sekali dibangunkan!"

"Woo!"

"Oh, ya. Aku mencarimu karna ingin memperkenalkan Bora-Noona. Mulai hari ini ia akan bekerja bersama kita," Minwoo menunjuk Bora yang masih berdiri bingung di tempatnya.

Namja itu tampak malu karna baru menyadari ada seseorang selain Minwoo di sana yang melihat kejadian konyol ini.

"Ah, annyeonghaseyo Noona." namja itu membungkukkan badannya sedikit.

"Dia Youngmin, Noona. Saudara kembar Kwangmin. Memang sedikit sulit membedakan mereka di awal pertemuan tapi kau akan terbiasa karna mereka sangat berbeda. Baik sifat maupun tingkah laku mereka. Dan kau juga bisa membedakan mereka dari warna rambut mereka. Kau lihat?" Minwoo menunjuk rambut Youngmin. "Hyung memiliki rambut blonde sedangkan rambut Kwangmin cokelat kemerahan. Pasti mudah membedakan mereka.

"Ah, ne. Aku akan mencoba," Bora memandang Youngmin yang terlihat masih mengantuk. "Mianhe, Youngmin. Maaf karna aku mengganggu tidurmu."

"Apanya yang mengganggu tidur?" Minwoo yang menjawab. "Ini sudah siang. Sudah bukan waktunya untuk tidur. Kau tidak perlu minta maaf, Noona." Ia berbalik ke arah Youngmin. "Hyung, kau lihat Hyunseung-hyung?"

"Hyunseung-hyung? Mungkin dia belum datang. Hari ini jadwalnya untuk mengajar di sekolah itu. Mungkin dia datang sore nanti."

"Ah, ne. Aku lupa. Noona, ayo kita keluar. Sebaiknya kau belajar dengan IU-noona bagaimana cara melayani pelanggan dengan benar. Kajja!"

"Aku permisi dulu, Youngmin." Bora mengikuti Minwoo yang berjalan ke kafe. Mereka mendekati IU yang sedang mengelap meja.

"IU-noona, apakah kau mau mengajakan Bora-noona bagaimana cara melayani pelanggan?"


***

"Wah, seragam ini pas sekali denganmu! Apa kau suka, Bora? Aku yang mendesainnya."

"Ne, IU. Ini manis sekali."

"Hehehe.. Baguslah kalau kau berkata begitu. Jiyeon bilang seragam ini hanya cocok untuk anak kecil

makanya ia tidak mau memakainya dan memilih memakai bajunya sendiri. Uuh, dia menyebalkan! Ah, sudahlah! Ayo kita ke depan. Aku akan mengajarkan bagaimana cara melayani pelanggan. Kajja!"

Mereka berjalan keluar ruangan itu menuju kafe. Di sana terlihat para pegawai sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Bos, yang ternyata bernama Kim Donghyun dan ternyata masih sangat muda itu, sekitar 24 tahun, sedang berbicara dengan Jeongmin dan Kwangmin.

Jeongmin sedang menatap serius pada cangkir berisi capuccino didepannya.

Kwangmin mendengarkan Bos dengan serius tapi tangannya terus bergerak menuangkan sirup coklat ke atas waffle. Saat menoleh ke piring berisi waffle itu, ia terkejut. "Yak! Aigo... Kenapa waffleku bisa belepotan begini? Jeongmin-hyung, kau menggeser piringku ya?"

"Mwo? Yang benar saja kau! Apa kau tidak lihat aku sedang menghias kopi? Lagipula apa untungnya bagiku jika menggeser piringmu dan membuat meja ini belepotan? Kwang, saat bekerja lebih baik kau lihat baik-baik piringmu! Dan jangan menyalahkanku."

"Hei, sudah! Kenapa sih kalian ini? Aku sedang berbicara pada kalian tapi kenapa kalian ribut sendiri?"

IU menatapku. "Jangan dihiraukan. Mereka memang sering begitu. Bertengkar tidak jelas tapi lihat saja nanti, kau akan lihat sepeti apa mereka berdua."

Bora hanya mengangguk.

IU mendekati sebuah meja. "Arrasseo. Yang akan kita pelajari terlebih dulu adalah cara menyapa tamu. Em..." IU mengedarkan pandangannya. "Ah, Jaejoong!! Kemarilah!"

Namja yang menabrak Bora tadi mendekati mereka. Bora baru sadar jika sedari dia datang hingga saat ini ia belum mengetahui siapa nama namja tampan itu.

"Hei, maaf. Aku lupa memperkenalkan diriku padamu," katanya pada Bora. "Aku Jaejoong, Kim Jaejoong. Salam kenal, Bora."

"A.. A.. Ne, ne. Salam kenal juga, Jae... joong..."

Jaejoong tersenyum manis pada Bora beberapa saat lalu bertanya pada IU, "Ada apa, IU?"

"Aniyo. Aku hanya minta bantuanmu. Aku akan mengajari Bora cara melayani pelanggan. Maukah kau membantu dengan berpura-pura menjadi pelanggan?"

"Tentu. Kenapa tidak?" Jaejoong duduk di salah satu kursi di meja itu.

"Arrasseo. Bora, yang pertama kali harus kau lakukan adalah memberi salam pada pelanggan." IU menghadap pada Jaejoong. "Annyeong haseyo, Tuan. Selamat datang di kafe kami. Anda mau pesan apa?" IU memberikan daftar menu yang dipegangnya kepada Jaejoong lalu berkata pada Bora, "Ayo, Bora. Cobalah."

Bora mengambil tempat IU. "Annyeong haseyo, Tuan. Selamat datang di kafe ini. Ada sesuatu yang mau Anda pesan?"

"Ah, daebak! Bagus. Setelah itu berikan daftar menu pada pelanggan dan tinggalkan tempat ini sampai dia memanggilmu kembali. Jangan berdiri di sampingnya karna itu akan membuat pelanggan tidak nyaman..."

_Author Pov End_


Bora Pov


"Aku pesan Caramel Macchiato satu dan Pancake Blueberries and Cream satu. Em.. tolong buat keduanya lebih manis karna aku suka makanan yang manis.."

Aku mencatat pesanan pelanggan pertamaku. "Baik, Nona. Satu Caramel Macchiato dan satu Bluberries and Cream Pancake dengan rasa yang lebih manis. Ada lagi, Nona?"

"Aniyo. Itu saja."

"Baik. Mohon tunggu sebentar." Aku berjalan meninggalkan pelanggan itu menuju pantry. "Satu Caramel Macchiato dan satu Pancake Bluberries and Cream, minta lebih manis, ya!" kataku pada Kwangmin dan Jeongmin. Kwangmin segera membuat pancake sementara Jeongmin meracik minuman.

Aku berjalan kembali ke depan. Melihat adakah pelanggan yang belum dilayani.

Ah, sudah semua. Kerja mereka memang cepat. Terlihat pegawai lain sibuk berlalu lalang. Ya, ini sudah jam makan siang pantas saja jika kafe ini begitu ramai.

Jiyeon bertugas membukakan pintu. Ia terlihat begitu ramah saat menyapa pelanggan. Bebeda sekali dengan sikap yang ia perlihatkan padaku sebelumnya.

IU mengantarkan pelanggan ke kursi yang masih kosong. Ia begitu ramah dan murah senyum. Sama seperti sikapnya sebelum kafe buka, ramah, murah senyum dan ceria.

Minwoo sedang mencatat pesanan pelanggan. Terlihat berulang kali pelanggan itu bertanya banyak hal padanya. Siapa namanya, berapa usianya, kenapa ia begitu manis dan banyak lagi. Minwoo terlihat tidak kesal dan selalu menjawab dengan tersenyum seakan pelanggan itu adalah teman akrabnya.

Youngmin bertugas sebagai kasir. Hal ini dikarenakan dialah yang paling pintar dalam urusan berhitung. Berbeda sekali dengan Kwangmin yang tidak pandai berhitung dan kurang teliti. Kwangmin lebih memilih untuk menghias waffle dibandingkan menghitung jumlah pesanan pelanggan karna ia mengaku akan pusing jika melakukannya.

Bos juga membantu mencatat pesanan pelanggan. Karna dia adalah bos bukan berarti ia hanya mengamati dari balik mejanya, ia juga harus membantu, itu yang dikatanya.

Jaejoong? Sama seperti Minwoo, ia mencatat pesanan dan juga dikeburuti pelanggan wanita. Jika Minwoo adalah kyeopta namja, maka Jaejoong adalah versi yang lebih dewasa. Ya, begitu banyak pelanggan wanita yang minta dilayaninya.

Inikah salah satu alasan mengapa kafe ini selalu ramai? Karna ada begitu banyak namja tampan yang bekerja di kafe ini? Dan dua yeoja cantik di antaranya?

Entahlah.. Mungkin itu benar.

Ada satu yang membuatku berpikir. Hari itu, di malam natal, siapa di antara mereka yang menolongku pada malam itu. Aku yakin sekali dia adalah seorang namja. Jadi orang itu tidak mungkin IU ataupun Jiyeon. Di tempat ini ada enam orang namja. Tapi siapa?

Minwoo? Youngmin? Kwangmin? Bos? Jeongmin atau.. Jaejoong?

"Bora! Bora!"

Panggilan itu menyadarkanku dari lamunan. Aku segera berlari menuju pantry. "Mianhe, Kwangmin, Jeongmin," kataku pada mereka lalu mengambil nampan berisi pesanan Nona tadi. Aku berjalan cepat menuju meja pelangganku, takut Nona itu menunggu terlalu lama. Aku berjalan cepat hingga lupa menoleh kiri-kananku.

Bruk

Seseorang menabrakku..

Prang!

Nampan yang kubawa jatuh. Piring dan cangkir pecah dan berserakan di lantai.

Aku segera membungkuk dalam-dalam pada orang itu. "Maaf, maaf. Maafkan aku, aku kurang berhati-hati." Aku berlutut memunguti pecahan piring dan cangkir itu.

Orang itu ikut berlutut dan memunguti. "Aniyo. Aku yang menabrakmu seharusnya aku yang minta maaf padamu."

Aku terpaku. Suara ini...

Aku memandang wajah orang itu. Aku tidak pernah melihat wajahnya sebelum ini, tapi... aku merasa mengenalnya...

A, apakah...


TBC

.: part 2 End :.

1 komentar: