Cover credit : ares@altrisesilver.wordpress.com
Tittle : My Dear, Little Brother (Baby Bingu)
Author : HelloWorld
Main Cast :
·
Choi
Seung Hyun
·
Choi Hye
Yoon
Genre : Family
--------Baby
Bingu--------
POV : CHOI HYE YOON
Satu kata yang tertulis di album kenangan
Sekolah Dasar dongsaeng-ku yang mana selalu berhasil membuatku tertawa renyah :
‘Bingu’. Aku meniup dan membersihkan album foto tersebut dari debu yang
menyelimuti. Ku pastikan bahwa tulisan di bawah fotonya yang masih berusia 11
tahun itu bukanlah tulisan tangannya—karena tidak mungkin tulisan tangan Hyun
sebagus itu—melainkan coretan jahil kawan-kawannya.
Tentu ia tak pernah mengharapkan ‘gelar’
tersebut melekat, bahkan sampai dirinya dewasa sekarang. Habis mau bagaimana lagi...
kurasa dia memang pantas menyandang panggilan itu. (Maaf ya Tabii Oppa, jus
kidding loh ^^v)
***
Flashback
SEOUL, 1 Februari 1997
Seusai mandi tadi aku langsung
menyandak buku pelajaran. Saking tenggelamnya aku kedalam buku itu
sampai-sampai aku tak menyadari kedudukan matahari yang sudah meninggi dan
sinarnya telah masuk menerobos celah-celah jendela kamarku. Pagi yang cerah.
Aku keluar kamar sambil menguap dan merenggangkan otot-otot leher, memastikan apakah Eomma sedang berbelanja keluar setelah mengantar Hyun ke sekolah pukul tujuh tadi. Ternyata tidak, kulihat Eomma sibuk berbicara dengan seseorang di telepon.
Di sisi lain, aku bisa melihat Dongsaeng sedang menganggur, duduk di kursi panjang ruang tengah. Masih dengan sepatu sekolahnya. Tidak wajar memang, ini baru pukul sembilan pagi tetapi dia sudah pulang kerumah.
Jika saja seminggu ini sekolahku tidak meliburkan siswanya karena suatu kegiatan, aku tidak akan pernah mengetahui bahwa ternyata Seung Hyun telah sering melakukan hal ini : kabur dari sekolah. Itupun kuketahui dari menguping percakapan Eomma dengan seseorang di sambungan telepon dari balik dinding ruang makan.
Penasaran, aku memutuskan untuk
menghampirinya. Tampangnya aneh, harusnya sumringah seperti kebanyakan anak
nakal yang suka membolos sekolah saat misinya tersebut berhasil. Dia tidak,
sedari tadi terus menundukkan kepala seperti sedang mengheningkan cipta di
upacara bendera (??) .
“Apa kau membolos sekolah?” tanyaku pelan, tak ingin menyinggung perasaannya.
Dia tak menjawab. Masih menatap sepasang sepatunya, atau mungkin lantai-lantai rumah kami yang terasa dingin di telapak kaki.
Sebenarnya aku belum begitu yakin dengan apa
yang dikatakan Eomma di telepon. Ku coba untuk berpikir sejenak, mengingat
bagaimana sebenarnya kelakuan dongsaeng-ku selama ini. Dongsaeng memang jahil
dan menyebalkan, tetapi ku kira ia tak seperti itu di luar rumah. Dia pendiam,
walau sebenarnya dalam hati sangat sok tau dan sok jagoan.
“Kenapa kau melakukannya?”
Aku sendiri sekarang sedang menahan jengkel. Asal kau tau saja, aku adalah siswi tingkat pertama sekolah menengah yang sangat menghargai sekolah. Aku tak pandang bulu dengan siapa saja yang berani membolos sekolah karena kupikir mereka tak pernah merasa bersyukur telah disekolahkan oleh orang tua mereka. Begitu juga dengan Dongsaeng. Tetapi ini bukan kali yang tepat untuk menceramahinya...
“Katakan saja pada Eonnie, Eonnie akan mendengarkanmu” rayuku dengan nada semanis mungkin. Dia masih terlalu kecil untuk diinterogasi.
Seung Hyun akhirnya menengok kearahku. Matanya yang kecil dan jernih, juga pipinya yang chubby itu sangat menggemaskan, membuatku hampir melupakan tujuan untuk membujuknya bicara.
“Sekolah membosankan”
Jawaban yang sempurna. Singkat, padat, dan jelas. Tanpa sadar mulutku sudah separuh menganga, terpana. “Kenapa membosankan? Ada banyak temanmu di sana...”
Butuh waktu cukup lama untuknya
menjawab. Sedari tadi dahinya terus berkerut. Hah, seperti orang kantor yang sedang memikirkan pekerjaan berat saja!
“Mereka tampak seperti robot, selalu menurut ketika diperintah”
Secara tidak langsung berarti dia mengakui bahwa dirinya tak pernah menurut ketika diperintah (?!) . Dasar bocah...
“lalu kenapa kau tidak seperti mereka? Mereka bukan robot, Hyun” hiburku dengan perasaan aneh. Dongsaeng-ku ini, apa mungkin dia terlalu banyak menonton serial robot Jepang di televisi?
Dia malah menggeleng hebat, membuatku
semakin tak mengerti.
***
Keesokan harinya.
Sekolahku masih dalam status diliburkan,
jadi kulanjutkan penelusuranku tentang Membolosnya Seung Hyun dari Sekolah.
Aku mondar-mandir di depan pintu
kamarku dengan langkah tak jelas, sambil mengingat-ingat sesuatu.
Dini hari tadi aku terjaga, lalu ketika aku berniat untuk sekedar meneguk segelas air minum di dapur tiba-tiba Seung Hyun keluar dari kamarnya, melangkah gontai dengan piama cokelat kesayangannya. Ku kira dia ingin menghampiriku untuk mengatakan alasan atau sesuatu yang berkaitan dengan membolosnya dia dari sekolah. Eh, bukannya mendekat, dia bahkan tidak mengatakan apapun. Hanya berjalan mengitari dapur. Mengerikan, dia tidur sambil berjalan.
Dini hari tadi aku terjaga, lalu ketika aku berniat untuk sekedar meneguk segelas air minum di dapur tiba-tiba Seung Hyun keluar dari kamarnya, melangkah gontai dengan piama cokelat kesayangannya. Ku kira dia ingin menghampiriku untuk mengatakan alasan atau sesuatu yang berkaitan dengan membolosnya dia dari sekolah. Eh, bukannya mendekat, dia bahkan tidak mengatakan apapun. Hanya berjalan mengitari dapur. Mengerikan, dia tidur sambil berjalan.
Dan tepat sekali! Setelah
kutunggu-tunggu di ruang tengah dengan perasaan cemas, akhirnya dia datang
juga. Seperti tanpa jera, padahal ini masih pukul sepuluh lewat lima belas
pagi.
Dengan tergesa dia berlari—dengan
lucunya—kemudian masuk ke rumah tanpa memerdulikan apapun lagi.
Tapi kali ini ada yang ganjil. Sesuatu
pada dirinya. Kucoba menelusuri sampai aku menemukan sesuatu : Dia bertelanjang
kaki.
Dimana alas kakinya?
Tanpa mengucapkan sekecap salampun dia
langsung duduk menyambar sebagian kursi panjang ruang tengah untuk dipantati.
Wajahnya tenang, seakan tak merasakan sesuatu yang salah pada dirinya.
“Hyun, dimana sepatumu?” tanyaku dengan nada tak-habis-pikir.
“Aku tidak tau...” sekarang emosi wajahnya berubah. Menggelikan. Seperti diterjang badai secara tiba-tiba, “Eomma dan Ibu Guru telah menyembunyikannya di suatu tempat”
Aku menelan ludah mendengar jawabannya. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam diriku : usaha Eomma untuk menghalau Hyun membolos, apakah sudah sampai tahap sejauh itu? ; jika tahu begitu seharusnya dia tidak meninggalkan sekolahnya, paling tidak dengan pikiran ‘Tuhan tidak mengijinkan aku membolos’ ; sebenarnya bocah tengil ini pintar juga, darimana dia tau kalau Eomma dan gurunya-lah pelaku yang telah menyembunyikan sepatunya?
Aku tak bisa menahan tawa yang siap
meledak ini.
“Seung Hyun, itu berarti pertanda kau harus tetap berada di sekolah sampai bel tanda pulang berdenting...” kataku bermaksud menasehatinya, masih dengan sisa tawa yang ada.
“Seung Hyun, itu berarti pertanda kau harus tetap berada di sekolah sampai bel tanda pulang berdenting...” kataku bermaksud menasehatinya, masih dengan sisa tawa yang ada.
Dia memilih untuk diam. Bahkan mukanya pucat pasi, tampak hampir ingin menangis. Menyadari itu aku langsung meminta maaf—entahlah, mungkin karena aku tertawa terlalu keras terhadapnya—tetapi terlambat, dia keburu menangis. Kupeluk erat tubuh mungilnya yang seperempat lebih pendek dariku itu, bermaksud untuk menenangkan. Sia-sia saja. Saking keras suaranya sampai Eomma datang menenangkannya dan lebih memilih untuk menyalahkanku.
Flashback – END
***
Aku masih ingat betul kejadian yang
semacam itu tak bertahan lama. Semakin lama Hyun kecil menjadi semakin dewasa.
Frekuensi kebolosannya berkurang, walau tetap saja nilai pelajarannya tak
pernah melunjak tinggi.
Selidik punya selidik ternyata waktu
di sekolah dasar Seung Hyun sulit sekali untuk berorganisasi, berhambur bersama
kawan-kawannya. Ia tak pandai menepati jadwal yang telah terstruktur. Sulit
baginya untuk duduk manis di dalam kelas.
Lucu sekali jika diingat-ingat. Ia
pernah mengatakan padaku bahwa ia menyesal atas kelakuan buruknya tersebut,
tetapi tetap saja ia pulang ke rumah selalu sebelum waktunya.
***
Maaf ya kalo part ini
singkat banget, abis lagi ketabrak tugas segala macem T^T
Oh ya, sekedar info
aja kalo alamat WP ku ganti jadi http://helloworldfanfic.wordpress.com/
Yang udah baca dari
atas sampe bawah, please leave a comment! ^^
Nice FF ^^
BalasHapus