ATTENTION !!!

Anyeonghaseyo our lovely reader ^^
Selamat datang di blog ini, Selamat membaca =)
Dan jangan lupa pula untuk meninggalkan jejak berupa komentar setelah membaca ^^

PS : dibutuhkan author baru untuk blog ini buat siapa saja, yang tertarik silahkan liat caranya di laman "yang mau jadi author kesini! ". kami membutuhkan author-author baru karena banyak author yang hiatus ._. kami selalu menerima author baru.

BAGI SEMUA AUTHOR : WAJIB selalu mengecek laman "Cuap-cuap reader and author" .

SAY NO TO PLAGIARISME & SILENT READER!!

Gomawo !

Selasa, 11 Desember 2012

I Believe [ Trust ]







Title : I Believe [ trust..]
Author : @echa_audria
Cast :
  • Bae Suzy (Miss A)
  • Kim Myung soo (Infinite)
Rate : PG-17
Genre : Romance
Summary :  
“bae suzy. apa kau bahagia bersama ku ?.”
“ya.” Balasku singkat.
“kau yakin aku bisa membuat mu terus bahagia ?” tanyanya.
“tentu.” Jawab ku.

A/N : aku lagi suka sama couple mungzy, jadi aku bikin dech ff tentang mereka. moga pada suka ya.
Happy reading :D

***



gsoo ?”

Aku menghela nafas panjang dan menatap kecermin sementara ibu ku dan seorang gadis lagi, sibuk memasangkan gaun pengantin agar tampak sempurna di tubuh ku.

“tarik nafas mu lebih dalam lagi suzy.” perintah ibu.

Oh, aku harus menarik nafas sedalam apa lagi ? aku bahkan tak bisa bernafas sekarang.

“eomma, aku bahkan sudah tak bisa bernafas sekarang.” gerutu ku.

Bagian dada dan pinggang ku diikat ketat dengan korset oleh ibu. Jika ibu mengkencangkannya lagi, ku pastikan detik itu juga aku akan jatuh pingsan kehabisan oksigen.

“ya, coba ku lihat. Berbalik lah.” Ibu memutar tubuh ku menghadap kearahnya.

“kau tampak sempurna nak.” Puji ibu akhirnya dan tersenyum hangat seperti biasa.

“tentu saja.” Balas ku sambil tersenyum.

Aku kembali berbalik menatap potret diriku yang sempurna pada pantulan cermin. Hihihi, aku jadi sombong sekarang.

Gadis yang tadi masih sibuk menata rambut ku, memasangkan tiara dan tudung pengantin dengan mantap di pucuk kepala ku. Dan, selesai.

Aku tersenyum memandangi cermin dan menyentuh gaun putih sempurna ku hati-hati. Siang ini aku akan menikah, menikah dengan pria pilihan ku. Pria yang cukup sabar bertahan selama satu tahun berada disisi ku. Pria itu hari ini akan menjadi suami ku.

Hahh, begini kah rasanya bahagia akan menikah ?

Walau gaun pengantin ini menyiksa ku karna hanya memberikan sedikit ruang untuk bernafas, dada ku seakan telah penuh oleh oksigen.

Lihat, betapa hebatnya efek dari rasa bahagia.

                                                                              ***

Lonceng berbunyi dengan riang.

Aku berjalan menuju altar dengan di damping ayah di sebelah ku. Ayah sungguh terlihat luar biasa hari ini. Ayah terlihat gugup sama seperti ku, ia menatap lurus kedepan tanpa menoleh kekiri atau pun kanan. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya.

Aku juga ikut menatap lurus ke depan, menatap sosok pria yang ku cintai disana. Setelan jas putih itu membuatnya seperti pangeran, sungguh. Ia tersenyum pada ku, senyum yang sangat manis.

‘Jangan tersenyum seperti itu.’

Jika ini bukan acara pernikahan ku, dan jika aku sekarang sedang tak memakai gaun menyiksa ini. Aku pasti sudah lari menghambur pada pelukankan-nya.

Aku ingin sekali berlari , memeluknya dan mengatakan.. “aku sangat bahagia.” Dan “apa kau juga seperti ku saat ini, Kim myun



                                                                               ***



Myungsoo mencium kening ku saat semua orang sepakat menyatakan kami sudah resmi sebagai pasangan suami istri.

“I do”

Kata itu hari ini tiba-tiba saja menjadi kata-kata paling terfavorit-ku. Kata-kata yang mengukuhkan janji pernikahan ku dan myungsoo.

Hari ini aku sangat bahagia, aku bahagia bukan karna pernikahan megah yang di rancang ayah dan ibu untuk ku, bukan karna aku memiliki suami yang tampan bak pangeran berkuda putih seperti di dalam dongeng, bukan juga karna gaun pengantin ku yang indah menawan.

Aku bahagia karna aku menikah dengan pria pilihan ku, pria yang ku cintai, pria yang ku percaya bisa membuat ku bahagia.

“pilihan ada di tangan mu.”

Aku terseyum mengingat kata-kata itu. kata-kata dari sahabat ku yang sekarang duduk tersenyum di sebelah kedua orang tua ku.

Jiyeon , gomawo.
***


Aku terbangun saat cahaya matahari pagi menembus tirai-tirai putih yang menutup rapat kamar ku, ku renggangkan tubuh ku dengan cara menggeliat seperti ulat di tempat tidur.

Arggh, sinar matahari ini sangat terang dan menyilaukan. Ku gosok-gosok mataku yang masih kabur oleh kantuk. Aku menatap kesebalah ku, ada myungsoo disana.

Ia masih tertidur dengan lelap, ku beranikan diri untuk menyentuh pipinya. Kulitnya hangat dan nyata. Aku tersenyum, membungkuk dan menciumnya. Ciuman selamat pagi.

Dapur sekarang adalah sahabat baru ku. bagaimana tidak, sekarang di setiap harinya aku akan selalu setia berada disana. Membuatkan myungsoo secangkir kopi dan sarapan.

“yeobo, di mana dasi biru ku ? hari ini aku mau memakai yang itu.” myungsoo keluar dari kamar dengan tangan yang masih sibuk mengancing lengan kemejanya.

“ada di lemari, cari lah lebih teliti.” Aku masih sibuk dengan masakan ku, jadi ku biarkan myungsoo mencari dasinya sendiri.

Ia kembali memasuki kamar, dan keluar lagi setelah beberapa menit.

“ketemu ?” tanya ku.

“emmm, ini.” Myungsoo memperlihatkan dasinya dengan tersenyum.

“yeobo, pasangkan dasi ku.” ucapnya manja.

Aku haya tersenyum sambil mendekat kearahnya, mengambil dasi biru tua itu dari tangannya dan memasangkan-nya dengan benar. Myungsoo melingkarkan tangannya di pinggang ku menatapku dengan teliti saat aku memasangkan dasinya.

Walau dia sudah jadi suami ku, tetap saja aku merasa gugup di dekatnya.

“kau istri tercantik didunia.” Gombalnya.

“benarkah ?.” ucap ku sambil sengaja mengencangkan dasinya.

“yahh, bae suzy. ini terlalu kencang. Kau ingin membunuh ku ?” gerutunya. Ia merengut menatap ku, sebelum akhirnya menarik ku lebih dekat kepelukannya.

Hangat, pelukan myungsoo hangat. Aku selalu menyukainya.

“kau akan telat kekantor jika terus memelukku.” Aku mencoba mengingatkan myungsoo akan pekerjaannya.

“emmm, kantor bisa menunggu.” Ia memelukku lebih erat. Ku sandarkan kepala ku pada dadanya. Bisa ku dengar detak jantungnya tak beraturan, Sama dengan ku.

“kau bahagia ?” tanya ku pada myungsoo, aku yakin suara ku seperti bisikan di telinga myungsoo. Aku tak ingin suara ku lebih nyaring dari detak jantung myungsoo.

“tentu saja, aku selalu bahagia bersama mu.” jawabnya tanpa ada nada keraguan disana.

“seharusnya aku yang bertanya hal itu pada mu.” ucapnya lagi.

Ku dongakkan kepala ku menatap wajah myungsoo. Ia membalas tatapan ku dengan hangat lalu tersenyum.

“bae suzy. apa kau bahagia bersama ku ?.”

“ya.” Balasku singkat.

“kau yakin aku bisa membuat mu terus bahagia ?” tanyanya.

“tentu.” Jawab ku.

“aku hanya bisa membelikan mu rumah yang kecil ini untuk tempat tinggal kita. Apa kau kecewa ?” tanyanya lagi.

“tidak, aku suka rumah ini. Walau kecil, tapi ini kau sendiri yang membelinya untuk kita. Lagi pula siapa yang butuh rumah besar jika kita hanya tinggal berdua ? akan sangat susah membersihkannya, percayalah.” Aku menyipitkan mata dan mengangguk-kan kepala meyakinkan-nya.

Myungsoo tertawa, ia mencubit pipi ku kemudian melepaskan aku dari pelukannya. Ia duduk menghadap meja makan, lalu melahap semua yang ku sediakan disana.

Myungsoo buka tipe suami yang cerewet masalah makanan, ia tak pernah protes tentang betapa sederhananya masakan yang ku sajikan untuknya, atau seberapa sering aku menyajikan menu yang itu-itu saja padanya.

Myungsoo memahami posisiku, ku akui aku tak bisa masak. Aku terbiasa di masakan dari pada memasakan. Dan myungsoo tau persis itu.

Aku suka kehidupan kami saat ini, walau pun terkadang kami juga bertengkar kecil karna masalah sepele.

Aku mengantar myungsoo sampai kedepan pintu.

“aku pergi.” Ucap myungsoo sambil mengecup keningku.

“ya, hati-hati.”balas ku sambil melambaikan tangan padanya.

Ia tersenyum memasuki mobil dan menyalakannya, membalas lambaian tangan ku lalu pergi. Ahh, inilah rutintas pasangan suami istri pada umumnya.

Aku kembali masuk kedalam rumah kecil kami, walau kecil tapi rumah ini menerima banyak sinar matahari yang masuk. Hingga akhirnya setiap ruangan di dalamnya terkesan luas dan sangat nyaman.

Aku berdiri di tengah ruang tamu, menatap lurus kearah dinding. Disana tergantung foto pernikahan kami, aku dan myungsoo tersenyum bahagia sambil bergandengan dalam foto itu.

Aku selalu percaya diri ku seperti putri-putri di negeri dongeng saat itu. hidup bahagia selamanya bersama sang pangeran.

Sebelum akhirnya aku tau hidup sebenarnya tak pernah sungguh-sungguh seindah negeri dongeng.

-The end-

1 komentar:

  1. happy ending (?)

    simple sih, tapi bagus ff nya.
    ditunggu sequelnya.

    BalasHapus