ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Jumat, 07 September 2012

Say Cheese ! [Part 1/3 ]


Author  : HaranaPanda
Cast (s)  : 
~ Kwon Ji Yong aka Jiyong aka Ji 
~ Lee Chaerin aka Chaerin 
~ Sandara Park aka Dara
Main Cast (s): just wait and find it out ^^
Length  : Chaptered/series
Genre    : fluffy
Note       : Annyeong haseyo semuanya!! Kenalin author baru ^^ ini ff perdanaku yg di posting di area per-ff-an. Jadi di ampunin aja ya, klo masih gak berkenan di hati. Karnanya RCL sangat di butuhkan! Ok? Untuk mempersingkat waktu, selamat menikmati~
Warning! Abal story. Dan tentunya, typo (s) berserakan dimana-mana!

 
***

Jiyong’s POV 

Ckrek! Ckrek!

Kupandangi hasil jepretanku. Bagus. Tapi, sepertinya masih ada yang janggal. Kupotret sekali lagi wajahnya yang berhias senyum. Kulihat lagi hasilnya untuk yang kedua kalinya hari ini. 
Masih janggal. 
Aku menghela napas dengan berat. Sejujurnya, aku tau sekali apa yang janggal dari semua foto-foto itu. Kejanggalan itu terletak di samping yeoja cantik itu. Tepatnya, namjachingu nya. Seharusnya itu aku! Bukan namja sok keren itu! Ok, aku tidak memiliki hak untuk memprotes hal tersebut. Karena aku bukan siapa-siapanya chaerin, yeoja cantik yang telah menyita hampir setengah tahunku itu. Mengenalku saja, mungkin chaerin tidak. Tapi tak apa kan? Aku yakin suatu saat nanti, walaupun itu harus berpuluh-puluh tahun lamanya, ia akan menjadi milikku. Aku menghela napas lagi. Bingung untuk apa aku mencerocos tak karuan.
Tiba-tiba, Plok! Kurasakan sebuah tepukkan lembut di pundakku.

”Ji! Sedang apa kau? Bukannya tadi kau mengajakku makan ke kafetaria. Aku sudah siap dari tadi tau! Memang kau sedang apa sih? Memotret?” yeoja ini, sandara, mengomeliku habis-habisan. Aku yang di marahi seperti itu hanya senyum-senyum salah tingkah. Kenapa? Aku juga tidak tau.

Pasti kalian mengira bahwa yeoja yang masih mengomel di hadapanku ini yeojachingu ku. Iya kan? Maaf, maaf saja ya! Dia Cuma teman masa kecilku yang entah kenapa paling susah di enyahkan dari sisiku. Mungkin karna kita sudah terlalu dekat.

”Ya! Kenapa melihatku seperti itu? Kajja kita pergi! Nanti kafetaria nya tutup duluan.” dara menarik tanganku dan agak menyeretku.
”Hey, dara noona! Lepaskan! Kau pikir enak berjalan sambil di seret seperti ini?” aku berusaha melepaskan tanganku dari cengkramannya. Namun, berapa kalipun aku mencoba, hasilnya tetap sama. Aku tidak akan bisa melepaskan tangannya.
”Sudah berkali-kali kubilang padamu, jangan pernah memanggilku noona walau kita berbeda 2 tahun!” cengkraman tangannya makin bertambah kuat. Aku meringis. Yah, siapapun tau dia adalah yeoja yang lumayan kuat. Berbanding terbalik dengan aku yang kata orang ”kurang berisi” ini. Hahaha..

Eh, aku belum memperkenalkan diri sepertinya. Baiklah, namaku Kwon ji yong. Orang-orang biasa memanggilku jiyong. Kecuali dara. Dia memanggilku dengan panggilan masa kecilku, ji. Tidak terlalu pentingkan aku sekolah dimana? Yang pasti, tahun ini akan lulus. Jadi dipastikan aku menduduki kelas akhir di sma ku.

Kurasa cukup perkenalanya. Kita kembali ke aku yang masih berjalan dengan muka kusut di samping dara. Tampaknya ia juga tak peduli aku mau berwajah seperti apa. Alih-alih dari keheningan itu, aku menarik kamera nikon dari celanaku yang tadi kusembunyikan dari dara. Ku pikir aku akan sangat malu jika dara tau aku sedang jatuh cinta. Ku pandangin satu per satu senyum chaerin yang sempat terpotret kameraku. Tak sadar, aku menyunggingkan senyum kecil. Sudah hampir setengah tahun aku memotret chaerin diam-diam. Dikomputerku, ada setumpuk file yang berisikan foto-foto chaerin yang sudah tidak mampu ditampung lagi oleh kameraku. Tampaknya aku terlalu fanatik. Tapi, biarlah.

Entah kenapa aku tiba-tiba merinding. Ku masukan kamera kesayanganku itu dan ku lirik kanan dan kiri. Sepengelihatanku, tidak ada yang benar-benar memperhatikanku. Oke, ex yoja-yeoja kelas 2 yang sedang kegirangan melihatku. Aku menolehkan kepala ke arah mereka, lalu tersenyum. Reaksinya bisa dengan mudah di tebak. Jeritan.

”Tebar pesona lagi, heh?” ujar dara sinis. Tak ingin menoleh
“Mwo? Memang kenapa? Tidak boleh?” tanya ku santai. Firasatku mengatakan dari sini lah sumber yang membuatku merinding. Dara mendelik.
”Oke, oke.. Mr.Populer. Aku sedang malas berdebat denganmu.”
”Wow! Jarang-jarang kau seperti ini dara. Wae?”
“Hah? Gwaenchana. Tumben kamu peduli.” dara melirikku, setengah menahan tawa.
”Memangnya tidak boleh?” aku menoleh lalu mencubit pipinya.
”Ya! Jangan pernah sentuh pipiku.” jeritnya sambil mengelus pipinya yang putih. Aku tertawa melihat perilakunnya yang masih seperti anak-anak itu. Sebenarnya, aku tidak begitu yakin. Tapi tadi, dibalik tangannya yang mengelus pipi, aku sempat melihat sedikit rona merah disana. Aku memalingkan muka. Berusaha menyingkirkan pikiranku tentang apa-apa saja yang bisa terjadi. Kami berdua di telan keheningan bulat-bulat.
***

Author’s POV

”Ah! Kenyang.” ujar jiyong sambil mengelus-elus perutnya.
”Dasar jorok.” dara menatap jiyong dengan tatapan sinis. Tapi sepertinya, ia tidak peduli. Dara memutar matanya. Juga berusaha tidak peduli. Di minumnya susu yang masih tersisa sedikit dengan sekali teguk di hadapannya itu. Tak menyadari bahwa jiyong sedang mengamati. Butuh waktu agak lama sebelum dara menyadarinya.
”Apa?” kata dara sinis.
”Hari ini kau sinis sekali padaku, dara. Aku Cuma ingin bilang Dibibirmu ada sisa makanan, tuh!”  jiyong merogoh sakunya, berusaha mencari sapu tangan. Begitu mendapatkannya, jiyong menghampiri dara dan melap sisa makanan di sekitar bibirnya. Dengan sangat tiba-tiba, dara mendorong jiyong menjauhinya lalu lekas menutup mukanya dengan tanganya. Jiyong melihat muka dara memerah untuk kedua kalinya hari ini.
”Ya! Kenapa mendorongku? Aku hampir jatuh gara-gara kau! Dasar pabo!” umpat jiyong.
”Mwo? Berani sekali kau bilang aku pabo!” dara berdiri hendak mendorong jiyong lagi. Namun, tiba-tiba raut muka jiyong berubah. Dari menantang menjadi berbinar. Dara pun meniti arah pandangan ji dan mendapati ia sedang memperhatikan yeoja yang hendak berjalan melewati mereka. Yang tidak lain adalah Lee Chaerin. Dara menghela napas. Apa sih bagusnya yeoja itu dimata jiyong, batinnya. Tapi, mau tak mau, dara akui chaerin cantik dan ramah. Juga populer seperti jiyong. Tapi, ia tak pernah suka jika jiyong kepergok sedang mengamati chaerin. Padahal jelas-jelas jiyong tau bahwa chaerin sudah memiliki pacar. Junho dari kelas 3B. Nyut.. dara merasakan ngilu di dadanya. Namun, mengaikannya.

Akhirnya, dara berjalan ke arah kursi nya dan kembali duduk. Tepat di saat chaerin melewati meja mereka. Terlihatlah bahwa ia sendirian, tidak bersama junho. Dara menatapnya dengan sengit. Entah chaerin menyadarinya atau tidak.
”Emm.. hai!” sapa ji pada chaerin.
”Oh, hai! Hemm.. sepertinya aku mengenalmu. Ah, kamu jiyong dari 3A kan? Aku banyak mendengar tentang mu. Master rapper, komposer, dancer, kamu jenius!” chaerin tampak betul-betul memuji jiyong. Jiyong tersipu malu.
”Aniyo, aku tidak sehebat itu kok!” ujar jiyong berusaha menutupi rasa malunya.
”Tidak, tidak. Kau memang hebat. Ngomong-ngomong, aku juga menulis beberapa lagu. Mungkin kapan-kapan kita bisa bertukar pikiran.”  chaerin tersenyum manis pada jiyong.
”Ah, kau penulis lagu juga? Pasti lagu yang menakjubkan.” kini, ganti jiyong yang memuji chaerin. Terlihatlah muka chaerin yang agak memerah. Jiyong mengamati chaerin dari ujung kaki ke ujung kepala. Tertangkaplah olehnya tas kamera SLR yang di sandangnya.
”Hei! Kau memotret juga? Wah, ternyata kita banyak kesamaan!” jiyong merogoh saku celananya dan mengeluarkan kamera nikonnya dengan riang. Chaerin tersentak dengan ucapan jiyong. Cepat-cepat ia sembunyikan tas kameranya ke balik tubuhnya.
”Oh, ini. A.. aku hanya sedang ingin membawanya.” terdengar nada gugup di sela-sela ucapan chaerin. Tiba-tiba handphone chaerin medendangkan lagu ’i love you’. Chaerin tau sekali siapa yang menelponnya.
”Mianhaeyo, aku harus mengangkat telpon.” chaerin meminta izin.
”Ne. Silahkan saja.” tanggap jiyong dengan cepat. Chaerin lekas menjauh dan mengangkat telpon dari namjachingu nya tersebut.
”Yeoboseo?”
”Chagiya, kamu di mana? Aku menunggui mu di depan kelas, tapi kau tidak muncul-muncul, arra!” keluh junho di ujung telpon.
”Aish, mianhae. Aku tidak tau kau mengungguku. Kajja, aku segera ke kelas.”
”Sebaiknya cepat. Atau aku akan marah.”
”Ne. Annyeong.” chaerin mematikan handphone nya.


***

Jiyong’s POV
             
Chaerin tampak sibuk dengan seseorang yang tengah menelponnya. Junho. Tanpa diberi tau pun, aku sudah tau. Aku mencibir. Cemburu mungkin. Ah, itu hal yang wajar bukan? Mencemburui yeoja yang kita cintai, namun jelas-jelas tak bisa kita miliki.
Stop.
Sepertinya aku mulai kembali ber-mellowdrama. Dan sepertinya chaerin sudah selesai menelpon. Kini, ia berjalan mendekati ku. Seraut wajah sesal tampak di mukanya.
”Mianhae. Sepertinya aku harus kembali ke kelas ku.” ujarnya.
”Ne. Aku sudah tau.” aku tersenyum. Senyum palsu tentunya.
”Aku tidak enak harus pergi begitu saja. Padahal kita sedang berbincang seru tadi.” raut sesalnya semakin terlihat. Ah, tau kah kau, chaerin? Menatapmu bahkan berbincang denganmu saja, aku sudah merasa sangat puas.
”Aku juga sangat menikmati berbincang denganmu. Namun, junho pasti menunggumu kan?” ujarku meyakinkan. Chaerin terlihat agak kaget ketika aku menyebut nama namjachingunya. Namun, ia lekas mengganguk.
”Ne. Geumapseumnida untuk perbincangan yang menarik ini, jiyong.” ia menjulurkan tangannya. Ku sambut dengan perasaan riang dapat menyentuh tangannya.
”Ehm..” terdengar suara orang berdehem di belakang ku. Aku menoleh. Aigoo! Sedari tadi aku melupankan dara. Chaerin pun juga terlihat salah tingkah dan lekas melepas tanganku.
”A.. aku pamit dulu, jiyong dan..”
”Dara. Sandara park.” potong dara ketus.
”Ah ya, jiyong dan dara-ssi. Annyeong.” chaerin membungkuk, kemudia berlati kecil menuju kelasnya. Setelah bayangan chaerin telah hilang dari manik mataku, aku lekas duduk kembali ke hadapan dara.
”Aigoo, dara! Aku..”
”Jangan bicara. Cukup. Aku muak.” dara menatap gelasnya yang jelas-jelas telah kosong dengan tatapan sangat tajam. Seolah-olah dia dapat menghancurkan gelasnya berkeping-keping jika ia mau.
”Dara? Gwaenchana?” tanyaku.
”Pabo-ya.” umpatnya datar. Aku menelan ludah. Gawat. Dara terlihat sangat kesal. Sebenarnya aku penasaran. Penasaran dengan rau mukanya yang memerah. Lalu, sikap nya yag seperti ini setelah aku berbicara dengan chaerin.
Aigoo, dara!
Ada apa denganmu? Kami pun terhanyut dalam pikiran masing-masing.

 ***
kan! apa ku bilang! ff ini jadinya sangat gak jelas karna ke potong TT^TT
doain aja di chaptered berikutnya ceritanya jd jelas ya *wink*

oya, jgn lupa di RCL ya ^^
soalnya penting buat kemajuan ff ini ok!

3 komentar:

  1. Bagus kok saeng FFnya ^_^
    CUman agak bingungan + sedikit terlalu... pendek -_-"

    Keep Writing yo !! >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. eonn, mian bru bisa bls komen sekarang >A<

      bingung yg mananya eonn?
      emang pendek karna tiba2 kepotong pas aku harus masuk dorm lg TT^TT
      mian deh! part 2 nya nanti agak panjang tenang ^^

      ne, gomawo udh baca ^^

      Hapus
  2. Dara jutek yah di sini, tapi gak papa lah namanya FF, lanjutin yaaa ^^

    BalasHapus