Tittle
: Alien, U’re Mine
Author : HelloWorld (@dignaraa)
Cast
:
·
Seungri BIGBANG
·
Choi Soo Young
SNSD
·
Yuri SNSD
·
Lee Taemin SHINee
·
Daesung BIGBANG
Genre
: Friendship, Romance, Angst (?)
Length
: maybe Double Shoot? Check it then...
A/N
: Haloo saya comeback setelah hiatus entah berapa lama, akhirnya ngepost Part 1-nya deh ^^ *maaf ya lama banget m(_._)m
sebenarnya ini FF buatanku waktu masih kelas satu SMP ._. dulu suka masih suka SNSD sih, hehe. Aku cuma buatin poster sama teasernya aja. Nggak banyak yang aku edit di sini, jadi mian ya kalo banyak typo... wkwk
sebenarnya ini FF buatanku waktu masih kelas satu SMP ._. dulu suka masih suka SNSD sih, hehe. Aku cuma buatin poster sama teasernya aja. Nggak banyak yang aku edit di sini, jadi mian ya kalo banyak typo... wkwk
- Alternate Universe tingkat dewa, baca doa dulu sebelum baca kkk
- Yang ngga suka pairing Seungri & Soo Young, pikir dua kali aja deh
[PART 1]
POV
: Author
Bukan, si mahasiswa baru
itu tidak sedang berada di sanding Soo Young bukan karena absen kuliah.
Laki-laki kekanakan itu—sebut
saja Seungri—kini
memiliki kawan baru, Daesung, mahasiswa ingusan lainnya yang biasa mengunjukkan
kacamata diatas batang hidung. Walau tidak tau pasti kapan mereka saling
mengenal, Soo Yong rasa mereka memiliki sesuatu tersendiri yang entah apa
sehingga mereka begitu akrab.
Bel berbunyi, kelas
berakhir. Kali ini Yuri yang menghampiri Soo Young langsung ke kelasnya.
“Dimana Seungri?” tanyanya
tergesa sambil menggeleng ke kanan dan ke kiri kemudian menyadari seisi kelas
sudah kosong.
“Aku tidak tau, sepertinya
dia pergi bersama Daesung. Ada apa? Menanyakan materi kuliah lagi?” jawab Soo
Young masih sibuk memasukkan buku-buku ke tas ransel.
“Bukan, Soo Young” elaknya
sambil duduk di depan bangku Soo Yong. Seperti ingin mengatakan hal serius
saja. “Kau tidak curiga?”
“Curiga tentang apa?” Soo
Young tanpa melirik tatapan lawan bicaranya. Setelah beberapa saat tidak ada
respon balik, Soo Young baru mendongak menatap Yuri. Dahi Yuri tampak berkerut.
“Maksudku Seungri...”
“Oh, kenapa dengannya?”
tanya Soo Young kembali pada aktivitasnya, masih menganggap enteng topik Yuri.
“Akhir-akhir ini dia akrab
sekali dengan Daesung tanpa sebab yang jelas, maksudku...” Yuri bermaksud
melanjutkan. Soo Young sudah selesai, lalu mencoba untuk serius mendengar
kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Yuri. “Jangan-jangan Seungri itu........”
“...suka sesama jenis?”.
Serentak Soo Young
langsung tersendak mendengarnya. Cepat-cepat Yuri memberikan botol minum pada
kawan karibnya itu. Soo Young meneguknya sambil menepuk-nepuk dada.“Apa yang kau
katakan, Yuri??”
“Maafkan aku, Soo Young.
Mungkin itu hanya perasaanku saja...”
Selang beberapa detik
kemudian dua mahasiswa lain masuk ke kelas, otomatis memotong percakapan
mereka. Tentu saja harus dipotong, kedua orang itu yang sedang mereka
bicarakan, masih asyik tertawa-tawa. Daesung segera membersihkan bangkunya dan
beranjak, melambaikan tangan pada Seungri yang lebih memilih mendekati Soo
Young dan Yuri.
“Kau lihat itu? Tatapan
Daesung... seperti ada sesuatu yang ‘rahasia’ di dalamnya!” pekik Yuri lirih,
membuat Soo Young merasa harus berpikir dua kali. Ada benarnya juga tuduhan
Yuri itu, pancaran mata Daesung begitu teduh ketika menatap Seungri dari
kejauhan. Ih, mereka homo?!
Ah, lupakan Soo Young! Abaikan gambaran itu pada Seungri,
“Sepertinya kau tak pernah
melepaskan benda itu dari bahumu?” Tanya Soo Young pada Seungri, bermaksud mengalihkan
segala topik yang telah ia bahas bersama Yuri sebelumnya.
“Ah, ini?” Seungri
menunjuk ranselnya.
“Ne,” Soo Young memasang
tatapan heran. “Apa di dalamnya ada jimat sehingga kau tak bisa meninggalkannya
sedetikpun?” ucap Soo Young tak habis pikir.
Kini Seungri sudah
menampakkan ekspresi tersipunya yang—Yuri rasa—seperti perempuan. “Tidak juga. Tampak seperti
itukah?” Menggelikan.
“Coba aku lihat!”
“Eh? Eh?” Seungri tampak
panik. “Untuk apa?”
“Aku hanya ingin melihat
buku materi apa saja yang kau bawa selama ini? Jangan-jangan kau malah tidak
membawa buku sama sekali ke kampus?” Itu alasan yang logis. Soo Young belum
pernah sekalipun melihat Seungri mengeluarkan buku-buku yang semestinya ada di
bangku seorang mahasiswa. Hanya catatan, dan sebatang bolpoin.
Tetap saja. Seungri tidak
memberikannya, ia bersikeras.
“Sudahlah, Soo Young” Yuri
menepuk pundak Soo Young, membalik tubuhnya supaya gadis itu dapat melihat
ekspresi wajahnya yang mengisyaratkan ‘berhentilah’. Soo Young menurut,
menghentikan segala yang memenuhi benaknya. Mereka mulai melangkah, menjauhi
Seungri yang masih memeluk tasnya erat-erat (?)
“Kalian mau kemana?”
Soo Young dan Yuri menoleh
bersamaan. Tentu saja hanya Seungri yang ada di sana, jadi Seungri-lah yang
memanggil mereka. Lelaki itu berusaha mendekati Soo Young—lagi. “Mmm, Soo Young, jangan marah ya?”
Soo Young dan Yuri hanya
saling menatap satu sama lain. Lelaki
ini... Sikapnya begitu asing di mata mereka. Belum pernah sekalipun
keduanya menemui laki-laki yang bersikap seperti ini. Taemin? Tidak, Seungri
dan Taemin sangatlah berbeda. Jika Seungri memiliki tampang keren dengan sikap
yang... kau tau sendiri seperti apa, sebaliknya dengan Tae. Taemin memiliki
tampang yang imut, walau begitu sikapnya jauh lebih dewasa dan macho ketimbang
parasnya. Tak heran jika banyak teman mahasiswi yang kecantol padanya. Untuk
Seungri, Soo Young kurang yakin.
“Ah! Bagaimana jika
sebagai gantinya aku belikan sesuatu untuk kalian??” kata Seungri berusaha
meyakinkan dua gadis di depannya yang tampaknya sedang sibuk dengan pikiranan
masing-masing. Tanpa kesepakatan dari siapapun Seungri langsung saja menarik
lengan keduanya dan membawa mereka ke suatu tempat.
*
POV
: CHOI SOO YOUNG
Kantin, lokasi kami
sekarang. Hampir saja aku mengira laki-laki penguntit itu akan membawa kami ke
tempat yang pasti telah Yuri bayangkan : Plasa Fashion, Mall, atau mungkin
toko-toko perbelanjaan lainnya yang bisa menghibur hatinya di akhir pekan
seperti ini. Jika saja Seungri tidak datang, mungkin Yuri sudah memintaku untuk
menemaninya melancong ke tempat yang tak begitu jelas kuketahui.
“Kalian yakin tidak
menginginkannya?”
Yuri menggeleng kecil
sambil tersenyum masam, sementara aku lebih memilih diam.
Kau tau sedang apa kami di
sini? Kalau kau mau tau, jawabannya adalah aku dan Yuri sedang menunggui Seungri
menghabiskan semangkok eskrim yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Bukan, bukan
hanya eskrimnya, bahkan sekarang eskrim milik kami telah diembat habis.
Seungri berhenti dan
menyandarkan punggungnya. Semua eskrim di meja kami ludes masuk ke mulutnya.
“Ini enak sekali, kalian akan menyesal tidak mencicipinya...”
Siapa yang mau mencicipi
eskrim di cuaca sedingin ini? Mungkin jawabannya hanya Seungri.
“Selera makan mu,
bagus...” kata Yuri dengan mulut separuh terbuka.
“Tidak juga. Hanya saja
aku suka eskrim” jawabnya tanpa menoleh sedikitpun pada kami.
Beberapa menit hening
diantara kami bertiga. Yuri sibuk memainkan handphone-nya dan Seungri, sedari
kalimat terakhirnya tadi ia hanya menundukkan kepala. Apa memang seperti ini
reaksinya ketika sedang kekenyangan setelah memakan tiga mangkuk eskrim? Atau
jangan-jangan dia sedang membeku?
Ketika aku bosan dan mulai
berdiri, tiba-tiba saja telapak tangan kiriku diraih oleh seseorang. Tangannya
kasar, aku tak langsung menoleh, perasaan aneh menjalar ke seluruh tubuhku. Seungri.
Bocah ini kenapa? Tiba-tiba meraih tanganku dengan tatapan kosong seperti itu. Sudah
berdetik-detik tetapi dia belum juga melepaskan genggamannya.
Mungkin Yuri merasa aneh
dengan suasana seperti ini hingga dia melepaskan genggaman tangan kami.
“Seungri-yaa! apa yang kau lakukan?”
“Hh... maaf” hanya itu
yang keluar dari mulutnya, selain komat kamit tak jelas yang membuat aku dan
Yuri bingung. Dia masih menunduk, seperti memikirkan sesuatu yang berat di
pikirannya.
“Aish, kau ini. —Eh, dimana botol air minumku?” gerutu Yuri yang
sekarang malah tolah-toleh mencari botol airnya.
“Ada yang ingin kau katakan?”
tanyaku berhasil membuat Seungri mendongak. Ya, kata orang sih aku memang ahli dalam
menebak apa yang ada di benak seseorang. Dan kali ini aku tak dapat
menyangkalnya. *membusungkan dada*
Laki-laki itu sekarang
berdiri berusaha menyamai tinggi tubuhku, tapi sia-sia. Sekarang dia meraih
tanganku lagi, tak tanggung-tanggung dengan kedua tangannya. “Soo Young,
jadilah pacarku!”
BUH!
Seteguk air secara tak
sengaja menyembur dari gembungan mulut Yuri. Aku yang tadi kaget mendengar
pernyataan Seungri malah jadinya tak kuat menahan tawa dan meledakkannya pada
saat itu juga.
“Eehh... Seungri, maafkan
aku!” Yuri segera membersihkan ceceran air yang melumuri muka Seungri dengan
sapu tangannya. Baru beberapa detik yang lalu aku melihat tampang Seungri
begitu malu-malu, sekarang ekspresinya berubah datar—pasti karena Yuri kekeke. Aku masih belum bisa mengontrol
tawaku. “Sungguh, aku tidak sengaja!” tambah Yuri.
“Habisnya aku kaget
mendengar pernyataanmu. Bukannya kau menyukai Daesung?”.
“Yuri...”. Mungkin bocah
ini berniat membunuh Seungri dua kali.
“Kau bercanda?” sahut
Seungri. Pasti tak terima, pikirku.
-_-
“Benar-benar menyukai Soo
Young?... Coba jelaskan padaku, apa yang kau sukai dari Soo Young?”
“Ah, apa kau yakin aku
harus menjawabnya?...”
“Tentu saja. Aku
meragukanmu! Kita baru kenal kurang lebih baru dua minggu, tapi sekarang kau
menyatakan cinta pada Soo Young?”
“Yuri...” tegurku sekali
lagi menyenggolkan siku pada pinggangnya supaya mengurangi frekuensi bicara.
“Aku... benar-benar
menyukai Choi Soo Young...”
Berderet-deret kata ia
lontarkan dengan mudahnya, sambil tersenyum ringan, tetapi entah mengapa
semakin detik semakin mendorongku untuk ingin mempercayai segala kecap
mulutnya.
Setelah kalimat-kalimat
itu, Yuri tak menyahut. Sama sepertiku, ia hanya melihati segala yang tampak
dari lelaki di depanku. Aku tak mengerti, pikiranku berkata bahwa Seungri
menyatakan perasaannya itu padaku, tapi kenapa sedari tadi Yuri yang
mempermasalahkannya? Ini yang sering kutemui di serial drama kebanyakan.
Mungkin Yuri menyukai Seungri? Dia cemburu?...
*
Aku mulai menapakkan kaki
diatas salju tipis yang melapisi jalanan. Langit malam begitu gelap, baru kali
ini aku berjalan sendiri di malam yang larut. 9.30 malam, cukup larut bagi
gadis rumahan sepertiku.
Beberapa hari terakhir
salju turun rintik-rintik, tak begitu deras. Suhu minim sebenarnya bukan
masalah bagiku, tetapi angin malam, aku tak dapat menahan hembusannya yang
seringkali membuat tubuhku menggigil. Lampu jalanan berwarna kekuningan,
membentuk warna jingga oleh perpaduan warna salju yang turun, membuatnya terlihat
indah. Aku menyukai suasana damai malam hari, tetapi tidak lagi mulai detik ini.
Sudah satu jam lebih aku
belum juga tiba di rumah. Selama sejam itulah aku hanya berjalan di beberapa
gang, yang mana saja pokok yang kutemui. Bulu kuduku terkaku, ada seorang
lelaki yang menguntit di belakangku sejak keluar dari area kampus. Lelaki itu
telah berdiri di depanku. Tampangnya beringas, mungkin menyadari akalku yang berusaha
untuk mengulur waktu untuk tiba di rumah.
Aku tau dia, pria yang
kata orang ‘penyisir’ jalanan malam. Senyumnya seakan mengharapkan sesuatu
dariku. Aku menyesal pulang selarut ini sendiri. Harusnya aku mengajak Yuna
untuk pulang bersama. Di saat seperti ini, jika boleh berkata jujur, aku Takut!
Tanpa bicara sepatah
katapun, tangannya meraih lenganku, mencengkeramnya dengan erat. Aku hendak
berteriak keras meminta tolong, tetapi dia langsung menutup mulutku dengan
tangan super besarnya. Kugigit tangannya dan mulai berlari, berteriak dalam
kesempatan, berharap semoga ada yang mendengarku...
POV
: SEUNGRI
Sepulang dari kampus, aku
dan Taemin Hyung pergi ke sebuah toko buku yang tak jauh dari aparte-ku. Dua
hari lalu aku memberitaunya tentang toko ini, tampaknya ia menyukainya.
“Kenapa kau mengikutiku?”
tanya Hyung. Aku tau, kehadiranku untuk menemaninya kemana-mana tidak pernah ia
harapkan -_-
“Dimana apartemenmu?”
“Di sana,” jawabku sambil
menunjuk kearah timur toko ini.
Hyung kembali mengalihkan
perhatiannya ke beberapa majalah yang dipajang di depan toko berdinding kaca
itu. Aku tak masuk, memilih untuk menunggu di luar sambil menjelajah beberapa
deret minuman kaleng di mesin.
Sekonyong-konyong aku
mendengar suara gadis berteriak, atau mungkin perasaanku saja, aku tak menoleh.
Lantas berpikir. Suaranya terdengar familiar bagiku. Dalam sekali sentakan aku
langsung berlari ke sumber suara. Aku tau betul...
Choi Soo Young!!
*
POV
: CHOI SOO YOUNG
“Kesal”.
“Dia menolongmu kan?”
tanya Yuri. Kami sedang duduk berdua di bangku kelasnya. Kali ini aku yang
menyusul ke kelasnya.
“Tidak. Dia melarikan
diri, ppabo” gerutuku mengingat
kejadian kemarin. Bagaimana dia bisa datang menolong kemudian pergi begitu saja
tanpa menyelesaikan masalah (?!). “Dia memang pernah bilang kalau jago karate,”
“Lalu?”
“Dia pergi hanya karena
mendapat satu pukulan di wajah”
Yuri tertawa mendengar
pengakuanku. Bukan Yuri, ini bukan saat yang tepat untuk tertawa. Aku kecewa
terhadapnya. Seungri, ku kira dia akan benar-benar menolongku di saat
terdesakku. Dia payah. Dia berlari terbirit-birit seperti anak anjing yang
sedang ketakutan.
“Bagaimana denganmu?”
tanya Yuri berusaha menghentikan tawanya.
“Taemin datang. Awalnya
mereka memang pergi bersama”.
“Sekarang, dimana?”
“dia tidak datang...”
...
Pengecut.
Tidak pergi kuliah hanya
karena malu menampakkan diri di depanku itu, apa lelaki namanya? Tadinya aku
ingin mempertimbangkan pernyataan Seungri kepadaku tempo hari, well, kejadian kemarin telah memberiku
keputusan bulat.
Aku dapat merasakan tangan
Yuri mengusap-usap pundakku. Dia tau betul, aku tak pernah menyukai lelaki yang
seperti itu. Omong kosong yang pernah dia lontarkan di kantin.
“Lalu, mmm, sekarang kau
akan memilih... Taemin?”
Siapa bilang? Aku tidak
pernah menyukai Taemin, sedikitpun! Walau sebenarnya tidak ada alasan bagiku
untuk tidak menyukainya : dia macho, tidak banyak bicara, dan tentu saja kami
sudah lama kenal. Dia tipe idamanku, sayang sekali aku tak pernah bisa
menyukainya. Entah sebuah kerugian, keuntungan, atau bahkan bukan diantara
mereka sama sekali.
*
POV
: Author (?)
Flashback
Lelaki bengkring ini
berlari. Sambil menutupi sebagian wajah, kakinya terus menuntunnya hingga ke
suatu tempat. Kakinya gemetar, bukan karena kelelahan berlari. Sesegera mungkin
ia mencari sebuah ruangan dan menunjukkan gelang di tangan kanannya kepada
beberapa wanita berseragam putih disana. Beberapa diantaranya langsung berhambur mencari pertolongan.
Ia melepaskan tangan kirinya
yang sedari tadi berusaha menutupi wajah. Tentu saja firasatnya benar, ceceran darah telah melumuri
telapak tangannya. Beberapa orang disana sudah mengawasinya dengan tatapan
bermacam-macam.
Seorang laki-laki yang
juga berseragam putih datang kepadanya, dengan tenang, mengeluarkan sebuah
cairan obat kemudian menyemprotkannya kedalam lubang hidung Seungri dengan
sebatang suntikan. Perlahan tapi pasti.
Rasanya lama sekali
Seungri tak pernah merasakan sensasi cairan ini. Luar biasa, seketika
menghentikan aliran darahnya lalu membuatnya merasa kantuk. Menghentikan segala
rasa ngilu yang ia menjalari sekujur tubuhnya.
***
Maaf
ya kalo POV nya sering banget berubah -_-
TBC
;) yang udah baca please comment! kekeke~
Eeeengg.. rada gak nyambung ma yang bagian akhirnya ._.
BalasHapusbiasalah, FF gak nyambung itu gue masternya ._.v #salting
Hapuskejelasannya di part 2, masih tahap editing hehe ^___^
FFnya bagus kok thor >.<
BalasHapusJadi penasaran kenapa nih si seungri (?)
Ditunggu lanjutannya ^^
thorr...bagus ffnya,aku suka..tpi mungkn karena aku nggak begitu mengerti ma ni ceritanya ._. mian nae >.<*bungkuk berkali2
BalasHapusLanjtkan thoorr!!Tapi jgn bkn otakku muter nae -_-?Fight!!!:3
wahaha, mumet ya bacanya? authornya juga kok *winkling* *eh
Hapusjongmal mianhe, tapi makasih ya udah mau baca ^___^ tunggu next partnyaa :3