Tittle : Miss
Snob & The Christmas Eve
Author : Micheel Ppyong a.k.a Kang
Minhee
Genre : Romance
Rating : T
Legth : Oneshoot
Main Cast : Xi Luhan
Shin Raena (OC)
PS : Annyeong^^ Author dateng bawa ff
oneshoot nih. FF ini author buat karna pengen
buat cerita tentang natal (walau ga terlalu natal” banget sih :P) FF ini author buat
dalam waktu lima hari, jadi maaf kalo geje. Pokoknya RLC ya :D Gomawo^^
buat cerita tentang natal (walau ga terlalu natal” banget sih :P) FF ini author buat
dalam waktu lima hari, jadi maaf kalo geje. Pokoknya RLC ya :D Gomawo^^
“Tunggu aku, ne? Tunggu aku di sana pada malam natal 3 tahun lagi. Aku akan datang menemui saat itu.
Aku janji...”
***
“Apa yang bisa kubeli dengan uang sebanyak 30 ribu won?”
Luhan berjalan gontai ke toko-toko di daerah terkenal itu. Susah payah ia yang
boros ini menabung, namu yang terkumpul hanya 30 ribu won.
“Apa sebaiknya aku minta uang tambahan pada Appa?” sekelebat
ide muncul di pikirannya. “Ah, andwae!! Tidak bisa! Aku sudah berjanji pada
Yoonhee untuk membelikannya sebuah hadiah dengan uang jajanku sendiri!”
“Arrgh!! Kenapa kau begitu boros, Luhan?!!”
“Ani! Lepaskan aku!” sebuah teriakan membuat Luhan menoleh
pada gang sempit di sampingnya.
“Euh? Ada apa?” Luhan mengintip sekilas dan melihat seorang
yeoja terkepung di gang itu. Dua lelaki berdiri tepat di hadapannya.
“Dasar gadis sombong! Aku kan hanya memintamu membagikan
sedikit uangmu!” kata namja berpakaian putih di depannya.
“Aku tidak mau! Jika kalian ingin punya uang, maka kalian
harus bekerja! Bukan meminta dengan paksa seperti ini!!”
“Apa?!” namja di samping namja berpakaian putih tadi maju
sambil melayangkan tinju.
Duakk
Pukulannya telak mengenai pipi mulus yeoja itu.
Luhan masuk ke gang itu dan berteriak pada mereka, “Hei,
hentikan!!”
“Apa yang kau inginkan bocah?!!”
“Kalian ingin uang, kan?” Ia mengambil dompetnya dari saku
lalu mengeluarkan beberapa lembar uang miliknya lalu menyerahkan uang itu pada
mereka.
“Apa ini? Hanya 30 ribu?!”
Luhan menatap mereka kesal dan berkata ketus, “Memang kau
pikir berapa banyak uang yang dimiliki pemuda SMP sepertiku?”
“Huh! Sudahlah!” namja berpakaian putih tadi menarik
temannya pergi dari gang sempit itu.
“Gwaenchana?” Luhan mendekati yeoja manis yang masih
terduduk lemah di sudut gang. Ia memalingkan wajah yeoja itu, berusaha melihat
luka memar di pipi mulusnya.
“Lepaskan!” kata yeoja itu sambil menepis tangan Luhan.
“Euh?”
“Kenapa kau memberikan uangmu pada mereka?!” tanyanya galak
pada Luhan.
Luhan menatap tak percaya pada yeoja manis di hadapannya. Astaga, aku baru saja menolongnya dan kini
ia membentak-bentakku?
“Apa kau tidak tahu bagaimana susahnya mencari uang?!”
Tiba-tiba Luhan menyadari sesuatu. Omo! Uang yang ia berikan
tadi adalah uangnya untuk membelikan Yoonhee, saengnya, hadiah natal! Dan ia
butuh waktu satu bulan untuk mengumpulkan uang itu, mengingat dirinya yang
begitu boros dan sulit sekali menabung.
“Gawat!! Bagaimana ini?! Itu uang tabunganku untuk
membelikan Yoonhee hadiah natal!!”
“Hah~” yeoja itu tersenyum sinis padanya. Dasar namja pabo. Kenapa aku harus bertemu
dan ditolong namja linglung seperti dia?
Akhirnya kesabaran Luhan habis, “Hei, tidak bisakah kau
sedikit lebih sopan?” Ia tidak menduga akan bertemu yeoja sombong seperti yeoja
di hadapannya ini.
“Itu urusanku!” yeoja itu bangkir berdiri dari posisinya
tapi..
Brukk
Ia jatuh terduduk, kembali ke posisi sebelumnya.
“Hahaha..” Luhan tak bisa menahan tawanya. Gadis sombong ini
bisa saja bertingkah seolah-olah ia tidak takut dengan gertakan dua namja tak
dikenal itu, tapi tidak dengan tubuhnya yang lemas dan masih gemetaran.
“Ja-jangan tertawa..” katanya sambil tertunduk menutupi rasa
malunya.
“Kajja~” Luhan mengulurkan tangan kanannya pada yeoja itu,
membantunya berdiri.
“Tidak perlu!”
“Ayo..” Luhan meraih sebelah tangan yeoja itu lalu
membantunya bangkit dari posisi duduknya. Ia memapah yeoja itu keluar dari gang
sempit. “Di mana rumahmu?”
“Untuk apa kau menanyakan rumahku?” yeoja itu balik bertanya
dengan ketus.
“Hiss.. Tentu saja aku ingin mengantarmu pulang..”
“Tidak perlu. Sebentar lagi pelayanku akan datang..”
“Oh~ Jadi kau nona muda yang kehilangan pelayannya?” kata Luhan
terkekeh.
“A-ani! Ia yang bodoh, bisa-bisanya meninggalkanku di toko
itu..” katanya sambil menunjuk sebuah toko kecil di hadapan mereka. Toko itu
berhiaskan ornamen-ornamen merah, hijau dan putih, sebagaiman suasana natal
seharusnya.
“Ah, toko itu ya? Aku juga hendak ke sana, sebelum bertemu
denganmu yang terpojok di gang sempit itu..” Luhan menghela napas. Bagaimana
nasibnya setelah ini? Hadiah apa yang harus ia berikan pada Yoonhee besok?
“Kau ingin membeli hadiah untuk seseorang bernama Yoonhee?”
“Hah!” Luhan tampak terkejut dengan perkataan yeoja di
hadapannya. “Da-dari mana kau tahu?” ia bertanya takut-takut.
Yeoja itu memasang wajah datar tanpa ekspresi. “Kau sudah
mengatakannya tadi...”
“Ah~” Luhan tersipu malu karna kebodohannya.
“Nona!!” sebuah suara mengagetkan mereka berdua. Seorang
namja tinggi mendekati mereka dan menatap Luhan dengan sengit. “Siapa kau?
Kenapa kau memeluk nonaku?” tanyanya ketus, sama seperti majikkannya.
“Mwo?!” Mendengar perkataan namja itu, Luhan segera
melepaskan rangkulannya di bahu yeoja itu dan tak sadar bahwa tindakan cepatnya
itu membuat yeoja itu jatuh tersungkur.
“Uwaaa... Nona?!” namja tinggi itu berlutut di hadapan
nonanya. “Ah.. Nona, gwaenchanayo?” ia menatap khawatir pada yeoja itu lalu
beralih pada Luhan yang terlihat shock menyadari yeoja itu jatuh karna
perbuatannya. “Apa yang kau lakukan bocah?!”
“Ah~ Mianhe..” kata Luhan tulus. Ia tidak sengaja
melakukannya.
“Mianhe? Maaf saja tak cukup! Kau melukai nonaku..”
“Geumanhae, Jung! Aku tidak apa-apa. Mungkin ia tidak
sengaja..” kata yeoja itu dengan lembut, berbeda sekali dengan sikapnya sebelum
ini.
“Tapi nona..”
“Sudahlah, ayo kita pulang~”
Pelayan yeoja itu membantunya berdiri dan memapahnya menuju
mobil mewah mereka yang tak jauh dari situ.
“Ah~” desah Luhan tertahan. “Setidaknya kau ganti dulu
uangku...” katanya tak ikhlas, namun mereka tak mendengarnya dan terus saja
berjalan menuju mobil itu. Tak lama kemudian, mobil itu melaju meninggalkan
Luhan yang terpaku di jalanan.
***
“Huft~” Luhan menghela napas dengan berat. Ia masih
mengingat dengan jelas wajah yeoja itu, yang bahkan ia tak tahu namanya. Karna dia, aku tidak bisa membelikan Yoonhee
hadiah natal dengan uang sakuku seperti yang ia inginkan. Terpaksa aku memohon
pada Appa untuk memberikan uang sakuku bulan depan lebih dulu. Dan terpaksa
pula bulan depan aku harus menghemat uang sakuku...
Arrrgh... Yeoja
sialan!! Jika aku bertemu denganmu, akan kupaksa kau membayar dua kali lipat!
Ah, ani, akan kusuruh dia membayar tiga atau bahkan empat kali lipat!!
“Annyeong haseyo..” sapaan Kim Songjoo, seosangnim Luhan,
membuat pemuda itu meninggalkan pikiran anehnya.
“Annyeong haseyo, Seosangnim..” siswa kelas IX-3 itu
membalas sapaan wali kelas mereka.
“Baiklah.. Setelah liburan natal, kini kita bertemu kembali
untuk belajar. Tapi sebelum itu, Seosangnim punya kabar gembira untuk kalian!
Hari ini kalian kedatangan teman baru, pindahan dari Busan.” Seosangnim itu
mengalihkan pendangannya pada pintu kelas. “Shin Raena, silahkan masuk..”
Seorang yeoja manis memasuki kelas itu. Wajahnya menunduk
dalam, menahan malu karna semua mata di kelas itu tertuju padanya, tak
terkecuali Luhan.
“Raena-sshi, silahkan perkenalkan dirimu..”
Yeoja bernama Raena itu mengangguk perlahan lalu berkata
pelan, “A-annyeong haseyo.. Nan Shin Raena imnida. Bongeupsemnida..”
Luhan memperhatikan yeoja itu lebih teliti. Ia merasa pernah
melihat yeoja itu.
“Arraseo.. Raena-sshi, silahkan kau duduk di bangku
kosong..” Seosangnim menyuruh yeoja itu duduk.
Raena berjalan perlahan menuju bangku kosong dekat jendela,
duduk di sebelah Kim Sangmi, siswa di kelas ini.
Shin Raena.. Shin Raena..
Arrrgh... Siapa sih yeoja itu?!
Luhan terus menatap penuh perhatian pada yeoja itu. Sampai
Baekhyun, teman sebangkunya, menyikutnya kasar. “Kau naksir dia ya?” kata namja
manis itu.
“Ah? Yang benar saja!” kata Luhan tersipu karna ketahuan
memerhatikan seorang yeoja yang memang sangat manis itu.
“Ck! Mengaku saja. Lagipula yeoja itu manis sekali..”
Baekhyun menjulur-julurkan lehernya berusaha melihat yeoja itu lebih jelas.
“Dasar kau!!” Luhan tidak memerhatikan apa yang Baekhyun
katakan selanjutnya. Ia kembali melirik pada yeoja yang sedang sibuk
mengeluarkan alat tulisnya.
Tiba-tiba yeoja itu menoleh ke arah Luhan dan tatapan mereka
bertemu. Seketika mata yeoja itu terbelalak dan begitu juga dengan Luhan.
“Kau?!!” teriak Luhan tanpa sadar, membuat seluruh orang di
kelas itu menatapnya bingung, termasuk Songjoo seosangnim.
“Luhan! Apa-apaan kau?” kata guru itu galak.
“Ah, ani.. Mianhae, seosangnim..” Luhan membungkuk dalam
pada gurunya. Berharap Kim Songjoo mau memaafkan kebodohannya itu.
“Hash.. Kau ini..”
***
“Hei, yeoja sombong!!” Luhan menghampiri Raena yang sedang
berjalan perlahan menuju perpustakaan.
Karna gadis itu tak juga menanggapi panggilannya, Luhan berlari mengejarnya lalu menepuk bahunya.
Karna gadis itu tak juga menanggapi panggilannya, Luhan berlari mengejarnya lalu menepuk bahunya.
“Aigoo.. Kau membuatku kaget, pabo!!” katanya kasar.
“Apa?! Pabo kau bilang?! Asal kau tahu saja, aku selalu
meraih ranking pertama di kelas!!” Luhan membangga-banggakan kepandaiannya pada
gadis itu. Ia tidak terima dibilang bodoh oleh orang lain, apalagi oleh gadis
sombong ini.
“Cih.. aku tidak peduli!” Raena berjalan meninggalkan Luhan
yang tampak terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Raena.
“Hei, aku belum selesai bicara!!” Luhan mengejarnya kembali.
“Kau masih ingat denganku kan?”
“Ani,” jawab gadis itu cepat.
“A-apa? Aku Luhan, "namja yang kautemui di malam natal saat
kau dikepung preman di gang sempit di..”
“Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu,” Raena membelokkan
langkahnya menuju perpustakaan.
“Apa?! Nona sombong, apa memorimu itu sangat kecil hingga
tak bisa mengingat peristiwa yang terjadi sekitar dua minggu yang lalu?!”
Jawaban Raena sekali lagi membuat Luhan terbelalak, “Kalau
iya kenapa?!”
“Aaa...” Luhan bingung apa yang harus ia katakan.
Raena tersenyum sinis padanya lalu berlari cepat sambil
berteriak, “Jangan kuti aku terus, pabo!!”
***
“Sudah kubilang jangan ikuti aku terus kan?!” Raena mempercepat
langkahnya menuju gerbang sekolah, ia ingin segera pulang. Ini sudah seminggu
sejak ia pindah ke sekolah ini. Dan namja menyebalkan ini masih saja
mengikutinya. Ke kantin, perpustakaan, kembali lagi ke kelas, saat pulang
sekolah dan bahkan ia akan menunggunya di depan toilet saat Raena masuk ke
dalamnya.
“Tidak bisa! Kau harus mengganti uangku dulu!” dan selalu
perkataan ini yang Raena dengar darinya.
“Hissss...” Raena mendesis
kesal. Ia berlari kencang berusaha kabur dari Luhan.
“Hei, chakamman..!!” Luhan mengerjarnya pula.
“Pergi!!”
“Ani!!”
Raena mempercepat
larinya. Melewati lorong sekolah besar itu lalu menuruni tangga dengan cepat.
“Shin Raena...!!” Luhan berteriak-teriak memanggil namanya.
“Cerewet..”
Bruak
Raena jatuh terduduk setelah menabrak seseorang yang sedang
membawa cup ice coffee.
“Yak!!” teriak orang itu yang ternyata adalah Jang Anha,
yeoja populer di sekolah ini. Wajahnya yang cantik tampak murka saat menyadari Raena menabraknya dan membuat ice coffeenya
tumpah membasahi bajunya. “Apa yang kaulakukan, pabo?!!”
Luhan mendekati mereka dan membantu Raena berdiri. “Ah,
mianhe, Anha-sshi..” katanya pada Jang Anha.
“Mianhe? Apa kau pikir maaf saja cukup?! Kau tidak lihat
seragamku basah kuyub?!!” Ia menatap sinis pada Luhan dan Raena.
“Hei..” Raena yang dibantu Luhan berdiri, menepis tangan
pemuda itu. Ia maju dengan langkah panjang mendekati Jang Anha. “Kau tidak dengar? Dia sudah minta
maaf padamu?”
“Dia?!” Jang Anha menunjuk Luhan dengan jari telunjuknya.
“Bukankah kau yang seharusnya minta maaf padaku? Kau yang menabrakku!!”
“Asal kau tahu saja, sebenarnya aku ingin minta maaf padamu
tadi, tapi ternyata sikapmu sangat buruk. Aku jadi malas beramah tamah
padamu..”
“Apa?!!” Anha menatap tak percaya pada gadis di depannya.
Selama ini tidak ada seorang pun yang berani bicara kasar padanya. Semua takut
padanya yang notabene adalah anak pemilik saham terbesar di sekolah ini. “Kau
berani padaku?!!”
Tak berapa lama tempat itu telah dipenuhi siswa. Mereka
ingin tahu pertengkaran apa yang sedang terjadi dan juga siapa yeoja yang
berani melawan Jang Anha.
“Untuk apa aku takut?” kata Raena dengan santai.
“Untuk ini kau harus takut..” Anha mengambil cup minuman
teman di sebelahnya lalu maju selangkah ke depan Raena. Ia mengangkat gelas itu
tinggi-tinggi dan...
BYURR
Minuman itu tumpah tepat di atas kepala...
“Luhan?!” Raena kebingungan saat melihat Luhan telah berdiri
di depannya dan menutup akses Anha ke Raena dengan punggungnya. Alhasil minuman
itu tumpah membasahi kepala, bahu, punggung bahkan hampir seluruh tubuh Luhan.
“Itulah akibat karna kau tidak takut padaku..” kata Anha
sinis lalu beranjak pergi dari tempat itu.
“Hei!!” Raena hendak mengejar Jang Anha, tapi tangan Luhan
lebih cepat bergerak. Ia menggenggam erat pergelangan tangan Raena dan
menahannya, “Sudahlah.. Jangan kau teruskan..”
Raena menatap tak percaya pada Luhan. Sedetik kemudian ia
berjalan cepat meninggalkan Luhan tapi bukan menuju gerbang sekolah.
“Raena! Shin Raena!” Luhan berteriak memanggil gadis itu. Ia
berlari mengejar gadis itu masih dengan tubuh basah kuyub. Gadis itu terus saja
berjalan cepat tak menggubris Luhan. Mereka sampai di atap sekolah dan Raena
terpojok. Sudah tak ada jalan lagi di ujung atap itu. Ia berhenti berjalan lalu
berbalik dengan cepat. “Shin Raena!!” Luhan menahan bahu gadis itu.
“Lepas! Lepaskan aku bodoh!!” katanya berontak.
“Lep..pass..kan..hiks..”
Ia menangis?!!
“Shin Raena?”
“Pabo! Aku benci padamu, Luhan!!! Huhu..” ia menangis
tesedu-sedu. Membuat Luhan bingung setengah mati.
“Raena-ah..” Luhan mengelus lembut puncak kepalanya. Ah, halus sekali rambut gadis ini, batin
Luhan (ga nyambung).
“Aku tidak pernah minta pertolonganmu.. Ta-tapi kkke..
kenapa kau terus saja menolongku?!! Ini sudah kedua kalinya.. Hiks..” Raena
menangis sejadi-jadinya. Ia tidak peduli jika orang lain melihatnya. Ia tidak
peduli jika setelah ini Luhan akan memanggilnya gadis cengeng atau apapun itu.
Ia memang gadis cengeng yang terlihat kuat di luar namun sangat rapuh di dalam.
“Memangnya kenapa jika aku menolongmu? Itu tidak merugikanmu
kan?” Luhan menjawab sehalus mungkin padanya.
“Ta-tapi aku tidak suk-suka kau melakukannya.. Itu membuatku
tampak lemah..” Raena menunduk dalam-dalam, membuat air matanya jatuh sangat
deras.
“Hhh..” Luhan menghela napas berat lalu menarik Raena ke
dalam pelukannya. “Uljima.. Mianhe, ne?”
Raena membeku dalam pelukan Luhan. “Le-lepas..”
“Ah, mianhe..” Luhan melepas pelukannya lalu menghapus air
mata Raena. “Jangan menangis lagi, ne?”
“Ja-jangan sentuh aku!!” Raena berteriak keras, berusaha
menutupi wajahnya yang tersipu karna mendapat perlakuan manis dari namja di
hadapannya.
“Euh? Wae?”
“Ka-kau... kau...” Raena berusaha mencari alasan yang dapat
ia utarakan pada Luhan. Ia tidak ingin Luhan tahu bahwa ia tidak pernah dipeluk
seperti itu oleh seorang namja. Luhan yang pertama melakukannya dan membuatnya
malu setengah mati. “Ka-karna... karna kau lengket sekali!! Dan kau bau kopi!!!”
“Apa?!”
“Pergi jauh-jauh dariku..” Raena mundur selangkah menjauhi
Luhan. Ia mengambil napas sejenak sebelum akhirnya berjalan pelan melewati
Luhan yang sedang cemberut.
“Gomawo..” katanya sangat pelan yang berhasil membuat Luhan
terperangah.
***
Sejak kejadian itu Luhan tidak pernah lagi mengikuti Raena
seperti sebelumnya. Ia sudah merelakan uang 30 ribu won itu. Toh ia sudah membelikan
Yoonhee hadiah dengan uang sakunya bulan ini, dan itu berarti ia harus menahan
keinginannya untuk membeli komik dan game baru sampai bulan depan.
“Luhan,” Baekhyun menepuk bahu Luhan yang sedang melamun,
“Kenapa kau tidak kejar-kejaran lagi dengan Shin Raena?”
Luhan mengerutkan kening mendengar pertanyaan aneh dari
Baekhyun, “Kejar-kejaran? Apa maksudmu?”
“Ne, kejar-kejaran. Bukankah sudah seminggu ini kau terus
mengikutinya, tapi ia selalu lari darimu dan kau tetap mengejarnya. Itu tampak
seperti kejar-kejaran bagiku..”
“Bzzz.. Terserah kau mau bilang apa. Aku sudah bosan
mengikutinya terus. Biar saja kurelakan uang 30 ribu wonku..” kata Luhan
pasrah.
“Euh? 30 ribu won? Apa maksudmu?” Baekhyun bertanya bingung
karna mendengar perkataan Luhan yang aneh dan tidak nyambung.
“Hash! Kau ini! mau tahu saja uru...” Luhan berhenti bicara
saat melihat seorang namja tampan memasuki kelas dan mendekati meja Raena yang
berada dekat dengan jendela. Namja itu duduk di bangku depan Raena yang sedang
membaca buku.
“Hai, Shin Raena...” sapa namja itu, yang tidak lain adalah
Kim Jongin, atau lebih dikenal dengan nama Kai. Siswa kelas XI SMA sebelah.
Raena menatap bingung pada namja di depannya.
Huh! Berani-beraninya
Kai sunbaenim mendekati adik kelasnya. Lihat saja tak lama lagi, kau akan
mendapat semprotan galak dari yeoja itu.. batin Luhan yang terus mengamati
mereka.
“Shin Raena..? Benar kan namamu Shin Raena?” sekali lagi Kai
mengajaknya bicara.
Raena tampak bingung. Mengapa tiba-tiba seorang namja
mendekatinya. Ia menoleh ke kanan kiri mencari seseorang yang dapat membantunya
keluar dari kebingungannya. Tapi tak ada orang yang memberikan respon atas
tatapan memelasnya. Sampai matanya bertumbuk dengan Luhan. Namja itu juga kaget
melihat Raena sedang menatapnya.
“Apa?” tanya Luhan tanpa suara, nadanya sedikit ketus dan
wajahnya menahan kesal.
Raena tampak sebal dengan sikap Luhan.
“Raena-ah, aku Kim Jongin. Kau bisa memanggilku Kai. Kau
murid baru di sini kan?”
Raena mengangguk mengiyakan walau pandangannya masih tertuju
pada Luhan. “Jangan begitu! Bantu aku!” kata Raena pada Luhan tanpa suara pula.
“Aku tidak mau!” balas Luhan masih tanpa suara.
Raena mencibir kesal padanya. “Jebal~”
“Ani!”
“Luhaaaan....” TT^TT
“Bayar hutangmu dulu!!”
Kai menatap penuh perhatian pada Raena, walau ia tak sadar
sedari tadi Raena hanya berbicara tanpa suara dengan Luhan. “Aku tertarik padamu.
Kau mau tidak kencan denganku sabtu ini?”
Raena mengangguk pada Luhan, tetapi anggukan itu disalah
artikan oleh Kai. Namja itu berpikir Raena mengangguk mengiyakan ajakan
kencannya.
“Ah, gomawo!!” kata Kai gembira karna Raena mau menerima
ajakan kencannya. “Kutunggu kau Sweet Romance sabtu ini, jam 5 sore ne?” Kai
bangkit berdiri lalu melambaikan tangannya keluar kelas itu.
“Ah..” Raena terkejut dan baru sadar jika secara tak sadar
ia telah mengiyakan ajakan Kai. Eh?
Eo-eottokhe??
***
“Luhan..! Jebal~ Bantu aku, kumohon...” Raena terus
mengikuti langkah Luhan yang bergerak dengan cepat keluar dari sekolah.
“Andwae! Bukankah kemarin kau bilang padaku bahwa kau tidak
suka kubantu? Kenapa sekarang begini? Apa kau plin plan?”
“Bukan begitu!! Ini masalah yang berbeda!”
Luhan mempercepat langkahnya. Tinggal beberapa langkah lagi
menuju gerbang sekolah. Setelah ini Raena tidak akan mengejarnya lagi karna
pelayannya yang bernama Jung itu akan menarik paksa gadis ini untuk segera
pulang. Dengan alasan Luhan akan membahayakannya.
“Nona!”
Itu dia!! batin
Luhan senang.
“Ah, lepaskan aku Jung! Aku masih ingin bicara dengannya!!”
Raena membentak-bentak pelayannya itu. ia melepas tarikan Jung lalu berlari
menyeberangi jalan karna Luhan sudah berada di seberang sekolah.
“Luhan!!!”
“Nona!!!” teriakan
Jung membuat Luhan membalikkan badannya dan melihat Raena terus berlari dan tak
menyadari sebuah mobil melaju ke arahnya. Ia berlari cepat ke arahnya dan...
Ckiiiiit
Bruakk
Semua orang berkumpul di sekeliling Luhan dan Raena yang
tergeletak di pinggir jalan
“Nona.. hh.. hh..” Jung mendekati mereka, menyeruak ke dalam
kerumuan itu. “Nona?!!”
“Hisss.. berhenti berteriak-teriak memanggilku!!”
“Euh?” Jung melihat lebih teliti lagi. Ah!! Nonanya masih
sadar!! Tapi Luhan sedang memeluk Raena, dengan posisi namja itu di atas dan
nonanya di bawah. Mungkin Luhan berlari cepat kemari dan mendorong nonanya ke
pinggir jalan hingga mereka jatuh bersama di trotoar.
“Pabo!!! Apa yang kaulakukan bodoh?! Kau mau mati hah?!!”
kata Luhan pada Raena.
Raena tercengang melihat Luhan memarahinya. Ini pertama
kalinya namja sabar itu terlihat marah. “Mianhe..”
“Mianhe?!! Kau hampir saja mati dan sekarang hanya berkata
‘mianhe’ dengan tenang?!!”
Raena tak kalah sengit, ia tidak terima jika Luhan marah-marah
seperti itu padanya, “Lalu maumu apa?! Kau mau aku berlutut menyembahmu lalu
mengucapkan terimakasih berulang kali sambil mencium kakimu?!!”
Luhan melepaskan pelukannya lalu bangkit berdiri dan
berjalan meninggalkan Raena yang telentang di atas trotoar.
“Luhan!! Aku belum selesai bicara!! Luhaaaan...!!!”
***
“Shin Raena, gwaenchanayo? Kudengar kau kemarin hampir
tertabrak mobil, benarkah itu?”seorang namja siswa kelas itu menatap khawatir
pada Raena.
“Ne. Kudengar juga begitu. Kau tak apa kan?” kata namja lain
yang berada dalam kerumunan kecil di kelas IX-3. Kerumunan itu berpusat di
bangku Shin Raena yang sedang melamun menghadap jendela. Dan semua yang
mengelilingi yeoja itu adalah namja yang tergila-gila pada kecantikan Shin
Raena yang tak kalah dari Jang Anha, gadis populer di sekolah ini. Bahkan
terlihat beberapa siswa SMA berkerumun juga di sana, berusaha untuk mendapatkan
perhatian gadis itu.
“Benar kan kataku?” Baekhyun tersenyum penuh arti pada
Luhan, membuat namja itu tak mengerti.
“Apa?”
“Shin Raena itu cantik sekali. Neomu yeoppo!!”
“Cih! Cantik apanya? Dia yeoja tersombong yang pernah
kukenal..” Luhan menoleh ke arah Raena dan berkata sambil menunjuk gadis itu
dengan dagunya, “Lihat saja dia! Banyak orang di sekitarnya yang
mengkhawatirkan keadaan gadis itu, tapi Shin Raena sama sekali tidak
menggubrisnya..”
Baekhyun ikut menoleh pada arah yang ditunjuk Luhan. Ia
tertawa terbahak-bahak karena menyadari kebodohan Luhan. “Astaga Luhan.. Kau
tahu kenapa ia tidak menggubris mereka?”
Luhan mengangguk bersemangat, “Tentu saja karna ia
sombong...” katanya yakin.
“Aniya. Coba kau perhatikan lebih jelas lagi! Semua yang
berkumpul di sekelilingnya adalah namja. Ia tak menggubrisnya karna..” Baekhyun
menahan perkataannya lalu menunjuk wajah Raena, “Karna ia tidak suka
namja-namja itu mengelilinginya, berusaha mencari perhatiannya.”
“Cih! Jinjja? Aku tidak yakin..”
Baekhyun mengangkat bahunya mengatakan bahwa ia tidak peduli
apa pendapat namja di sampingnya itu. Tiba-tiba Baekhyun menahan bahu Luhan
yang masih saja menghadap ke arah Raena. Ia membalikkan bahu temannya itu
hingga mereka bertatapan. Ia berkata serius, “Luhan, kau.. Apa kau menyukai
Shin Raena?”
“A-apa?!! Yang benar saja kau!!” Luhan mendelik kesal pada
Baekhyun.
“Memangnya kenapa? Kau aneh sekali, Shin Raena itu yeoja
teryeoppo yang pernah kukenal..” Baekhyun berhenti bicara saat Luhan mulai
menatpnya tajam dan datar. “Ehm.. Arra. Itu berarti kau tidak keberatan jika
aku mendekati Raena kan?”
Perkataan Baekhyun mebuat Luhan
terbelalak. “Te-terserah kau saja! Aku tak
peduli!”
Astaga! Sebegitu cantik kah Shin
Raena itu? Hingga mebuat Baekhyun, namja lugu itu juga ingin mengejarnya?!
Luhan mengalihkan pandangnya ke
ara Raena yang sedang membaca buku dengan serius. Namja-namja tadi telah pergi,
mungkin diusir dengan galak oleh yeoja itu.
Luhan terus memperhatikan Raena,
ia ingin tahu apa yang membuat namja-namja itu, termasuk Baekhyun, terpesona
padanya. Tiba-tiba Raena mengangkat kepala lalu menopangnya dengan dagu. Ia
melihat keluar jendela dan melamun. Cahaya matahari pagi mengenai wajahnya,
membuat mata itu menutup karna kesiaulan. Tidak sampai di situ, cahaya matahari
itu membuat wajahnya bercahaya dan...
Wusss
Seperti ada angin kencang yang
berhembus ke wajah Luhan. Ia terpana melihat pemandangan yang dilihatnya.
“Benar, Shin Raena.. gadis sombong itu, benar-benar cantik..” gumamnya tanpa
sadar.
***
Raena berdiri ragu di depan Sweet
Romance. Haruskah Shin Raena masuk ke sana dan menemui sunbaenimnya yang
bernama Kai? Sebenarnya Raena ingin tidak datang kemari, jelas sekali ia ingin
menolak ajakan kencan ini. Tapi ia tidak mau membuat Kai sunbaenim kecewa karna
menunggunya di sini.
Raena membuang napas sejenak lalu
masuk ke kafe yang mulai ramai dengan pengunjung, mengingat ini adalah malam akhir
pekan.
“Selamat sore..” sapa seorang
pelayan perempuan. “Ada sendiri atau datang bersama seseorang?”
“Em.. Kurasa temanku sudah
menunggu di dalam..” Raena mengamati sekeliling kafe itu dan pandangannya
menemukan seorang namja di sudut kafe. “Itu dia..” tunjuknya pada namja di
sana.
“Ah. Arraseo, mari kuantar..”
Raena dan pelayan itu berjalan ke
arah namja, atau lebih tepatnya Kai, yang sudah menunggu di sana.
“Silahkan..” pelayan itu menarik
sebuah kursi untuk Raena lalu mempersilahkannya duduk. Ia memberikan buku menu
pada mereka berdua lalu meninggalkan mereka dengan anggun.
“Sudah lama menunggu?” tanya
Raena basa-basi.
“Ah, ani. Aku baru saja datang..”
Kai tersenyum manis padanya. “Kau pernah kemari?”
“Ani. Aku memang orang Seoul
asli, tapi beberapa tahun belakangan ini aku tinggal di Busan..”
“Oh.. Baiklah, kita punya banyak
waktu untuk saling mengenal. Sekarang, kau mau pesan apa?”
***
Luhan berjalan perlahan menyusuri
trotoar. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Semua keluarganya ada acara di akhir
pekan. Appa dan eommanya menghadiri pesta penikahan teman mereka, Yoonhee pergi
jalan-jalan dengan teman-temannya. Hanya dia yang tidak melakukan apa-apa di
akhir pekan.
“Huft~” Luhan menghembuskan napas
berat. Entah mengapa tiba-tiba pikirannya terlintas pada gadis sombong itu,
Shin Raena. Hari ini Raena kencan dengan
Kai sunbaenim kan? batin Luhan bertanya pada dirinya sendiri. Yeoja itu datang tidak ya?
Seorang yeoja melewatinya dan
berkata pada namjachingunya, “Oppa, aku ingin ice cream. Kita beli ya?”
“Tentu, chagiya. Semua untukmu..”
jawab sang namjachingu.
Cih!! Membuat orang iri saja!!
Luhan tampan, pandai dan namja
yang baik dan sabar. Ia juga perhatian dan banyak yeoja yang sudah menyatakan
cintanya pada namja ini. Tapi Luhan selalu menolak mentah-mentah. Ia bukanlah
tipe namja yang mudah jatuh cinta, malah mungkin bisa terbilang sulit jatuh
cinta. Jadi tak heran jika sampai saat ini Luhan belum juga punya yeojachingu.
“Hah~ Membosankan sekali..” Luhan
menendang kaleng di depannya dengan keras.
Pletak
Kaleng itu mengenai kepala
seseorang. “Ah!”
Luhan terkejut dan segera
mendekati orang , namja, itu. “Ah, mianhe..” katanya menyesal.
Namja itu berbalik dan...
“Kai sunbaenim?” tanya Luhan
heran. “Maaf, aku tak sengaja. Apa lukanya parah?”
“Luhan? Ah, ani. Gwaenchana.
Hanya luka kecil..” Kai mengelus pelan kepalanya yang benjol. Seakan tersadar
sesuatu, ia bertanya, “Kenapa kau di sini?”
“Oppa!!” seseorang mendekati
mereka.
Luhan terbelalak melihat Shin
Raena berlari-lari kecil mendekati mereka. Tapi ternyata tidak hanya ia yang
terkejut, Shin Raena juga menatapnya dengan kening berkerut.
Kenapa yeoja ini ada di sini? Jadi dia datang memenuhi ajakan kencan
Kai sunbaenim? Cih, kemarin ia bilang tidak mau datang, tapi sekarang ia di
sini dan memanggilnya oppa... Tunggu! Oppa?!!
“Waeyo, Kai oppa?” tanyanya heran
melihat Kai berulang kali mengusap kepalanya.
“Ani. Aku hanya terkena kaleng
yang ditendang oleh seseorang..”
“Oh..” lalu pandangan Raena
tertuju pada Luhan yang menatapnya tajam. Ia memikirkan sesuatu lalu tersenyum
senang dibuat-buat. “Luhan! Kau sudah datang rupanya..”
“Euh?” Luhan kebingungan
mendengar perkataan Raena.
“Kai oppa, mianhe..” Raena
memasang wajah memelasnya. “Sebenarnya aku sudah ada janji dengan Luhan. Aku
harus pergi sekarang. Mianhe..”
Sebelum Luhan mengerti apa maksus
Raena dan sebelum Kai bertanya lebih jauh, Raena telah menggamit lengan Luhan
lalu membawa namja itu berjalan cepat dengannya.
“Annyeong, oppa~”
***
“Shin Raena? Apa yang kaulakukan
sebenarnya?”
Raena masih saja melangkah santai
di samping Luhan. Tangannya masih memeluk lengan namja itu. “Ani. Tidak ada
apa-apa. Aku hanya tidak ingin lebih lama dengan Kai sunbaenim..”
Luhan mengangkat alisnya
tinggi-tinggi. “Kai sunbaenim? Kenapa kau tidak memanggilnya dengan sebutan Kai
oppa lagi?”
Raena menunduk dalam-dalam,
menyembunyikan pipinya yang merah karna malu.
“Hehehe..” Luhan tertawa
cekikikan.
“Berhenti, Luhan!” Raena memukul
lengan namja itu pelan.
“Arra, arra..” Luhan menghentikan
tawanya lalu menatap Raena serius. “Lalu bagaimana sekarang?”
“Aku juga tak tahu. Lebih baik
kau antar pulang saja aku..” Raena hendak menyetop taksi tapi Luhan menahannya.
“Hei, tidak bisa begitu! Kau yang
menyeretku bersamamu.. Jadi..” Luhan tersenyum penuh arti. “Bagaimana jika kita
berkencan saja?”
Raena menatap tak percaya pada
Luhan, seakan-akan Luhan adalah alien berwajah aneh, dengan dua telinga besar
dan satu mata yang besar pula, yang mengatakan bahwa ia benar-benar manusia.
“Kau sudah gila?!!”
“Kau mau berkencan dengan Kai
sunbaenim. Tapi kenapa kau menganggapku gila karna mengajakmu kencan?”
“Ani. Aku tak mau berkencan
dengan siapa pun, apalagi kau! Walau di dunia ini semua namja telah meninggal
dan hanya menyisakan kau saja, aku tetap tak mau berkencan denganmu!!”
“Cih! Baiklah kalau begitu.
Jangan sampai kau kecewa karna keputusanmu sendiri!” Luhan berjalan cepat
meninggalkan Shin Raena yang berdiri mematung di jalanan.
Raena tampak gusar saat Luhan
meninggalkannya. “Luhan! Chakkaman!!”
Luhan tersenyum evil tanpa
disadari Raena. Ia tetap berjalan meninggalkan Raena.
“Luhan!! Pabo Luhan!!!” Raena
mengejarnya dan menahan jaket namja itu.
“Wae?!! Kenapa
memanggil-manggilku terus?!!” Luhan memasang wajah galaknya. “Kenapa? Kau
berubah pikiran?!”
“A-ani..”
“Lalu?”
Raena menunduk dalam lalu berkata
terbata, “A.. aku.. aku takut kesasar..”
Luhan menatapnya tak percaya.
Sedetik kemudian ia sadar bahwa Raena belum lama berada di Seoul, ia kan
pindahan dari Busan. “Hah~ Ikut aku!” katanya sambil menggenggam tangan yeoja
itu. Mereka berjalan beriringan melewati toko-toko di daerah ramai itu.
Raena memperhatikan tangan Luhan
yang bertaut pada tangannya. Tangan namja itu besar, tidak seperti dugaannya,
juga hangat.
“Kau sudah makan?”
Pertanyaan Luhan membuat Raena
mengangkat wajahnya. Ia tidak ingin Luhan tahu bahwa ia sedang memperhatikan
tangan mereka yang saling bertaut. “Belum. Tadi Kai sunbae mengajakku makan
tapi tiba-tiba kau datang dan.. Begitulah..”
“Begitulah? Kau seakan-akan
mengatakan bahwa aku yang memaksamu pergi,” Luhan mencibir seperti anak kecil.
Wajahnya sangat lucu saat melakukan itu, membuat Raena tersenyum tipis.
“Wae?” tanya Luhan begitu
menyadari bahwa Raena sedang memperhatikannya.
“Aniyo..”
“Kau suka makan spaghetti?”
Raena mengangguk pelan. Apa saja
yang Luhan tawarkan, ia mau. Ia sudah sangat lapar.
“Arra. Kajja~”
***
“Eottokhe?”
“Em...” Raena memutar-mutar
garpunya dan melahap sekali lagi spaghetti buatan Luhan itu, “Jeongmal
masshita!!”
“Ne?”
“Ne!” Raena mengangguk-angguk
cepat. Ia tidak bohong, spaghetti buatan Luhan ini memang sangat lezat.
“Ah~ Syukurlah kalau kau suka..”
Luhan menuang air ke dalam dua gelas kaca lalu duduk di kursi meja makan dan
meletakkan salah satu gelas itu ke depan Raena yang memakan spaghettinya dengan
lahap.
Luhan sedang tidak punya uang,
kau tahu kan kenapa, jadi dia mengajak nona ini ke rumahnya. Ia memasak makanan
untuk nona yang tampaknya sangat kelaparan ini.
“Shin Raena..” kata Luhan
perlahan.
“Eum?”
“Kau adalah yeoja pertama yang
datang ke rumahku..”
“Uhuk.. uhuk...” perkataan Luhan
membuat Raena tersedak.
Luhan menyodorkan gelas Raena
yang sudah diisinya dengan air tadi. Raena meminumnya beberapa teguk.
“Pelan-pelan saja makannya..”
kata Luhan tak menyadari mengapa Raena tersedak. “Kalau kau suka, aku bisa
membuatkannya untukmu kapan-kapan jika kau mau..”
Mata Raena berbinar-binar saat
mendengarnya.
“Asal kau bayar 20 ribu won per
porsi...” kata Luhan jahil.
Raena hendak melempar tissue di
hadapannya ke wajah Luhan tapi namja itu tahu apa yang dipikirkan Raena. Ia
menangkap tangan Raena dengan sebelah tangannya.
“Euh?” Raena bingung karna Luhan
tak kunjung melepaskan pergelangan tangannya. Ia menatap penuh pertanyaan pada
namja di hadapnnya itu, yang membalas dengan tatapan lembut padanya.
Mata Luhan coklat dan begitu
hangat. Mata itu seakan menarik sesuatu dalam diri Raena untuk lebih melihat
lebih dalam lagi pada Luhan. Tentang kelembutan dan perhatian namja itu.
Sedangkan Luhan merasa bahwa
perkataan Baekhyun ada benarnya. Ia aneh. Ia aneh jika tidak langsung menyadari
bahwa yeoja bermata hitam kelam di hadapannya ini begitu cantik saat mereka
pertama kali bertemu. Dan ia aneh jika tidak terpesona oleh kecantikan Shin
Raena.
Mereka tetap saling menatap
beberapa saat hingga terdengar dering ponsel Raena yang memecahkan suasana
hening di ruang makan itu, membuat Luhan melepas genggamannya di pergelangan
tangan Raena.
Raena mengangkat teleponnya,
“Yeo-yeobuseo? ... Jung? Waeyo? ...Ani. Aku sedang berada di rumah temanku.
...Kau mau menjemput? Ah, arra. ...Ne, kutunggu.”
“Dari pelayanmu?”
Raena menggangguk. “Jung akan
segera menjemputku..”
“Oh..” Seakan tak peduli, Luhan
mengangkat piringnya dan piring Raena ke rak cuci piring.
“Biar kubantu..” Raena mengangkat
kedua gelas di atas meja dan membawanya kepada Luhan.
“Tidak perlu. Kau tamuku, tidak
pantas seorang tamu ikut mencuci piring..”
Raena tidak membantah lagi. Ia
meletakkan kedua gelas itu lalu berjalan ke ruang tamu. Ia melihat-lihat isi
ruangan itu. Pandangannya tertuju pada sebuah foto di tengah ruangan itu.
Senyuman sebuah keluarga telah diabadikan dalam lensa kamera, sebagai kenangan
hangat yang takkan terlupakan.
Tersenyum di sana seorang yeoja
berusia sekitar 30 tahun, seorang namja yang sedikit lebih tua dari yeoja tadi,
sedang menggendong gadis kecil berusia sekitar 4 tahun. Dan pandangan Raena
terpaku pada bocah kecil di tengah. Wajah polos dengan senyum manis, mirip
sekali dengan namja dewasa yang menggendong gadis kecil tadi. Tapi ada sedikit
yang berbeda dari bocah itu dengan dia yang sekarang. Sinar mata mereka
berbeda. Bocah itu menampakkan dengan jelas wajah jahilnya, sedangkan dia yang
sekarang lebih lembut dan sabar.
“Itu aku..” suara Luhan di
belakang Raena.
“Eh?”
“Ehm.. Bocah kecil itu..” katanya
sambil menunjuk bocah di foto itu dengan dagunya. “Kenapa? Aku manis sekali ya?”
katanya percaya diri.
“Hisss...” Raena mendesis.
“Hahaha..”
Tin tin
“Ah, mungkin itu Jung..” Raena
bergegas menuju pintu rumah Luhan.
“Hati-hati di jalan..” kata Luhan
begitu mereka keluar dan membuka pagar rumah itu.
“Hem..” Raena mengangguk dan
masuk ke dalam mobilnya. Ia membuka jendela dan tersenyum, “Gomawo untuk
spaghettinya!”
***
Entah karna apa dan entah sejak
kapan, Luhan dan Raena jadi semakin dekat. Mungkin krana sifat angkuh Raena,
tidak ada satupun teman yang bertahan lama dengannya, kecuali namja-namja bodoh
yang masih saja mengejar Shin Raena.
Mungkin karna hanya Luhanlah yang dapat bertahan dan terlalu cuek untuk
memerhatikan sifat sombong Raena yang tiada habisnya. Tapi Luhan rasa itu bukan
sifat sombong. Ne, Raena bukanlah gadis sombong. Ia tak pernah memamerkan
kekayaannya, ternyata ia anak pengusaha besar di bidang departement store,
pemiliki salah satu supermarket terbesar di Korea. Ia juga tak pernah
memamerkan kecerdasannya, karna itu mustahil baginya yang selalu mendapat nilai
pas-pasan. Ia juga tidak membanggakan wajahnya yang yeoppo itu, malah mungkin
ia tidak menyadari bahwa ia dapat memikat hampir seluruh namja di sekolah itu
dan juga SMA sebelah.
Sifatnya hanya tidak mau terbuka
dan selalu meremehkan orang lain. Luhan rasa, Raena melakukan itu hanya untuk
menutupi kerapuhannya, karna sering kali ia lari kepada Luhan dan menangis
tersedu-sedu di atap gedung sekolah. Seperti hari ini...
“Sudahlah. Uljima..” Luhan
mengusap lembut rambut yeoja itu. Baru saja ia mendapat pesan dari yeoja ini
untuk segera ke atap sekolah. Dan tentu saja, seperi biasa, yeoja itu sedang
menangis di sudut.
“Ta-tapi.. Jung akan pulang ke
rumah orang tuanya di Busan. Dan itu tidak sebentar. Huhu..”
“Berapa lama?”
“Se.. sekitar tiga bulan.
Bagaimana ini? Siapa yang akan mengantar dan menjemputku sekolah? Siapa yang
akan menemaniku belajar? Tidak akan ada yang mengomel tiap kali aku memboroskan
uangku.. huhuhu...”
“Hush.. Jangan menangis terus.
Kau harus mengerti keadaanya. Pasti ada alasan yang tidak bisa ditunda. Kau
jangan sedih, setidaknya buat dia pulang dengan tenang. Jangan biarkan dia
melihatmu menangis, ia akan mengkhawatirkanmu, Raena. Kau berharap saja semoga
ia bisa cepat kembali ke Seoul, ne?”
Raena mengangguk perlahan.
Luhan menghapus air mata Raena
dengan ibu jarinya. “Sementara di pulang, aku yang akan menemanimu belajar.
Eottokhe?”
Sekali lagi Raena mengangguk.
***
Tak terasa waktu telah berlalu
begitu cepat. Sekarang sudah akhir bulan Mei dan siswa SMP telah selesai
mengikuti ujian. Sebentar lagi mereka akan masuk ke SMA, tak terkecuali Luhan
dan Raena.
“Kau akan meneruskan di SMA
sebelah kan?” tanya Luhan saat mereka berjalan menuju perpustakaan. Memang
mereka mempunyai hobi yang sama, membaca buku.
“Ehm,” jawab Raena sambil
mengangguk, “Kau? Juga akan melanjutkan ke sana kan?”
“Ne. Tentu saja..”
“Baguslah.”
“Euh?” Luhan menatap bingung pada
yeoja itu tapi Raena tidak menggubrisnya dan tetap berjalan menuju
perpustakaan.
“Luhan!” seseorang memanggil
Luhan dari arah belakang.
“Kim seosangnim..”
“Bisa kita bicara sebentar?”
***
“Apa? Kau dapat beasiswa ke New
York?” Raena menatap tak percaya pada Luhan.
Namja itu mengangguk penuh
semangat. Senyumnya terus merekah sepanjang hari setelah ia keluar dari ruang
Kim seosangnim tadi.
“Beasiswa untuk belajar di sana?”
tanya Raena lagi.
“Ne..” Luhan menjawab riang. Ia
tersenyum senang tapi senyumnya tak bertahan lama saat ia melihat yeoja di
sampingnya tidak ikut senang melainkan sebaliknya. Wajah gadis itu muram.
“Raena? Waeyo?”
“Bukankah.. Bukankah tadi kau
bilang kau akan masuk SMA sebelah? Kenapa sekarang berubah?”
“Sekolah di luar negri adalah
cita-citaku sejak kecil. Membayangkan bisa sekolah si sekolah ternam. Saat ini,
ketika tawaran itu datang, tentu aku tak kan menolaknya. Ini cita-citaku, masa
depanku..”
“Jadi, kau juga akan
meninggalkanku?” tanya Raena tiba-tiba.
“Raena, ini tidak akan lama.
Setelah aku lulus nanti, aku akan segera kembali ke Ko..”
“Baiklah. Semoga kau berhasil di
sana..” Raena bangkit berdiri lalu berjalan cepat meninggalkan Luhan yang
terpaku di kursi taman itu.
***
Luhan menutup ranselnya yang
berwarna merah. Seminggu lagi ia akan berangkat ke New York. Dan sampai
sekarang Raena belum memberikan kabar apa-apa padanya. Gadis itu tidak
menyapanya saat mereka berpisah di kelas sebelum liburan lalu. Ia juga tidak
membalas pesan Luhan dan juga tidak mengangkat telepon Luhan.
Luhan ingin sekali datang ke
rumah gadis itu, tapi ia tidak tahu di mana rumah Shin Raena. Karna ia belum
pernah sekalipun mengunjungi rumah gadis itu.
Raena sama sekali tak mengerti apa yang kumau, batin Luhan. Ia egois, hanya mementingkan dirinya
sendiri. Toh kami masih bisa bertemu sesekali saat liburan atau paling tidak
kami bisa mengirmi e-mail setiap minggu.
Huft~ Luhan menghela napas dengan berat. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada gadis egois sepertinya?
Ya, Luhan mengaku bahwa ia sudah
jatuh cinta pada Shin Raena, entah sejak kapan itu. Ia selalu memerhatikan
gadis itu. Saat Shin Raena tersenyum, Luhan merasa ia melihat pelangi yang
begitu indah di bibir gadis itu. Saat Raena menangis, Luhan merasa hatinya
sakit, seperti ditusuk ribuan jarum.
Luhan harus bertemu dengan gadis
itu. Ia harus mengutarakan perasaannya ini pada Shin Raena. Sebelum ia pergi ke
New York, gadis itu harus tahu tentang perasaannya! Harus!
***
Raena, kumohon. Jangan seperti ini. Aku ingin kita bertemu sebelum aku
pergi..
Raena menatap kosong pada pesan
singkat namja itu. Ia sudah terlalu sedih saat Jung harus pulang ke Busan, dan
sekarang? Luhan akan pergi ke New York untuk melanjutkan sekolah di sana.
Tess
Air mata Raena jatuh perlahan. Kenapa
ia harus secengeng ini? Kenapa ia harus menangis hanya untuk namja menyebalkan
seperti Luhan?
Tidak. Rasanya sakit sekali. Ia
tidak ingin namja itu pergi. Tidak ingin.
***
Hari keberangkatan Luhan tiba. Ia
sedang duduk di bangku penumpang di dalam mobil yang dikemudikan Appanya. Berulang
kali ia melirik ponsel yang sedari tadi berada dalam genggamannya. Sudah seminggu
penuh ia berusaha menghubungi Shin Raena tapi tetap saja gadis itu menolak
menerima teleponnya dan tak membalas satupun pesannya.
“Luhan, kau kenapa? Sedari tadi
kau hanya melirik ponselmu. Apa ada masalah?” tanya Eomma lembut padanya.
“Ah, ani. Aku hanya menunggu
pesan dari teman satu SMPku, Eomma..”
“Oh. Ya sudah kalau begitu..”
Luhan mengangguk singkat lalu
mulai menekan keypad ponselnya. Mengetikkan pesan singkat pada Shin Raena.
Shin Raena, kumohon. Untuk terakhir kalinya, aku ingin bertemu
denganmu. Bisakah kau datang ke Incheon Airport? Aku menunggumu segera..
***
“Penumpang pesawat dengan tujuan
New York, United States, diharapkan segera menuju boarding pass karna pesawat
akan take off 20 menit lagi..”
Pengumuman melalui speaker itu
membuat Luhan panik. Tidak. Aku tidak
boleh berangkat sebelum bertemu Raena, batin Luhan. Kumohon Raena, jangan seperti ini..
“Oppa, sebaiknya kau segera
masuk. Kalau tidak kau bisa terlambat, “ kata Yoonhee, yeodongsaeng Luhan.
“Arra. Tapi tunggu sebentar saja
ne? Aku sedang menunggu temanku..”
Luhan mengambil ponselnya dan
mencoba menelepon Raena. “Shin Raena, kumohon angkatlah.. Sekali ini saja...”
Tuut.. tuut..
Tuuuuuuuuuut.....
Di-reject
Luhan menghela napas panjang. Matanya
mulai mencari-cari kembali sosok yang selalu hadir dalam benaknya setengah
tahun terakhir. Gadis sombong yang entah mengapa begitu ia cintai.
Nihil. Tak ada tanda-tanda
kehadirannya. Luhan sudah pasrah, ia mengambil kembali ponselnya lalu mengetik beberapa
kata dengan tangan gemetar, digigitnya bibir bawahnya, mencoba menahan sakit di
dadanya. Ia bukan seseorang yang cengeng, tapi entah mengapa setetes air mata
jatuh membasahi pipinya.
Shin Raena, aku ingin kau tahu. Nan neol..
“Luhan!!!”
Luhan menoleh ke arah suara itu
berasal. Shin Raena sedang berlari ke arahnya.
Bruak
Mereka jatuh bersama ke lantai.
Tess
Air mata Raena membasahi wajah
Luhan. “Pabo!!”
Senyum Luhan merekah. “Gomawo. Terima
kasih karna kau datang..”
Raena tidak berkata apa-apa. Ia hanya
menangis tanpa suara, tidak seperti biasanya.
“Sebelum aku pergi, aku ingin
mengatakan sesuatu padamu. Maaf, aku memang bodoh. Aku selalu membuatmu kesal, dan..
kumohon, jangan menangis..” Luhan menghapus air mata Raena dengan ibu jarinya. “Shin
Raena, aku... Na-nan neol saranghae..”
Raena berhenti menangis.
“Aku tahu ini memang bodoh. Tapi
aku tidak bisa memendamnya sampai aku pulang dari Amerika nanti. Tidak bisa. Aku
mencintaimu, sangat mencintaimu.”
“Sekali lagi, kepada pemupang pesawat dengan jurusan New
York, United States, dimohon segera menuju boarding pass karna pesawat akan
segera berangkat..”
“Raena, kau masih ingat toko yang ingin kukunjungi pada
malam natal? Saat kita pertama kali bertemu?”
Raena yang masih shock mengetahui bahwa Luhan mencintainya,
hanya mengangguk mengiyakan. Ya, dia masih sangat ingat. Bagaimana ia bisa
lupa? Saat itu adalah pertama kalinya ia bertemu dengan namja ini.
Luhan menggenggam tangan Raena dengan erat. “Tunggu aku, ne?
Tunggu aku di sana pada malam natal 3 tahun lagi. Aku akan datang menemui saat
itu. Aku janji...”
Raena menunduk dalam-dalam. Ia tahu
Luhan sedang menunggu jawabannya. “Ani..”
“Apa?”
Jawaban Raena membuat Luhan
terbelalak. Apalagi ketika Raena mengangkat wajahnya dan berteriak dengan
jelas, “Ani! Aku tidak mau menunggumu!! Pergi saja sejauh mungkin!! Tidak kembali
pun tak apa!!!”
***
LUHAN Pov
Aku sungguh tidak menyangka Shin
Raena akan membentakku seperti itu. Padahal sebelumnya ia menangis deras.
Memang apa yang salah dengan
perkataanku? Apa aku mengatakan sesuatu yang membuatnya marah padaku? Aku hanya
ingin dia menungguku. Hanya itu. Apa itu terlalu sulit baginya?
Huft~
Selesai sudah. Semua telah
berakhir. Aku dan dia, setelah ini, takkan pernah bertemu lagi.
Arrrrgh...!
Shin Raena, tak tahukah kau bahwa
aku benar-benar mencintaimu?!!
LUHAN Pov End
***
Malam natal tiga setengah tahun kemudian...
“Ne, Eomma..” Luhan mengambil
sekotak spaghetti dari lemari kecil di dapur apartemennya itu. “Ne. Aku tahu.
... Iya, Eomma. Eomma tenang saja. ....Selamat natal juga..”
“Huft~” Luhan menghela napas
berat.
Ini sudah memasuki tahun ketiga
sekolahnya di New York. Dan ia baru saja lulus bulan Juni lalu, dengan nilai
tinggi dan memuaskan. Ia sudah ingin pulang ke Korea tapi Eommanya melarang. Ia
harus tetap di sini hingga tahun baru nanti. Ia harus liburan dulu di negri
Paman Sam ini, sebelum kembali ke Korea minggu depan.
Luhan berjalan mendekati meja
belajarnya lalu meletakkan ponselnya di atas meja itu. tiba-tiba pandangannya
tertuju pada sebuah pigura berukuran sedang di meja itu. Foto seorang namja
yang tertawa senang dan sedang memeluk bahu yeoja di sampingnya. Fotonya dengan
Shin Raena, gadis yang dulu ia cintai dan sekarang pun tak berubah.
Seharusnya malam ini ia menemui
yeoja itu di toko hadiah di mana mereka bertemu empat tahun yang lalu. Ya seharusnya
begitu, tapi mengingat perkataan gadis itu di airport, bahwa ia tidak mau
bertemu Luhan lagi, membuat namja ini mengurungkan niatnya itu. ia tidak bisa
apa-apa sekarang. Ia merindukan gadis itu. Sangat merindukannya. Tapi apa yang
bisa ia lakukan jika gadis itu menolak sebelum ia bisa melakukan sesuatu?
“Shin Raena, aku mencintaimu..
Sangat mencintaimu...”
Ting tong
Bel apartemen Luhan berbunyi. “Ck!
Siapa orang bodoh yang malam-malam begini datang berkunjung?”
Ia menuju pintu apartemennya
dengan wajah ditekuk. Ia sedang tidak dalam keadaan baik.
“Maaf, apa yang Anda lakukan...”
perkataan Luhan berhenti saat melihat seseorang berdiri membelakangi pintu
apartemennya. Seorang yeoja berambut hitam bergelombang. Ia memakai jaket merah
dan topi rajut putih.
Yeoja itu berbalik dan berkata
ketus padanya, “Lama sekali kau membuka pintu?! Kau ingin membuatku mati
kedinginan?!!”
“Shin.. Shin Raena?!!”
GREB
Luhan memeluk gadis itu erat.
“Hei.. A-aku.. sulit bernapasss..
Lepaskan..”
“Ani! Tidak akan! Aku tak akan
melepasmu!! Kau tidak boleh pergi, kau harus bersamaku..”
“Baik, baik. Tapi setidaknya
biarkan aku masuk ke apartemenmu. Aku sudah kedinginan..”
Luhan tersipu dan melepaskan
pelukannya. Ia mempersilahkan yeoja itu masuk.
“Wah! Apartemenmu bagus sekali...”
Luhan menatap rindu pada yeoja
itu. Ia sama sekali tak menghiraukan apa yang yeoja itu katakan.
“Luhan?”
Bruk
“Kya!!”
Luhan memeluk Raena lagi. Kali
ini lebih erat dan tiba-tiba, hingga membuat mereka jatuh ke lantai berkarpet
tebal.
“Luhan! Apa budaya barat
membuatmu senang sekali menyeruduk orang?!!”
“Jangan bicara lagi..” kata Luhan
pelan dan penuh penekanan. “Apa kau tahu betapa aku merindukanmu? Aku sangat rindu
padamu, hingga rasanya lebih baik aku mati...”
“Luhan..” Raena menyentuh pipi
Luhan dengan kedua tangannya. Ditatapnya wajah Luhan yang tidak banyak berubah
tapi tampak lebih dewasa. Suaranya pun berubah menjadi lebih berat. “Kau tambah
tampan ya..”
“Raena, jebal.. Kita bicara
serius. Kenapa kau bisa ada di sini? Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini...
chakkaman, jangan bilang kalau kau bersekongkol dengan Eommaku..”
Raena memasang cengirannya. “Ne. Aku
memintanya dari Eommamu beberapa bulan yang lalu. Dan aku juga yang memintanya
untuk menahanmu di sini sampai tahun baru nanti..”
Luhan memandang penuh tanya pada
gadis itu. “Lalu kenapa kau datang menemuiku? Bukankah ketika di airport kau
bilang bahwa kau tidak ingin bertemu denganmu lagi?”
Raena menunduk dalam, berusaha
menghindar dari tatapan Luhan. Ia salah tingkah. “Aku... Aku... Em..” Kata-kata
yang sudah Raena siapkan sebelumnya dalam seketika hilang tak berbekas dari
benaknya. “Apa kau tidak suka jika aku datang menemuimu?! Ba-baiklah kalau
begitu, aku akan pulang sekarang!!” katanya tiba-tiba ketus. Ia bangkit berdiri
tapi tangan Luhan menahan kedua tangannya di karpet tebal itu.
“Jangan mempermainkan aku!!” ujar
Luhan marah.
Raena terkejut mendengar bentakan
Luhan. Ia menutup matanya lalu balas berteriak, “Karna aku juga mencintaimu,
bodoh!!”
Hening
Raena membuka matanya perlahan,
ingin tahu apa reaksi dari namja itu. Tapi begitu ia melakukannya, sesuatu yang
lembut dan hangat telah menempel pada bibirnya. Luhan menciumnya!! Ciuman yang
lembut dan hangat, membuat pemanas di apartemen ini tidak berfungsi karna tidak
lebih hangat dari ciuman ini. Luhan mengulum bibirnya dan menyentuh pipi gadis
itu.
Tess
Setetes air mata jatuh membasahi
pipi Raena. Bukan, ini bukan air mata gadis itu. ini air mata Luhan, air mata
kesakitan karna rasa rindu yang selama ini ditahannya, sekaligus air mata
bahagia karna cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Shin Raena juga
mencintainya!!!
Luhan melepaskan tautan bibir
mereka. Ia bangkit dari posisinya lalu membantu Raena duduku di hadapannya. Ia
memeluk gadis itu erat-erat. “Terima kasih. Aku juga mencintaimu, dari dulu dan
sampai saat ini..”
***
PROLOG
Cling cling
“Selamat datang...”
Seorang namja memasuki toko
hadiah yang tampak ramai itu. Ia menjulurkan kepalanya mencari-cari seseorang. Dan
pandangannya tertuju pada seorang gadis berpakaian putih di sudut toko. Setengah
berlari , ia menghampisi gadis itu.
“Lama menunggu?” tanyanya pada
gadis itu.
“Sekitar 10 menit..” jawab gadis
itu dengan wajah cemberut. “Baru kali ini kau terlambat. Biasanya kau yang
selalu menungguku..”
“Ah, mianhe.. Ada urusan penting
yang harus kuselesaikan.”
“Huh~ Sudahlah.. Ayo kita cari
barang! Seperti biasa kan? Aku membeli hadiah untukmu, kau membeli hadiah
untukku?”
Namja itu mengangguk lalu
meninggalkan gadis itu mengitari toko. Ia mencari hadiah yang akan disukai
gadisnya itu.
Setelah hampir sepuluh menit,
mereka bertemu di kasir dengan hadiah masing-masing yang sudah dibungkus.
“Ini untukmu. Semoga kau suka..”
kata yeoja itu smabil menyerahkan hadiahnya pada sang namja.
“Ini hadiahmu..”
“Baik. Karna kau telat malam ini,
maka kau yang harus membuka hadiahmu lebih dulu..” kata yeoja itu sambil
tersenyum manis.
Sang namja membuka hadiahnya dan
tersenyum mendapati sebuah syal merah telah berada dalam genggamannya.
“Itu hasil rajutanku sendiri. Mudah-mudahan
kau suka. Dan jangan mengomel jika kau menemukan jahitan yang kurang rapi..”
“Hahaha.. Gomawo, chagi..
Sekarang giliranmu membuka hadiahku..”
Gadis itu mengangguk lalu membuka
kertas pembungkus hadiah itu. Di balik kertas itu terdapat sebuah kotak
berukuran sedang. Ia membukanya dan mendapati sebuah kotak berukuran lebih
kecil ada di dalam kotak besar itu. Gadis itu menatap penuh tanya pada sang
namja tapi namja itu hanya menjawab ringan, “Buka saja..”
Gadis itu membuka kotak itu
lagi.Sekali lagi, ada sebuah kotak berukuran lebih kecil dari kotak sebelumnya
di dalam sana. Gadis itu terlihat kehabisan kesabaran. Ia membuka kotak itu
dengan tidak sabar dan menemukan sebuah kotak kecil lagi di dalamnya. Namun kali
ini kotak itu terlihat cantik karna dihiasi dengan pita. Gadis itu membuka
kotak kecil berpita itu dan mendapati sebuah cincin indah berkilauan ada di
dalam kotak itu. Ia menatap penuh tanya pada sang namja.
“Aku mencintaimu. Menikahlah denganku,
Shin Raena...” kata namja itu lembut. Ia menggenggam kedua tangan yeojanya.
“Apa? Kenapa aku harus menikah
denganmu?”
“Karna kau mencintaiku..”
Sang gadis terlihat salah
tingkah. “A-ani. Aku tidak mencintaimu...” jawabnya berbohong.
“Kalau begitu kau tetap harus
menikahiku. Dengan menikah denganku, kau akan belajar mencintaiku setiap
harinya, Nona Sombong..”
“Jangan memanggilku seperti itu
Luhan. Memang kau pikir dengan memanggilku sperti itu, aku akan berubah
pikiran?”
“Ani. Kau tak akan berubah
pikiran. Karna dari awal kau memang bersedia menikah dengan... mphff...”
Gadis itu mendorong namjanya ke
tembok dan mengunci bibir namja itu dengan bibirnya. Beberapa saat kemudian ia
melepaskannya dan tersengal-sengal.
“Lakukan lagi..” kata namja itu
sambil tersenyum jahil.
“Tidak akan!!!”
Namja itu mengejar gadisnya yang
berlari sambil tertawa gembira. “Hei, Shin Raena!! Chakkaman..”
THE END
Wooaahh!!Keren thorr ...!:D Kerreenn...!!Ini ciyus lho ._.
BalasHapusKutunggu ff selanjtnya ma ff yg belum kelar ya :3!!Fight!!!!
Cheel, keren..
BalasHapusDaebakk !!!
>.<
Satu kata : DAEBAK!!!!
BalasHapusKeep FIGHTING ^^
Wooohh... bagus thor :D
BalasHapuskereeeenn..!!
@all :
BalasHapusmakasih, makasih *bungkuk 180 derajat :O
wkwkwk
makasih banyak ^^
i like it...
BalasHapusmakasih :)
Hapus